Gereja yang sejati adalah gereja yang bertobat. Gereja yang sejati adalah gereja yang lahir dan bertumbuh dari Firman Tuhan. Gereja yang sejati adalah gereja yang berdoa. Pada bagian 4 ini kita akan membahas 1 point lagi.
Dalam Kis 2:44-45 dikatakan : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Perhatikan cara hidup jemaat mula-mula ini. Dikatakan bahwa “kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama”, “ada yang menjual harta dan membagikannya kepada semua orang”, “tidak ada dari antara mereka yang berkekurangan” dan kalimat-kalimat sejenisnya. Dari sini kita dapat simpulkan cara hidup jemaat mula-mula ini dengan satu kalimat bahwa jemaat mula-mula itu hidup saling mengasihi. Jadi, “GEREJA YANG SEJATI ADALAH GEREJA YANG MENGASIHI”.
Kita akan menyoroti lebih dalam kehidupan jemaat mula-mula yang saling mengasihi ini.
I. MEREKA MENGASIHI DENGAN TINDAKAN NYATA
Ketika kita membaca Alkitab maka kita akan temukan bahwa “kasih” selalu diwujudkan dengan sebuah tindakan. Contoh :
Ul
Dikatakan bahwa Allah mengasihi nenek moyang
Yoh
Allah begitu mengasihi dunia. Maka tindakanNya adalah mengaruniakan AnakNya yang tunggal bagi dunia.
Rom 5:8 : Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Kej 37:3 :
Yakub mengasihi Yusuf dan tindakannya adalah membuat jubah yang mahal bagi dia.
Luk 7:5 - sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."
Perwira dalam ayat ini dikatakan bahwa dia mengasihi bangsa Israel. Dan tindakannya adalah menanggung pembangunan rumah ibadat Israel.
Yoh 21:16 : Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Ketika Petrus mengatakan bahwa ia mengasihi Yesus, maka Yesus menuntut sebuah tindakan yakni menggembalakan domba-dombaNya.
Karena itu ada ayat-ayat yang secara eksplisit mengaitkan kasih dan tindakan seperti Ul 11:1 - "Haruslah engkau mengasihi TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia kewajibanmu terhadap Dia dengan senantiasa berpegang pada segala ketetapan-Nya, peraturan-Nya dan perintah-Nya” dan juga Yoh 14:15 : "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Dengan demikian, kasih barulah disebut kasih jika ada tindakan yang nyata. Tanpa tindakan, kasih sesungguhnya bukanlah kasih.
Ada sekelompok pemuda gereja yang mengadakan acara retreat di dekat areal air terjun. Topik yang mereka bahas adalah hal mengasihi. Pemimpin kelompok itu meminta masing-masing orang untuk memberikan pendapatnya tentang apa itu kasih. Hampir semua orang mengemukakan pendapatnya tentang apa itu kasih. Anehnya, ada seorang pemuda yang rupanya sangat pemalu sehingga dari awal hingga akhir ia sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tidak memberikan / mengemukakan definisi kasih menurutnya. Walau didesak, tetap ia tak menjawab sepatah kata pun. Tiba-tiba dari kejatuhan terdengar suara “tolong….tolong….tolong…”. Mereka semua berlarian ke arah suara itu dan ternyata ada seorang anak yang jatuh ke dalam air terjun itu. dibutuhkan seseorang untuk dapat menyelamatkannya. Sekonyong-konyong pemuda tadi yang terdiam selama diskusi tentang kasih melepaskan bajunya dan meloncat ke dalam air terjun itu dan menyelamatkan orang yang tenggelam itu sedangkan semua temannya yang tadi memberikan definisi kasih secara panjang lebar tak berani melakukan apa pun. Nah, dari cerita ini, yang manakah di antara mereka yang sebenarnya adalah orang yang mengasihi? Jelas adalah si pemuda pendiam tadi. Kasihnya tidak dinyatakan dalam bentuk rumusan dan definisi tetapi dengan tindakan yang nyata.
Dalam cerita orang Samaria yang murah hati, kita juga melihat contoh nyata di sana. Ketika imam dan orang Lewi melihat orang yang dirampok itu, mereka tidak menolong tetapi melewatinya dari seberang jalan. Luk 10:31-32 : Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Imam dan orang Lewi mungkin banyak berteori tentang kasih tetapi mereka tidak mewujudkannya dengan tindakan nyata. Sedangkan orang Samaria yang murah hati itu, ia mewujudkan kasihnya dengan tindakan-tindakan yang nyata. Luk 10:33-34 : Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Sekarang perhatikan bagaimana kehidupan jemaat mula-mula. Kis 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul. Jadi mereka mengasihi dengan sebuah tindakan nyata. Atau dengan kata lain mereka mengasihi dengan tindakan dan bukan hanya dengan kata-kata.
Kasih bukan hanya ketika kita tersenyum kepada orang lain dan mengatakan “aku mengasihimu”. Kasih bukan hanya ketika kita menyanyi “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan”. Renungkan ini! Kalau engkau mengasihi suami/isterimu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi anak-anak/orang tuamu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Kalau engkau mengasihi sahabat-sahabatmu, apa yang sudah engkau lakukan bagi mereka? Bahkan kalau engkau mengasihi Tuhan, apa yang sudah engkau lakukan bagi Tuhan? Ingat, kasih adalah tindakan. 1 Yoh 3:18 : Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. Marilah kita menyatakan kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi, bukan dengan kata-kata saja tapi dengan tindakan/perbuatan.
II. MEREKA MENGASIHI DENGAN CARA MEM-PERHATIKAN KEBUTUHAN ORANG LAIN
Perhatikan sekali lagi tentang cara hidup gereja perdana ini. Kis 2:44-45 : Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Kis 4:32, 34-37 : (32) Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. (34) Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35) dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.
Kata-kata yang saya garis bawahi di atas tidak berarti bahwa Alkitab merestui komunisme! Komunisme berkata “punyamu adalah punyaku”, “milikmu adalah milikku”, uangmu adalah uangku, isterimu adalah isteriku”, dll. Kata-kata ini juga tidak berarti bahwa semua orang menumpuk harta menjadi satu dan semua orang boleh menggunakan semaunya. Kata-kata ini hanya menunjukkan bahwa mereka yang berkelebihan, mau menolong mereka yang kekurangan. Ds. v.d. Brink mengatakan : Yang ditekankan ialah sifat kerelaan dalam tolong menolong. Pula di sini ternyata bahwa hal mempunyai milik itu tidak dihapuskan begitu saja. Tidak disinggung tentang sistem memberikan segala kepunyaan kepada persekutuan, juga tidak tentang pembagian merata segala milik antara tiap pribadi dalam persekutuan ini. Tetapi ada pembagian milik menurut kebutuhan masing-masing. Dan untuk itu masing-masing yang dapat memberi, memberikannya kepada para rasul, agar mereka dalam nama Yesus, Tuhannya akan memberikan terus kepada yang membutuhkannya. Dalam Wycliffe Bible Commentary dikatakan : “…suatu rasa bersatu yang termanifestasikan dalam saling membagi kekayaan materi. Untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Kristen yang miskin, orang-orang percaya yang lebih kaya menjual tanah atau rumah mereka lalu mempersembahkan uang itu untuk dipakai bagi kesejahteraan bersama. Para rasul mengawasi pelayanan kasih ini yang dilaksanakan bukan berdasarkan azas kesetaraan, tetapi pada azas kebutuhan pribadi”. Inilah yang terjadi dalam jemaat mula-mula. Orang-orang kaya menjual rumah dan tanah untuk membantu orang miskin. Luar biasanya adalah bahwa hal semacam itu bukanlah suatu keharusan. Tidak ada perintah dari rasul supaya mereka menjual rumah dan tanah untuk menolong orang miskin. Tetapi mereka toh melakukan hal itu! Bahwa hal ini bukanlah keharusan nampak dari Kis 5:4 : Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual, bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu?...” Jemaat perdana ini betul-betul bebas dari sifat kikir, pelit dan tamak. Bagaimana dengan saudara?
Jadi jemaat mula-mula ini menyatakan kasih mereka dengan cara memperhatikan kebutuhan orang lain/miskin di sekitar mereka. Keadaan sekitar kita sering membentuk kita menjadi orang egois yang tidak peduli penderitaan orang lain, dan ini menyebabkan pada waktu kita membaca ayat-ayat ini kita bahkan merasa bahwa ini merupakan tindakan yang ekstrim, padahal itu adalah tindakan kasih! Banyak orang menganggap lawan dari ‘kasih’ adalah ‘benci’. Ini tidak sepenuhnya benar. Lawan kata dari ‘kasih’ adalah ‘selfishness / egoisme’. Ini terlihat dari 1Kor 13:4-5 : “Kasih ... tidak mencari keuntungan diri sendiri ...” dan juga dari Gal 5:22-23 yang menyebutkan 9 hal yang merupakan buah Roh di mana yang pertama adalah kasih, sedangkan Gal 5:19-21 menyebutkan sederetan hal yang merupakan perbuatan daging (kontras dengan buah Roh), dan salah satu di antaranya adalah ‘kepentingan diri sendiri’ (Gal 5:20).
Pada jemaat abad pertama, tidak ada egoisme (ayat 32b). Ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul penuh dengan kasih! Saling mengasihi dan membuang egoisme memang adalah perintah Kitab Suci yang harus ditaati oleh semua orang kristen. Fil 2:3-4 : dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Ada cerita menarik tentang dua orang petani yang bersahabat. Yang seorang adalah petani yang berhasil dan kaya, memiliki rumah yang besar, istri dan tiga orang anak, sedangkan yang satu lagi miskin dan kekurangan. Ia tinggal sendirian di gubuk reotnya. Suatu malam di atas tempat tidurnya si kaya berpikir : “betapa kasihannya teman saya. Ia mungkin kekurangan makanan karena panennya gagal kali ini. Ia pasti kesepian di gubuknya seorang diri. Alangkah baiknya aku mengantarkan sejumlah beras untuknya agar ia mempunyai persediaan makanan yang cukup”. Lalu malam itu pula berangkatlah ia mengantarkan beras ke rumah temannya yang miskin itu.
Pada malam yang sama itu pula si miskin berpikir di atas tempat tidurnya. “Kasihan teman saya. Ia mempunyai banyak beban. Ia harus bertanggung jawab menghidupi istri dan anak-anaknya, bahkan pembantu-pembantunya. Tentu kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhanku yang seorang diri ini. Alangkah baiknya sedikit beras yang kumiliki ini kuantarkan ke rumahnya agar dapat menolongnya”. Maka berangkatlah si miskin mengantar beras ke rumah temannya si kaya. Di tengah jalan berjumpalah mereka, dan mereka saling menceritakan pikiran serta tujuannya masing-masing, maka berpelukanlah mereka sambil menangis karena merasakan kasih yang sungguh-sungguh tulus di antara mereka.
Apakah pada saudara ada kasih atau ada egoisme? Pada waktu makan bersama, apakah saudara memikirkan orang lain? Atau saudara mengambil makanan tanpa mempedulikan apakah yang lain akan kebagian atau tidak? (Bdk. 1Kor 11:20-22). Kalau ada saudara seiman yang menderita (sakit, miskin, problem keluarga, musibah, dsb), apakah saudara peduli atau acuh tak acuh? Ingat, Tuhan berjanji memberikan berkat bagi orang yang memperhatikan orang miskin tapi mengutuk orang yang tak peduli dengan orang miskin. Ams 28:27 : Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.
Satu hal yang menarik adalah bahwa tidak ada catatan sama sekali kalau jemaat mula-mula ini berdoa bagi orang miskin (tentu ini tidak berarti bahwa mendoakan orang miskin itu salah). Yang dicatat adalah mereka menolong orang miskin. Ini berbeda dengan banyak gereja zaman sekarang yang rajin mendoakan orang-orang miskin, orang sakit, orang susah, orang kekurangan, dll dalam doa syafaat mereka tapi lebih suka menabung uang di bank daripada menolong orang-orang tersebut. Dalam buku “Isu-Isu Global” yang ditulis oleh John Stott ada cerita tentang seorang janda miskin yang setiap kali mengalami kesulitan selalu datang kepada seorang pendeta dan memohon pertolongan tetapi setiap kali itu tetap ia tidak mendapatkan pertolongan sama sekali dari pendeta itu dengan berbagai alasan. Akhirnya suatu hari janda miskin ini menulis sebuah surat dan dikirimkan kepada pendeta itu. Surat itu berbunyi demikian : ‘Aku kelaparan dan anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparanku. Aku terpenjara dan anda menyelinap ke Kapel dan berdoa untuk kebebasanku. Aku telanjang dan anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilanku. Aku sakit dan anda berlutut mengucap syukur atas kesehatan anda. Aku tidak mempunyai tempat berteduh dan anda berkhotbah kepadaku tentang kasih Allah sebagai tempat berteduh spiritual. Aku kesepian dan anda meninggalkanku untuk berdoa bagiku. Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat dengan Allah tetapi aku tetap amat lapar, amat dingin dan amat kesepian. Bagi saya, ini adalah sebuah protes terhadap kasih yang tanpa perbuatan, kasih yang hanya kata-kata saja. “Talk only, no actions”! Hal ini harus disadari oleh gereja yang tidak pernah memperhatikan orang-orang miskin di sekitarnya sedangkan mereka begitu bangga dengan jumlah tabungan mereka di bank yang mencapai ratusan juta bahkan milyaran rupiah.
Ang Tek Kun dalam buku puisinya “Wings of Love” menulis sebuah puisi indah dengan judul “Moment Kasih Sayang”. Puisi ini berbunyi demikian :
“Aku ingin mempersembahkan sekeranjang bunga tercantik untuk-Mu sebagai ungkapan aku mengasihi-Mu tapi engkau menolaknya : “Berikanlah bagi janda-janda miskin, karena demikianlah Aku ingin dikasihi”
Aku ingin membeli sekotak cokelat termanis untuk-Mu sebagai bahasa aku mencintai-Mu tapi Engkau menolaknya :“Berikan bagi anak-anak jalanan, karena demikianlah Aku ingin dicintai”
Aku ingin menyediakan makan malam tersyahdu untuk-Mu sebagai pertanda penuh perhatian tapi Engkau menolaknya : “Ajaklah kaum papa bersamamu karena demikian Aku ingin diperhatikan”
Bandingkan ini dengan kata-kata dalam 1 Yoh 3:17 : Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Maukah saudara memperhatikan orang-orang miskin di sekitar saudara ?
III. MEREKA MENGASIHI DENGAN KETULUSAN HATI
Tidak ada pernyataan eksplisit bahwa dalam hal menolong sesama, jemaat mula-mula ini melakukan dengan tulus hati. Tapi kesan ketulusan sangat kuat dalam bagian ini. Dalam Kis 2:44 dikatakan bahwa jemaat itu bersatu. Dalam Kis 4:32 dikatakan bahwa mereka sehati dan sejiwa. Ketulusan yang saya maksudkan adalah bahwa dalam menolong sesamanya mereka tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Tidak ada kesan sama sekali dari gambaran Kitab Suci tentang kehidupan mereka yang menyatakan adanya niat yang tidak benar dalam memberi pertolongan kepada sesama. Ini adalah hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam menolong orang lain.
Ada banyak orang yang pernah menolong orang lain tetapi motivasinya keliru. Ada yang ingin dipuji, ada yang ingin mendapat balasan, dll. Apalagi kalau menjelang Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) atau Pemilu (Pemilihan Umum) muncullah orang-orang tertentu yang penuh dengan kemurahan hati/ Lagak mereka seperti malaikat yang membawa berkat tetapi sesungguhnya ada udang di balik batu. Mereka melakukan tindakan-tindakan kasih seperti membagikan sembako, pengobatan gratis, bantuan keuangan, dll dengan mengharapkan bahwa orang-orang yang ditolong itu dapat memberikan suara bagi mereka di Pilkada atau Pemilu nanti. Ini jelas bukan kasih yang tulus tetapi kasih yang mengharapkan imbalan. Ada juga yang menolong orang lain tetapi sewaktu-waktu dapat mengungkit-ungkit pertolongan itu. Ini namanya pertolongan/kasih yang tidak tulus. Band. Mat 6:1-4 berkata : (1) "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. (2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. (3) Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. (4) Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Bandingkan dengan bagaimana cara Yesus membuat mujizat air menjadi anggur di pesta kawin di Kana (Yoh 2). Ia menolong tanpa menonjolkan diriNya sehingga yang dipuji justru adalah mempelai laki-lakinya.
Saudara yang terkasih, berikanlah kasihmu dengan tulus tanpa mengharapkan imbalan. Kalau kita mengasihi dan menolong dengan tulus maka upah kita akan datang dari Bapa di Sorga (Mat 6:4). Dalam Ams 19:17 dikatakan bahwa : “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. Dalam Alkitab Terjemahan Lama ayat ini berbunyi : “Barangsiapa yang mengasihani orang miskin, ia itu memberi pinjam kepada Tuhan, maka Tuhanpun akan membalas kebajikannya”. Bayangkan bahwa memberi kepada orang miskin sama dengan memberi pinjam kepada Tuhan. Kalau manusia meminjam pada saudara, ia bisa kabur tetapi Tuhan tentu tidak demikian. Karena itulah marilah kita dengan tulus menolong orang-orang miskin, susah, menderita di sekitar kita karena itu sama dengan kita melakukannya bagi Tuhan. Mat 25:34-40 berkata : (34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. (35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Gereja yang sejati adalah “GEREJA YANG MENGASIHI”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)