Info : Tulisan ini (Part 1-4) dimuat di harian pagi TIMOR EXPRESS tanggal 7-10 April 2010.
SELAMAT PASKAH saya ucapkan buat semua umat Kristiani di mana saja berada. Beberapa waktu belakangan ini saya menerima cukup banyak pertanyaan seputar masalah kematian dan kebangkitan Kristus dan terdorong untuk membagikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini kepada lebih banyak oran, maka saya memutuskan untuk memuat pertanyaan-pertanyaan ini serta jawabannya lewat opini Timex ini agar dapat menjadi pengetahuan juga bagi para pembaca sekalian. Berikut ini beberapa pertanyaan dan jawabannya :
Pertanyaan 1 : Kita orang Kristen selalu menyambut Natal sebagai hari besar agama Kristen lebih dari hari-hari besar yang lain. Menurut pengertian saya secara sederhana, seharusnya Paskah inilah yang kita sambut secara sukacita karena inilah misi utama kedatangan Yesus ke dalam dunia. Bagaimana pendapat bapak?
Jawaban : Ya saya setuju sekali! Dan memang benar bahwa kita biasanya menyambut Natal dengan lebih meriah daripada menyambut Paskah. Andar Ismail berkata : ”… gereja sekarang cenderung untuk menganaktirikan Paskah jika dibandingkan dengan Natal. Kemeriahan menyambut Paskah tampaknya tidak seimbang dengan kemeriahan menyambut Natal…dalam rangka Natal ada begitu banyak kegiatan, bagaimana dalam rangka Paskah? Untuk natal ada anggaran belanja, apakah untuk Paskah anggarannya kira-kira sebanding dengan itu? Juga perorangan dan keluarga-keluarga menyambut Paskah jauh lebih sepi dari menyambut Natal. (Selamat Paskah, hal. 73). Natal memang penting karena tanpa kelahiran Yesus ke dalam dunia ini menjadi manusia, Ia yang adalah Allah tak mungkin bisa mati untuk menebus dosa manusia. Tetapi kalau Ia hanya lahir dan tidak mati bagi kita, lalu apa arti kelahiran-Nya itu? Karena itu perbandingan antara Natal dan Paskah bukanlah antara yang tidak penting dan yang penting melainkan yang penting dan yang terpenting. Paskah begitu penting bagi kekristenan dan boleh dikatyakan bahwa tanpa Paskah, kekristenan sebenarnya tidak pernah ada. Theodorus Harnack berkata : “Bagiku, jatuh bangunnya agama Kristen bergantung pada kebangkitan”. (Therefore Stand : Christian Apologetics, hal. 437). Menurut H. P. Liddon : “Iman terhadap kebangkitan adalah tonggak utama dari iman Kristiani, dan bila ia dihilangkan, semuanya akan hancur berantakan”. (Therefore Stand : Christian Apologetics, hal. 577). Seorang lagi bernama Mikhael Green menulis : “Tanpa iman terhadap kebangkitan, agama Kristen tidak ada sama sekali. Gereja kristen tidak pernah berdiri, gerakan Yesus akan segera layu seperti benang basah ketika Ia dihukum mati. Jatuh bangunnya agama Kristen bergantung pada kebenaran kebangkitan. Bila anda menolaknya, berarti anda menolak agama Kristen”. (Man Alive, hal. 61). Semua ini senada dengan kata-kata rasul Paulus : “Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu,… ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita,…..dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci..” (1 Kor 15 :3-4). Karena itu maka kita memang seharusnya menyambut perayaan Paskah dengan sukacita yang melampaui sukacita Natal. Andar Ismail berkata : “Begitu pentingnya kebangkitan Yesus, sehingga gereja purba menjadikan Paskah sebagai pusat perayaan-perayaan Kristen. Bahkan sebelum tahun 313, gereja hanya mengenal satu perayaan Kristen, yaitu Paskah. Baru sesudah tahun 313, gereja mengenal perayaan Natal….” (Selamat Paskah, hal. 72-73).
Pertanyaan 2 : Apakah kematian Yesus untuk menebus dosa manusia termasuk dalam program Allah?
Jawaban : Ya sudah tentu. Konsep kedaulatan Allah yang mutlak tidak memungkinkan adanya satu peristiwa pun yang terjadi di bawah kolong langit ini yang berada di luar perencanaan dan ketetapan-Nya. Dan karena itu termasuk di dalamnya rencana penebusan dosa manusia. Perhatikan 1 Pet 1:18-20 : (18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus .... (19) ... dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus... (20) Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Konteks ayat ini jelas membicarakan penebusan dosa oleh Kristus. Ayat 20 menjelaskan bahwa untuk tujuan ini Kristus telah dipilih sebelum dunia dijadikan. Kalau demikian tentu ini bukan sebuah program dadakan melainikan suatu ketetapan Allah sejak semulanya.
Pertanyaan 3 : Mengapa kita manusia membutuhkan Penebus?
Jawaban : Kita semua adalah orang berdosa. (Rom 3:23). Dan upah dosa ialah maut (Rom 6:23). Maut ini tak mungkin kita hindari karena kita sementara berhadapan dengan Allah yang Maha adil yang tidak mungkin tidak menghukum dosa. Nah 1:3 : TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah....”. Tetapi Tuhan mengasihi kita sehingga Ia mau membebaskan kita. Tetapi kalau Ia begitu saja membebaskan kita maka Ia menjadi tidak adil karena keadilan-Nya menuntut hukuman terhadap orang berdosa. Tetapi kalau Ia tetap menghukum kita maka Ia menjadi tidak mengasihi kita karena kasih-Nya menuntut Ia untuk membebaskan kita. Lalu bagaimana supaya kasih dan keadilan-Nya bisa berjalan bersama? Bagaimana caranya agar Dia tetap menghukum dosa tetapi pada saat yang sama kita dibebaskan? Jawabannya adalah dibutuhkannya seorang perantara/penebus di mana Dia harus menggantikan posisi orang berdosa di hadapan Allah. Tanpa penebus dosa maka kita yang harus berhadapan dengan keadilan Allah, menerima penghukuman atas dosa dengan masuk ke dalam neraka.
Pertanyaan 4 : Kita percaya Yesus adalah Allah. Jika demikian, mengapa Allah yang harus menebus dosa kita?
Jawaban : Sudah saya jelaskan di atas bahwa kita semua adalah orang berdosa dan kita harus menerima hukuman dosa dari Allah. Hukumannya adalah maut (Rom 6:23). Tetapi Allah mengasihi kita dan Ia mau membebaskan kita. Tetapi Ia adalah Allah yang adil yang tidak bisa membuat Dia tidak menghukum orang berdosa. Kalau Ia tetap mau manusia dibebaskan, maka satu-satunya cara adalah dibutuhkannya penebus dosa yang harus menggantikan posisi manusia berdosa di hadapan Allah untuk menerima hukuman Allah atas dosa. Syarat bagi penebus dosa itu adlaah : (1) Dia harus manusia karena manusialah yang berdosa. (2) Dia harus tidak berdosa karena kalau tidak, ia tidak layak menjadi penebus melainkan ia yang harus ditebus. Nah, syarat pertama gampang di dapat tetapi syarat kedua mustahil karena semua manusia telah berdosa. Hanya Lalah yang tidak berdosa tetapi Allah bukan manusia. Maka tidak ada pihak manapun yang memenuhi syarat menjadi penebus dosa. Tetapi Allah maha kuasa dan Ia lalu menjadi menjelma dalam manusia dan karena hakikat-Nya adalah Allah maka ia sama sekali tidak berdosa. Dengan demikian sekarang muncul seorang manusia yang tanpa dosa. Itulah Yesus Kristus. Dan dengan demikian Dia memenuhi syarat sebagai seorang penebus dosa manusia. Ia berdiri di hadapan Allah untuk menggantikan posisi kita dan menanggung murka Allah atas dosa-dosa kita. Di sini keallahan dan kemanusiaan Yesus sama-sama mempunyai makna dan fungsi bagi penebusan dosa kita.
Pertanyaan 5 : Yudas dipilih Tuhan menjadi murid-Nya, Yudas cukup bergaul akrab dengan seluruh murid dan Tuhan Yesus sendiri dan Tuhan mengetahui hati seorang Yudas. Mengapa tidak ada perubahan dalam imannya? Mengapa Yudas tidak mendapat pengampunan sedangkan Simon Petrus mendapat pengampunan? Padahal mereka melakukan dosa yg sama buruknya?
Jawaban : Pertanyaan ini tergolong sukar. Ini bisa dijawab dari dua sudut pandang, sudut pandang Allah dan sudut pandang manusia. Dari sudut pandang Allah, memang Yudas adalah orang yang dipilih untuk mengkhianati Yesus dan dengan demikian rencana penebusan dosa manusia terlaksana. Ini tak berarti bahwa Yudas adalah pahlawan. Ingat bahwa penentuan Allah tidak pernah bertentangan dengan kebebasan manusia dan juga bahwa sewaktu Yudas menjual Yesus, ia tidak menjualnya demi alasan yang baik yakni penebusan dosa. Karena itu dalam hal ini biarpun Yudas ditentukan untuk itu, tetapi ia tetap berdosa. Yesus pernah berdoa untuk murid-murid-Nya : “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci. Jadi mengapa Yudas mengkhianati Yesus? Itu adalah penentuan/ketetapan Allah. Di sisi lain, dari sudut pandang manusia, memang Yudas dipilih oleh Yesus menjadi murid-Nya, ia dekat dengan Yesus dan murid-murid yang lain, tetapi sepanjang itu, ia sendiri tak pernah sungguh-sungguh percaya pada Yesus. Itulah sebabnya Yesus berkata : "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." (Yoh 6:70). Ini menjadi peringatan bagi kita bahwa seorang yang kelihatannya begitu rohani, bisa jadi adalah bukan orang percaya yang sungguh-sungguh. Lalu mengapa Petrus diampuni dan Yudas tidak diampuni? Sederhana saja, Petrus bertobat sedangkan Yudas tidak dan memilih membunuh dirinya.
Pertanyaan 6 : Yesus disalib menanggung dosa manusia. Mengapa Yesus yang disalib? Bukankah Dia adalah Allah yang sudah pasti tidak akan merasa kesakitan?
Jawaban : Tentang mengapa Yesus yang adalah Allah yang harus menebus dosa dengan cara disalibkan sudah saya jelaskan dalam pertanyaan sebelumnya. Tetapi tentang merasa sakit, Yesus memang adalah Allah tetapi ingat bahwa saat itu Ia dalam penjelmaan-Nya sebgaai manusia. Sebagai manusia Ia memiliki tubuh seperti kita yang terbatas dan bisa lemah. Itulah sebabnya Ia membutuhkan makan, mimun, istrahat, dll. Ia benar-benar seperti kita. Dan karena itulah maka pasti penyaliban-Nya mendatangkan rasa sakit pada tubuh-Nya sama seperti yang bisa kita rasakan.
Pertanyaan 7 : Yesus adalah Allah. Tetapi mengapa pada saat dicela dan dihukum, Dia tidak bisa melakukan apa-apa?
Jawaban : Yesus bukan TIDAK BISA melakukan apa-apa melainkan TIDAK MAU melakukan apa-apa. Kalau saja Ia mau tentu Ia bisa. Ia berkata kepada Petrus : ”Atau kau sangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? (Mat 26:35). Tetapi kalau Ia melakukan itu maka misi-Nya datang ke dalam dunia untuk mati dan menebus dosa manusia menjadi gagal. Ingat bahwa Dia datang untuk mati. Justru dengan diam dan tidak melakukan apa-apa misi-Nya menjadi berhasil. Perlu juga diingat bahwa kalau orang-orang membunuh Dia bukan karena mereka yang MAMPU membunuh Dia melainkan karena Dia yang menyerahkan nyawa-Nya. Yoh 10:17-18 : (17) Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. (18) Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. ...”.
Pertanyaan 8 : Kalau memang Yesus harus mati untuk menebus dosa kita, mengapa harus dengan cara disalib? Mengapa Ia tidak mati dengan cara yang lain saja?
Jawaban : Kristus memang harus mati demi menebus kita. Tapi mengapa mati-Nya harus dengan cara disalibkan? Mengapa tidak dengan cara lain ? (dipenggal, dipanah, ditombak, dibakar, dirajam, diadu dengan binatang seperti kebiasaan Romawi, dll). Untuk bisa menjelaskan ini, kita harus sadar kondisi kita sebagai orang berdosa di hadapan Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa di hadapan Tuhan kita semua adalah orang yang terkutuk. Gal 3:10 : “Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat.’ Ul 27:26 - “Terkutuklah orang yang tidak menepati perkataan hukum Taurat ini dengan perbuatan. Dan seluruh bangsa itu haruslah berkata: Amin!’”. Dan karena kita adalah orang terkutuk dan upah dosa adalah maut, maka kita harus mati tapi harus mati dengan cara kematian yang terkutuk. Bagaimana cara kematian yang terkutuk itu? Ul 21:22-23 : “(22) ‘Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, (23) maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu.’” Berarti cara mati yang terkutuk adalah digantung di tiang. Mengapa digantung? Ini simbol bahwa orang tersebut tidak diterima oleh surga (di atas) dan bumi (di bawah). Ini adalah model hukuman terkutuk dalam PL. (Lihat Yos 8:29 ; Yos 10:26). Jadi PL tidak mengenal hukuman salib. Hukuman salib adalah cara penghukuman Romawi yang diadopsi dari bangsa Persia. Kalau Kristus harus mati menanggung dosa kita maka Ia harus mati dengan cara digantung. Tidak boleh dengan cara lain. Tapi ada masalah. Kalau Ia hanya digantung maka tidak ada darah yang keluar. Padahal sebagai korban dosa, dibutuhkan pencurahan darah. Ibr 9:22 : “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan”. Karena itulah maka Kristus harus disalibkan. Dengan penyaliban maka darah-Nya tercurah untuk pengampunan dosa tetapi Ia juga tergantung sehingga kematian-Nya tetap adalah kematian terkutuk seperti Ul 21:23. Jadi memang salib adalah satu-satunya hukuman mati yang cocok bagi Kristus. Jenis hukuman mati yang lain tidak layak untuk menggenapkan gambaran-gambaran tentang Kristus. Jika Ia digantung maka itu kematian yang terkutuk tapi tidak mengeluarkan darah. Jika Ia dirajam, dipenggal, ditombak, dipanah, dll memang mengeluarkan darah tapi itu bukan kematian terkutuk menurut Taurat. Karenanya dengan mati-Nya di kayu salib, Kristus menjadi kutuk dan menanggung kutuk kita. Gal 3:13 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”. Calvin berkata : Kita harus mempertimbangkan, pada satu sisi, beban yang menakutkan dari murkaNya terhadap dosa, dan di sisi lain, kebaikanNya yang tak terhingga kepada kita. Tidak ada cara lain melalui mana kesalahan kita bisa disingkirkan dari pada dengan cara Anak Allah menjadi kutuk untuk kita.
Pertanyaan 9 : Mengapa di taman Getsemani, Yesus ketakutan dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah?
Jawaban : Yesus tentu sudah tahu penderitaan macam apa yang akan Dia alami beberapa jam lagi ketika Ia berdoa di taman Getsemani. Memang penderitaan fisik yang akan Dia alami adalah penderitaan yang luar biasa dan brutal dan kita boleh mengatakan bahwa Dia juga adalah seorang manusia (kita percaya Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati) yang tentunya gentar menghadapi apa yang akan terjadi. Tetapi saya lebih condong untuk menyetujui pandangan mayoritas penafsir bahwa sesungguhnya yang yang ditakuti oleh Yesus bukanlah penderitaan fisik yang akan Ia alami melainkan murka Allah terhadap dosa manusia yang akan ditanggung-Nya. William Hendriksen berkata : “Mungkinkah Ia, di sini di Getsemani, melihat datangnya gelombang pasang (tsunami) murka Allah karena dosa kita? (The Gospel of Mark, hal. 586). Jadi ketakutan-Nya lebih kepada penderitaan rohani daripada penderitaan fisik. Renungkanlah bahwa Yesus, yang biasanya tidak pernah takut itu, bisa takut melihat murka Allah itu, menunjukkan secara jelas betapa hebatnya dan mengerikannya murka Allah atas dosa-dosa kita itu (Wah 6:15-17). Karena itu, kalau saudara belum betul-betul percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, cepatlah percaya, sebelum saudara harus menghadapi / mengalami murka Allah yang menakutkan itu!
Pertanyaan 10 : Saya pernah mendengar khotbah dari seseorang bahwa di taman Getsemani Yesus berdosa sampai menangis. Tetapi saya membaca kisah di taman Getsemani seluruhnya dan tidak mendapati hal itu. Mohon penjelasan bapak!
Jawaban : Memang dalam catatan Injil-Injil, tidak ditemukan cerita tentang Yesus berdoa sampai menangis. Tetapi ada ayat lain yang menceritakan hal ini. Lihat Ibr 5:7 : “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. Ayat ini dalam Alkitab Terjemahan Lama dikatakan : Maka Ia pun, tatkala di dalam keadaan manusia, sudah mempersembahkan doa dan permintaan kepada Yang Berkuasa menyelamatkan Dia daripada maut, dengan teriak yang kuat, dan dengan air mata-Nya, maka doa-Nya dikabulkan dari sebab ketakutan-Nya akan Allah. Jelas dan eksplisit dikatakan bahwa Yesus berdoa dengan tangisan dan air mata tetapi di mana peristiwa ini terjadi tidak disebutkan. Sebagaian penafsir mengatakan bahwa ini terjadi ketika Yesus berdoa di taman Getsemani walaupun harus diakui bahwa itu tidak disebutkan sama sekali.
BERSAMBUNG KE PART 2
Baca ini :
BalasHapushttp://yowest.wordpress.com/2010/10/21/kesesatan-agama-yahudi-nasrani-dalam-pandangan-islam/
kalau perlu kasih penjelasan di emailku :
budhi_vespa76@yahoo.com
Budhi Modjo-Jakarta