By. Esra Alfred Soru
Alkitab juga melimpah dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Roh Kudus melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa Ia adalah suatu pribadi. Perhatikan kata-kata yang saya garisbawahi dalam ayat-ayat berikut : Neh 9:20a - “Dan Engkau memberikan kepada mereka RohMu yang baik untuk mengajar mereka”. Yoh 15:26 : “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”. Yoh 16:8 : “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”. Rom 8:26 : “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”. Rom 8:14 : “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”. Kis 8:29 : “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’”. Kis 16:6-7 : “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka”. Kis 15:28 : “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini”. Gal 4:6 : “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”. Kis 6:10 : “tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”. Maz 143:10 : “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya RohMu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!”. 1Tes 1:6b : “dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus” dan masih banyak lagi. Sekarang silahkan saudara pikirkan sendiri, bisakah sesuatu yang bukan pribadi melainkan hanya kuasa/sifat dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, bersaksi, menginsafkan, membantu, berdoa, memimpin, berkata-kata, mencegah, memutuskan, berseru, mendorong, menuntun, mengerjakan, dll? Hanya orang bodoh yang bisa bisa berkesimpulan demikian. Hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan oleh ‘seseorang yang berpribadi’, bukan oleh ‘sesuatu yang tidak berpribadi’. Herbert Lockyer berkata : “Secara keseluruhan, sekitar 160 teks dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyinggung tindakan-tindakan dari Roh. Menyangkal kepribadian bagi Dia sama dengan membuat ayat-ayat referensi ini tak mempunyai arti dan menggelikan.) (‘The Holy Spirit of God’, hal. 31).
Jikalau data-data ini dirasa masih kurang, baiklah akan saya tambahkan lagi. Di dalam Alkitab juga ada hal-hal yang bisa dilakukan terhadap Roh Kudus, yang hanya bisa dilakukan terhadap seorang pribadi. Perhatikan ayat-ayat berikut : Kis 7:51 : “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, …”. Mat 12:31-32 : “(31) “…Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni,…”. Ibr 10:29 : “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”. Kis 5:3,9 : “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? ... (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?....’” Jikalau Jusuf Roni mengatakan bahwa Roh Kudus hanya sifat Allah dan bukan pribadi Allah sendiri, silahkan Jusuf Roni memikirkannya sendiri. Bisakan orang menentang, menghujat, menghina, mendustai dan mencobai suatu sifat? Betapa naifnya kalau ia menjawab ya!
Dari data-data Alkitab yang sudah saya paparkan ini, jelas bahwa ajaran Alkitab bukan seperti yang dipahami oleh Jusuf Roni. Alkitab mengajarkan adanya 3 pribadi di dalam keallahan yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus. Apakah itu berarti bahwa orang Kristen percaya ada 3 Allah? Sama sekali tidak (lihat kembali Pengakuan Iman Athanasius di atas). John Calvin berkata : “Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah” (‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3). Adanya ayat-ayat Alkitab yang mengatakan bahwa Allah itu esa seperti Ul 6:4; 1 Raj 8:60; Mark 12:32; Yoh 17:3; 1Kor 8:4; 1 Tim 2:5; Yak 2:19, dll harus diartikan bersama-sama dengan sejumlah ayat lain yang menunjukkan adanya kejamakan tertentu dalam diri Allah yang sudah saya paparkan sedikit di atas. Jika kita mengatakan Allah itu esa secara mutlak dalam arti 1 pribadi/dzat seperti yang dipercayai Jusuf Roni, maka kita akan menjadi Unitarian. Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus sebagai berikut : “Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu” (‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17). Tetapi jika kita mempercayai ada 3 Allah maka kita akan menjadi Triteisme dan itu kafir. Karena itu doktrin Tritunggal berada di antara dua posisi ini. Loraine Boettner berkata : “Kami mendapatkan bahwa doktrin ini mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga pada satu sisi doktrin ini menghindari monoteisme yang keras dari orang-orang Yahudi dan Islam, dan pada sisi yang lain menghindari politeisme yang bodoh dari orang Yunani dan Romawi”. (‘Studies in Theology’, hal 110). Orang Kristen percaya bahwa Allah itu ESA DI DALAM HAKIKATNYA tetapi TIGA DI DALAM PRIBADINYA. Karena hakikat-Nya yang satu ini maka kita tidak bisa mengatakan bahwa ada 3 Allah. Karena adanya 3 pribadi ini maka kita tidak bisa mengatakan bahwa hanya ada satu secara mutlak (1 pribadi).
Mirip Dynamic Monarchianism.
Pada waktu saya menelusuri sejarah tentang ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, maka saya mendapatkan bahwa kelihatannya ajaran Jusuf Roni tentang Allah Tritunggal ini mempunyai kemiripan dengan ajaran sesat tentang Allah Tritunggal yang disebut Dynamic Monarchianism. Kata “monarchianism” berarti ‘pemerintah / penguasa tunggal’. Ajaran ini menekankan keesaan Allah, dan ini menyebabkan mereka mengorbankan keilahian Kristus. Dr. Freundt mengatakan : “Abad ketiga merupakan saat di mana banyak teori-teori anti-tritunggal berkembang sebagai suatu usaha untuk menjaga kepercayaan kepada satu Allah bersama-sama dengan kepercayaan kepada Kristus sebagai Anak Allah. (Monarchianisme berasal dari 2 kata Yunani yang berarti satu pemerintah / penguasa.) Para pengikut Monarchianisme percaya bahwa doktrin tentang Tritunggal yang dikembangkan oleh para Apologists dan ahli-ahli teologia Katolik / Universal membahayakan kesatuan / keesaan Allah. (‘Early Christianity’, hal. 47). Louis Berkhof menulis : “Ini merupakan jenis Monarchianisme yang mempunyai keinginan utama untuk mempertahankan keesaan Allah, dan sepenuhnya sejalan dengan bidat Ebionite dari Gereja mula-mula dan dengan Unitarianisme pada zaman sekarang ini”. (‘The History of Christian Doctrines’, hal. 77). Bukankah itu yang mau diusahakan oleh Jusuf Roni?
Sesuatu yang menarik adalah bahwa ajaran ini diajarkan oleh seorang yang bernama Artemon, seorang yang lahir di Syria, dan seorang pengajar yang paling terkenal dari ajaran ini bernama Paul dari Samosata, seorang bishop dari Antiokhia, Syria (Louis Berkhof, ‘The History of Christian Doctrines’, hal. 78). Adapun ajaran Paul dari Samosata adalah sebagai berikut seperti yang dijelaskan Louis Berkhof (note : bacalah perlahan-lahan sambil membandingkannya dengan ajaran Jusuf Roni terutama kata-kata yang saya garisbawahi) : “Menurutnya Logos/Firman memang sehakekat atau dari zat / substansi yang sama dengan Bapa, tetapi bukan merupakan seorang Pribadi yang berbeda dalam diri Allah. Ia bisa disamakan dengan Allah, karena Ia ada dalam Dia sama seperti pikiran / akal manusia ada dalam manusia. Ia hanya semata-mata merupakan kuasa yang bukan merupakan pribadi, hadir dalam semua manusia, tetapi khususnya bekerja dalam manusia Yesus....Dengan konstruksi doktrin tentang Logos/Firman ini, Paul dari Samosata mempertahankan kesatuan / keesaan Allah sebagai kesatuan pribadi maupun kesatuan hakekat, karena Logos/Firman dan Roh Kudus semata-mata merupakan sifat-sifat, yang bukan merupakan pribadi, dari Allah; dan dengan demikian menjadi pelopor dari ajaran Socinians dan Unitarians yang muncul belakangan” (‘The History of Christian Doctrines’, hal. 78). Mirip bukan dengan ajaran Jusuf Roni? Jadi sekali lagi saya tegaskan, ajaran Jusuf Roni sama sekali jauh dari ajaran Kristen pada umumnya dan bertentangan dengan Alkitab. Ajaran Jusuf Roni seperti yang sudah saya tunjukkan lebih mirip dengan ajaran Saksi Yehovah, ajaran Unitarianisme dan ajaran Dynamic Monarchianism yang adalah ajaran-ajaran yang dianggap bidat di kalangan kekristenan. Sayang sekali banyak jemaat dan juga pendeta-pendeta yang hadir tidak menyadari hal ini padahal Alkitab berkata : “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (1 Yoh 4:1).
Mengapa Jusuf Roni bisa seperti ini?
Sesuatu yang sangat saya sayangkan adalah mengapa Jusuf Roni bisa mempercayai ajaran semacam ini? Dulunya saya begitu mengaguminya dan saya mempunyai banyak koleksi kaset khotbah-khotbahnya. Mengapa seorang yang bertobat dan meninggalkan agamanya yang lama lalu masuk agama Kristen bahkan sudah giat memberitakan Injil justru mempercayai bahkan menyebarkan ajaran yang menyimpang semacam ini dan menyeret banyak orang Kristen ke dalam ajaran seperti ini apalagi doktrin Tritunggal adalah ajaran dasar/fondasi dari agama Kristen? Kelihatannya Jusuf Roni melakukan ini demi mencapai titik temu dengan agama Islam dan Yahudi. Ini sesuai dengan apa yang dikatakannya dalam Majalah ‘NARWASTU’, bulan Juni 2000 : “Jadi monoteisme Abraham itu meeting point, ketemu dengan agama Islam, juga dengan agama Yahudi. ...”. Inilah tujuan Jusuf Roni sebenarnya. Bahkan menurut saya Jusuf Roni kelihatannya bukan hanya mau mempertemukan doktrin Allah Tritunggal dalam Kristen dan doktrin tentang Allah dalam ajaran Islam dan Yahudi, tetapi ia juga mau membuat doktrin Allah Tritunggal itu menjadi ajaran yang masuk akal / bisa diterima oleh akal. Dengan mengatakan bahwa Allah hanya 1 pribadi/dzat, yang mempunyai Firman dan Roh, maka jelas sekali itu merupakan suatu doktrin yang bisa diterima akal (tetapi tidak alkitabiah). Ia tidak menyadari bahwa dalam mempelajari doktrin tentang Allah, perlu diketahui dan dicamkan bahwa otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti total Allah yang tidak terbatas. Ayub 11:7-9 : (7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit -- apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati -- apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”. Karena itu jika ada orang yang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa diterima akal sampai tuntas, itu pasti sesat! Selain itu dalam ajaran tentang Allah Tritunggal (dan juga tentang Kristus dan doktrin keselamatan) tidak ada ‘meeting point’ (titik temu) antara Kristen dan Islam yang memang merupakan 2 agama yang berbeda bahkan bertentangan. Bahkan menurut saya juga tidak ada ‘meeting point’ dengan agama Yahudi, karena agama Yahudi hanya berdasarkan Perjanjian Lama, yang sekalipun sudah mengandung ajaran tentang Allah Tritunggal, tetapi masih samar-samar. Jadi monoteisme agama Yahudi adalah monoteisme yang mutlak, sedangkan monoteisme Kristen adalah monoteisme yang tidak mutlak, karena kita mempercayai Allah yang esa dalam 3 pribadi. Kalau Jusuf Roni bisa membuat titik temu, jelas itu disebabkan ia sudah mengkompromikan ajaran Kristen dan mengajarkan suatu doktrin yang sudah dikorupsi demi mencapai kesamaan itu. Dalam CD nya yang saya dengarkan, Jusuf Roni mengatakan bahwa ketika dia memberi penjelasan tentang Tritunggal demikian, maka orang Islam pun berkata “wah…kalau demikian ceritanya berarti kita sama dong!” padahal saya sudah tunjukkan bahwa ajarannya menyimpang dari Alkitab. Jadi Jusuf Roni ternyata mengorbankan / mengkompromikan kebenaran demi memperoleh “kedamaian” dan penerimaan baik dari orang Islam maupun Yahudi.
Memakai Alkitab dan mirip doktrin Tritunggal Kristen.
Ketika saya mensharingkan masalah ini kepada seorang teman, ia berkata“tapi bukankah Jusuf Roni juga memakai ayat Alkitab sebagai dasar ajarannya dan ajarannya sangat mirip dengan ajaran Kristen?” Saya menjawab bahwa memakai ayat Alkitab saja tidak lantas berarti bahwa ajaran itu alkitabiah. Hampir semua ajaran sesat memakai ayat-ayat Alkitab. Sewaktu ular/setan menggoda Hawa, ia juga memakai firman Tuhan kan (Kej 3:1b)? Demikian juga pada saat iblis mencobai Yesus, ia memakai ayat Alkitab. (Mat 4:5-6; Maz 91:11-12). Jadi memakai ayat Alkitab belum tentu itu adalah ajaran Alkitab, tergantung bagaimana dia menafsirkan ayat itu dilihat dari seluruh terang Kitab Suci mulai dari Kejadian sampai Wahyu. Kita tidak boleh menafsirkan 1 ayat dan mengabaikan ayat-ayat yang lain. Semua itu harus dilihat dan ditafsirkan secara bersama-sama.
Selain itu soal masalah kemiripan dengan ajaran Kristen, memang kelihatannya mirip jika kita tidak menelitinya tetapi jika kita menelitinya maka justru ajaran Jusuf Roni sangat jauh dari ajaran Kristen dan justru lebih mirip dengan ajaran bidat-bidat seperti yang sudah saya tunjukkan di atas. Tapi kalau pun mau dikatakan mirip ajaran Kristen, tentu itu wajar karena jika sesuatu mau dibuat palsu, dia harus mirip dengan yang asli. Jika orang ingin membuat uang palsu maka dia harus membuat semirip mungkin dengan uang asli baik dari segi ukuran (panjang dan lebar, tebal), warna, jenis huruf, gambar, dll. Yesus berkata : "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (Mat 7:15). Jelas bukan bahwa mereka tidak datang seperti serigala asli, mereka datang dalam rupa domba sehingga mirip sekali dengan domba bukan? Jadi kalau ada ajaran palsu yang mirip dengan ajaran Kristen itu wajar dan karena itu kita harus berhati-hati. Orang tidak akan tahu suatu uang adalah uang palsu kecuali dia benar-benar mengetahui seperti apa uang asli. Demikian juga orang tidak akan tahu suatu ajaran adalah ajaran yang palsu jika tidak tidak mengetahui seperti apa ajaran yang benar. Mengapa saya menuliskan ini?
Sewaktu saya mempertimbangkan untuk menulis tanggapan ini, saya sadari bahwa ini mungkin akan mendatangkan sikap jengkel/tidak senang kepada saya dari orang-orang yang pro pada ajaran Jusuf Roni ini. Tetapi haruskah itu mencegah saya untuk membiarkan suatu ajaran yang menyimpang disebarluaskan tanpa saya berbuat apa-apa? Berdasarkan Firman Tuhan dalam 1 Yoh 4:1 : “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” maka saya mengharapkan agar semua pendengar Jusuf Roni melakukan Firman Tuhan ini dengan menguji ajaran Jusuf Roni dari Alkitab seperti yang dilakukan oleh orang Kristen di Berea : “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (Kis 17:11) tapi kalau ternyata tidak ada orang yang melakukan itu, biarlah saya yang melakukannya. Lagi pula saya teringat bahwa jemaat di Korintus pernah ditegur karena mereka sabar saja menghadapi ajaran yang asing : Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. (2 Kor 11:4) sedangkan jemaat di Efesus pernah dipuji oleh Tuhan karena mereka tidak dapat sabar terhadap ajaran-ajaran palsu : “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta” (Wah 2:2). Karena itulah saya memutuskan untuk menulis tanggapan ini dengan harapan agar apa yang saya paparkan dapat menolong banyak jemaat untuk melihat manakah ajaran yang benar yang sesuai dengan Alkitab dan manakah ajaran palsu yang menyimpang dari Alkitab. Seandainya ada pihak yang bisa mengirimkan tulisan saya ini kepada Pdt. Jusuf Roni, saya berterima kasih untuk itu dan mengharapkan agar dia dapat memberikan tanggapan baliknya. Kiranya Tuhan menolong umat-Nya di zaman yang semakin bengkok ini. Habis!
Alkitab juga melimpah dengan ayat-ayat yang menyatakan bahwa Roh Kudus melakukan tindakan-tindakan yang menunjukkan bahwa Ia adalah suatu pribadi. Perhatikan kata-kata yang saya garisbawahi dalam ayat-ayat berikut : Neh 9:20a - “Dan Engkau memberikan kepada mereka RohMu yang baik untuk mengajar mereka”. Yoh 15:26 : “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku”. Yoh 16:8 : “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”. Rom 8:26 : “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”. Rom 8:14 : “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah”. Kis 8:29 : “Lalu kata Roh kepada Filipus: ‘Pergilah ke situ dan dekatilah kereta itu!’”. Kis 16:6-7 : “(6) Mereka melintasi tanah Frigia dan tanah Galatia, karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia. (7) Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka”. Kis 15:28 : “Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini”. Gal 4:6 : “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita, yang berseru: ‘ya Abba, ya Bapa!’”. Kis 6:10 : “tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara”. Maz 143:10 : “Ajarlah aku melakukan kehendakMu, sebab Engkaulah Allahku! Kiranya RohMu yang baik itu menuntun aku di tanah yang rata!”. 1Tes 1:6b : “dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus” dan masih banyak lagi. Sekarang silahkan saudara pikirkan sendiri, bisakah sesuatu yang bukan pribadi melainkan hanya kuasa/sifat dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, bersaksi, menginsafkan, membantu, berdoa, memimpin, berkata-kata, mencegah, memutuskan, berseru, mendorong, menuntun, mengerjakan, dll? Hanya orang bodoh yang bisa bisa berkesimpulan demikian. Hal-hal seperti itu hanya bisa dilakukan oleh ‘seseorang yang berpribadi’, bukan oleh ‘sesuatu yang tidak berpribadi’. Herbert Lockyer berkata : “Secara keseluruhan, sekitar 160 teks dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyinggung tindakan-tindakan dari Roh. Menyangkal kepribadian bagi Dia sama dengan membuat ayat-ayat referensi ini tak mempunyai arti dan menggelikan.) (‘The Holy Spirit of God’, hal. 31).
Jikalau data-data ini dirasa masih kurang, baiklah akan saya tambahkan lagi. Di dalam Alkitab juga ada hal-hal yang bisa dilakukan terhadap Roh Kudus, yang hanya bisa dilakukan terhadap seorang pribadi. Perhatikan ayat-ayat berikut : Kis 7:51 : “Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, …”. Mat 12:31-32 : “(31) “…Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni,…”. Ibr 10:29 : “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”. Kis 5:3,9 : “(3) Tetapi Petrus berkata: ‘Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? ... (9) Kata Petrus: ‘Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?....’” Jikalau Jusuf Roni mengatakan bahwa Roh Kudus hanya sifat Allah dan bukan pribadi Allah sendiri, silahkan Jusuf Roni memikirkannya sendiri. Bisakan orang menentang, menghujat, menghina, mendustai dan mencobai suatu sifat? Betapa naifnya kalau ia menjawab ya!
Dari data-data Alkitab yang sudah saya paparkan ini, jelas bahwa ajaran Alkitab bukan seperti yang dipahami oleh Jusuf Roni. Alkitab mengajarkan adanya 3 pribadi di dalam keallahan yakni Bapa, Anak dan Roh Kudus. Apakah itu berarti bahwa orang Kristen percaya ada 3 Allah? Sama sekali tidak (lihat kembali Pengakuan Iman Athanasius di atas). John Calvin berkata : “Tiga yang dibicarakan, masing-masing adalah Allah sepenuhnya, tetapi tidak ada lebih dari satu Allah” (‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 3). Adanya ayat-ayat Alkitab yang mengatakan bahwa Allah itu esa seperti Ul 6:4; 1 Raj 8:60; Mark 12:32; Yoh 17:3; 1Kor 8:4; 1 Tim 2:5; Yak 2:19, dll harus diartikan bersama-sama dengan sejumlah ayat lain yang menunjukkan adanya kejamakan tertentu dalam diri Allah yang sudah saya paparkan sedikit di atas. Jika kita mengatakan Allah itu esa secara mutlak dalam arti 1 pribadi/dzat seperti yang dipercayai Jusuf Roni, maka kita akan menjadi Unitarian. Calvin mengutip kata-kata Gregory Nazianzus sebagai berikut : “Saya tidak dapat memikirkan yang satu tanpa dengan cepat dilingkupi oleh kemegahan dari yang tiga; juga saya tidak bisa melihat yang tiga tanpa segera dibawa kembali kepada yang satu” (‘Institutes of the Christian Religion’, Book I, Chapter XIII, No 17). Tetapi jika kita mempercayai ada 3 Allah maka kita akan menjadi Triteisme dan itu kafir. Karena itu doktrin Tritunggal berada di antara dua posisi ini. Loraine Boettner berkata : “Kami mendapatkan bahwa doktrin ini mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga pada satu sisi doktrin ini menghindari monoteisme yang keras dari orang-orang Yahudi dan Islam, dan pada sisi yang lain menghindari politeisme yang bodoh dari orang Yunani dan Romawi”. (‘Studies in Theology’, hal 110). Orang Kristen percaya bahwa Allah itu ESA DI DALAM HAKIKATNYA tetapi TIGA DI DALAM PRIBADINYA. Karena hakikat-Nya yang satu ini maka kita tidak bisa mengatakan bahwa ada 3 Allah. Karena adanya 3 pribadi ini maka kita tidak bisa mengatakan bahwa hanya ada satu secara mutlak (1 pribadi).
Mirip Dynamic Monarchianism.
Pada waktu saya menelusuri sejarah tentang ajaran sesat tentang Allah Tritunggal, maka saya mendapatkan bahwa kelihatannya ajaran Jusuf Roni tentang Allah Tritunggal ini mempunyai kemiripan dengan ajaran sesat tentang Allah Tritunggal yang disebut Dynamic Monarchianism. Kata “monarchianism” berarti ‘pemerintah / penguasa tunggal’. Ajaran ini menekankan keesaan Allah, dan ini menyebabkan mereka mengorbankan keilahian Kristus. Dr. Freundt mengatakan : “Abad ketiga merupakan saat di mana banyak teori-teori anti-tritunggal berkembang sebagai suatu usaha untuk menjaga kepercayaan kepada satu Allah bersama-sama dengan kepercayaan kepada Kristus sebagai Anak Allah. (Monarchianisme berasal dari 2 kata Yunani yang berarti satu pemerintah / penguasa.) Para pengikut Monarchianisme percaya bahwa doktrin tentang Tritunggal yang dikembangkan oleh para Apologists dan ahli-ahli teologia Katolik / Universal membahayakan kesatuan / keesaan Allah. (‘Early Christianity’, hal. 47). Louis Berkhof menulis : “Ini merupakan jenis Monarchianisme yang mempunyai keinginan utama untuk mempertahankan keesaan Allah, dan sepenuhnya sejalan dengan bidat Ebionite dari Gereja mula-mula dan dengan Unitarianisme pada zaman sekarang ini”. (‘The History of Christian Doctrines’, hal. 77). Bukankah itu yang mau diusahakan oleh Jusuf Roni?
Sesuatu yang menarik adalah bahwa ajaran ini diajarkan oleh seorang yang bernama Artemon, seorang yang lahir di Syria, dan seorang pengajar yang paling terkenal dari ajaran ini bernama Paul dari Samosata, seorang bishop dari Antiokhia, Syria (Louis Berkhof, ‘The History of Christian Doctrines’, hal. 78). Adapun ajaran Paul dari Samosata adalah sebagai berikut seperti yang dijelaskan Louis Berkhof (note : bacalah perlahan-lahan sambil membandingkannya dengan ajaran Jusuf Roni terutama kata-kata yang saya garisbawahi) : “Menurutnya Logos/Firman memang sehakekat atau dari zat / substansi yang sama dengan Bapa, tetapi bukan merupakan seorang Pribadi yang berbeda dalam diri Allah. Ia bisa disamakan dengan Allah, karena Ia ada dalam Dia sama seperti pikiran / akal manusia ada dalam manusia. Ia hanya semata-mata merupakan kuasa yang bukan merupakan pribadi, hadir dalam semua manusia, tetapi khususnya bekerja dalam manusia Yesus....Dengan konstruksi doktrin tentang Logos/Firman ini, Paul dari Samosata mempertahankan kesatuan / keesaan Allah sebagai kesatuan pribadi maupun kesatuan hakekat, karena Logos/Firman dan Roh Kudus semata-mata merupakan sifat-sifat, yang bukan merupakan pribadi, dari Allah; dan dengan demikian menjadi pelopor dari ajaran Socinians dan Unitarians yang muncul belakangan” (‘The History of Christian Doctrines’, hal. 78). Mirip bukan dengan ajaran Jusuf Roni? Jadi sekali lagi saya tegaskan, ajaran Jusuf Roni sama sekali jauh dari ajaran Kristen pada umumnya dan bertentangan dengan Alkitab. Ajaran Jusuf Roni seperti yang sudah saya tunjukkan lebih mirip dengan ajaran Saksi Yehovah, ajaran Unitarianisme dan ajaran Dynamic Monarchianism yang adalah ajaran-ajaran yang dianggap bidat di kalangan kekristenan. Sayang sekali banyak jemaat dan juga pendeta-pendeta yang hadir tidak menyadari hal ini padahal Alkitab berkata : “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (1 Yoh 4:1).
Mengapa Jusuf Roni bisa seperti ini?
Sesuatu yang sangat saya sayangkan adalah mengapa Jusuf Roni bisa mempercayai ajaran semacam ini? Dulunya saya begitu mengaguminya dan saya mempunyai banyak koleksi kaset khotbah-khotbahnya. Mengapa seorang yang bertobat dan meninggalkan agamanya yang lama lalu masuk agama Kristen bahkan sudah giat memberitakan Injil justru mempercayai bahkan menyebarkan ajaran yang menyimpang semacam ini dan menyeret banyak orang Kristen ke dalam ajaran seperti ini apalagi doktrin Tritunggal adalah ajaran dasar/fondasi dari agama Kristen? Kelihatannya Jusuf Roni melakukan ini demi mencapai titik temu dengan agama Islam dan Yahudi. Ini sesuai dengan apa yang dikatakannya dalam Majalah ‘NARWASTU’, bulan Juni 2000 : “Jadi monoteisme Abraham itu meeting point, ketemu dengan agama Islam, juga dengan agama Yahudi. ...”. Inilah tujuan Jusuf Roni sebenarnya. Bahkan menurut saya Jusuf Roni kelihatannya bukan hanya mau mempertemukan doktrin Allah Tritunggal dalam Kristen dan doktrin tentang Allah dalam ajaran Islam dan Yahudi, tetapi ia juga mau membuat doktrin Allah Tritunggal itu menjadi ajaran yang masuk akal / bisa diterima oleh akal. Dengan mengatakan bahwa Allah hanya 1 pribadi/dzat, yang mempunyai Firman dan Roh, maka jelas sekali itu merupakan suatu doktrin yang bisa diterima akal (tetapi tidak alkitabiah). Ia tidak menyadari bahwa dalam mempelajari doktrin tentang Allah, perlu diketahui dan dicamkan bahwa otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti total Allah yang tidak terbatas. Ayub 11:7-9 : (7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit -- apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati -- apa yang dapat kauketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”. Karena itu jika ada orang yang bisa mengajarkan doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa diterima akal sampai tuntas, itu pasti sesat! Selain itu dalam ajaran tentang Allah Tritunggal (dan juga tentang Kristus dan doktrin keselamatan) tidak ada ‘meeting point’ (titik temu) antara Kristen dan Islam yang memang merupakan 2 agama yang berbeda bahkan bertentangan. Bahkan menurut saya juga tidak ada ‘meeting point’ dengan agama Yahudi, karena agama Yahudi hanya berdasarkan Perjanjian Lama, yang sekalipun sudah mengandung ajaran tentang Allah Tritunggal, tetapi masih samar-samar. Jadi monoteisme agama Yahudi adalah monoteisme yang mutlak, sedangkan monoteisme Kristen adalah monoteisme yang tidak mutlak, karena kita mempercayai Allah yang esa dalam 3 pribadi. Kalau Jusuf Roni bisa membuat titik temu, jelas itu disebabkan ia sudah mengkompromikan ajaran Kristen dan mengajarkan suatu doktrin yang sudah dikorupsi demi mencapai kesamaan itu. Dalam CD nya yang saya dengarkan, Jusuf Roni mengatakan bahwa ketika dia memberi penjelasan tentang Tritunggal demikian, maka orang Islam pun berkata “wah…kalau demikian ceritanya berarti kita sama dong!” padahal saya sudah tunjukkan bahwa ajarannya menyimpang dari Alkitab. Jadi Jusuf Roni ternyata mengorbankan / mengkompromikan kebenaran demi memperoleh “kedamaian” dan penerimaan baik dari orang Islam maupun Yahudi.
Memakai Alkitab dan mirip doktrin Tritunggal Kristen.
Ketika saya mensharingkan masalah ini kepada seorang teman, ia berkata“tapi bukankah Jusuf Roni juga memakai ayat Alkitab sebagai dasar ajarannya dan ajarannya sangat mirip dengan ajaran Kristen?” Saya menjawab bahwa memakai ayat Alkitab saja tidak lantas berarti bahwa ajaran itu alkitabiah. Hampir semua ajaran sesat memakai ayat-ayat Alkitab. Sewaktu ular/setan menggoda Hawa, ia juga memakai firman Tuhan kan (Kej 3:1b)? Demikian juga pada saat iblis mencobai Yesus, ia memakai ayat Alkitab. (Mat 4:5-6; Maz 91:11-12). Jadi memakai ayat Alkitab belum tentu itu adalah ajaran Alkitab, tergantung bagaimana dia menafsirkan ayat itu dilihat dari seluruh terang Kitab Suci mulai dari Kejadian sampai Wahyu. Kita tidak boleh menafsirkan 1 ayat dan mengabaikan ayat-ayat yang lain. Semua itu harus dilihat dan ditafsirkan secara bersama-sama.
Selain itu soal masalah kemiripan dengan ajaran Kristen, memang kelihatannya mirip jika kita tidak menelitinya tetapi jika kita menelitinya maka justru ajaran Jusuf Roni sangat jauh dari ajaran Kristen dan justru lebih mirip dengan ajaran bidat-bidat seperti yang sudah saya tunjukkan di atas. Tapi kalau pun mau dikatakan mirip ajaran Kristen, tentu itu wajar karena jika sesuatu mau dibuat palsu, dia harus mirip dengan yang asli. Jika orang ingin membuat uang palsu maka dia harus membuat semirip mungkin dengan uang asli baik dari segi ukuran (panjang dan lebar, tebal), warna, jenis huruf, gambar, dll. Yesus berkata : "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. (Mat 7:15). Jelas bukan bahwa mereka tidak datang seperti serigala asli, mereka datang dalam rupa domba sehingga mirip sekali dengan domba bukan? Jadi kalau ada ajaran palsu yang mirip dengan ajaran Kristen itu wajar dan karena itu kita harus berhati-hati. Orang tidak akan tahu suatu uang adalah uang palsu kecuali dia benar-benar mengetahui seperti apa uang asli. Demikian juga orang tidak akan tahu suatu ajaran adalah ajaran yang palsu jika tidak tidak mengetahui seperti apa ajaran yang benar. Mengapa saya menuliskan ini?
Sewaktu saya mempertimbangkan untuk menulis tanggapan ini, saya sadari bahwa ini mungkin akan mendatangkan sikap jengkel/tidak senang kepada saya dari orang-orang yang pro pada ajaran Jusuf Roni ini. Tetapi haruskah itu mencegah saya untuk membiarkan suatu ajaran yang menyimpang disebarluaskan tanpa saya berbuat apa-apa? Berdasarkan Firman Tuhan dalam 1 Yoh 4:1 : “Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia” maka saya mengharapkan agar semua pendengar Jusuf Roni melakukan Firman Tuhan ini dengan menguji ajaran Jusuf Roni dari Alkitab seperti yang dilakukan oleh orang Kristen di Berea : “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian. (Kis 17:11) tapi kalau ternyata tidak ada orang yang melakukan itu, biarlah saya yang melakukannya. Lagi pula saya teringat bahwa jemaat di Korintus pernah ditegur karena mereka sabar saja menghadapi ajaran yang asing : Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. (2 Kor 11:4) sedangkan jemaat di Efesus pernah dipuji oleh Tuhan karena mereka tidak dapat sabar terhadap ajaran-ajaran palsu : “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta” (Wah 2:2). Karena itulah saya memutuskan untuk menulis tanggapan ini dengan harapan agar apa yang saya paparkan dapat menolong banyak jemaat untuk melihat manakah ajaran yang benar yang sesuai dengan Alkitab dan manakah ajaran palsu yang menyimpang dari Alkitab. Seandainya ada pihak yang bisa mengirimkan tulisan saya ini kepada Pdt. Jusuf Roni, saya berterima kasih untuk itu dan mengharapkan agar dia dapat memberikan tanggapan baliknya. Kiranya Tuhan menolong umat-Nya di zaman yang semakin bengkok ini. Habis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)