Dalam seminarnya di Surabaya, Dr. Suhento
Liauw memfitnah Pdt. Stephen Tong, Pdt. Budi Asali yang juga hadir dalam
seminar itu lalu memberikan tanggapan terhadap fitnahan tersebut (Baca di sini).
Tetapi Dr. Steven Liauw (anaknya Dr. Suhento Liauw) memberikan sanggahan atas
tanggapan Pdt. Budi Asali itu (Baca di sini). Dan berikut ini adalah tanggapan
balik dari Pdt. Budi Asali untuk Dr. Steven Liauw.
Keterangan :
Warna hijau = Fitnahan Suhento Liauw
dalam seminar di Surabaya
Warna biru
= tanggapan Pdt. Budi Asali
Warna hitam = sanggahan Steven Liauw
Warna merah
= tanggapan Pdt. Budi Asali
**************
18) Dalam pengajaran,
Suhento Liauw ini sering memfitnah orang :
a.
Ia menunjukkan foto di
koran, ada 4 orang, themanya kira-kira penyatuan / penyamaan Kristen dengan
Katolik. Lalu berkata: yang ini James Ryadi (memang benar), yang ini Stephen
Tong (ngawur, itu pasti bukan Stephen Tong). Lalu di koran itu ditulis nama
Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia.
Tanggapan Budi Asali:
Ini saya protes dalam acara
tanya jawab dan saya jelaskan: yang satu memang James Ryadi, yang satu lagi
Yakub Susabda, tetapi tak ada Stephen Tong, itu FITNAH! Dia agak
malu, lalu bilang kalau fotonya kabur jadi mirip Stephen Tong. Padahal fotonya
nggak mirip sama sekali dengan Stephen Tong! Dan kalau memang tidak tahu, lebih
baik jangan omong tentang kejelekan orang lain, atau itu harus dianggap sebagai
FITNAH!
Tanggapan Steven Liauw:
Tuduhan yang cukup berat, tetapi ada beberapa “barang bukti” yang
tidak disampaikan:
1.
Apakah Dr. Suhento Liauw, setelah mendapat klarifikasi dari Budi
Asali, bahwa itu bukan Stephen Tong, tetap mengatakan itu Stephen Tong? Ini
saya rasa adalah kuncinya. Kalau Dr. Suhento Liauw tetap ngotot mengatakan itu
Stephen Tong, dan terbukti bukan Stephen Tong, maka bisa saja dikatakan fitnah.
Tetapi, kalau sesudah diklarifikasi, Dr. Liauw menerima baik klarifikasi itu,
maka apanya yang fitnah??
Baik, untuk menjernihkan, saya akan pampangkan foto yang dimaksud:
Foto ini diambil dari koran Suara Pembaruan, 27 Agustus 2008. Inti
yang dibahas oleh Dr. Liauw adalah bahwa ada gerakan penyatuan
Protestan-Katolik, dengan contoh kasus artikel ini, yang menyatakan bahwa
Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia membuka dialog agar tidak
terjadi perpecahan dengan Katolik.
Tanggapan balik Budi Asali:
Nonsense! Kalau maling
tertanggap basah pada saat mencuri, apakah dia akan tetap ngotot kalau ia tidak
mencuri? Suatu fitnah, kalaupun sudah diakui dan bahkan kalaupun yang memfitnah
sudah minta maaf, tetap merupakan suatu fitnah! Ini tidak bisa ditarik kembali.
Sama seperti kalau seseorang mencuri, lalu tertangkap basah, lalu dia minta
ampun, dan mengembalikan barang yang ia curi, apakah itu membuat dia bukan
merupakan pencuri? Betul-betul omong kosong!
Apalagi dalam kasus Suhento
Liauw memfitnah Pdt. Stephen Tong, tidak pernah ada pengakuan kalau ia
memfitnah. Dia hanya bertanya: kalau begitu itu siapa?
Bukan saja tidak ada
pengakuan kalau ia memfitnah, tetapi sebaliknya ada bantahan yang merupakan
dusta, yang dinyatakan oleh muridnya yang bernama Dji Ji Liong (lihat tulisan
saya dalam file ‘fitnah Suhento Liauw ttg Stephen Tong’), maupun sekarang oleh
anaknya, yaitu Steven Liauw (lihat point 2 di bawah ini), bahwa pada saat itu
bukan ia yang mengucapkan nama ‘Stephen Tong’ itu, tetapi itu diucapkan oleh
salah satu audience, yang menjawab pertanyaannya (sambil menunjuk kepada orang
kedua dari kiri dalam foto dari koran) ‘Ini siapa?’. Padahal, saya yakin bahwa
yang mengucapkan nama ‘Stephen Tong’ itu adalah Suhento Liauw sendiri, dan juga
2 jemaat saya yang hadir dalam seminar
mempunyai keyakinan yang sama dengan saya. Kami bertiga duduk cukup depan
(baris ke 2 atau ke 3 dari depan) sehingga tidak mungkin salah dengar.
Catatan: foto koran yang diberikan
oleh Steven Liauw akan saya berikan dalam file tersendiri.
2.
Dr. Suhento Liauw mulai dengan bertanya kepada audiens: Nah,
orang-orang ini siapa? Lalu beliau mulai dengan tokoh paling kanan, dan
berkata, “Nah, kalau yang ini James Riady.” Audiens mengiyakan.
Tanggapan balik Budi Asali:
Tak ada audience mengiyakan.
Dalam bagian ini tak ada dialog antara Suhento Liauw dengan audience. Hanya ia
sendiri yang bicara!
Lalu, beralih ke
tokoh kedua dari kanan, “Nah, kalau yang ini, apakah ini Stephen Tong?” Audiens
sebagian mengiyakan, “Ya itu Stephen Tong.”
Tanggapan balik Budi Asali:
Bohong! Yang Suhento Liauw
katakan adalah ‘Nah, ini siapa? Ini Stephen Tong’. Lagi-lagi tak ada dialog
antara Suhento Liauw dengan audience! Ia sendiri yang tanya, dan ia sendiri
yang menjawab! Juga tak ada audience mengiyakan. Bahkan saya berbisik (cukup
keras) kepada kedua jemaat saya, ‘Itu bukan Stephen Tong!’.
Jadi, Dr. Suhento sebenarnya mulai dengan pertanyaan, bukan
pernyataan. Ada
audiens yang ikut mengiyakan.
Tanggapan balik Budi Asali:
Lagi-lagi bohong! Itu
pertanyaan yang lalu diberi jawaban oleh Suhento Liauw sendiri! Dan tak ada
audience mengiyakan.
Disamping itu, penjelasan
Steven Liauw ini berbeda dengan
penjelasan dari murid Suhento Liauw yang bernama Dji Ji Liong itu. Akan saya
kutipkan kata-kata Dji Ji Liong di sini. Dji Ji Liong menulis: “Mengenai foto di koran itu memang buram (tidak jelas siapa)
dan itu memang koran tentang STT Reformed Injili Indonesia, dan kata Dr. Suhento
Liauw (ketika saya konfirmasi langsung dengan beliau) beliau berkata: justru
yang sebut “Stephen Tong” itu adalah audiens
seminar, bukan Dr. Suhento Liauw yg menyebutnya.”. Jadi, kalau menurut Dji Ji
Liong yang menyebutkan nama ‘Stephen Tong’ adalah audience! Jadi Suhento Liauw
tidak menyebutkan nama ‘Stephen Tong’ itu. Tetapi kalau menurut Steven Liauw,
Suhento Liauw menanyakan ‘Nah, kalau yang ini, apakah ini Stephen Tong?’ Lalu “Audiens sebagian mengiyakan, ‘Ya itu Stephen Tong.’”. Yang mana yang benar? Menurut saya keduanya
berdusta untuk menutupi fitnahan Suhento Liauw!
Baik kepada Dji Ji Liong
maupun Steven Liauw, dan juga kepada audience (kalau-kalau ada yang mau
mengakui kebenaran cerita Dji Ji Liong atau Steven Liauw), saya ingin bertanya: kalian mau jadi Juruselamat
bagi Suhento Liauw? Dan kalian mau menjadi
Juruselamat dengan cara berdusta? Sudah ada satu Juruselamat, dan hanya
satu, yaitu Yesus! Kalau mau diampuni, suruh Suhento Liauw percaya Yesus
dan minta ampun kepadaNya, dan saya jamin ia akan diampuni. Tetapi dengan
berkomplot seperti ini, membuat dusta untuk menutup-nutupi fitnahnya, ia justru
tidak diampuni. Tak heran, dari jaman Adam dan Hawa hal seperti ini sudah
terjadi. Adam bukannya mengakui dosanya, tetapi melemparkannya kepada Hawa, dan
demikian juga Hawa tidak mengkui dosanya tetapi melemparkannya kepada ular /
setan!
Nah, memang, Dr. Suhento mengakui bahwa dirinya juga awalnya
mengira ini adalah Stephen Tong.
Tanggapan balik Budi Asali:
Lucu juga kalau Suhento Liauw
bisa mengira bahwa foto itu adalah foto dari Pdt. Stephen Tong! Dalam tulisan
di bawah foto, maupun dalam seluruh tulisan berkenaan penyatuan Kristen dan
Katolik yang melibatkan STTRII itu sama sekali tak ada disebutkan nama ‘Stephen
Tong’. Bagus sekali Steven Liauw memberikan foto koran itu dalam tulisannya.
Ini sama seperti ‘bunuh diri’, karena koran itu bisa dibaca seluruh artikelnya
berkenaan dengan hal ini, dan saya sudah membacanya dan sama sekali tidak ada
nama ‘Stephen Tong’ di sana!
Juga foto itu sama sekali
tidak mirip dengan Stephen Tong. Saya tak percaya Suhento Liauw tak tahu
wajahnya Stephen Tong, sehingga bisa keliru dengan orang yang sama sekali tidak
mirip. Saudara yang mau membuktikan mirip atau tidaknya orang itu dengan
Stephen Tong bisa melihat koran itu, orang yang ditunjuk oleh Suhento Liauw
adalah orang kedua dari kanan.
Saya ada buka-buka web untuk membandingkan dengan foto Stephen
Tong (di wikipedia, dan situs-situs lain), dan saya dapatkan bahwa memang bisa
saja orang terkecoh, terutama yang tidak kenal pribadi dengan pak Tong.
Tentunya Budi Asali yang sesama Reformed (walaupun beda organisasi dan saya
tahu ada beda doktrin juga) lebih kenal. Tetapi rupanya bukan hanya Dr. Liauw
yang terkecoh, tetapi audiens juga lumayan banyak yang terkecoh. Mungkin karena
konteks artikel mengenai “Reformed,” itu membuat semacam sugesti. Tetapi memang
Dr. Liauw memulai dengan pertanyaan, bukan suatu deklarasi tegas, audiens
mengiyakan. Dr. Liauw memang secara pribadi juga mengira itu benar Stephen
Tong. Untuk kesalahan ini, Ev. Dance, salah satu panitia seminar, lewat status
FB-nya sudah minta maaf.
Tanggapan balik Budi Asali:
Bohong lagi! Pertama saya
yakin tanpa buka web, anda pasti tahu tampangnya Pak Tong. Kedua, dengan buka
web dan cari foto Pak Tong, anda pasti tahu dengan lebih pasti lagi bahwa foto
orang yang ditunjuk (yang kalau menurut keterangan gambar adalah seorang
pastor) sangat berbeda dengan wajah Pak Tong, seperti bumi dengan langit! Orang
itu jauh lebih kurus, dan agak membungkuk (orang Jawa bilang ‘sangkuk’),
sedangkan Pak Tong gemuk, kekar, dan tegak. Sama sekali beda!
Juga bohong lagi kalau
audience juga terkecoh! Kalau ada yang terkecoh, itu adalah orang-orang yang
kena katarak!
Bohong lagi, kalau dikatakan
bahwa “Tetapi memang Dr. Liauw memulai dengan pertanyaan, bukan suatu
deklarasi tegas, audiens mengiyakan.”. Lagi-lagi saya tegaskan,
tidak ada dialog. Hanya Suhento Liauw yang bicara. Ia yang tanya, dan ia yang
jawab sendiri pertanyaannya!
Tentang permintaan maaf dari
Ev. Dance Suat saya merasa aneh. Kalau cerita Dji Ji Liong ataupun cerita Steven Liauw benar,
bukankah Suhento Liauw tak salah sama sekali? Lalu untuk apa Dance Suat minta
maaf? Dan kalau memang diakui bahwa Suhento Liauw salah, maka yang
bersalah / memfitnah adalah Suhento Liauw, lalu mengapa yang minta maaf adalah
Dance Suat? Ini aturan dari Alkitab sebelah mana? Juga permintaan maaf hanya
masuk face book!! Bukankah lucu? Kalau mau tulus dalam minta maaf, pertama,
jangan buat dusta macam-macam untuk menutup-nutupi kesalahan. Kedua,
Suhento Liauw yang seharusnya minta maaf. Dan ketiga, permintaan maaf
seharusnya ditujukan kepada orang yang difitnah, yaitu Pdt. Stephen Tong
sendiri!
3.
Pada saat tanya jawab, Budi Asali membuat klarifikasi, bahwa itu
bukanlah Stephen Tong, melainkan Yakub Susabda. (Padahal sebenarnya yang mirip
Yakub Susabda adalah yang nomor tiga dari kanan, bukan nomor dua dari kanan).
Dia bilang tidak ada Stephen Tong di situ, tetapi Yakub Susabda, dan ini dia
tegaskan dengan yakin.
Tanggapan balik Budi Asali:
Ngawur atau dusta lagi! Yang
saya katakan sebagai ‘Yakub Susabda’ bukan orang yang ditunjuk oleh Suhento
Liauw sebagai Pdt. Stephen Tong!
Dr. Liauw,
mengatakan, “benarkah?” Lalu setelah menayangkan kembali foto, dan setelah
ditegaskan lagi oleh Budi Asali, Dr. Liauw berkata kira-kira “Ok, kalau begitu,
tidak masalah [ini bukan Stephen Tong], yang jelas ini adalah Reformed” (Dan
Budi Asali juga menjelaskan beda antara satu Reformed dengan kelompok Reformed
lainnya).
Tanggapan balik Budi Asali:
Bohong lagi. Tak ada
pertanyaan ‘benarkah’ dari Suhento Liauw! Dan juga tak ada tayangan ulang dari
gambar / foto itu. Hanya satu kali penayangan, dan tidak diulang dalam tanya
jawab. Juga tak ada kata-kata ‘Ok, kalau begitu, tidak masalah dsb’.
Intinya adalah:
Dr. Suhento Liauw menerima klarifikasi Budi Asali, dan mengatakan bahwa poin
seminar tidak tergantung kepada siapa individu di dalam foto. Semua orang yang
hadir di seminar itu mendengarkan klarifikasi Budi Asali.
Tanggapan balik Budi Asali:
Omong kosong! Menurut saya
point seminar pada bagian itu justru terletak pada siapa orang dalam foto itu!
Kalau tidak, untuk apa ia tunjukkan foto itu? Dia mau memfitnah Calvinist,
seperti yang biasa ia lakukan dalam tulisan-tulisannya dalam web! Ini
kelihatannya merupakan kebiasaan bejat dari Suhento Liauw dan Steven Liauw!
Dengan kronologi seperti itu, saya jadi bingung mengapa hal ini
diangkat lagi oleh Budi Asali? Apakah dia merasa bahwa Dr. Liauw tidak menerima
klarifikasi-nya? Saya rasa tidak mungkin. Lalu kalau memang klarifikasi sudah
dibuat, sudah didengar semua yang hadir, mengapa Dr. Liauw masih dikatakan
memfitnah? Saya khawatir ini hanyalah suatu serangan demi untuk menyerang.
Suatu serangan untuk membuat sensasi.
Tanggapan balik Budi Asali:
Anda bingung, atau pura-pura
bingung? Seperti saya katakan diatas, sekali suatu fitnah dibuat, itu akan
merupakan fitnah untuk selama-lamanya, tak peduli diakui dinyatakan permintaan
maaf dan sebagainya. Apalagi kalau itu ternyata tidak diakui, sebaliknya
diciptakan kebohongan-kebohongan untuk menutup-nutupinya dsb! Makin kalian tutup-tutupi
makin membuat saya jengkel, dan makin akan saya tekan kalian. Kalau kalian
akui, saya anggap beres.
Serangan demi untuk
menyerang? Untuk membuat sensasi? Sama sekali tidak. Saya bukan orang yang suka
cari sensasi atau apapun.
Saya jujur saja, dari semula
saya tahu tulisan kalian, yang secara sangat kurang ajar memfitnah Calvinisme
luar biasa banyaknya, saya sudah jengkel sekali dengan kalian, bapak dan anak!
Apa maksud kalian? Supaya para Calvinist terlihat sebagai orang tolol dan
sesat, sehingga jangan ada yang ikut Calvinisme, tetapi ikut kalian? Kalau
kalian menyerang dengan fair, saya tak masalah. Tetapi yang kalian lakukan,
adalah memfitnah dulu Calvinisme, baru menyerangnya, seperti yang juga
dilakukan oleh orang-orang Arminian, seperti Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty.
Dan fitnahan ditujukan kepada
Pdt. Stephen Tong, pasti karena ia adalah Calvinist atau karena ia mengaku /
diakui sebagai Calvinist!
Jadi,
saya memang ‘membuka / meledakkan’, atau dalam bahasa anda ‘mengangkat lagi’
hal ini, supaya dengan bukti hitam di atas putih ini, orang-orang, baik di luar
maupun di dalam GBIA Graphe, tahu bahwa Suhento Liauw sering memfitnah. Saya
ingin fitnahan kalian tentang Calvinist / Calvinisme dilihat oleh semua orang,
untuk membersihkan citra Calvinist / Calvinisme!
Kalian mau saya berhenti?
Mudah saja! Tarik kembali file-file / tulisan-tulisan kalian yang memfitnah
Calvinist / Calvinisme, maka saya juga akan berhenti dalam usaha saya
menghancurkan kalian!
Ironisnya, karena penasaran, saya memperbesar foto itu secara
elektronik, dan saya dapatkan bahwa caption di bawah foto masih bisa terbaca:
Jadi, rupanya, Suara Pembaruan membuat caption nama-nama yang
difoto: Wim Tangkilisan, Samuel Budiprasetya, Yohanes Indrakusuma, dan James Riady.
(Catatan: pada waktu seminar, bagian ini tidak terbaca karena buram/kecil).
Malah tidak ada Yakub Susabda! Nah, kalau memang Dr. Liauw
memfitnah Stephen Tong, bukankah dapat dikatakan bahwa Budi Asali memfitnah
Yakub Susabda?
Tanggapan balik Budi Asali:
Hmmm, dalam hati anda pasti
berkata kepada saya ‘Welcome to the club’
[= Selamat datang dalam pekumpulan (dari para pemfitnah)]!!! Tetapi jangan
terburu-buru senang! Seandainya foto di koran itu bukan Yakub Susabda, saya
tetap tidak memfitnah dia, karena dalam berita di koran itu jelas-jelas dia
ada. Nama STTRII ada di koran itu, dan Yakub Susabda adalah rektornya, dan dia
yang jadi moderator dari acara tersebut!
Tetapi lebih lagi, tidak
mungkin orang dalam foto itu bukan dia! Foto anda saya tayangkan di gereja
saya, dan jemaat sayapun yakin kalau itu (yang no 3 dari kanan) adalah Yakub
Susabda. Semua terheran-heran waktu tulisan di bawah foto saya bacakan, karena ternyata
menurut tulisan itu tidak ada Yakub Susabda dalam foto itu. Tulisan di bawah foto itu pasti salah! Saya yakin 1000 % dan saya
bisa buktikan itu dengan memberikan foto dari internet. Saya berikan foto baik
dari Yakub Susabda, maupun dari Pdt. Samuel Budiprasetya, yaitu nama orang ke 3
dari kanan itu menurut tulisan di bawah foto, yang keduanya didapatkan oleh
Pdt. Esra dari internet. Kalian, dan juga pembaca manapun yang membaca tulisan
ini, silahkan bandingkan sendiri, apakah orang ke 3 dari kanan dalam foto itu,
adalah Pdt. Yakub Susabda (sesuai kata-kata saya), atau Pdt. Samuel Budiprasetya
(sesuai dengan tulisan di bawah foto dari koran itu)???
Kalau saya pribadi berkesimpulan tidak demikian. KBBI online
memberi definisi berikut untuk “fitnah”: “perkataan bohong atau tanpa
berdasarkan kebenaran yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang.” Saya melihat
bahwa salah satu elemen krusial dalam fitnah adalah: sudah tahu itu salah,
tetapi masih menyebarkannya dengan tujuan menjelekkan yang bersangkutan.
(Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/fitnah#ixzz1ynWbP8uV)
Saya rasa baik Dr. Liauw maupun Budi Asali memang membuat kesalahan yang jujur,
bukan bermaksud memfitnah. Semoga pembaca juga sampai pada kesimpulan yang
sama.
Tanggapan balik Budi Asali:
Kalau saya, memang tidak
memfitnah. Apa yang saya katakan itu bahkan benar. Orang dalam foto itu memang
Yakub Susabda! Jadi, jangan samakan saya dengan Suhento Liauw dalam hal ini!
Menurut saya, Suhento Liauw memang memfitnah / bermaksud memfitnah! Sudah memfitnah,
masih berusaha menutupi dengan dusta dari murid (Dji Ji Liong) dan anaknya
(Steven Liauw)! Apakah maksudnya memang untuk menjelekkan? Pikir sendiri.
Pertama, tulisan-tulisannya, selalu mejelek-jelekkan Calvinisme dengan
fitnahan. Kedua Pdt. Stephen Tong mengakui diri / diakui sebagai Calvinist /
Reformed! Ketiga, Sama-sama tinggal di Jakarta,
dan sama-sama punya gereja di Jakarta.
Motivasinya jelas, bukan?
Catatan: tulisan Suhento Liauw di web mereka, sekalipun tanpa nama, berbeda dengan tulisan Steven Liauw yang
diberi nama, tetapi saya yakin itu tulisan Suhento Liauw. Mengapa bisa yakin?
Pertama karena yang tanpa nama itu jauh lebih banyak dari yang pakai nama
Steven Liauw. Orang mana dalam kelompok mereka yang bisa menulis lebih banyak
dari Steven Liauw? Kedua, dari seminar yang saya hadiri saya melihat
kalimat-kalimat / argumentasi-argumentasi yang persis sama dengan yang ada
dalam tulisan tanpa nama di web itu.
Saya akhiri tulisan ini
dengan nasehat kepada kalian semua, baik Suhento Liauw, Steven Liauw, Dance
Suat, Dji Ji Liong, dan semua orang dalam kelompok GBIA Graphe / STT kalian,
jadilah orang yang tulus / jujur. Kalau tak setuju dengan pandangan Calvinisme,
silahkan serang, tetapi serang dengan jujur / tulus, jangan dengan fitnahan! Itu
bisa merupakan serangan dan fitnahan terhadap Tuhan sendiri! Dan kalian harus
bertanggung jawab untuk hal itu! Jangan main-main! Orang bisa dibohongi, tetapi
Tuhan tahu isi hati kalian. Jadi, bertobatlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)