11 Agustus 2012

SEKALI TAGI TENTANG FITNAH DR. SUHENTO LIAUW TERHADAP PDT. STEPHEN TONG


Dalam seminarnya di Surabaya, Dr. Suhento Liauw memfitnah Pdt. Stephen Tong, Pdt. Budi Asali yang juga hadir dalam seminar itu lalu memberikan tanggapan terhadap fitnahan tersebut (Baca di sini). Tetapi Dr. Steven Liauw (anaknya Dr. Suhento Liauw) memberikan sanggahan atas tanggapan Pdt. Budi Asali itu (Baca di sini). Dan berikut ini adalah tanggapan balik dari Pdt. Budi Asali untuk Dr. Steven Liauw.

Keterangan :

Warna hijau = Fitnahan Suhento Liauw dalam seminar di Surabaya
Warna biru = tanggapan Pdt. Budi Asali
Warna hitam = sanggahan Steven Liauw
Warna merah = tanggapan Pdt. Budi Asali


**************



18) Dalam pengajaran, Suhento Liauw ini sering memfitnah orang :

a.       Ia menunjukkan foto di koran, ada 4 orang, themanya kira-kira penyatuan / penyamaan Kristen dengan Katolik. Lalu berkata: yang ini James Ryadi (memang benar), yang ini Stephen Tong (ngawur, itu pasti bukan Stephen Tong). Lalu di koran itu ditulis nama Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia.

Tanggapan Budi Asali:

Ini saya protes dalam acara tanya jawab dan saya jelaskan: yang satu memang James Ryadi, yang satu lagi Yakub Susabda, tetapi tak ada Stephen Tong, itu FITNAH! Dia agak malu, lalu bilang kalau fotonya kabur jadi mirip Stephen Tong. Padahal fotonya nggak mirip sama sekali dengan Stephen Tong! Dan kalau memang tidak tahu, lebih baik jangan omong tentang kejelekan orang lain, atau itu harus dianggap sebagai FITNAH!

Tanggapan Steven Liauw:

Tuduhan yang cukup berat, tetapi ada beberapa “barang bukti” yang tidak disampaikan:

1.      Apakah Dr. Suhento Liauw, setelah mendapat klarifikasi dari Budi Asali, bahwa itu bukan Stephen Tong, tetap mengatakan itu Stephen Tong? Ini saya rasa adalah kuncinya. Kalau Dr. Suhento Liauw tetap ngotot mengatakan itu Stephen Tong, dan terbukti bukan Stephen Tong, maka bisa saja dikatakan fitnah. Tetapi, kalau sesudah diklarifikasi, Dr. Liauw menerima baik klarifikasi itu, maka apanya yang fitnah??

Baik, untuk menjernihkan, saya akan pampangkan foto yang dimaksud:


 















Foto ini diambil dari koran Suara Pembaruan, 27 Agustus 2008. Inti yang dibahas oleh Dr. Liauw adalah bahwa ada gerakan penyatuan Protestan-Katolik, dengan contoh kasus artikel ini, yang menyatakan bahwa Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia membuka dialog agar tidak terjadi perpecahan dengan Katolik.

Tanggapan balik Budi Asali:

Nonsense! Kalau maling tertanggap basah pada saat mencuri, apakah dia akan tetap ngotot kalau ia tidak mencuri? Suatu fitnah, kalaupun sudah diakui dan bahkan kalaupun yang memfitnah sudah minta maaf, tetap merupakan suatu fitnah! Ini tidak bisa ditarik kembali. Sama seperti kalau seseorang mencuri, lalu tertangkap basah, lalu dia minta ampun, dan mengembalikan barang yang ia curi, apakah itu membuat dia bukan merupakan pencuri? Betul-betul omong kosong!

Apalagi dalam kasus Suhento Liauw memfitnah Pdt. Stephen Tong, tidak pernah ada pengakuan kalau ia memfitnah. Dia hanya bertanya: kalau begitu itu siapa?

Bukan saja tidak ada pengakuan kalau ia memfitnah, tetapi sebaliknya ada bantahan yang merupakan dusta, yang dinyatakan oleh muridnya yang bernama Dji Ji Liong (lihat tulisan saya dalam file ‘fitnah Suhento Liauw ttg Stephen Tong’), maupun sekarang oleh anaknya, yaitu Steven Liauw (lihat point 2 di bawah ini), bahwa pada saat itu bukan ia yang mengucapkan nama ‘Stephen Tong’ itu, tetapi itu diucapkan oleh salah satu audience, yang menjawab pertanyaannya (sambil menunjuk kepada orang kedua dari kiri dalam foto dari koran) ‘Ini siapa?’. Padahal, saya yakin bahwa yang mengucapkan nama ‘Stephen Tong’ itu adalah Suhento Liauw sendiri, dan juga 2 jemaat  saya yang hadir dalam seminar mempunyai keyakinan yang sama dengan saya. Kami bertiga duduk cukup depan (baris ke 2 atau ke 3 dari depan) sehingga tidak mungkin salah dengar.

Catatan: foto koran yang diberikan oleh Steven Liauw akan saya berikan dalam file tersendiri.

2.      Dr. Suhento Liauw mulai dengan bertanya kepada audiens: Nah, orang-orang ini siapa? Lalu beliau mulai dengan tokoh paling kanan, dan berkata, “Nah, kalau yang ini James Riady.” Audiens mengiyakan.

Tanggapan balik Budi Asali:

Tak ada audience mengiyakan. Dalam bagian ini tak ada dialog antara Suhento Liauw dengan audience. Hanya ia sendiri yang bicara!


Lalu, beralih ke tokoh kedua dari kanan, “Nah, kalau yang ini, apakah ini Stephen Tong?” Audiens sebagian mengiyakan, “Ya itu Stephen Tong.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Bohong! Yang Suhento Liauw katakan adalah ‘Nah, ini siapa? Ini Stephen Tong’. Lagi-lagi tak ada dialog antara Suhento Liauw dengan audience! Ia sendiri yang tanya, dan ia sendiri yang menjawab! Juga tak ada audience mengiyakan. Bahkan saya berbisik (cukup keras) kepada kedua jemaat saya, ‘Itu bukan Stephen Tong!’.


Jadi, Dr. Suhento sebenarnya mulai dengan pertanyaan, bukan pernyataan. Ada audiens yang ikut mengiyakan.

Tanggapan balik Budi Asali:

Lagi-lagi bohong! Itu pertanyaan yang lalu diberi jawaban oleh Suhento Liauw sendiri! Dan tak ada audience mengiyakan.

Disamping itu, penjelasan Steven Liauw ini berbeda dengan penjelasan dari murid Suhento Liauw yang bernama Dji Ji Liong itu. Akan saya kutipkan kata-kata Dji Ji Liong di sini. Dji Ji Liong menulis: Mengenai foto di koran itu memang buram (tidak jelas siapa) dan itu memang koran tentang STT Reformed Injili Indonesia, dan kata Dr. Suhento Liauw (ketika saya konfirmasi langsung dengan beliau) beliau berkata: justru yang sebut “Stephen Tong” itu adalah audiens seminar, bukan Dr. Suhento Liauw yg menyebutnya.”. Jadi, kalau menurut Dji Ji Liong yang menyebutkan nama ‘Stephen Tong’ adalah audience! Jadi Suhento Liauw tidak menyebutkan nama ‘Stephen Tong’ itu. Tetapi kalau menurut Steven Liauw, Suhento Liauw menanyakan Nah, kalau yang ini, apakah ini Stephen Tong?’ Lalu “Audiens sebagian mengiyakan, ‘Ya itu Stephen Tong.’”. Yang mana yang benar? Menurut saya keduanya berdusta untuk menutupi fitnahan Suhento Liauw!

Baik kepada Dji Ji Liong maupun Steven Liauw, dan juga kepada audience (kalau-kalau ada yang mau mengakui kebenaran cerita Dji Ji Liong atau Steven Liauw), saya ingin bertanya: kalian mau jadi Juruselamat bagi Suhento Liauw? Dan kalian mau menjadi Juruselamat dengan cara berdusta? Sudah ada satu Juruselamat, dan hanya satu, yaitu Yesus! Kalau mau diampuni, suruh Suhento Liauw percaya Yesus dan minta ampun kepadaNya, dan saya jamin ia akan diampuni. Tetapi dengan berkomplot seperti ini, membuat dusta untuk menutup-nutupi fitnahnya, ia justru tidak diampuni. Tak heran, dari jaman Adam dan Hawa hal seperti ini sudah terjadi. Adam bukannya mengakui dosanya, tetapi melemparkannya kepada Hawa, dan demikian juga Hawa tidak mengkui dosanya tetapi melemparkannya kepada ular / setan!


Nah, memang, Dr. Suhento mengakui bahwa dirinya juga awalnya mengira ini adalah Stephen Tong.

Tanggapan balik Budi Asali:

Lucu juga kalau Suhento Liauw bisa mengira bahwa foto itu adalah foto dari Pdt. Stephen Tong! Dalam tulisan di bawah foto, maupun dalam seluruh tulisan berkenaan penyatuan Kristen dan Katolik yang melibatkan STTRII itu sama sekali tak ada disebutkan nama ‘Stephen Tong’. Bagus sekali Steven Liauw memberikan foto koran itu dalam tulisannya. Ini sama seperti ‘bunuh diri’, karena koran itu bisa dibaca seluruh artikelnya berkenaan dengan hal ini, dan saya sudah membacanya dan sama sekali tidak ada nama ‘Stephen Tong’ di sana!

Juga foto itu sama sekali tidak mirip dengan Stephen Tong. Saya tak percaya Suhento Liauw tak tahu wajahnya Stephen Tong, sehingga bisa keliru dengan orang yang sama sekali tidak mirip. Saudara yang mau membuktikan mirip atau tidaknya orang itu dengan Stephen Tong bisa melihat koran itu, orang yang ditunjuk oleh Suhento Liauw adalah orang kedua dari kanan.


Saya ada buka-buka web untuk membandingkan dengan foto Stephen Tong (di wikipedia, dan situs-situs lain), dan saya dapatkan bahwa memang bisa saja orang terkecoh, terutama yang tidak kenal pribadi dengan pak Tong. Tentunya Budi Asali yang sesama Reformed (walaupun beda organisasi dan saya tahu ada beda doktrin juga) lebih kenal. Tetapi rupanya bukan hanya Dr. Liauw yang terkecoh, tetapi audiens juga lumayan banyak yang terkecoh. Mungkin karena konteks artikel mengenai “Reformed,” itu membuat semacam sugesti. Tetapi memang Dr. Liauw memulai dengan pertanyaan, bukan suatu deklarasi tegas, audiens mengiyakan. Dr. Liauw memang secara pribadi juga mengira itu benar Stephen Tong. Untuk kesalahan ini, Ev. Dance, salah satu panitia seminar, lewat status FB-nya sudah minta maaf.

Tanggapan balik Budi Asali:

Bohong lagi! Pertama saya yakin tanpa buka web, anda pasti tahu tampangnya Pak Tong. Kedua, dengan buka web dan cari foto Pak Tong, anda pasti tahu dengan lebih pasti lagi bahwa foto orang yang ditunjuk (yang kalau menurut keterangan gambar adalah seorang pastor) sangat berbeda dengan wajah Pak Tong, seperti bumi dengan langit! Orang itu jauh lebih kurus, dan agak membungkuk (orang Jawa bilang ‘sangkuk’), sedangkan Pak Tong gemuk, kekar, dan tegak. Sama sekali beda!

Juga bohong lagi kalau audience juga terkecoh! Kalau ada yang terkecoh, itu adalah orang-orang yang kena katarak!

Bohong lagi, kalau dikatakan bahwa Tetapi memang Dr. Liauw memulai dengan pertanyaan, bukan suatu deklarasi tegas, audiens mengiyakan.”. Lagi-lagi saya tegaskan, tidak ada dialog. Hanya Suhento Liauw yang bicara. Ia yang tanya, dan ia yang jawab sendiri pertanyaannya!

Tentang permintaan maaf dari Ev. Dance Suat saya merasa aneh. Kalau cerita Dji Ji Liong ataupun cerita Steven Liauw benar, bukankah Suhento Liauw tak salah sama sekali? Lalu untuk apa Dance Suat minta maaf? Dan kalau memang diakui bahwa Suhento Liauw salah, maka yang bersalah / memfitnah adalah Suhento Liauw, lalu mengapa yang minta maaf adalah Dance Suat? Ini aturan dari Alkitab sebelah mana? Juga permintaan maaf hanya masuk face book!! Bukankah lucu? Kalau mau tulus dalam minta maaf, pertama, jangan buat dusta macam-macam untuk menutup-nutupi kesalahan. Kedua, Suhento Liauw yang seharusnya minta maaf. Dan ketiga, permintaan maaf seharusnya ditujukan kepada orang yang difitnah, yaitu Pdt. Stephen Tong sendiri!

3.      Pada saat tanya jawab, Budi Asali membuat klarifikasi, bahwa itu bukanlah Stephen Tong, melainkan Yakub Susabda. (Padahal sebenarnya yang mirip Yakub Susabda adalah yang nomor tiga dari kanan, bukan nomor dua dari kanan). Dia bilang tidak ada Stephen Tong di situ, tetapi Yakub Susabda, dan ini dia tegaskan dengan yakin.

Tanggapan balik Budi Asali:

Ngawur atau dusta lagi! Yang saya katakan sebagai ‘Yakub Susabda’ bukan orang yang ditunjuk oleh Suhento Liauw sebagai Pdt. Stephen Tong!

Dr. Liauw, mengatakan, “benarkah?” Lalu setelah menayangkan kembali foto, dan setelah ditegaskan lagi oleh Budi Asali, Dr. Liauw berkata kira-kira “Ok, kalau begitu, tidak masalah [ini bukan Stephen Tong], yang jelas ini adalah Reformed” (Dan Budi Asali juga menjelaskan beda antara satu Reformed dengan kelompok Reformed lainnya).

Tanggapan balik Budi Asali:

Bohong lagi. Tak ada pertanyaan ‘benarkah’ dari Suhento Liauw! Dan juga tak ada tayangan ulang dari gambar / foto itu. Hanya satu kali penayangan, dan tidak diulang dalam tanya jawab. Juga tak ada kata-kata ‘Ok, kalau begitu, tidak masalah dsb’.

Intinya adalah: Dr. Suhento Liauw menerima klarifikasi Budi Asali, dan mengatakan bahwa poin seminar tidak tergantung kepada siapa individu di dalam foto. Semua orang yang hadir di seminar itu mendengarkan klarifikasi Budi Asali.

Tanggapan balik Budi Asali:

Omong kosong! Menurut saya point seminar pada bagian itu justru terletak pada siapa orang dalam foto itu! Kalau tidak, untuk apa ia tunjukkan foto itu? Dia mau memfitnah Calvinist, seperti yang biasa ia lakukan dalam tulisan-tulisannya dalam web! Ini kelihatannya merupakan kebiasaan bejat dari Suhento Liauw dan Steven Liauw!

Dengan kronologi seperti itu, saya jadi bingung mengapa hal ini diangkat lagi oleh Budi Asali? Apakah dia merasa bahwa Dr. Liauw tidak menerima klarifikasi-nya? Saya rasa tidak mungkin. Lalu kalau memang klarifikasi sudah dibuat, sudah didengar semua yang hadir, mengapa Dr. Liauw masih dikatakan memfitnah? Saya khawatir ini hanyalah suatu serangan demi untuk menyerang. Suatu serangan untuk membuat sensasi.

Tanggapan balik Budi Asali:

Anda bingung, atau pura-pura bingung? Seperti saya katakan diatas, sekali suatu fitnah dibuat, itu akan merupakan fitnah untuk selama-lamanya, tak peduli diakui dinyatakan permintaan maaf dan sebagainya. Apalagi kalau itu ternyata tidak diakui, sebaliknya diciptakan kebohongan-kebohongan untuk menutup-nutupinya dsb! Makin kalian tutup-tutupi makin membuat saya jengkel, dan makin akan saya tekan kalian. Kalau kalian akui, saya anggap beres.

Serangan demi untuk menyerang? Untuk membuat sensasi? Sama sekali tidak. Saya bukan orang yang suka cari sensasi atau apapun.

Saya jujur saja, dari semula saya tahu tulisan kalian, yang secara sangat kurang ajar memfitnah Calvinisme luar biasa banyaknya, saya sudah jengkel sekali dengan kalian, bapak dan anak! Apa maksud kalian? Supaya para Calvinist terlihat sebagai orang tolol dan sesat, sehingga jangan ada yang ikut Calvinisme, tetapi ikut kalian? Kalau kalian menyerang dengan fair, saya tak masalah. Tetapi yang kalian lakukan, adalah memfitnah dulu Calvinisme, baru menyerangnya, seperti yang juga dilakukan oleh orang-orang Arminian, seperti Pdt. Jusuf B. S. dan Guy Duty.

Dan fitnahan ditujukan kepada Pdt. Stephen Tong, pasti karena ia adalah Calvinist atau karena ia mengaku / diakui sebagai Calvinist!

Jadi, saya memang ‘membuka / meledakkan’, atau dalam bahasa anda ‘mengangkat lagi’ hal ini, supaya dengan bukti hitam di atas putih ini, orang-orang, baik di luar maupun di dalam GBIA Graphe, tahu bahwa Suhento Liauw sering memfitnah. Saya ingin fitnahan kalian tentang Calvinist / Calvinisme dilihat oleh semua orang, untuk membersihkan citra Calvinist / Calvinisme!

Kalian mau saya berhenti? Mudah saja! Tarik kembali file-file / tulisan-tulisan kalian yang memfitnah Calvinist / Calvinisme, maka saya juga akan berhenti dalam usaha saya menghancurkan kalian! 
 
Ironisnya, karena penasaran, saya memperbesar foto itu secara elektronik, dan saya dapatkan bahwa caption di bawah foto masih bisa terbaca:


 











Jadi, rupanya, Suara Pembaruan membuat caption nama-nama yang difoto: Wim Tangkilisan, Samuel Budiprasetya, Yohanes Indrakusuma, dan James Riady. (Catatan: pada waktu seminar, bagian ini tidak terbaca karena buram/kecil).

Malah tidak ada Yakub Susabda! Nah, kalau memang Dr. Liauw memfitnah Stephen Tong, bukankah dapat dikatakan bahwa Budi Asali memfitnah Yakub Susabda?

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, dalam hati anda pasti berkata kepada saya ‘Welcome to the club’ [= Selamat datang dalam pekumpulan (dari para pemfitnah)]!!! Tetapi jangan terburu-buru senang! Seandainya foto di koran itu bukan Yakub Susabda, saya tetap tidak memfitnah dia, karena dalam berita di koran itu jelas-jelas dia ada. Nama STTRII ada di koran itu, dan Yakub Susabda adalah rektornya, dan dia yang jadi moderator dari acara tersebut!

Tetapi lebih lagi, tidak mungkin orang dalam foto itu bukan dia! Foto anda saya tayangkan di gereja saya, dan jemaat sayapun yakin kalau itu (yang no 3 dari kanan) adalah Yakub Susabda. Semua terheran-heran waktu tulisan di bawah foto saya bacakan, karena ternyata menurut tulisan itu tidak ada Yakub Susabda dalam foto itu. Tulisan di bawah foto itu pasti salah! Saya yakin 1000 % dan saya bisa buktikan itu dengan memberikan foto dari internet. Saya berikan foto baik dari Yakub Susabda, maupun dari Pdt. Samuel Budiprasetya, yaitu nama orang ke 3 dari kanan itu menurut tulisan di bawah foto, yang keduanya didapatkan oleh Pdt. Esra dari internet. Kalian, dan juga pembaca manapun yang membaca tulisan ini, silahkan bandingkan sendiri, apakah orang ke 3 dari kanan dalam foto itu, adalah Pdt. Yakub Susabda (sesuai kata-kata saya), atau Pdt. Samuel Budiprasetya (sesuai dengan tulisan di bawah foto dari koran itu)???


 












Kalau saya pribadi berkesimpulan tidak demikian. KBBI online memberi definisi berikut untuk “fitnah”: “perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang.” Saya melihat bahwa salah satu elemen krusial dalam fitnah adalah: sudah tahu itu salah, tetapi masih menyebarkannya dengan tujuan menjelekkan yang bersangkutan. (Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/fitnah#ixzz1ynWbP8uV) Saya rasa baik Dr. Liauw maupun Budi Asali memang membuat kesalahan yang jujur, bukan bermaksud memfitnah. Semoga pembaca juga sampai pada kesimpulan yang sama.

Tanggapan balik Budi Asali:

Kalau saya, memang tidak memfitnah. Apa yang saya katakan itu bahkan benar. Orang dalam foto itu memang Yakub Susabda! Jadi, jangan samakan saya dengan Suhento Liauw dalam hal ini! Menurut saya, Suhento Liauw memang memfitnah / bermaksud memfitnah! Sudah memfitnah, masih berusaha menutupi dengan dusta dari murid (Dji Ji Liong) dan anaknya (Steven Liauw)! Apakah maksudnya memang untuk menjelekkan? Pikir sendiri. Pertama, tulisan-tulisannya, selalu mejelek-jelekkan Calvinisme dengan fitnahan. Kedua Pdt. Stephen Tong mengakui diri / diakui sebagai Calvinist / Reformed! Ketiga, Sama-sama tinggal di Jakarta, dan sama-sama punya gereja di Jakarta. Motivasinya jelas, bukan?

Catatan: tulisan Suhento Liauw di web mereka, sekalipun tanpa nama, berbeda dengan tulisan Steven Liauw yang diberi nama, tetapi saya yakin itu tulisan Suhento Liauw. Mengapa bisa yakin? Pertama karena yang tanpa nama itu jauh lebih banyak dari yang pakai nama Steven Liauw. Orang mana dalam kelompok mereka yang bisa menulis lebih banyak dari Steven Liauw? Kedua, dari seminar yang saya hadiri saya melihat kalimat-kalimat / argumentasi-argumentasi yang persis sama dengan yang ada dalam tulisan tanpa nama di web itu.

Saya akhiri tulisan ini dengan nasehat kepada kalian semua, baik Suhento Liauw, Steven Liauw, Dance Suat, Dji Ji Liong, dan semua orang dalam kelompok GBIA Graphe / STT kalian, jadilah orang yang tulus / jujur. Kalau tak setuju dengan pandangan Calvinisme, silahkan serang, tetapi serang dengan jujur / tulus, jangan dengan fitnahan! Itu bisa merupakan serangan dan fitnahan terhadap Tuhan sendiri! Dan kalian harus bertanggung jawab untuk hal itu! Jangan main-main! Orang bisa dibohongi, tetapi Tuhan tahu isi hati kalian. Jadi, bertobatlah!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)