P
|
ada
bagian sebelumnya (Part 1) kita sudah belajar 2 fakta tentang penciptaan
manusia yakni :
1. Manusia
dicipta melalui suatu perundingan ilahi.
2. Manusia
dicipta langsung dan segera.
Sekarang
kita akan melanjutkan pembahasan kita dengan melihat fakta-fakta yang lain dari
penciptaan manusia.
III. MANUSIA DICIPTAKAN PADA HARI YANG KEENAM.
Jika kita memperhatikan urut-urutan
/ ordo penciptaan, kita akan mendapati bahwa manusia diciptakan pada hari
keenam, hari terakhir dari 6 hari penciptaan oleh Allah.
Kej 1:27,31 – (27) Maka Allah menciptakan
manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya
dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (31) Maka Allah melihat
segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah
pagi, itulah hari keenam.
Jika kita membaca sejak ayat 24 maka
terlihat bahwa manusia bukan satu-satunya yang diciptakan pada hari keenam.
Pada hari yang sama Allah juga menciptakan segala binatang.
Kej 1:24-25 – (24) Berfirmanlah Allah: "Hendaklah
bumi mengeluarkan segala jenis makhluk yang hidup, ternak dan binatang melata
dan segala jenis binatang liar." Dan jadilah demikian. (25) Allah menjadikan segala jenis binatang
liar dan segala jenis ternak dan segala jenis binatang melata di muka bumi.
Allah melihat bahwa semuanya itu baik.
Hanya penciptaan manusia baru
dilakukan setelah penciptaan binatang-binatang ini. Jadi manusia diciptakan
paling akhir di hari terakhir dari rangkaian 6 hari penciptaan. Hal ini
seharusnya membuat kita bertanya. Mengapa Allah menciptakan manusia paling
akhir dari seluruh rangkaian penciptaan-Nya? Apakah ini kebetulan ataukah ada
maksud tertentu dari Tuhan? Ingat bahwa Allah bukanlah manusia yang sering
membuat sesuatu tanpa tujuan. Apalagi bahwa di akhir dari penciptaan manusia
itu dikatakan bahwa “Allah melihat segala
yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik”. (Kej 1:31).
Pertama-tama perlu kita ketahui
bahwa jikalau Alkitab menyebutkan beberapa hal secara berurutan, kadang-kadang
yang ditempatkan paling belakang adalah yang kurang penting / kurang besar /
kurang mulia tetapi kadang-kadang justru yang paling penting, paling baik,
paling besar itulah yang ditempatkan paling belakang. Contoh di mana hal yang
kurang penting diletakkan paling belakang adalah daftar karunia-karunia Roh di mana
karunia bahasa roh dan karunia menafsirkan bahasa roh di bagian paling akhir.
1 Kor 12:29-30 – (29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi,
atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
(30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk
berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
Dari
sejumlah dasar yang dapat dikemukakan, ini menunjukkan bahwa karunia bahasa roh
memang adalah karunia terkecil / terendah.
Karena itu kita jangan mengagung-agungkan karunia bahasa
roh lalu mengabaikan karunia-karunia yang lain. Ingat, itu dianggap karunia
yang kurang penting. Mengapa? Karena tanpa salah satunya, yang satunya tidak
ada guna. Tanpa karunia menafsirkan bahasa roh, bahasa rohnya tidak ada
manfaat. Tanpa karunia bahasa roh, lalu untuk apa karunia menafsirkan bahsa
roh? Tetapi karunia yang lain bisa berfungsi tanpa terikat karunia yang lain.
Contoh di mana hal yang terpenting
diletakkan paling akhir adalah seperti dalam 1 Kor 13:13.
1 Kor 13:13 - Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya
ialah kasih.
Karena itu Paulus berkata :
1 Kor 13:1-3 – (1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan
bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong
yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2) Sekalipun aku mempunyai
karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh
pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
(3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Nah, di dalam memikirkan tentang
ordo penciptaan ini di mana manusia diletakkan paling akhir, apakah contoh
pertama yang harus kita terapkan yakni manusia menjadi kurang penting
dibandingkan dengan ciptaan lain ataukah contoh kedua yang kita terapkan
sehingga manusia lalu menjadi yang paling penting dari semua ciptaan? Saya kira
yang kedualah yang lebih tepat! Manusia diciptakan pada hari terakhir dan dalam
urutan terakhir setelah segala ciptaan yang lain menunjukkan bahwa manusia adalah
yang paling penting dari semua ciptaan yang ada. Mengapa ia dianggap penting?
Esra Alfred Soru - Ia menciptakan manusia pada hari
terakhir di mana segala sesuatu telah diciptakan karena manusia sangat berharga
di mata-Nya lebih daripada ciptaan-ciptaan-Nya yang lain, dan karena semuanya
itu diciptakan bagi manusia dan bukan manusia bagi semuanya itu. (Mengapa Allah…?, hal. 58).
Stephen
Tong
- Apakah artinya Tuhan Allah menciptakan segala sesuatu, baru kemudian
menciptakan manusia? Manusia dicipta terakhir, apakah itu berarti manusia tidak
penting? Justru pemikiran yang sedemikian adalah pemikiran yang terbalik. Tuhan
Allah justru menciptakan segala sesuatu, baru akhirnya mencipta manusia,
karena Allah menghargai manusia. Allah mencipta manusia dengan kemuliaan dan
hormat yang tertinggi, sehingga Ia mencipta manusia
terakhir. Terakhir, karena segala sesuatu yang dicipta sebelumnya, dipersiapkan
untuk manusia. Terakhir, untuk manusia dapat menikmati dan menguasai semua itu.
Pikiran ini bagaikan seorang ibu hamil yang segera mempersiapkan ranjang kecil
dan pakaian kecil untuk bayinya. Bukan sebaliknya, ibu itu menunggu sampai
anaknya lahir, lalu menggeletakkan' nya untuk pergi membeli ranjang dan
pakaian. Seorang ibu yang baik berupaya untuk mempersiapkan segala sesuatu
untuk bayinya yang akan lahir. Ia akan memikirkan untuk mempersiapkan ranjang,
mempersiapkan popok, selimut, bantal, guling, bahkan mungkin sampai kelambu dan
kereta dorong bayi. Seorang ibu yang akan melahirkan berusaha sebaik mungkin mempersiapkan
yang terbaik untuk anaknya yang akan dilahirkan. Adam dicipta terakhir karena
Allah memandang manusia sebagai ciptaan yang paling penting. Manusia lebih
penting dari segala sesuatu. Manusia lebih penting dari bumi, bulan, matahari,
dan bintang-bintang. Manusia lebih penting dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.
Manusia lebih penting dari semua materi yang ada, karena manusia dicipta
terakhir, dicipta sebagai puncak ciptaan. Manusia adalah ciptaan yang paling
hormat dan paling mulia. Itu sebabnya manusia dicipta terakhir, sehingga
setelah dicipta, dia bisa menikmati segala sesuatu yang baik, yang telah Allah
cipta dan persiapkan sebelumnya. Puji Tuhan.
Inilah hikmat dan bijaksana Allah. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia, hal.
2-4).
Dari penjelasan ini jelas bahwa
penempatan manusia pada akhir dari ordo penciptaan bukanlah suatu kebetulan.
Lewat ordo ini Tuhan mau menjelaskan kepada manusia bahwa ia adalah ciptaan
termulia, ciptaan terhormat, ciptaan tertinggi, ciptaan terbaik dan ciptaan
terpenting. Karena manusia adalah yang termulia, terhormat, tertinggi, terbaik
dan terpenting maka segala sesuatu disiapkan terlebih dahulu untuk menyambut
kehadiran manusia itu. Allah tidak akan menghadirkan manusia di bumi ini jika
segala sesuatu belum disiapkan untuk kebutuhan manusia itu.
Esra
Alfred Soru - Sewaktu manusia membuka mata untuk pertama kalinya,
ia sudah dapat melihat segala sesuatu yang serba teratur dan indah. Ia dapat
melihat langit, matahari, bulan dan bintang. Ia dapat melihat ikan, bunga, pohon
dan binatang serta tumbuhan yang lainnya. Ia dapat melihat lautan luas dan
sungai yang mengalir. Segala sesuatu telah selesai barulah manusia itu hadir.
Allah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran manusia laksana
suatu wilayah disiapkan, diperindah dan dipercantik untuk menyambut kehadiran “Very Important Person” (VIP). Sungguh
betapa berharganya dan betapa pentingnya manusia. Segala sesuatu diciptakan
untuk manusia dan bukan manusia untuk segala sesuatu. (Mengapa Allah Menciptakan manusia?,
hal. 32)
Sekarang pikirkan ini :
Esra Alfred Soru - Jika manusia diciptakan terlebih
dahulu dari penciptaan terang maka dapat dibayangkan apa yang akan terjadi.
Manusia tentu akan hidup dalam kegelapan yang sangat gelap karena terang belum
diciptakan, demikian pula benda-benda penerang lainnya apalagi saat itu gelap
gulita menutupi samudera raya (Kej
1:2). Jika manusia diciptakan terlebih dahulu dari pemisahan laut dan darat
maka di mana ia akan tinggal? Bukankah bumi sedang ditutupi oleh samudera raya?
Manusia ditetapkan untuk hidup di darat, sedangkan saat itu darat belum ada.
Manusia bukanlah ikan yang dapat hidup di air. Jika manusia diciptakan terlebih
dahulu dari tumbuh-tumbuhan maka apakah yang akan dimakannya? Mungkinkah
manusia akan mempertahankan hidupnya hanya dengan meminum air yang memang saat
itu begitu melimpah? Allah menciptakan manusia pada bagian akhir ordo
penciptaan justru demi kebaikan dan keamanan manusia itu sendiri. (Mengapa
Allah Menciptakan manusia?, hal. 34)
Jadi memang adalah masuk akal untuk
mengatakan bahwa Allah menyediakan segala sesuatu untuk kebutuhan manusia,
ciptaan-Nya yang termulia itu.
Stephen
Tong
- Kita mengetahui bahwa segala sesuatu diciptakan untuk manusia. Manusia
dicipta untuk bisa menikmati semua yang sudah diciptakan sebelumnya, sehingga
dengan demikian manusia lebih tinggi daripada semua ciptaan sebelumnya…. Manusia justru memerlukan segala sesuatu. Manusia perlu
udara, cahaya, makanan, dll. Maka semua itu dicipta terlebih dahulu oleh Tuhan,
dan barulah kemudian Tuhan mencipta manusia. Oleh karena itu, munculnya manusia
adalah untuk menikmati apa yang Tuhan telah ciptakan sebelumnya, sehingga
manusia berada di tempat yang paling tinggi… (Ujian, Pencobaan dan Kemenangan, hal.
7-8).
Budi Asali - Allah mencipta atau mengatur
segala sesuatu untuk manusia, sebelum manusia diciptakan. Tempat sudah diatur
dengan baik. Bayangkan andaikata Tuhan menciptakan manusia sebelum Ia
memisahkan air dengan daratan. Makanan yaitu tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan
(Kej 1:29), sudah disediakan lebih dulu”.
(Eksposisi
Kitab Kejadian, hal. 10).
Semua ini menunjukkan bahwa Allah
sangat memperhatikan kebutuhan manusia. Bahkan
Ia memperhatikan kebutuhan
manusia sudah sejak manusia itu muncul pertama kali di bumi ini.
Fakta ini seharusnya membuat kita
bersyukur dan tidak perlu mencemaskan berbagai hal di dalam kehidupan kita
terutama kebutuhan primer kita (makanan, minuman dan pakaian). Jikalau Tuhan
sejak dari awal dunia ini sudah begitu memperhatikan dan menyediakan kebutuhan
hidup kita, mengapa Ia tidak akan memenuhi kebutuhan hidup kita selanjutnya?
Budi Asali - Banyak orang hidup dengan penuh
ketakutan / kekuatiran, seolah-olah Allah menciptakan manusia pada hari
pertama. Tetapi ini tidak benar! Allah menciptakan manusia pada hari ke 6
setelah semuanya siap untuk menerima kehadiran manusia. Ini menunjukkan bahwa
Ia sangat memperhatikan kebutuhan hidup manusia. Karena itu, janganlah kuatir
akan kebutuhan hidup saudara, baik rumah, pakaian, maupun makanan (bdk. Mat
6:25-34). Memang dalam kasus Adam dan Hawa, Allah tidak memberi mereka pakaian,
karena pada saat itu mereka tidak membutuhkannya. Tetapi pada saat mereka
membutuhkannya, Allah memberi mereka pakaian (Kej 3:21). (Eksposisi Kitab Kejadian, hal.10)
Karena itu memikirkan semua fakta
ini seharusnya membuat kita menyingkirkan segala kekuatiran hidup kita. Ingat,
kita lebih penting daripada semua ciptaan, termasuk binatang-binatang yang
dicipta sebelum manusia. Alkitab berkata bahwa Tuhan juga memberi makan dan
minum dan memenuhi kebutuhan hidup dari binatang-binatang :
Mat 6:26 - Pandanglah burung-burung di
langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan
bekal dalam lumbung, namun diberi
makan oleh Bapamu yang di sorga…”
Maz
147:9 - Dia, yang memberi makanan
kepada hewan, kepada anak-anak burung
gagak, yang
memanggil-manggil.
TL
- Yang memberi makan akan segala binatang, akan anak gagakpun
apabila ia berteriak.
Maz 104 : (10) Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah, mengalir
di antara gunung-gunung, (11) memberi
minum segala binatang di padang,
memuaskan haus keledai-keledai hutan;…
(14) Engkau yang menumbuhkan rumput
bagi hewan … (18) gunung-gunung
tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan, bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. …
(25) Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak
terbilang banyaknya, binatang-binatang
yang kecil dan besar. (27) Semuanya
menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila
Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang
oleh kebaikan.
Sekarang pikirkan, jikalau manusia
lebih penting dari segala ciptaan termasuk bintang, dan Tuhan ternyata
menyediakan makanan, minuman dan kebutuhan dari binatang-bintang, masakan Ia
tidak melakukan itu bagi kita? Mustahil! Karena itu kekuatiran sebenarnya
adalah sebuah fitnahan kepada Allah.
Anonim - Kekuatiran sebenarnya adalah
sebuah fitnahan terhadap karakter Allah. Kekuatiran menunjukkan bahwa Tuhan
lebih tertarik pada hewan peliharaan-Nya daripada anak-anaknya. (www.cc-vw.org)
Di dalam Maz 104 di antara deretan
catatan-catatan bahwa Allah memberi makan dan minum kepada berbagai binatang,
terselip juga catatan bahwa Ia memberi makan dan minum kepada manusia.
Maz 104:14-15 – (14) Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam
tanah (15) dan anggur yang
menyukakan hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan yang menyegarkan hati manusia.
BIS – (14) Engkau menumbuhkan rumput untuk hewan, dan bagi manusia segala macam tanaman. Maka ia dapat bercocok
tanam, (15) dan menghasilkan air
anggur yang menyenangkan. Juga minyak
zaitun yang membuat mukanya berseri, dan makanan yang memberi dia tenaga.
Karena itu menyadari akan hal ini
membuat kita harus berhenti dari semua kekuatiran hidup kita terutama yang
berkaitan dengan apa yang kita makan, minum dan pakai. Ingatlah bahwa kita
adalah ciptaan terpenting, termulia, tertinggi daripada ciptaan-ciptaan yang
lain.
Luk 12:6-7 – (6) Bukankah burung pipit dijual lima
ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan
Allah, (7) bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan
takut, karena kamu lebih berharga
dari pada banyak burung pipit.
Saking berharganya sampai-sampai
rambut kita pun dihitung oleh Tuhan. Ini luar biasa, bahkan kita sendiri tidak
tahu berapa jumlah rambut kita dan lebih dari itu kita pun tidak peduli berapa
rambut kita yang rontok. Jadi seharusnya kita memang tidak perlu kuatir akan
segala kebutuhan dasar kita. Ini tentu saja tidak berarti kita tidak bekerja.
Perhatikan bahwa Tuhan memang memberi makan dan minum kepada binatang-binatang
tetapi Ia tidak memberikan semuanya itu di dalam sarang / “tempat tidur” mereka
bukan? Mereka semua harus mencarinya tetapi tanpa rasa kuatir karena Tuhan
sudah menyediakannya. Demikian juga manusia.
Maz 104:14 - Engkau yang menumbuhkan… tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari
dalam tanah
BIS – Engkau menumbuhkan…. bagi manusia segala macam tanaman. Maka ia dapat bercocok tanam.
Jadilah rajinlah bekerja tetapi
jangan kuatir karena semua berkat sudah disediakan Tuhan untuk saudara.
IV. MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH.
Fakta lain dari penciptaan manusia yang dapat kita
lihat adalah bahwa manusia dikatakan diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Kej 1:26 - Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…
“Gambar” di sini dalam bahasa aslinya adalah “TSELEM” dan “rupa”
dalam bahasa aslinya adalah “DEMUTH”. Nah, apa artinya gambar dan rupa di sini? Ada banyak
pandangan sudah diberikan yang mencoba menjelaskan apa yang dimaksud dengan
“gambar” dan apa yang dimaksud dengan “rupa” di sini. Tetapi saya tidak setuju
dengan semua pandangan itu. Menurut saya “gambar” dan “rupa” di sini
pengertiannya sama sehingga ini hanya menunjuk pada 1 hal dan bukan 2 hal. Ini
sama seperti kita sering berkata : “maksud
dan tujuan saya adalah…” padahal “maksud” dan “tujuan” sama
pengertiannya bukan? Lalu apa dasarnya saya mengatakan demikian?
- Kata penghubung “dan” di dalam ayat ini sebenarnya tidak ada di dalam bahasa aslinya. Jadi ayat ini di dalam bahasa aslinya hanya berbunyi : “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar rupa Kita,…
Kata “dan” ini dimasukkan oleh Septuaginta dan Vulgata yang lalu
diikuti oleh banyak terjemahan Alkitab sehingga menimbulkan kesan bahwa
”gambar” dan “rupa” adalah 2 hal yang berbeda.
- Kedua kata ini sering dipakai secara sinonim dan “interchangeable” (bergantian).
Dalam Kej 1:26 kedua kata ini muncul secara
bersama-sama.
Kej 1:26 - Berfirmanlah
Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…
Tetapi 1 ayat setelah itu yakni dalam Kej 1:27, yang
muncul hanya “gambar” sedangkan “rupa” sudah tidak ada.
Kej 1:27 - Maka
Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah diciptakan-Nya dia;…
Selanjutnya
dalam Kej 5:1 hanya digunakan kata “rupa” sedangkan “gambar” tidak disebutkan.
Kej
5:1 - “… Pada waktu manusia itu
diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut
rupa Allah”
Tetapi
2 ayat setelah itu yakni Kej 5:3, kedua kata ini muncul bersama-sama lagi
walaupun tidak secara langsung dikaitkan dengan Allah.
Kej
5:3 - “Setelah Adam hidup seratus tiga
puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya,
lalu memberi nama Set kepadanya”.
Lalu
dalam Kej 9:6 hanya kata “gambar” yang muncul sedangkan “rupa” tidak.
Kej
9:6 - Siapa yang menumpahkan darah
manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri”.
Di
dalam PB kita juga menemukan hal yang sama. 1 Kor 11:7 mencatat kata “gambar”
tetapi tanpa kata “rupa”.
1
Kor 11:7 - Sebab laki-laki tidak
perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran… Allah.
Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.
Demikian
juga Kol 3:10 yang hanya menggunakan kata “gambar” tanpa kata “rupa”.
Kol
3:10 - “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut
gambar Khaliknya”.
Tetapi
Yak 3:9 hanya menggunakan kata “rupa” dan tanpa kata “gambar”.
Yak
3:9 - “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita
mengutuk manusia yang diciptakan menurut
rupa Allah
Kesimpulannya
adalah : gambar itu sama artinya dengan rupa. Gambar adalah rupa dan rupa
adalah gambar. Jadi ini hanya menunjuk pada 1 hal saja dan bukan 2 hal.
Anthony Hoekema – “menurut gambar Kita” hanyalah suatu cara lain untuk mengatakan “menurut rupa Kita”. (Manusia
: Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal.
18).
Nah, kalau dikatakan bahwa manusia dicipta menurut
gambar dan rupa Allah, berarti ada sesuatu di dalam diri Allah (yang disebut
gambar dan rupa itu) yang menjadi patokan / pola di mana manusia dicipta
seperti itu. Sesuatu itu apa? Jelas tidak bisa bersifat materi karena Allah
adalah Roh (Yoh 4:24) di mana Ia tidak bertubuh. Sesuatu itu pastilah bersifat
rohani juga. Lalu apa? Saya percaya ini menunjuk pada sejumlah sifat Allah yang
memang bisa diberikan kepada manusia.
Berbicara tentang sifat Allah, maka ada 2 jenis
sifat Allah : (1) Incommunicable
attributes
(sifat-sifat yang tidak bisa diberikan). Ini adalah sifat-sifat Allah yang
hanya bisa menjadi milik Allah, dan sama sekali tidak bisa diberikan kepada
makhluk ciptaan-Nya, dan karena itu tidak mempunyai analogi / persamaan dalam
diri makhluk ciptaan-Nya. (2) Communicable attributes (sifat-sifat yang
bisa diberikan). Ini adalah sifat-sifat Allah yang bisa diberikan kepada
makhluk yang lain, sekalipun tidak secara sempurna sebagaimana sifat-sifat itu
ada dalam diri Allah sendiri. Jadi
menurut saya gambar dan rupa Allah itu menunjuk pada communicable attributes (sifat-sifat yang tidak bisa diberikan)
yang diberikan kepada manusia pada saat ia diciptakan. Maksudnya adalah pada
saat Allah menciptakan manusia, Ia memasukkan sejumlah sifat-Nya ke dalam
manusia sehingga manusia itu lalu mewarisi sifat-sifat-Nya dalam batas tertentu
dan ini menyebabkan manusia menjadi mirip dengan Allah.
Maz 8:5-6 – (5) apakah
manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau
mengindahkannya? (6) Namun Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat.
Budi Asali - Manusia adalah gambar dan rupa
Allah. Artinya semua manusia adalah copy dari Allah, dan karenanya manusia
mirip dengan Allah. (Antropology, hal.5).
Anthony Hoekema – Kedua
kata itu memberi tahu kita bahwa manusia merepresentasikan Allah dan menyerupai
Dia dalam hal-hal tertentu. (Manusia
: Ciptaan Menurut Gambar Allah, hal.
18).
Kalau kita memperhatikan seorang anak, anak itu jelas
memiliki kemiripan fisik maupun psikis dengan orang tuanya. Bisa mirip ayahnya,
atau mirip ibunya, atau perpaduan antara ayah dan ibunya. Kalau 3 keungkinan
ini tidak ada, mungkin dia adalah anak tetangga. Nah, kalau seorang anak mirip
dengan orang tuanya maka dapatlah dikatakan bahwa anak itu “diciptakan” menurut
gambar dan rupa dari orang tuanya. Jadi gambar dan rupa berhubungan dengan
kemiripan.
Lalu sifat apa saja yang Allah masukkan dalam diri
manusia?
a.
Sifat pribadi.
Allah
adalah suatu pribadi (memiliki pikiran, perasaan dan kehendak). Maka sewaktu Ia
menciptakan manusia, Ia menjadikan manusia itu sebagai makhluk berpribadi
seperti diri-Nya.
b.
Sifat Roh.
Allah adalah Roh (Yoh 4:24).
Manusia adalah gambar dan rupa / copy dari Allah. Jadi, manusia adalah makhluk
rohani. Kej 2:7 juga menunjukkan pemberian nafas hidup kepada manusia yang
menyebabkan ia menjadi makhluk rohani. Ini menyebabkan manusia bisa berhubungan
/ bersekutu dengan Allah, berdoa, mendengarkan Firman Tuhan, berbakti kepada
Tuhan, dsb. Binatang bukan makhluk rohani, sehingga tidak bisa berhubungan
dengan Allah, berdoa, dsb. Kalau saudara tidak berusaha untuk berhubungan /
bersekutu dengan Allah, saudara menjadikan diri saudara sendiri seperti
binatang.
c.
Sifat moral.
Allah adalah “makhluk” bermoral di
mana Ia mempunyai sifat kesucian. Nah sifat kesucian ini diberikan kepada
manusia sehingga manusia lalu menjadi makhluk yang bermoral. Karena manusia
adalah makhluk bermoral maka manusia mempunyai
kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Atas dasar kemampuan
membedakan yang baik dan yang jahat inilah manusia selalu diperhadapkan dengan
pilihan moral antara yang baik dan yang jahat. Ini membedakan manusia
dengan binatang. Binatang bukanlah makhluk bermoral dan karena itu untuk
binatang tidak ada dosa atau suci, baik atau jahat. Tetapi manusia adalah
makhluk bermoral (seperti Allah, malaikat, setan), karena itu ada dosa / suci,
baik / jahat. Kalau saudara tidak memperdulikan dosa / suci, baik / jahat, dsb,
maka saudara menjadi seperti binatang.
d.
Sifat kekal.
Allah
adalah kekal. Ketika Ia menciptakan manusia maka Ia memasukkan sifat kekal itu ke
dalam manusia sehingga manusia lalu memiliki sifat kekal ini.
Pengkh 3:11 – “…. Ia memberikan kekekalan dalam hati
mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir.
Tentu saja kekekalan antara Allah dan manusia ada bedanya. Allah
kekal dari selamanya sampai selamanya sedangkan manusia hanya kekal sampai
selamanya tetapi tidak dari selamanya (karena ia diciptakan / memiliki
permulaan). Kekekalan ini pada mulanya meliputi juga tubuhnya
(sebelum ada dosa) dan meliputi jiwa / rohnya yang tidak ada akhirnya. Tetapi
setelah manusia berdosa, tubuhnya tidak menjadi kekal lagi. Tubuhnya menjadi
rusak dan kembali kepada debu tetapi jiwa / rohnya tidak bisa berakhir.
Kematian tubuh tidak berarti hilangnya jiwa. Di sinilah bedanya manusia dengan
binatang. Binatang ada sewaktu ia hidup tetapi ia menjadi tidak ada setelah ia
mati. Tetapi jiwa manusia akan tetap ada setelah ia mati, entah di surga atau
di neraka.
e.
Sifat rasional.
Allah adalah makhluk berakal /
rasional. Pada saat ia menciptakan manusia, Ia menjadikan manusia juga sebagai
makhluk yang berakal. Binatang tidak mempunyai akal. Mereka hanya mempunyai
naluri, bukan akal (Ayub 39:16-20; Maz 32:9; Maz 49:21;
Maz 73:22; Yudas 10). Karena itu binatang tidak bisa mengembangkan
kemampuannya sendiri. Contoh:
§
Ikan
/ katak dalam berenang. Bandingkan dengan manusia yang bisa berenang dalam
bermacam-macam gaya
yang mereka ciptakan sendiri.
§
Harimau
/ singa dalam menangkap mangsa. Bandingkan dengan manusia dalam mencari nafkah.
§
Burung
berkicau. Bandingkan dengan manusia dalam menyanyi yang bisa menggunakan suara
1, 2, 3, dan 4. Tidak ada burung-burung di manapun yang bisa melakukan hal itu
§
Burung
/ binatang dalam membuat sarang. Bandingkan dengan manusia dalam membuat rumah
yang begitu bervariasi.
§
Binatang
makanannya terus sama. Bandingkan dengan manusia dalam menciptakan
bermacam-macam makanan.
§
Dll.
Jadi, akal adalah sesuatu yang
sangat membedakan manusia dari binatang! Ada banyak orang Kharismatik yang
mengatakan bahwa kita harus membuang akal, karena kalau tidak maka kita tidak
akan terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus, persekutuan terindah dengan Tuhan
tidak bisa terjadi, dan juga mujizat-mujizat tidak bisa terjadi. Ini salah dan
tidak Alkitabiah! Pembuangan akal seperti ini menjadikan kita seperti binatang!
Kita memang tidak boleh bersandar pada akal (Ams 3:5), tetapi itu tidak berarti
bahwa kita harus membuang akal.
f.
Sifat mencipta.
Allah
adalah pencipta dan sewaktu Ia menciptakan manusia, ia lalu memasukkan sifat
ini ke dalam manusia sehingga manusia lalu memiliki apa yang disebut sebagai
daya cipta (kreatifitas). Itulah
sebabnya manusia bisa menciptakan berbagai hal yang dapat memudahkan hidup
manusia itu sendiri. Kalau kita amati dalam hidup kita maka kita sering
terkagum-kagum dengan perkembangan teknologi ciptaan manusia. Ada teknologi kedokteran yang
melakukan pembedahan, pencangkokan organ tubuh, dll. Ada teknologi komunikasi
(televisi, radio streaming, telepon/HP, internet, satelit, google earth,
holografic laser, dll). Ada teknologi transportasi (kapal laut, kapal selam,
helikopter, pesawat, mobil, dll). Bahkan sekarang ini sudah ada mobil yang akan
rem sendiri kalau mobil di depannya berhenti mendadak. Sejak tahun 1950-an
Inggris dan Perancis sudah menciptakan pesawat supersonic Concorde yang
kecepatan terbangnya 2 kali kecepatan suara yakni 2.200 km / jam. (Bandingkan
dengan pesawat komersil biasa yang kecepatannya hanya 600 km / jam). Pesawat
ini mampu terbang dari Paris ke New York hanya dalam 2 jam padahal pesawat
biasa menempuhnya dalam 7 jam.
Sekarang sudah diuji coba pesawat hypersonic yang kecepatannya adalah 5 kali kecepatan suara. Tetapi pesawat ulang alik yang ada sekarang berkecepatan 25 kali kecepatan suara. Teknologi komputer juga tidak kalah canggihnya. Sekarang sudah dimunculkan computer yang bahkan hanya berbetuk pulpen saja dan pengoperasiannya bergantung pada sistem pencahayaan yang akan membentuk monitor maupun keybordnya, seperti nampak dalam gambar berikut :
Teknologi robotik juga maju secara luar biasa. Profesor Tomomasa Sato dari Jepang menciptakan Robot Humanoid dari Jepang bisa menari, berjalan, menyajikan teh dan mencuci gelas bahkan ia bisa belajar dari kesalahan.
Robot Asendro (Jerman) adalah robot pengintai dan penjinak bom, pemadam kebakaran, menangani teroris, bisa merayap dan naik tangga untuk memotong sumbu peledak. Ada kamera dan bisa mengirimkan gambar sampai jarak 2 km.
Sedangkan robot Spyke (Jepang) diciptakan khusus untuk mematai-matai musuh, mendeteksi maling dan membunyikan alarm. Ada kamera untuk memotret maling dan mengirimkan gambarnya via email. Juga ada robot-robot lain yang bisa mengganti saluran TV, mengganti dokter untuk mengoperasi manusia, main sepak bola, push up, menyelamatkan prajurit yang terluka di medan perang, mengidentifikasi korban masih hidup atau sudah mati, robot pelayan, dll.
g.
Dan beberapa sifat
lainnya.
Dengan
semua sifat yang dimiliki itu maka manusia menjadi mirip dengan Allah hingga
batas tertentu. Manusia menjadi miniaturnya Allah. Inilah yang dimaksud dengan
manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah.
Sekarang
perhatikan hal penting ini. Manusia mirip dengan Allah. Kenyataan ini
berimpikasi pada 2 hal :
a.
Manusia bukan Allah.
Gambar
dan rupa Allah membuat manusia menjadi mirip dengan Allah. Tetapi karena
manusia mirip Allah maka manusia bisa saja menganggap diri sebagai Allah. Ini
tidak mungkin terjadi dalam dunia binatang karena mereka tidak dicipta menurut
gambar dan rupa Allah. Tetapi bukankah kalau manusia mirip Allah berarti
manusia bukan Allah? Pdt. Stephen Tong pernah berkata bahwa bila wajahmu mirip presiden, kemana-mana orang
memperhatikanmu engkau merasa senang. Tetapi lama kelamaan kalau engkau merasa
sebagai presiden, itu gila namanya! Engkau hanya mirip! Mirip berarti bukan!
Mirip siapa pun berarti engkau bukan orang itu. Alkitab mengatakan manusia
diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, berarti manusia seperti Allah, tetapi
seperti Allah berarti manusia bukan Allah. Ini harus disadari oleh manusia /
kita supaya di dalam hidup ini kita jangan lupa diri sebaliknya tahu diri dan
jangan menganggap diri / menjadikan diri sebagai Allah. Kita tidak boleh
berperan sebagai Allah atau mengganti dan menganggap diri sebagai Allah. Tetapi
mungkin saudara bertanya “kapan dan
bagaimana saya menganggap diri sebagai Allah / menggantikan Allah?” Jawabannya
adalah pada waktu engkau ingin bebas dan tidak mau diatur oleh firman Allah /
Allah. Misalnya Allah menyuruh saudara untuk mengasihi dan mengampuni tetapi
saudara tidak mau. Saudara maunya membenci dan membalas dendam. Allah menyuruh
saudara untuk beribadah tetapi saudara tidak mau, maunya bekerja terus. Allah
menetapkan hanya boleh bersuami / beristeri 1 tetapi saudara memberontak dan
maunya beristeri / bersuami 7. Allah
memanggil saudara menjadi pelayan Tuhan full time tetapi saudara maunya jadi
bisnisman atau politikus. Allah memanggil saudara untuk melayani tetapi saudara
maunya dilayani, dll. Semua itu menunjukkan bahwa suadara tidak ingin diatur
dan dikuasai oleh Allah. Saudara ingin mengatur diri sendiri dan hidup dengan
aturan sendiri. Pada saat seperti itu saudara sebenarnya menggantikan posisi
Allah, saudara mengambil peranan Allah, saudara menjadikan diri saudara sebagai
Allah. Ingat bahwa raja Tirus pernah menganggap diri sebagai Allah.
Yeh 28:2 - "Hai anak
manusia, katakanlah kepada raja Tirus: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Karena
engkau menjadi tinggi hati, dan berkata: Aku
adalah Allah! Aku duduk di takhta Allah di tengah-tengah lautan. Padahal engkau adalah manusia, bukanlah
Allah, walau hatimu menempatkan diri sama dengan Allah.
Dan lihatlah bagaimana Tuhan bersikap terhadap dia :
Yeh
28:6-10 – (6) Oleh sebab itu beginilah
firman Tuhan ALLAH: Karena hatimu
menempatkan diri sama dengan Allah (7) maka, sungguh, Aku membawa orang
asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan menghunus
pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu dinajiskan. (8)
Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang mati terbunuh
di tengah lautan. (9) Apakah engkau
masih akan mengatakan di hadapan pembunuhmu: Aku adalah Allah!? Padahal
terhadap kuasa penikammu engkau adalah manusia, bukanlah Allah. (10) Engkau
akan mati seperti orang tak bersunat oleh tangan orang asing. Sebab Aku yang
mengatakannya, demikianlah firman Tuhan ALLAH."
Ingat juga bahwa Herodes pernah tidak menolak disebut Allah dan
lihatlah bagaimana Allah bertindak terhadap dia.
Kis
12:21-23 – (21) Dan pada suatu hari yang
ditentukan, Herodes mengenakan pakaian kerajaan, lalu duduk di atas takhta dan
berpidato kepada mereka. (22) Dan rakyatnya bersorak membalasnya: "Ini suara allah dan bukan suara manusia!"
(23) Dan seketika itu juga ia
ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.
Dari sini terlihat bahwa Allah paling tidak suka / benci dengan
manusia yang menganggap diri sebagai Allah. Mungkin kita tidak membuat
pengakuan eksplisit bahwa kita adalah Allah seperti yang dilakukan raja Tirus,
mungkin juga kita tidak secara diam-diam menerima perlakuan terhadap Allah
seperti yang dilakukan Herodes, tetapi perilaku kita yang tidak mau diatur oleh
Allah / firman Allah mengisyaratkan bahwa kita mau menjadi Allah atas diri kita
sendiri. Berhati-hatilah bahwa Tuhan paling tidak suka dengan sikap seperti
ini. Ia bisa menghukum / menghajar saudara.
b.
Manusia harus hidup
seperti Allah.
Kita memang diciptakan mirip Allah dan kita memang
mirip Allah. Hanya saja perlu disadari bahwa dosa telah menyebabkan manusia
mengalami kebejadan total (Total
Depravity) sehingga seringkali hidup manusia bukan mirip Allah lagi tetapi
mirip binatang bahkan lebih rusak dari binatang. Apakah ada orang yang sifatnya
lebih rusak dari binatang? Jelas ada! Saya pernah membaca di koran cerita tentang
seorang anak yang memperkosa
ibu kandungnya sendiri juga ada ayah yang memperkosa anak kandung sendiri. Itu
perilaku yang mungkin lebih buruk daripada binatang. Bahkan seringkali binatang tertentu bisa masih “lebih baik” daripada
manusia.
Andar Ismail dalam salah satu tulisannya “Hewan Sebagai Kawan” bercerita
banyak tentang hubungan anjing dan manusia dan di bagian akhir dari tulisannya,
ia menyebutkan beberapa sifat anjing yang dapat ditiru oleh manusia sehingga
menurut saya jikalau manusia tidak bersikap seperti anjing itu maka manusia
sebenarnya lebih buruk dari anjing.
Andar
Ismail – Anjing bersifat setia. Ia tidak akan meninggalkan kita. Ia ingin mendekat. Kita duduk
di ruang depan, ia ikut duduk di bawah kita. Kita ke kebun, ia akan turut ke
kebun, ia selalu ingin dekat. Selanjutnya anjing mudah memaafkan. Ia tidak
mendendam. Ketika ia jengkel pada kita, ia akan menjauh. Tetapi satu jam
kemudian ia sudah berbaik lagi pada kita. Anjing selalu ingin memberi dan menerima
kasih sayang. Setiap kali kita pulang, ia akan menyambut kita dengan
gembira. Kalau kita pergi terlalu lama, ia akan menyambut dengan raungan
seakan-akan ia memprotes, "Mengapa pergi begitu lama? Aku sudah rindu
padamu." Tetapi sifat anjing yang agaknya paling perlu kita pelajari
adalah sifat tahu berterima kasih. Ketika ia menerima sepotong tulang,
langsung mengibas-ibaskan ekornya dengan luapan rasa terima kasih. Padahal itu
cuma sepotong tulang. Sedangkan yang kita terima dari Tuhan dan orang-orang di
sekitar kita jauh lebih banyak. Apakah kita mengibas-ibaskan ekor kita? Coba
jawab. Pernahkah kita menggoyang-goyangkan ekor kita? (Selamat Berteman, hal.
82).
Jadi apabila kita tidak
setia, apabila kita tidak suka memaafkan dan suka mendendam / menyimpan amarah
yang lama, tidak mau menerima / memberi kasih sayang, dan tidak tahu berterima
kasih, maka sesungguhnya sifat kita lebih buruk dari anjing.
Lebih jauh dari itu bahkan ada orang yang sikap /
sifatnya seperti setan. Itulah sebabnya Yesus berkata : “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan
keinginan-keinginan bapamu….” (Yoh 8:44). Semua itu jelas karena dosa.
Gambar dan rupa Allah di dalam diri manusia menjadi corrupt atau tercemar atau rusak. Ini berlaku untuk semua manusia. Karena
itulah maka Yesus Kristus datang ke dalam dunia ini. Dia adalah gambar Allah
yang sesungguhnya.
Kol 1:15 - Ia
adalah gambar Allah yang
tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan
Ibr 1:3 - Ia
adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah…
Dan untuk orang-orang pilihan-Nya, Allah telah
mempredestinasikan mereka untuk satu tujuan yakni pemulihan gambar Allah di
dalam diri mereka melalui Kristus.
Rom 8:29 - Sebab
semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari
semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia,
Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
2 Kor 3:18 - Dan
kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan
karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita
diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar.
Karena itu bagi orang-orang yang percaya,
sesungguhnya Kristus sudah memulihkan gambar dan rupa Allah yang telah rusak
karena dosa itu. Pemulihan sudah dikerjakan oleh Kristus. Oleh sebab itu
orang-orang percaya mempunyai tanggungjawab untuk hidup sedemikian rupa
sehingga menjadi mirip dengan Allah sesuai dengan citra diri / fitrahnya
sebelum jatuh ke dalam dosa. Memang di dalam dunia ini kita masih berdosa tetapi
kita harus tetap berjuang agar semakin hari hidup kita semakin mirip dengan
Allah. Misalnya :
·
Dengan mengasihi dan mendoakan musuh kita.
Mat 5:44-45 – (44)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka
yang menganiaya kamu. (45) Karena dengan demikianlah kamu menjadi
anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang
yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan
orang yang tidak benar.
Jadi dengan mengasihi dan mendoakan musuh, maka
sebenarnya kita hidup mirip dengan Allah.
·
Dengan menjadi pembawa damai.
Mat 5:9 - Berbahagialah
orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Allah disebut Allah
damai sejahtera (1Tes 5:23 Ibr 13:20).
Ia juga disebut sebagai sumber damai sejahtera (Ro 15:33 2Kor 13:11). Ia juga mengusahakan damai (Ef
2:14-16 Kol 1:20). Karena itu
orang-orang yang membawa / mengusahakan perdamaian menjadi mirip dengan Allah.
Itulah sebabnya mereka disebut anak-anak Allah.
·
Dengan menolong orang yang susah tanpa mengharapkan
imbalan.
Luk 6:35 – “… berbuatlah
baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan
balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah
Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu
berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.
·
dll.
Intinya adalah karena kita diciptakan dengan gambar
dan rupa Allah maka kita menjadi mirip Allah. Dosa memang merusak gambar dan
rupa Allah itu di dalam diri kita tetapi Kristus sudah memulihkannya. Tanggung
jawab kita adalah berusaha agar hidup mirip seperti Allah.
Stephen
Tong – Di
dalam dirimu ada peta dan teladan Allah. Di dalam dirimu engkau harus berjuang
seperti Allah. Di dalam dirimu diberikan potensi. Di dalam dirimu diberikan tanggung
jawab. Di dalam dirimu diberikan suatu kemungkinan untuk hidup seperti Allah
karena engkau diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Sudahkah engkau
bersedia untuk hidup baik-baik memancarkan kemuliaan Allah? (Peta
dan Teladan Allah, hal. 23-24).
Kiranya
dengan belajar bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, kita
selalu ingat 2 hal ini yakni kita tidak boleh menganggap diri sebagai Allah,
kita tidak boleh menggantikan Allah, kita tidak boleh bersikap seolah-olah kita
adalah Allah. Dan kita harus berjuang untuk hidup seperti Allah sebagaimana
yang diajarjan Firman Tuhan.
-
AMIN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)