By. Esra Alfred Soru
Pertanyaan 20 : Waktu Yesus mati tiba-tiba terjadi kegelapan. Tolong dijelaskan mengapa hal itu terjadi karena menurut para ilmuwan itu adalah gerhana matahari. Benarkah demikian?
Jawaban : Kisah ini tercatat dalam Mat 27:45 : “Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga”. Juga Luk 23:44-45 : (44) Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, (45) sebab matahari tidak bersinar….”. Ini merupakan tanda / mujizat yang terjadi sebelum Kristus mati, yaitu gelap gulita selama 3 jam (pukul 12 sampai pukul 3 siang). Ada yang menganggap bahwa ini merupakan penggenapan dari Amos 8:9 : ‘Pada hari itu akan terjadi,’ demikianlah firman Tuhan ALLAH, ‘Aku akan membuat matahari terbenam di siang hari dan membuat bumi gelap pada hari cerah”. Kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari. Kata Yunani yang dipakai dalam Luk 23:45 adalah EKLIPONTOS (bandingkan dengan kata bahasa Inggris ‘Eclipse’, yang berarti gerhana), yang artinya adalah failing [gagal (bersinar), melemah]. Tetapi setidaknya ada 2 alasan yang menunjukkan bahwa kegelapan ini bukanlah suatu gerhana matahari : (1) Paskah selalu dirayakan pada saat bulan purnama, dan pada saat-saat seperti itu tidak mungkin terjadi gerhana matahari. (2) Gerhana matahari tidak mungkin terjadi selama lebih dari 15 menit, tetapi kegelapan ini berlangsung selama 3 jam. Kalau begitu apa arti / maksud kegelapan ini? Pertama, ini menunjukkan murka Allah. Gelap sering merupakan simbol kemurkaan / hukuman Allah (lihat Yes 5:30; 60:2; Yoel 2:31; Amos 5:18, 20; Zef 1:15; Mat 24:29; 25:30; Kis 2:20; 2 Pet 2:17; Wah 6:12). Kalau memang di sini kegelapan itu menunjukkan kemurkaan Allah, maka perlu dipertanyakan pada saat itu Allah murka kepada siapa? Kepada orang-orang yang menyalibkan Kristus dan juga kepada Kristus sendiri, karena pada saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa kita. Mungkin ini adalah saat di mana Kristus mulai ‘turun ke neraka / kerajaan maut’ sehingga Ia mengucapkan “Eli, Eli lama sabakhtani?” (Mat 27:46). Kedua, ini menunjukkan bahwa Kristus bukanlah penjahat, dan bahkan bukanlah manusia biasa. Kalau Kristus memang adalah penjahat / manusia biasa, maka kegelapan ini pasti tak akan terjadi. Rupanya kegelapan ini merupakan salah satu faktor yang menyadarkan kepala pasukan yang menyalibkan-Nya sehingga ia berkata : "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." (Mat 27:54).
Pertanyaan 21 : Di atas kayu salib Yesus berseru “Eli, Eli lama sabakhtani” (Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?). Di sini apakah Allah Bapa yang meninggalkan Yesus? Kalau benar demikian, mengapa Bapa harus meninggalkan Yesus padahal Yesus adalah Anak-Nya? Mengapa Allah begitu tega? Apakah ini sebuah penolakan terhadap Yesus?
Jawaban : Benar bahwa yang dimaksud di sini adalah Bapa selaku pribadi pertama dari Tritunggal meninggalkan Yesus. Benar juga bahwa Bapa menolak Yesus. Mengapa ini terjadi? Ini ada kaitannya dengan status Yesus sebagai penebus dosa. Yesus memang tidak berdosa sama sekali tapi waktu Ia menggantikan posisi orang berdosa maka dengan demikian Ia dijadikan berdosa. 2 Kor 5:21 : “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”. Gal 3:13 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: ‘Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!’”. Maka posisi dan kondisi Yesus sekarang di hadapan Allah bukan lagi sebagai Anak yang terkasih yang berkenan kepada-Nya (Mat 3 :17) melainkan sebagai orang berdosa. Allah adalah suci/kudus dan sifat ini tidak memungkinkan Dia untuk bersatu/berhubungan dengan dosa. Hab 1:13 : Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman….” Juga Yes 59:2 : tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. Karena itu saat Yesus tampil di hadapan-Nya sebagai perwakilan orang berdosa maka kesucian-Nya tidak memungkinkan untuk tetap bersatu dengan Yesus. Itulah sebabnya Ia harus meninggalkan Yesus dan karena itulah sebabnya Yesus berseru “Eli-Eli lama sabakhtani”. Lenski berkata : Apa yang tercakup dalam fakta bahwa Allah meninggalkan Yesus selama 3 jam yang mengerikan itu tak seorangpun bisa sungguh-sungguh mengertinya. Hal terdekat yang bisa kita harapkan untuk datang menembus misteri ini adalah menganggap Yesus sebagai ditutupi dengan dosa-dosa dunia dan kutuk, dan bahwa pada waktu Allah melihat Yesus dalam keadaan seperti itu, Ia berbalik dari-Nya. Perlu diketahui juga bahwa perpisahan Allah Bapa dengan Allah Anak bukan bersifat lokal, seakan-akan yang satu ada di sini dan yang lain ada di sana. Perpisahan secara lokal ini tidak mungkin terjadi karena baik Bapa maupun Anak adalah Allah yang maha ada. Jadi perpisahan ini hanyalah dalam persoalan hubungan / persekutuan saja.
Pertanyaan 22 : Mengapa Yesus bertanya “Eli-Eli Lama Sabakhtani? Apakah Yesus tidak tahu alasan-Nya? Kalau Yesus saja tidak tahu alasannya dan bertanya pada Bapa, bagaimana kita bisa tahu alasannya?
Jawaban : Kata-kata ini sama sekali tidak berarti Yesus tidak tahu alasannya dan sementara berusaha bertanya atau mencari jawabannya. Ini hanyalah merupakan ungkapan kesedihan-Nya saja karena ditinggal oleh Bapa-Nya. Kita bisa mengetahuinya dari Kitab Suci yang memang ditulis untuk kita.
Pertanyaan 23 : Kalimat “Eli-Eli lama sabakhtani” itu dari bahasa apa? Lalu dalam versi Markus ditulis bukan “Eli-Eli...” tetapi “Eloi-Eloi…”. (Mark 15:34). Kalau begitu yang mana sebenarnya yang diucapkan Yesus ? Tidak mungkinkan ia mengucapkan “Eli-Eli...” dan “Eloi-Eloi…” pada saat yang sama.
Jawaban : Perlu diketahui bahwa kata-kata Yesus ini bukan kebetulan diucapkan tetapi memang menggenapi nubuat dalam kitab Mazmur (1000 tahun sebelum Yesus lahir). Maz 22:2 : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Mazmur ini aslinya adalah Mazmur Daud yang berlaku untuk diri Daud sendiri. Mungkin dalam penderitaan yang hebat, ia berdoa dengan tekun, tetapi tak ada jawaban / pertolongan dari Tuhan, sehingga ia merasa / mengira bahwa Tuhan meninggalkannya. Bahwa Yesus mengutip kata-kata Daud ini membuktikan bahwa kata-kata ini juga merupakan suatu nubuat tentang Dia. Kalau memang kata-kata ini dalam kitab Mazmur (PL) maka harusnya kata-kata ini aslinya dalam bahasa Ibrani : ‘ELI, ELI LAMA ASAVTANI’. Tapi Matius dan Markus mencatat kata-kata ini tidak dalam bahasa Ibrani murni seperti bunyi Maz 22 :2. Mat 27:46 : “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ Artinya: AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Mark 15:34 : “Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani?’, yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”. Perbedaan ini karena masalah bahasa. ‘Eli, Eli Lama Azavtani’ adalah murni bahasa Ibrani. Matius menulis ‘Eli, Eli, lama sabakhtani?’ di mana ‘Eli, Eli, adalah bahasa Ibrani dan sabakhtani adalah bahasa Aramic. Sedangkan Markus menulis dalam bentuk murni Aramic ‘Eloi, Eloi, lama sabakhtani? Jadi Daud menulis dalam bahasa Ibrani seluruhnya, Markus dalam bahasa Aramic seluruhnya sedangkan Matius menulis, setengah Ibrani, setengah Aramic. Albert Barnes dalam Barnes Notes mengatakan : ‘Eli, Eli ...’. Bahasa ini bukanlah Ibrani murni ataupun Aramaic / Syria murni, tetapi suatu percampuran dari keduanya, biasanya disebut ‘Syro-Chaldaic’. Ini mungkin merupakan bahasa yang biasanya digunakan oleh sang Juruselamat. Kata-kata itu diambil dari Maz 22:2. Problemnya adalah kata-kata asli Yesus yang mana ? Para penafsir berpendapat bahwa kata-kata yang asli adalah versi Matius sebagaimana kata Lenski : “Matius, seperti Markus, telah memelihara kata-kata dari teriakan itu dalam bahasa aslinya: ‘ELI, ELI (Ibrani), LAMA SABAKHTANI’ (Aramaic / Syria). Markus menuliskan ‘ELOI’, bentuk Aramaic / Syrianya dan bukan bentuk Ibraninya; ia mengabaikan bentuk Ibrani yang digunakan oleh Yesus.
Pertanyaan 24 : Setelah Tuhan Yesus mati dan dikuburkan, roh/jiwanya kemana?
Jawaban : Ini pertanyaan yang baik. Sewaktu tubuh Yesus ada di kuburan, jiwa/roh Yesus kemana? Ada banyak orang yang mengatakan bahwa pada saat itu jiwa/roh Yesus pergi ke dunia orang mati dengan tujuan untuk memberitakan Injil pada roh-roh yang sudah mati. Pandangan ini dihasilkan dari tafsiran yang salah tentang 1 Pet 3:18-20 : (18) Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, … Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, (19) dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, (20) yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu” dan juga dari bunyi Pengakuan Iman Rasuli “turun ke dalam kerajaan maut”. Ayat di atas memang tergolong ayat yang sukar tetapi menafsirkan bahwa Yesus pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang sudah mati jelas tidak Alkitabiah dan bertentangan dengan Maz 88:12 : “Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan?”. Saya berpendapat bahwa pemberitaan Injil kepada orang-orang pada zaman Nuh itu bukan terjadi saat tubuh Yesus ada dalam kuburan melainkan pada zaman Nuh di mana orang-orang itu masih hidup saat itu. Bagaimana Yesus pergi ke sana sedangkan pada zaman Nuh Ia belum dilahirkan? Ayat 19 mengatakan “oleh Roh”. Memang dalam ayat 19 juga dikatakan tentang roh-roh di dalam penjara yang kelihatannya menunjuk pada orang yang sudah mati tetapi sebenarnya bukan Injil diberitakan pada orang yang sudah mati melainkan saat Petrus menulis hal ini, mereka sudah mati dan karenanya Petrus menyebutnya “roh-roh”. Nah, biasanya Pengakuan Iman Rasuli kita “turun ke dalam kerajaan maut” dikira berdasar pada ayat ini padahal sama sekali adalah tafsiran yang salah selain bahwa kata-kata dalam Pengakuan Iman rasuli itu tidak didukung oleh ayat Alkitab yang eksplisit seperti bagian-bagian yang lain. Calvin beranggapan bahwa kata-kata “turun ke dalam kerajaan maut” itu menunjuk pada penderitaan rohani Kristus di atas salib ketika Ia ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Ingat bahwa di neraka orang terpisah dari Allah (2 Tes 1:9). Karena itu, pada saat Yesus terpisah dari Allah, Ia dikatakan ‘turun ke neraka’. Jadi Kristus mengalami penderitaan neraka bukan dengan turun ke neraka tetapi menanggungnya di atas salib. Jadi baik Pengakuan Iman Rasuli maupun 1 Pet 3:18-20 tidak dapat dijadikan dukungan untuk mengatakan bahwa Yesus pergi ke dunia orang mati/hades/alam maut untuk memberitakan Injil di sana. Kalau begitu sewaktu tubuh-Nya di kuburan, jiwa/roh Yesus kemana? Ia kembali ke surga, ke tangan Bapa-Nya. Luk 23:46 : “Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: ‘Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu.’ Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawaNya”. Kata ‘nyawa’ seharusnya adalah ‘roh’. Penyerahan roh-Nya ke dalam tangan Bapa jelas menunjukkan bahwa begitu mati roh dari manusia Yesus pergi ke surga! Jadi jelaslah bahwa Yesus tidak turun kemana-mana, baik ke neraka, kerajaan maut ataupun tempat penantian!
Pertanyaan 25 : Pada waktu Yesus mati, hanya tubuh jasmaniah-Nya saja yang mati kan, bukan jiwa/kehidupannya? Apakah Allah pada saat itu tinggal 2 pribadi saja?
Jawaban : Yesus memang mati sebagai suatu PRIBADI Allah-Manusia tetapi ini tidak berarti bahwa HAKIKAT Allahnya mati. Jadi dalam hal ini, yang mati adalah hakikat manusia-Nya. Efs 2:15 - sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya....”. Fil 2:8 : Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 1 Pet 3:18 : Sebab juga Kristus telah mati ....Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,...”. Nah, karena HAKIKAT Allah-Nya tak pernah mati maka tidak ada pengaruh pada ketritunggalan Allah. Allah yang esa itu tetap berada dalam 3 pribadi (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
Pertanyaan 26 : Apakah ada alasan lain selain nubuat tentang kematian Yesus itu hanya 2 hari dan hari ke 3 adalah kebangkitan-Nya? Dengan kata lain, mengapa harus 3 hari, bukan 1 atau bahkan 2 hari?
Jawaban : Saya tidak tahu dengan pasti tetapi mungkin 3 hari ditentukan untuk menunjukkan bahwa Yesus benar-benar mati dan bukan sekedar mati suri atau kehilangan kesadaran-Nya saja. Bandingkan dengan Lazarus yang mayatnya sudah berbau pada hari yang keempat. Yoh 11:39 : ”Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati." Jadi dnegan berada dalam kuburan 3 hari sudah cukup membuktikan bahwa ia benar-benar mati.
Pertanyaan 27 : Mengapa lambung Yesus harus ditikam? (Yoh 19:34). Mohon penjelasan tentang penusukan lambung Yesus ini.
Jawaban : Tentara Romawi sebenarnya mau mematahkan kaki Yesus, tetapi melihat bahwa Yesus sudah mati, mereka tidak mematahkan kaki Yesus. Tetapi seorang tentara, mungkin karena ingin memastikan kematian Yesus, atau mungkin karena sekedar ingin melakukan sesuatu yang brutal terhadap mayat Yesus, lalu menusuk Yesus dengan tombak. Dari sini perlu diketahui bahwa bukan penusukan tombak itu yang menyebabkan Yesus mati, karena pada waktu ditusuk tombak, Yesus sudah mati (Yoh 19: 33), hanya saja kita tidak tahu sudah berapa lama Ia mati. Sebenarnya kata “lambung” di sini terjemahannya kurang tepat. Mayoritas Alkitab bahasa Inggris seperti KJV / RSV / NIV / NASB memakai kata ‘side’ (sisi / rusuk). Pada waktu Yesus ditusuk tombak, maka keluar darah dan air (Yoh 1934b). Keluarnya darah dan air dari rusuk Yesus ini membingungkan semua penafsir, karena banyak orang berkata bahwa kalau orang hidup ditusuk maka hanya akan keluar darah (tanpa air), dan kalau orang mati ditusuk maka tidak akan keluar apa-apa. Lalu mengapa pada waktu Yesus ditusuk, bisa keluar darah dan air? Ini kelihatannya disebabkan pencambukan yang dialami Yesus. ‘The International Standard Bible Encyclopedia’ dalam article berjudul ‘Blood and water’ mengatakan : “A. F. Sava ... mengusulkan bahwa darah dan air terkumpul dalam rongga di antara rusuk dan paru-paru. Ia menunjukkan bahwa luka-luka hebat yang tidak menembus dada bisa menimbulkan pengumpulan seperti itu, dan mengatakan bahwa pencambukan seperti yang diterima oleh Yesus beberapa jam sebelum kematianNya cukup untuk menimbulkan pengumpulan itu, yang lalu keluar pada waktu dinding dada ditikam. Juga, ada cukup waktu antara pencambukan dan penikaman untuk mengijinkan sel-sel darah merah berpisah dengan cairan jernih yang lebih encer’. Dan kebanyakan penafsir beranggapan bahwa fakta ini mempunyai makna simbolik di mana seperti yang dikatakan Calvin, darah menunjuk pada penebusan, yang menyebabkan kita mendapatkan justification / pembenaran dan air menunjuk pada pembasuhan, yang menyebabkan kita mendapatkan sanctification / pengudusan. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Anti-Type dari sacrifice / korban (darah) dan washings / pembasuhan (air) dalam Perjanjian Lama.
Pertanyaan 28 : Waktu tangan Yesus dipaku, kira-kira yang dipaku adalah telapak tangan-Nya atau pergelangan tangan-Nya?
Jawaban : Ini diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa tangan dipaku bukan pada telapak tangan melainkan pada pergelangan tangan mengingat kalau pada telapak tangan maka akan koyak tertarik oleh berat badan ke bawah. Alexander Metherell berkata : Jika paku-paku itu ditancapkan menembus telapak tangan, beratnya akan menyebabkan kulit menjadi robek dan Ia akan jatuh dari atas salib. Jadi paku-paku ditembuskan ke pergelangan tangan, meskipun ini dianggap sebagai bagian dari tangan dalam bahasa masa itu. Tetapi bagi saya alasan ini tidak cukup kuat mengingat tangan yang dipaku biasanya diikatkan juga pada kayu salib sehingga tidak akan mudah tertarik ke bawah. Selain itu ada juga sadel yang menonjol di bagian pantat untuk tempat duduk dari si tersalib sehingga dapat menahan berat badan. Pulpit Commentary berkata : Paku-paku menembus tangan dan kaki, dan tubuh disangga / ditopang sebagian oleh paku-paku ini dan sebagian lagi oleh sepotong kayu yang menonjol yang disebut ‘tempat duduk’. Demikian juga Barclay : “Di antara kaki-kaki dari orang hukuman itu (diselangkangannya), menonjol sepotong kayu yang disebut sadel, untuk menahan berat orang itu pada waktu salib itu ditegakkan - kalau tidak maka paku-paku itu akan merobek daging di tangannya”. Jadi saya lebih setuju dengan pendapat bahwa tangan Yesus dipaku pada telapak tangan-Nya.
BERSAMBUNG KE PART 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)