Pada tanggal 1
Juni lalu Dr. Suhento Liauw mengadakan seminar Eskatologi di Surabaya. Hadir
dalam seminar ini Pdt. Budi Asali yang setelah itu memberikan beberapa
sanggahan terhadap beberapa point ajaran Dr. Suhento Liauw (Baca di sini : http://www.pelangikasihministry2.blogspot.com/2012/06/pembahasan-seminar-suhento-liauw.html).
Nah, tanggapan Pdt. Budi Asali ini lalu ditanggapi balik oleh seorang murid
Suhento Liauw bernama Dji Ji Liong (Baca di sini : http://dedewijaya.wordpress.com/2012/06/12/tanggapan-terhadap-artikel-budi-asali-tentang-pembahasan-seminar-akhir-zaman-suhento-liauw/).
Dan Berikut ini adalah tanggapan balik dari Pdt. Budi Asali :
Keterangan :
·
Tulisan berwarna hijau adalah ajaran
Suhento Liauw dalam seminar Eskatologi di Surabaya
sebagaimana yang dicatat Pdt. Budi Asali.
·
Tulisan berwarna biru adalah tanggapan Pdt.
Budi Asali atas materi seminar itu.
·
Tulisan berwarna hitam adalah tanggapan Dji ji Liong
terhadap tanggapan Pdt. Budi Asali.
·
Tulisan berwarna merah adalah tanggapan balik dari
Pdt. Budi Asali.
**********
Tanggapan
seorang murid dari Dr. Suhento Liauw yang bernama Dji ji liong (belum wisuda
/Mahasiswa Theologia) untuk Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div atas catatan dan
tanggapan tgl 7 Juni 2012 yang berjudul:
ANUGERAH ALLAH mengenai:
“PEMBAHASAN SEMINAR SUHENTO LIAUW
TENTANG ESKATOLOGI.”
Tanggapan
Budi Asali:
Hmmm, saya tantang debat, Suhento Liauw serahkan kepada anak-anaknya
(Steven dan Andrew) yang masih ingusan. Saya serang seminarnya, ia berikan
‘murid’nya yang masih bau kencur. Betul-betul pengecut! Tetapi dalam
seminarnya, ia bercerita (baca: membual) tentang debat yang ia lakukan dengan
Islam, Yahweh-isme dan sebagainya. Kalau itu memang benar, mengapa ia tak berani
lawan saya? Saya ingin ingatkan kpd Suhento Liauw ttg 1Pet 3:15b - “Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,”.
Saya meminta pertanggungan jawab dari anda Suhento Liauw, ttg ajaran
Arminian anda dan ttg semua fitnahan yg anda dan Steven lakukan thdp Calvinist,
Calvinisme, dan Calvin sendiri! Jgn jadi pengecut dg sembunyi di belakang
anak2mu atau ‘murid’mu, dan dengan demikian tidak mentaati firman Tuhan dalam
1Pet 3:15 itu!!
Saya
ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Suhento Liauw yg memberikan kesempatan
dan izin kepada saya untuk memberikan tanggapan kepada Bapak Pdt. Budi Asali,
M. Div.
Sebelum
menanggapi catatan dan tanggapan Bapak Pdt. Budi Asali (tgl 7 Juni 2012), saya
ingin pembaca memperhatikan beberapa ayat Firman terlebih dahulu:
Amsal 10:13 “Di
bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung
orang yang tidak berakal budi.
Amsal 10:14
“Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan
yang mengancam.”
Amsal 14:3 “Di
dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, tetapi orang bijak
dipelihara oleh bibirnya.”
Amsal 15:2
“Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal
mencurahkan kebodohan.”
Amsal 15:14 “
Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk
dengan kebodohan.”
Amsal
24:7 “Hikmat terlalu tinggi bagi orang bodoh; ia tidak membuka mulutnya di
pintu gerbang.
Pkh. 10:12
“Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan
orang itu sendiri.”
Tanggapan
Budi Asali:
Hmmm, org bijaknya yg mana dan org bebalnya yg mana? Baru baca
sepintas tulisanmu, saya sdh melihat kalau kata2 ‘mulut org bodoh’ paling
cocok, bukan hanya utk kamu, tetapi jg Liauw2 itu (bapak dan anak2nya), yg juga
sdh saya baca tulisan2nya!
Keterangan :
Point-point (dari no. 1- no. 19) adalah catatan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
atas pernyataan-pernyataan Dr. Suhento Liauw dalam acara seminar tgl: 1 Juni
2012 di Surabaya. Karena point-point yang telah ditulis oleh Bapak Pdt. Budi
Asali, M. Div ini dikutip dari penjelasan seminar oleh Dr. Suhento Liauw maka tidak tertutup kemungkinan adanya
salah kutip/salah paham oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri terhadap
penjelasan dari Dr. Suhento Liauw (sesuai warna tulisan aslinya: diblok warna hitam). Untuk informasi
lebih lanjut silahkan menghubungi www.graphe-ministry.org untuk mendapatkan
penjelasan yang lebih lengkap).
Selamat
menikmati dengan teliti tanggapan-tanggapan saya di bawah ini: ( ups...satu
lagi: Pembaca bisa memperhatikan setiap “
gaya bahasa” tanggapan yg keluar dari hati Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
mengingat ada Firman Tuhan yg berkata: “Mat. 15:18 “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang
menajiskan orang”):
Tanggapan
Budi Asali:
Hahaha, nak, tanggapan saya thdp seminar Suhento Liauw ini boleh
dikatakan mrpk salah satu tulisan saya yg paling lembut / halus, tetapi kamu
‘sakit hati’ gurumu disikat dg sikat yg halus ini?
Mau saya beri contoh yg ‘kasar’, nak?
Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? -
Yesus, Mat 23:17.
"Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing
dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan
diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu." - Yesus,
Mat 7:6.
"Hai
kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala
sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! - Yesus, Luk 24:25.
Hati-hatilah terhadap anjing-anjing,
hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap
penyunat-penyunat yang palsu, - Paulus, Fil 3:2.
Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang
benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi
kembali lagi ke kubangannya." - Petrus, 2Pet 2:22.
"Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah
yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang
akan datang? - Yohanes Pembaptis, Mat 3:7b.
Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan
tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar
atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?
- Paulus, 1Kor 14:23 (keterangan, ia jelas tak menyalahkan orang yang memaki
gila dalam ayat ini).
Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga
yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah
kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami
katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang
memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu
terima, terkutuklah dia. - Paulus, Gal 1:8-9.
"Pergilah dan katakanlah kepada si serigala
itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan
pada hari yang ketiga Aku akan selesai. - Yesus, Luk 13:32.
Katanya kalian dari GBIA, dan ‘A’ itu singkatan
Alkitabiah, tetapi kok salahkan aku yang lebih halus / lembut dari kata-kata
Yesus, Paulus, dsb, dalam alkitab??? Aku bisa beri jauh lebih banyak lagi kalau
aku mau, tetapi ini cukup untuk membuktikan ketidak-tahuanmu tentang Alkitab!
O ya aku lupa bahwa aku punya satu contoh lagi. Ini
dia!
“Pemikiran seperti ini sungguh salah. Jika kita menerapkan logika
ini, maka sungguh berbahaya. Jika iman kita sungguh adalah urusan Yesus saja,
dan tidak ada tanggung jawab kita, untuk apa dalam Alkitab ada begitu banyak
ayat yang menyuruh kita untuk beriman? Ada begitu banyak ayat yang menyuruh
kita tetap pada iman. Bukankah Yesus yang beriman untuk kita? Nah, disinilah
terlihat kebodohan dari pemikiran seperti ini. Tidak ada orang lain yang dapat beriman
untuk orang lain. Ayat ini mengajarkan doktrin bahwa Yesuslah yang memungkinkan
adanya iman. Tanpa Yesus, manusia bahkan tidak dapat memilih antara percaya
Yesus atau tidak. Tanpa Yesus, tidak ada objek yang dapat kita imani. Yesus
pulalah yang memberikan kita kekuatan untuk terus beriman, dan memungkinkan
iman kita bertumbuh. Jika kita memegang teguh iman kita, itu adalah karena
Yesus! Tetapi tidak berarti kita tidak punya tanggung jawab untuk tinggal dalam
iman. Juga tidak berarti kita tidak dapat memilih untuk keluar dari iman.” - Dr. Steven E. Liauw - tulisan di internet
berjudul “Mengenai Apakah Seseorang Yg Sudah Diselamatkan Dapat Meninggalkan
Iman dan Terhilang”.
Ayo, katakan kpd dosenmu sendiri, nak, bahwa dia org bebal dsb!
Hahahaha. Para pembaca, nikmatilah gaya bahasa di atas ini!
Satu tambahan lagi, nak, ttg Mat 15:18 yg kamu kutip itu. Aku setuju
bahwa apa yg keluar dr mulutku, memang berasal dr hatiku. Lalu mengapa ‘kasar’?
Krn hatiku marah membaca tulisan2 kalian yg memfitnah dan salah
atau bahkan sesat, dan sama sekali tidak cocok dg alkitab, atau
bahkan memutarbalikkan dan menambahi alkitab!! Salahkah orang Kristen punya hati seperti itu??? Aku ingin
ingatkan kamu bahwa pada waktu Paulus mengetahui bahwa jemaat Korintus sabar
terhadap nabi2 palsu, ia jutru mengecam mereka!
2Kor 11:4 - “Sebab kamu sabar saja,
jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami
beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu
terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.
Dan sesuai dengan itu, rasul Yohanes (atau bahkan Yesus) memuji
jemaat Efesus yang marah / tidak dapat sabar terhadap nabi2 palsu.
Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya
rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati
mereka pendusta”.
Catatan: kontextnya menunjukkan bahwa ini dianggap sebagai sesuatu yang
baik dalam diri jemaat Efesus, dan dipuji oleh Yohanes / Yesus!
**************
1. Seminar berhubungan dengan pengetahuan /
pikiran, kalau KKR hanya dengan perasaan. Karena itu dia buat seminar, bukan
KKR.
Tanggapan
Budi Asali:
Omong
kosong, semua tergantung siapa yang berkhotbah dalam seminar atau KKR itu.
Kalau yang berkhotbah memang adalah orang-orang yang senang mengobarkan emosi,
baik KKR ataupun seminar akan berhubungan dengan perasaan saja. Sebaliknya kalau
yang berkhotbah adalah orang-orang yang memang menekankan pendidikan dan
pengajaran, maka baik KKR maupun seminar akan berhubungan dengan pikiran dan
memberikan pengetahuan.
Tanggapan Dji:
Saya yakin semua orang setuju bahwa seminar tentu lebih MENEKANKAN
PENGETAHUAN dari pada KKR. Karena dalam seminar yang diadakan oleh Dr. Suhento
Liauw selalu ADA SESI TANYA JAWAB. Sedangkan dalam KKR tidak mungkin ada sesi
tanya jawab. Fakta yang sulit dipungkiri bahwa hampir
semua KKR mengedepankan emosi (perasaan). Seminar adalah pola belajar
yang akademis, seminar berbeda dengan KKR. Seminar bersifat Pendalaman Alkitab
(PA) sedangkan KKR bersifat Pendalaman Emosi (Perasaan). Seminar menyelidiki
kitab suci (Alkitab) apakah benar demikian, persis seperti dalam Kis 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik
hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima
firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui,
apakah semuanya itu benar demikian.
Tanggapan Budi Asali:
‘Semua orang’ yg mana? Yg sama
tololnya dengan kalian?
Nak, kamu tak menjawab
kata-kataku! Coba ikutlah KKR kalau yg khotbah adalah aku, maka kamu pasti
dapat pengetahuan!
Siapa yang ajari kamu, nak,
bahwa Kis 17:11 itu ‘suatu seminar’? Jadi kakek gurumu ngajar seperti itu
(bahwa KKR hanya perasaan, seminar beri pengetahuan), dasar alkitabnya apa,
nak? Sia-sia gerejamu namanya pakai kata ‘alkitabiah’,
tetapi kenyataannya kosong! Tak terlalu berbeda dg sekte yg namanya muluk
sekali, yaitu ‘Saksi Yehuwa’, tetapi dalam kenyataannya mrk adalah ‘saksi
setan’! Memang gampang membuat nama yg gemerlapan, tetapi memberikan pengajaran
yg gemerlapan, adalah suatu persoalan yg sama sekali berbeda! Mungkin yg hrs
ditekankan dari nama gerejamu adalah kata ‘Independent’ (=
bebas / tak tergantung)! Gerejamu memang bebas dan tak tergantung apapun,
termasuk terhadap alkitab / Firman Tuhan! Semua org bebas / ‘semau gue’ dlm
mengajar apapun yg bagaimanapun tololnya dan gilanya!
Kamu mengatakan ‘hampir
semua’, nak, dan itu mungkin benar. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar org
mengadakan KKR secara salah (termasuk org2 GBIA barangkali, krn kalian kok
begitu yakin?), tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada orang2 yg melakukan
KKR dg benar, dan memberikan pengetahuan.
Menurut aku, nak, setiap acara
pemberitaan firman, apakah itu khotbah, pengajaran, seminar, KKR, ceramah, dan
bahkan sekedar renungan, dsb, shrsnya memberi pengetahuan! Kalau tidak,
dinamakan apapun, itu adalah salah, dan pada hakekatnya bukan pemberitaan
Firman!
1Kor 14:26 - “Jadi bagaimana sekarang,
saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau
penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, tetapi semuanya itu harus
dipergunakan untuk membangun.”
Kata ‘membangun’ dlm RSV/NASB
diterjemahkan ‘edification’, dan dlm
KJV ‘edifying’, nak! Tahu apa artinya
itu? Kalau nggak ngerti lihat kamus atau tanya kakek gurumu!
Ada atau tidak acara tanya
jawab, tak ada urusannya dg memberi pengetahuan atau tidak. Kalau yg mengajar
memang org yg senang dg perasaan, diadakan tanya jawabpun juga tak akan memberi
pengetahuan. Sebaliknya kalau yg mengajar adalah org yg senang memberi
pengetahuan, tanpa tanya jawabpun akan dapat pengetahuan!
***************
2. Kalau ada free will - harus ada pilihan,
berbuat dosa atau berbuat baik.
Tanggapan
Budi Asali:
Jawaban
tentang kebodohan ini tidak saya berikan di sini karena ini berhubungan dengan
debat tanggal 24 Agustus 2012 antara Esra + saya vs Steven Liauw + partnernya.
Saya tak mau tunjukkan ‘senjata’ saya sebelum debat tanggal 24 Agustus itu
terlaksana.
Tanggapan Dji: Karena
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div merasa “belum saatnya” untuk memberikan
tanggapan, maka tidak ada yang perlu ditanggapi selain saya hanya melihat
Kebenaran dari pernyataan Dr. Suhento Liauw bahwa setiap manusia mempunyai free
will (mempunyai kehendak bebas yaitu mempunyai pilihan untuk berbuat dosa atau
berbuat baik).
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, bocah ingusan ini mau
memancing aku utk berikan senjataku? Hehehe. Nak, sebetulnya aku tak terlalu
pusing guru2mu tahu senjataku, krn tahupun mrk tak akan bisa jawab. Krn itu aku
juga tak takut tulisan2ku, termasuk yg akan jadi bahan debat nanti, dipajang di
web kami. Aku juga tak takut kirim buku2ku, yg berkenaan dg topik debat nanti,
kpd Steven, waktu Dede Wijaya pesankan buku2 itu utk dia. Tetapi aku mau yg ini
jadi surprise! Kamu mau ikut pandangan mrk yg tolol berkenaan dg free will itu,
yg dg 1 kalimat saja bisa aku hancurkan, itu urusanmu. Berharaplah kamu tidak
mati dulu, sebelum kamu mendengar 1 kalimat penjelasanku, supaya jgn kamu mati
dlm kesalahan. Bisa2 kamu ketemu Yesus yg berkata: ‘Mengapa kamu percaya ajaran
setolol itu, hai ular beludak yg bodoh dan buta? Bukankah Aku sudah
memperingati kamu tentang adanya serigala yg menyamar seperti domba?’. Dia lebih kasar dr aku,
ingat itu?
***************
3. Ia percaya komandan setan namanya Lucifer.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
memang kesalahan yang umum, tetapi salah.
Kata
/ nama ‘Lucifer’ muncul dalam terjemahan KJV dalam Yes 14:12 (dalam
Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘Bintang Timur’), dan kalau
saudara membaca kontextnya jelas bahwa istilah ini menunjuk kepada raja
Babel, bukan kepada komandan setan.
Yes
14:4,12,22,23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini
tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah
berakhir orang lalim! ... (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang
Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai
yang mengalahkan bangsa-bangsa! ... (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’
demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan
nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah
firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan
menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’
demikianlah firman TUHAN semesta alam”.
Yes
14:12 (KJV): ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son
of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst
weaken the nations!’.
Calvin (tentang Yes 14:12): “The
exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan,
has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements
must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when
passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the
context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it
was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king
of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions
have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (=
Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text
ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari
ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa
pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel.
Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan
kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini
muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat
hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa
sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak
mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng /
cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.
Adam Clarke (tantang Yes 14:12): “And although the context speaks
explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why,
applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously
denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as
those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this
arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the
truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the
occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced
from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of
Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan
sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi
entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat
yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer
(pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan
Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia
sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi
kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun
kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang
besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah
pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar
yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.
Tanggapan Dji:
Yesaya 14:1-16 konteksnya
berbicara tentang Raja Babel, dan tentu di situ ada
OKNUM DI BALIK Raja Babel yaitu Lucifer (Bintang Timur). Dalam Yesaya
14:12 “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar,
engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!
(konteksnya harus lanjut baca minimal hingga ayat 13-14) Engkau yang tadinya
berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku
mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan,
jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, HENDAK
MENYAMAI Yang Mahatinggi!....”
Orang yang Sekolah Dasar (SD)
saja sudah dapat mengerti dan memahami bahwa konteks di
sini adalah menunjuk kepada komandan setan yaitu Lucifer. Tidak mungkin
HANYA menunjuk kepada raja Babel dalam pandangan Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div.
Jadi, konteksnya jelas menunjuk Lucifer yang
ingin mengatasi bintang-bintang Allah, ingin duduk di bukit pertemuan, ingin
mengatasi ketinggian awan-awan bahkan ingin
MENYAMAI Yang Mahatinggi (Tuhan).
Bagaimana mungkin orang sekaliber
Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div hanya berkata “ini memang kesalahan yang umum, tetapi
salah.” Dan juga TERLIHAT JELAS Bpk. Pdt. Budi Asali, M.
Div lebih percaya kpd komentar
Calvin dan Adam Clarke yang menyebut (Yes. 14:12) Lucifer ini sebagai “dongeng
dan cerita bohong. Dan menganggapnya sebagai sesuatu yang
sangat aneh/gila/tidak masuk akal.” Justru menurut saya: Bpk. Pdt. Budi
Asali beserta Calvin dan Adam Clarke yang aneh KARENA TIDAK MAU MEMPERCAYAI kata-kata Alkitab itu sendiri.
Tanggapan Budi Asali:
Nak, guru2mu memang terlalu
sederhana (baca: tolol) pikirannya, shg tak mengerti bahwa Yes 14 itu
menggunakan bahasa puisi, yg tentu saja tak bisa dihurufiahkan. Itu hanya
menunjukkan kesombongan raja Babel, yg ingin makin lama makin berkuasa. Sebodoh
apapun dia, tak mungkin dia betul2 mau sama tinggi dg Allah yg di sorga! Kalau mau
menghurufiahkan, coba baca ay 18-20nya: “Semua bekas raja bangsa-bangsa berbaring
dalam kemuliaan, masing-masing dalam rumah kuburnya. Tetapi engkau ini telah
terlempar, jauh dari kuburmu, seperti taruk yang jijik, ditutupi dengan mayat
orang-orang yang tertikam oleh pedang dan jatuh tercampak ke batu-batu liang
kubur seperti bangkai yang terinjak-injak. Engkau tidak akan bersama-sama
dengan raja-raja itu di dalam kubur, sebab engkau telah merusak negerimu dan
membunuh rakyatmu. Anak cucu orang yang berbuat jahat tidak akan disebut-sebut
untuk selama-lamanya.”.
Coba tafsirkan bagian ini,
nak, supaya cocok dg komandan setanmu!
Jadi, nak, kontext yg mana?
‘Kontext’mu sdh aku hancurkan! Kamu menulis ‘tentu di situ ada oknum dibalik
raja Babel yaitu Lucifer (Bintang Timur)’. Bgm bisa mengatakan ‘tentu’ kalau
tak ada dasarnya sama sekali? O ya, ini tentu penafsiran ‘Independent’ (bebas)
alias semau gue dr gerejamu! Hehehe.
Babel dan rajanya merupakan
sesuatu yang bersifat sejarah, nak, dan salah satu hukum penafsiran adalah:
cerita sejarah tak boleh disimbolisir! Kalau sejarah bisa / boleh disimbolisir
maka dr text apapun bisa didapatkan ajaran yg bagaimanapun! Jadi, mengatakan
raja Babel itu simbol dr komandan setan, mrpk ketololan.
Cerita sejarah bisa menunjuk
kpd sesuatu / seseorang, hanya kalau itu merupakan TYPE. Sudah dapat pelajaran
Hermenutics, nak? Tetapi TYPE selalu menunjuk ke depan, nak, tak pernah ke
belakang. Padahal kejatuhan setan ada di belakang jauh sekali, dibandingkan
dg kehidupan Babel dan rajanya.
Jadi, diapakanpun, kecuali
disulap, atau ditafsirkan ‘secara Independent’, raja Babel ini tak
bisa menunjuk kpd komandanmu, nak! Hehehe, guru2mu pandai sulap, nak???
Kata2mu yg paling bawah aku ulang di sini: “Justru
menurut saya: Bpk. Pdt. Budi Asali beserta Calvin dan Adam Clarke yang aneh KARENA TIDAK MAU MEMPERCAYAI kata-kata Alkitab itu sendiri”.
Aku tanya, nak, dimana alkitab (Yes 14 itu) katakan bahwa Lucifer /
Bintang Timur itu nama dr komandan setan???? Jawab ini, nak, cari sampai rambutmu
botak, kalau kamu bisa menemukannya!
Kalau kamu tak bisa menemukan, dan pasti kamu tak bisa menemukan,
maka kesimpulannya: ajaran Suhento itu, JUGA MeRuPaKan
SUATU PENAFSIRAN! Jadi, dengan alasan apa kamu bilang aku lebih percaya Calvin
dan Clarke dari pada alkitab sendiri?
Kamu juga tak perhatikan kata2
Clarke bahwa nama Lucifer itu berarti ‘pembawa terang’ dan krn itu jelas tak
cocok utk komandan setan. Kalau kamu bilang cocok, kamu membela komandan setan,
nak! Jawab aku, nak: kamu percaya komandan setan itu adalah pembawa terang????
Hmmm, kalau ya, pasti dia adalah ‘pembawa terang’ dlm arti yg sama spt guru2mu
dan kakek gurumu!
Anak SD tahu kalau itu
menunjuk kpd komandan setan? Oh, tentu saja, itu tak mengherankan, krn anak SD
kan masih tolol, sama spt kamu, nak, dan juga guru2mu dan kakek gurumu! Kalau
mahasiswa Fakultas, apalagi sarjana, pasti tak berpikir demikian.
Info tambahan, nak: Adam
Clarke itu seorang Arminian, yg keras, sama spt kalian! Tetapi ia mempunyai
pengetahuan yg lebih banyak di ujung kukunya, dr seluruh gereja kalian dlm
kepala kalian. Dan sekalipun dlm hal2 yg berhubungan dg 5 points Calvinisme ia
tolol spt kalian, tetapi dlm hal ini ia pandai.
***************
4. Waktu Nuh keluar dari bahtera, lalu beri
persembahan kepada Allah, dan Allah mencium baunya dan lalu ‘menjadi
bahagia’!
Tanggapan
Budi Asali:
a)
Dari mana gerangan omong kosong itu? Dalam Kitab Suci saya tak ada!
Kej
8:20-22 - “(20) Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala
binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah
beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.
(21) Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah
TUHAN dalam hatiNya: ‘Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia,
sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku
takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. (22)
Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin
dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.’”.
Tanggapan Dji:
Dalam Kejadian 8:21 SECARA JELAS
DAN GAMPANG DIMENGERTI bahwa TUHAN mencium persembahan yang HARUM itu. HARUM dalam pengertian bahasa manusia bahwa Tuhan senang atau Tuhan
bahagia. Oleh karena itu Tuhan berfirman dalam hatiNya: Aku takkan mengutuk
bumi ini lagi........
Saya yakin bahwa Bpk. Budi Asali,
M. Div tentu tidak akan ketemu dalam Alkitabnya yg tertulis “lalu bahagia”.
Karena “Tuhan mencium persembahan yang HARUM itu” adalah bahasa
antromorfisme (bahasa yang Tuhan pakai supaya manusia tahu, bahwa Tuhan senang
/ bahagia atas persembahan Nuh itu.)
Bagaimana mungkin orang seperti
Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div tidak bisa mengerti ini?..... hehehehe... sabar ya
pak?....
Tanggapan Budi Asali:
Aku ngerti bahasa itu nak,
tetapi kamu yg tidak ngerti maksudku (atau pura2 nggak ngerti?). Yg aku
tekankan bukan ‘bahagia’, tetapi ‘menjadi’. Kalau saat itu Ia ‘menjadi’ senang
/ bahagia, bukankah secara implicit tadinya Ia tidak bahagia? Bisakah
Allah tidak bahagia, nak?
Memang kalau dilihat ayat
alkitab itu sendiri, tak ada kata ‘bahagia’, nak! Yg ada hanya ‘Tuhan mencium
persembahan yg harum’ dsb. Lalu mengapa mesti ditafsirkan ‘bahagia’ oleh
kakek gurumu yg ‘alkitabiah’ itu? Dia sulapan lagi? Menurut aku, dan juga Adam
Clarke, jauh lebih tepat ditafsirkan bahwa Ia mencium bau harum persembahan
itu, dan itu ‘memperkenan hatiNya’. Ini juga bahasa Anthropomorphisme, nak,
tetapi ‘memperkenan hati’ berbeda dg ‘menjadi bahagia’! Bilang kakek gurumu itu
utk lebih hati2 dlm menggunakan kata. Jangan ngawur saja spt anak SD atau spt
org yang tak pernah sekolah.
b)
Kalau Allah ‘menjadi bahagia’, berarti tadinya tidak bahagia?
Tanggapan Dji:
Ini adalah asumsi Bapak Pdt. Budi
Asali, M. Div sendiri yang berlebihan
dan membuat pertanyaan ukuran anak SD.
Padahal tidak ada pernyataan Dr. Suhento Liauw yang mengatakan “tadinya Allah
tidak bahagia”. Allah selalu bahagia sekalipun tidak ada manusia. jadi, jangan
membuat asumsi-asumsi yang berlebihan
dan konyol, Bapak Pendeta Budi Asali, M. Div!.
Tanggapan Budi Asali:
Oh, tadi anak SDmu mengerti,
skrg mrk salah mengerti. Mrk terlalu banyak kumpul org2 GBIA barangkali, shg dr
pandai menjadi tolol?
Aku maksudkan ‘implicit’, nak!
Itu bukan konyol, nak! Juga bukannya berlebih2an. Coba jelaskan bagaimana ‘menjadi
bahagia’, itu tadinya bisa ‘sudah bahagia’? Jadi, org yg sudah
berbahagia bisa dikatakan ‘menjadi bahagia’???
Kalau aku ‘menjadi kaya’, maka
tadinya aku tidak kaya. Kalau aku menjadi marah, tadinya aku tidak marah. Kalau
Allah ‘menjadi bahagia’????? Jawab sendiri, nak! Dan cobalah utk tidak konyol
dan berlebihan!
**************
5. Darah di ambang pintu (tulah ke 10)
diberikan di atas, kiri dan kanan, membentuk salib! Juga ular tembaga ditaruh
di atas tiang, supaya tidak melorot diberi kayu horizontal, dan lagi-lagi
membentuk salib!
Tanggapan
Budi Asali:
Tafsiran
kampungan dan menambahi Alkitab (bertentangan dengan Sola Scriptura)!
Kel 12:7
- “Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada
kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang
memakannya.”.
Memang
ada kata-kata ‘kedua tiang pintu’, berarti di kiri dan kanan, lalu ada ‘ambang
atas’, berarti di atas, tetapi kalau tidak ada ‘di bawah’, bagaimana bisa
membentuk salib???
Lalu
tentang peristiwa ular tembaga, mari kita lihat ceritanya dalam Alkitab.
Bil
21:4-9 - “(4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke
arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat
lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah
dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di
padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan
makanan hambar ini kami telah muak.’ (6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung
ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel
yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata:
‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah
kepada TUHAN, supaya dijauhkanNya ular-ular ini dari pada kami.’ Lalu Musa
berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang
terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular
tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan
ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”.
Dimana
gerangan ada kata-kata ‘supaya tidak melorot lalu diberi kayu horizontal’? Lagi
mengigau, Pak Suhento?
Hal
lain yang harus diketahui adalah: sebetulnya kita tidak tahu bagaimana bentuk
salib Kristus. Kata ‘salib’ dalam bahasa Yunani adalah STAUROS, dan sebetulnya
berarti ‘an upright pole’ (= tiang tegak). Dan salib yang paling
awal memang hanya berbentuk satu tiang tegak. Karena itu tak perlu merasa heran
kalau Saksi Yehuwa menggunakan tiang tegak sebagai salib Kristus. Tetapi memang
belakangan muncul variasi-variasi bentuk salib, sehingga ada yang berbentuk X,
Y, T, dan juga seperti salib yang kita kenal. Lalu yang mana yang merupakan
salib yang digunakan untuk Yesus? Satu-satunya alasan untuk memilih salib yang
paling umum adalah karena dikatakan bahwa di atas kepala Yesus dituliskan
kata-kata ‘Yesus dari Nazaret, raja orang Yahudi’. Kalau salib berbentuk X, Y,
atau T, dimana tulisan itu mau diletakkan? Jadi, dipilih salib yang kita kenal
itu. Tetapi ini argumentasi yang sangat lemah, karena untuk salib yang manapun,
bisa diberi tulisan, menggunakan papan yang diikat dengan tali. Apalagi salib
yang berbentuk tiang tegak, tentu tak ada masalah dengan pemberian tulisan itu.
Kesimpulan:
bahwa salib Yesus dikatakan berbentuk seperti yang sekarang kita kenal,
merupakan sesuatu yang sangat tidak pasti!
Tanggapan Dji:
Dr. Suhento Liauw seorang Kristen
Fundamental Alkitabiah mengajarkan Alkitab adalah satu-satunya Firman Tuhan (di luar Alkitab tidak ada Firman Tuhan),
TIDAK MUNGKIN menambahi Firman Tuhan atau mengurangkan Firman Tuhan, karena itu
bertentangan dengan pengajaran dan keyakinannya sendiri.
Tanggapan Budi Asali:
Kamu naif, nak! Saksi Yehuwa
juga mengakui kalau alkitab adalah satu2nya Firman Allah, tetapi tafsiran mrk
lucu2, hampir sama lucunya dg tafsiran kakek gurumu!
Utk bisa membentuk salib yg
dimaksudkan oleh Suhento Liauw, maka hrs ada atas, bawah, kiri dan
kanan, bukankah begitu, nak? Dia punya cuma atas, kiri, kanan, kok bisa jadi
salib? O ya, tentu bisa krn dia pesulap, atau penafsir ‘independent’ / ‘bebas’!
Darah di ambang pintu (Domba
Paskah dalam tulah ke 10 ) jelas mengacu kepada Yesus Kristus yang disalibkan
(Yoh. 1:29 “Pada keesokan harinya
Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak
domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”) Darah domba paskah yang dibubuhkan
kedua tiang pintu dan ambang atas hanya mengingatkan
kita bahwa Yesus Kristus disalibkan
untuk semua manusia yang berdosa. Adalah sangat mengherankan saya jika Bapak
Pendeta Budi Asali, M. Div ini meributkan/mempermasalahkan “bentuk salibnya”. Beliau mengkritik lambang yang dibubuhkan,
bukannya melihat inti/hakekat dari
perayaan domba paskah dan ular tembaga itu sendiri. Tentang ular tembaga yang
dibuat oleh Musa ini Rasul Yohanes berkata: (Yoh. 3:14-15) “Dan sama seperti
Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Tanggapan Budi Asali:
Aku sdh tahu kalau domba
Paskah maupun ular tembaga mrpk TYPE2 dr Yesus, nak. Aku tahu itu sebelum kamu
lahir, nak. Aku tak persoalkan itu, tetapi hanya bgm bisa atas, kiri, kanan,
kok membentuk salib? Itu dlm bahasa Inggrisnya ‘ridiculous’ atau ‘absurd’, nak!
Jg kayu horizontalnya
muncul dr mana, nak? Disulap lagi, nak? Kalau itu tidak menambahi alkitab, itu
namanya apa, nak?
Aku meributkan /
mempermasalahkan bentuk salibnya, nak? Yg meributkan / mempermasalahkan bentuk
salibnya kan kakek gurumu sendiri, nak? Bukankah dia yg mengatakan darah di
atas, di kiri, di kanan ambang pintu membentuk salib? Juga bahwa tiang utk ular
tembaga diberi kayu horizontal shg membentuk salib?
Aku bukan mengkritik
lambangnya, nak! Lambangnya tak salah, mengapa aku kritik? Aku mengkritik kakek
gurumu, pada waktu ia menceritakan lambang itu, krn ia menceritakannya secara
berbeda dg waktu alkitab menceritakannya! Ngerti, nak? Bilang dia, supaya
jgn terlalu banyak berkhayal, atau menafsir secara ‘independent’, tetapi lebih
banyak baca alkitab.
************
6. Baptisan harus selam, kalau tidak seperti
Kain yang beri persembahan hasil bumi dan bukan binatang. Kata Yunani BAPTIZO
artinya dicelup / direndam. Jadi, orang yang dibaptis percik sama saja dengan
belum dibaptis!
Tanggapan
Budi Asali:
Dalam
seminar itu mula-mula ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang
hakiki untuk keselamatan, tetapi anehnya pada waktu menekankan keharusan
baptisan selam, ia mengatakan bahwa orang yang menggunakan baptisan
percik adalah seperti Kain, yang bukannya mempersembahkan binatang tetapi
mempersembahkan tanaman. Bukankah ia menjadikannya sebagai sesuatu yang
bersifat hakiki / mutlak untuk keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu
yang bertentangan dengan ajarannya di bagian depan.
Kata
Yunani BAPTIZO memang bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’, tetapi tidak harus
berarti seperti itu! Akan saya buktikan dari penggunaan kata itu dalam Alkitab
sendiri.
1. Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar
mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak
warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan,
kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV: ‘And when they come from the market,
except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have
received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and
of tables’ (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali
mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima
untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari
tembaga, dan meja-meja).
Kata-kata ‘and of tables’ (= dan meja-meja)
tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan
keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata
itu.
Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin
jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan
dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya
bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan
dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata
itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara
merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke
benda tersebut.
Tanggapan Dji:
Hampir semua mahasiswa theologi
tahu apa arti literal / hurufiah kata “BAPTIZ = selam/celup,” sedangkan ”RANTIZ
= percik”.
Tanggapan Budi Asali:
Lagi2 ‘hampir semua mahasiswa’
yg mana? Dr sekolah theologia kalian, yg suka menafsir secara independent itu?
Hahaha.
Aku pakai Bible Works 7, yg aku tahu Suhento Liauw juga punya di
laptop yg dia pakai waktu seminar. Aku sorot kata ‘baptized’ dlm KJV dr Mat
3:6, dan di sebelah kanan muncul penjelasan / arti sbb:
907 bapti,zw baptizo {bap-tid'-zo}
Meaning: 1) to dip
repeatedly, to immerse, to submerge (of vessels sunk) 2) to cleanse by dipping
or submerging, to
wash, to make clean with water,
to wash one's self, bathe 3) to overwhelm
Karena itu aku katakan bahwa BAPTIZO BISA berarti ‘selam’ (maksudnya itu salah
satu arti, tetapi bukan satu-satunya arti!). Dalam arti-arti yang
diberikan oleh Bible Works 7 itu, ada arti ‘mencuci’, ‘membersihkan dengan air’. Ini tidak harus dilakukan
dengan merendam, nak! Kalau kamu punya sepeda motor dan kamu mau mencucinya,
kamu rendam sepeda motormu? Kalau ya, lain kali coba cuci pesawat terbang atau
kereta api, nak!
Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div SENDIRI
DI ATAS MENGAKUI bahwa “Dr. Suhento Liauw mengajarkan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang hakiki
untuk keselamatan.” Tetapi kemudian justru
komentar Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri yang “menyerang balik” dengan berkata “Dr. Suhento menjadikannya
(baptisan) sebagai sesuatu yang bersifat hakiki/mutlak untuk keselamatan?”
ini adalah BUKTI FITNAH
seorang Bapak yang bernama Pdt. Budi Asali, M. Div, yang bertentangan
dengan ajaran guru kami Dr. Suhento Liauw.
Tanggapan Budi Asali:
Nak, kamu tak mengerti
maksudku atau pura2 tak mengerti? Kalau yg pertama, kamu tolol, kalau yg kedua,
kamu pendusta! Yg mana yg benar, nak?
Aku justru menunjukkan kalau
ajaran kakek gurumu itu saling bertentangan. Mula2 dia mengatakan bahwa
baptisan itu tidak hakiki, tetapi lalu belakangan dia katakan bahwa kalau tidak
dibaptis selam, itu spt Kain yg memberi persembahan tanaman! Bukankah jadi
hakiki, nak? Jadi, ini seranganku, nak,
bukan fitnahan. Coba jawab, nak! Dan minta tolong kakek gurumu!
Mengenai “Baptizo” dalam Markus
7:4 penggunaan Yunaninya (TR) adalah BAPTISONTAI. Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
sendiri juga MENGAKUI bahwa arti Baptizo adalah “celup atau rendam”. Tetapi
herannya ia tidak mau menaati
perintah baptis itu sendiri, dengan mengatakan kata itu (baptizo) “tidak
harus berarti seperti itu (maksudnya tidak harus celup/rendam).”
Tanggapan Budi Asali:
STTmu pasti kekurangan murid,
nak, krn kalau aku punya murid setolol kamu, sdh aku pecat dari dulu. Orang
setolol kamu, jadi tukang parkirpun nggak pantas, nak!
Kalau aku katakan, “‘heart bisa
berarti jantung”, maka maksudnya “tidak hrs berarti ‘jantung’”. Ngerti
maksudku, nak? ‘Heart’ bisa berarti lain, yaitu ‘hati’ (bukan ‘hati’ dlm
arti organ tubuh, nak, tetapi ‘hati’ sbg pusat dr manusia). Apanya yg
kontradiksi? IQmu berapa nak? Ada 30??? Kamu mestinya bukan masuk sekolah
theologia, tetapi SLB!
Kalau ada orang berkata “jalan”
tetapi maksudnya “lari” atau ia berkata “duduk” tetapi maksudnya “berdiri”...
yah.....akan repot kita memahami omongan orang demikian.
Tanggapan Budi Asali:
Ini tak ada hubungannya dg
kata2ku, nak!
Tetapi coba baca kalimat ini
dan artikan! “Kemarin ada kecelakaan, dan korbannya segera ‘dilarikan’ ke rumah sakit”. Atau kalimat
ini. “Org itu ditangkap polisi krn ‘melarikan’ anak gadis di bawah umur”. Apa arti ‘dilarikan’ dan ‘melarikan’ di sini? Mrk sungguh2 lari?
Kesimpulan saya: Kalau Alkitab
bilangnya “Baptis” maka itu harusnya selam/rendam/celup ke dalam air, bukan
percik seperti yang DI-INGIN-KAN oleh
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini.
Tanggapan Budi Asali:
Siapa menginginkan percik,
nak? Pandanganku dlm baptisan adalah ini: semua boleh, mau selam, mau tuang,
mau percik, aku tak pusingkan yg manapun. Justru kalian yg sok benar, yg anggap
selam sbg satu2nya baptisan yg sah. Itu yg aku anggap tolol!
Seharusnya sebagai orang yang
mengakui Alkitab satu-satunya firman Tuhan (Sola Scriptura) kita tidak perlu
meragukan ada kebiasaan orang Yahudi yang merendam belanga atau meja sekalipun,
dengan mencari alasan-alasan yg “aneh” untuk tidak mau menaati Firman Tuhan,
dengan gampangnya Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div berkata “biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan
mencurahkan air ke benda tersebut.” Padahal ini hanya sebuah asumsi praduga
beliau belaka. Dari mana Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div mengetahui bahwa “biasanya” orang mencuci barang-barang
itu dengan mencurahkan air? Ini adalah praduga tanpa bukti.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, kamu mewarisi kebiasaan
kakek gurumu, dg memberi pernyataan tanpa dukungan apapun. Apa alasannya
mengatakan itu kebiasaan mrk? Kalau aku, aku punya logikanya yg sgt masuk akal.
Mrk hidup di tanah yg sukar dpt air, jadi pasti menghemat air. Tetapi kamu
bilang mrk terbiasa mencuci meja dg merendamnya? Dpt air dr mana, nak? Embahmu
yg kirim?
Dan jawab pertanyaanku di atas
tadi. Kamu mencuci sepeda motor dengan merendam? Kalau ya, coba lain kali
cucikan mobilku! Hahaha!
Dalam imamat 14:5 “imam harus
memerintahkan supaya burung yg seekor disembelih di atas belanga tanah berisi
air mengalir (tentu pencucian belanga ini terjadi di dalam sungai), bukan
dibasuh atau disiram. ini salah satu contoh ayat yg mendukung belanga di rendam/dicelup di dalam air.
Tanggapan Budi Asali:
Im 14:5 - “Imam harus
memerintahkan supaya burung yang seekor disembelih di atas belanga tanah berisi
air mengalir”.
Bagian mana dr ayat itu yg
menunjukkan kalau belanga direndam dlm air? Dan dr mana kamu bilang bahwa ini
mrpk ‘pencucian belanga’? Kamu buta huruf, nak? Bandingkan dg tafsiran
Adam Clarke ttg ayat ini, nak!
Adam Clarke: “[Over running water.] Literally, "living,"
that is, spring water. The meaning appears to be this: Some water (about a
quarter of a log, an eggshell and a half full, according to the rabbis) was
taken from a spring, and put into a clean earthen vessel, and they killed the
bird over this water, that the blood might drop into it; and in this blood and
water mixed they dipped the instrument before described and sprinkled it seven
times upon the person who was to be cleansed. The living or spring water
was chosen because it was purer than what was taken from pits or wells, the
latter being often in a putrid or corrupt state; for in a ceremony of purifying
or cleansing, everything must be as pure and perfect as possible”.
Catatan: kalau tak mengerti bahasa
Inggrisnya, tanya kakek gurumu, nak!
2. Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal
itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya
sebelum makan”.
Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya
dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa
‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
Tanggapan Dji:
Lukas 11:38 “tidak mencuci” di
sini berarti tidak mencuci dengan tidak
mencelupkan/tidak merendamkan tangan-Nya ke dalam air. Justru tidak ada bukti kuat bahwa ayat ini bisa berarti mencurahkan air pada tangan. “Mencurahkan air pada tangan” adalah hasil penafsiran Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri untuk mendukung
doktrinnya.
Tanggapan Budi Asali:
Lagi2 logikanya, org yg hrs
hemat air tentu tak mencuci tangan dg merendam. Disamping itu, William Barclay,
yg jago dlm urusan tradisi, latar belakang dsb, mengatakan sbb dlm tafsirannya
ttg Mark 7:1-4 (yg juga membicarakan ttg cuci tangan yg sama spt dlm Luk
11:38): “There
were definite and rigid rules for the washing of hands. Note that this
hand-washing was not in the
interests of hygienic purity; it was ceremonial
cleanness which was at stake. Before every meal, and between each of the
courses, the hands had to be washed, and they had to be washed in a certain
way. The hands, to begin with, had to be free of any coating of sand or mortar
or gravel or any such substance. The water for washing had to be kept in
special large stone jars, so that it itself was clean in the ceremonial
sense and so that it might be certain that it had been used for no other
purpose, and that nothing had fallen into it or had been mixed with it. First, the
hands were held with finger tips pointing
upwards; water was poured
over them and had to run at least down to the wrist; the minimum
amount of water was one quarter of a log, which is equal to one and a half
egg-shells full of water. While the hands were still wet each hand had to be
cleansed with the fist of the other. That is what the phrase about using the
fist means; the fist of one hand was rubbed into the palm and against the
surface of the other. This meant that at this stage the hands were wet with
water; but that water was now unclean because it had touched unclean hands. So,
next, the hands had to be held with
finger tips pointing downwards and water had to be poured over them in such a
way that it began at the wrists and ran off at the finger tips.
After all that had been done the hands were clean”.
Ngerti bahasa Inggris, nak?
Kalau tidak, tanya kakek gurumu, ya nak? Atau baca tanggapan Pdt Esra thdp
tulisanmu, yg juga memberikan kutipan dari William Barclay, tetapi dlm versi
Indonesia. Dan asal tahu saja, nak, Barclay ini jago dlm urusan tradisi dan
kebudayaan pd jaman itu di tempat itu! Dan ia mengatakan bhahwa tradisi cuci
tangan ini airnya dicurahkan, bukan tangannya direndamkan ke dalam air, nak!
Lebih cocok dg baptis tuang, nak, tidak cocok dg baptis selam.
3. 1Kor 10:2 - ‘dibaptis dalam awan
dan dalam laut’.
Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.
Dua hal yang harus diperhatikan:
a. Orang Israel berjalan di tempat kering
(Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
b. Awan tidak ada di atas mereka, tetapi
di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin /
melindungi Israel;
itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih
cocok dengan baptisan percik, bukan selam.
Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam
awan dan dalam laut!
Barnes’ Notes: “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does not
necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither
the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang
sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti
penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun
air tidak menyentuh mereka).
Tanggapan Dji:
I Kor. 10:2 “Untuk menjadi
pengikut Musa mereka semua (orang-orang Israel yg menyeberangi laut Merah)
telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Paulus sendiri mencatatkan begitu
adanya, dan memang begitu fakta sejarahnya. Theologi Rasul Paulus mengatakan “mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Ini
bertentangan dengan theologi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div yang mengatakan
“mereka (orang Israel) tidak direndam/diselam
dalam awan dan dalam laut!.” Ajaran Dr. Suhento Liauw adalah sama seperti yg
diajarkan oleh Rasul Paulus, yaitu melihat orang-orang Israel telah dibaptis
dalam awan dan laut, ini bertentangan dengan ajaran Bapak Pdt. Budi Asali, M.
Div yg mengatakan mereka tidak dibaptis dalam awan dan dalam laut.
Jelas orang Israel berjalan di
tempat kering (Kel. 14:22 dan ayat 29) tetapi tempat kering di dalam laut (di
tengah-tengah laut). “Sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai
tembok bagi mereka.” Bukankah ini sudah sangat jelas bahwa mereka semua telah masuk ke dalam laut Merah? Tidakkah ini
membuat Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div mengerti Baptisan yg dimaksud oleh Rasul
Paulus dalam I Kor. 10:2 ?........ atau
adakah bangsa Israel melewati laut Merah dengan dipercik/dicurahkan air
laut?...atau diteteskan air seperti dugaan Bpk. Budi Asali, M. Div?.........
(tidak ada yang salah dengan pernyataan Barnes di atas, karena orang Israel
memang awan dan air tidak menyentuh mereka), tetapi ini juga bukan otomatis berarti mereka tidak
dibaptis dalam awan dan air, karena
Theologi Rasul Paulus meneguhkan bahwa
bangsa Israel dibaptis dalam awan dan dalam laut. (1Kor. 10:2). Sekali lagi
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini bertentangan dengan theologi Paulus.
Tanggapan Budi Asali:
Mereka memang masuk ke Laut
Teberau, tetapi mereka tidak terendam air, nak! Kamu sendiri menuliskan ‘tempat kering’! Yang terendam air, adalah
orang Mesir. Jadi, dengan praktek baptis selam, kamu jadi seperti Firaun dan
kambrat2nya! Hahaha.
Aku kira aku tak perlu
jelaskan point ini lebih jauh, krn yg punya otak pasti sdh mengerti maksudku!
Kalau ada yg belum mengerti, mrk tak punya otak, jadi dijelaskan lagi juga
percuma!
4. Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di
samping makanan minuman dan pelbagai macampembasuhan (BAPTISMOIS),
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan”.
Catatan: ada edisi Kitab
Suci Indonesia
yang mengatakan ‘pelbagai macampersembahan’. Ini salah
cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (=
bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (=
bermacam-macam pembersihan / pencucian).
KJV: divers washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan
hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.
Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka
pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21.
Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup,
tetapi percik.
Tanggapan Dji:
Dalam Ibrani 9:10 memang bahasa
Yunani yang digunakan di situ adalah BAPTISMOIS (LAI.2009 Terjemahkan: pelbagai
macam pembasuhan). Ayat ini tidak
otomatis mendukung pembasuhan dgn cara percik, karena kata yang dipakai
adalah BAPTISMOIS. Jadi, ayat ini justru mendukung pembasuhan dengan cara
direndam/dicelup, karena arti Baptis adalah rendam/celup. Sedangkan dalam
Ibrani 9:13 kasusnya berbeda, (bukan menggunakan BAPTIMOIS) kata yg dipakai
adalah RANTIZOUZA dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik), Ibr. 9:19 kata yg dipakai
adalah ERRANTISEN dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik), Ibr. 9:21 kata yg dipakai
adalah ERRANTISEN dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik). Jadi, dalam bahasa aslinya
(Yunani) Ibr. 9:10 dari kata BAPTISMOIS (celup/rendam) sedangkan dalam Ibr.
9:13, 19, 21 dari kata RANTIZ (percik), bukan dari kata “baptis” seperti dugaan
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di atas yg tidak teliti memperhatikan bahasa
Yunani dalam Ibr. 9:13, 19, 21 dengan berkata “karena itu jelas bahwa disini
kata “baptis”tidak diartikan selam/celup, tetapi percik.” Padahal dalam
bahasa aslinya untuk ke tiga ayat ini
(ibr. 9:13, 19, 21) memang menggunakan
kata “Rantiz” (bukan kata “Baptiz” yg diduga oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M.
Div). Jangan disama-ratakan dong Pak?..... kasihan orang yg tidak teliti nanti.
Karena dalam ayat Ibrani 9:10 saja
yg menggunakan kata Baptiz di situ, yg lainnya memang menggunakan kata Rantiz.
Sekali
lagi ini membuktikan keinginan Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div yg ingin mencomot
ayat-ayat tertentu (tanpa memperhatikan akar kata ibr. 9:13, 19, 21) untuk
mendukung doktrin perciknya.
Ini saya MASIH BELUM MENGUTIP BUKTI-BUKTI bahwa Alkitab mendukung Baptisan selam
/ rendam / celup ke dalam air.
Tanggapan Budi Asali:
Siapa yg mengatakan kedua kata
itu sama, nak? Baca lagi kata2ku di atas, nak! Lalu, sekarang kita baca seluruh
kontext, ya nak?
Ibr 9:9-14 - “(9) Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu
dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka
yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10) karena semuanya itu,
di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan, hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup
insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi
Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan
datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang
bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, --
(12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang
kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi
dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan
yang kekal. (13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan
mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa
lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya
sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan
hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat
beribadah kepada Allah yang hidup”.
John Owen: “They consisted in, or were concerning ‘divers
washings’ Baptismo>v is any kind of washing, whether by, dipping or
sprinkling, - putting the thing to be washed into the water, or applying the
water unto the thing itself to be washed. Of these washings there were
various sorts or kinds under the law: for the priests were washed, Exodus 29:4;
and the Levites, Numbers 8:7; and the people, after they had contracted any
impurity, Leviticus 15:8, 16. But the apostle seems to have particular respect
unto the washings of the priests and of the offerings in the court of the
tabernacle, before the altar; for these were such, as without which the gifts
and sacrifices could not be rightly offered unto God” (= ) - ttg Ibr 9:10.
John Owen: “And therefore the words in the close of
the verse, expressing the end and effect of these ordinances, ‘sanctifieth
the unclean unto the purifying of the flesh,’ are not to be restrained unto
them immediately foregoing, ‘the ashes
of an heifer sprinkled;’ but an equal respect is to be had unto the other sort,
or ‘the blood of bulls and of goats.’”
(= ) - ttg Ibr 9:13.
John Owen: “Wherefore by ‘bulls and goats,’ by a usual
synecdoche, all the several kinds of clean beasts, whose blood was given unto
the people to make atonement withal, are intended. So is the matter of all
sacrifices expressed, Psalm 50:13, ‘Will I eat the flesh of bulls, or drink the
blood of goats?’ Sheep are contained under goats, being all beasts of the
flock. And it is the ‘blood’ of these bulls and goats which is proposed as
the first way or means of the expiation of sin, and purification under the law.
For it was by their blood, and that as offered at the altar, that atonement was
made, Leviticus 17:11. Purification was also made thereby, even by the sprinkling of it” (= ) - ttg Ibr 9:13.
John Owen: “The second thing mentioned unto the same
end, is ‘the ashes of an heifer,’ and the use of them; which was by ‘sprinkling.’
The institution, use, and end of this ordinance, are described at large,
Numbers 19. And an eminent type of Christ there was therein, both as unto
his suffering and the continual efficacy of the cleansing virtue of his blood
in the church” (= ) - ttg Ibr
9:13.
John Owen: “The blood of the heifer being slain, was
sprinkled by the priest seven times directly before the tabernacle of the
congregation, verse 4: so is the whole church purified by the sprinkling of the blood of Christ” (= ) - ttg Ibr 9:13.
John Owen: “(6.)
Cedar
wood, hyssop, and scarlet, were to be cast into the midst of the burning of the
heifer, verse 6; which were all used by God’s institution in the
purification of the unclean, or the sanctification and dedication of any thing
unto sacred use, to teach us that all spiritual virtue unto these ends,
really and eternally, was contained in the one offering of Christ. (7.) Both the priest who sprinkled the blood, the men that slew
the heifer, and he that burned her, and he that gathered her ashes, were all
unclean, until they were washed, verses 7-10: so when Christ was made a
sin-offering, all the legal uncleannesses, that is, the guilt of the church,
were on him, and he took them away”
(= ) - ttg Ibr 9:13.
John Owen: “The manner of the application of this
purifying water was by sprinkling, being sprinkled; or rather,
transitively, ‘sprinkling the unclean.’ Not only the act, but the efficacy
of it is intended. The manner of it is declared, Numbers 19:17, 18. The ashes
were kept by themselves. When use was to be made of them, they were to be
mingled with clean living water, water from the spring. The virtue was from the
ashes, as they were the ashes of the heifer slain and burnt as a sin-offering.
The water was used as the means of their application. Being so mingled, any
clean person might dip a bunch of hyssop (see Psalm 51:7) into it, and sprinkle
any thing or person that was defiled. For it
was not confined unto the office of the priest, but was left unto every private
person; as is the continual application of the blood of Christ. And this
rite of sprinkling was that alone in all sacrifices whereby their
continued efficacy unto sanctification and purification was expressed. Thence
is the blood of Christ called ‘the blood of sprinkling,’ because of its
efficacy unto our sanctification, as applied by faith unto our souls and
consciences” (= ) - ttg Ibr
9:13.
Aku
yakin kamu pusing kalau baca kata2 John Owen ini. Kalau tak mengerti, tanya
kakek gurumu, dan kalau dia tak mengerti juga, SURUH DIA TANYA AKU!
Argumentasi-argumentasi
lain bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi boleh
dengan percik, adalah:
a) Ada
banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.
Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan
tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang
memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:18 Kis
10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk
menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu
terjadi di dalam penjara!
Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan
pendukung baptisan percik, berkata:
“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have
been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of
Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in
respect to five thousand more. ... There is in summer no
running stream in the vicinity of Jerusalem,
except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was
supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of
these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight
thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths
as a general custom” [= Dalam Kis
2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas
terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan
dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama
dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ...Pada musim panas, tidak ada
sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam
yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang
maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air
milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air
untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak
mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 534.
Catatan: Kis 4:4
seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.
Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:
“The baptismal fonts still found among the ruins of
the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going
back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism
of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use” (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di
antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa
dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar
untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah
dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 534.
Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini
sangat mempercayai kata-kata dari Charles Hodge (dari pada untuk percaya kpd kata-kata dari Alkitab),
bahkan ia lupa untuk menganalisa Alkitab dan bahkan lupa untuk menganalisa
tulisan Charles Hodge sendiri, sehingga ia berkata “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam”. Jangan pakai rasa-rasa, dong Pak ?..........(bagaimana
mungkin Bapak membangun doktrin/pengajaran dengan perasaan?)
Tanggapan Budi Asali:
Kamu bilang aku lebih percaya
kpd Hodge dari pada kpd alkitab. Aku tanya: dimana dlm ayat ini dikatakan
‘baptisan SELAM’? Mana kata2nya, nak? Kamu lagi2 buta huruf atau berhalusinasi?
Yg mengatakan bahwa ini ‘selam’, JUGA Menafsirkan,
nak! Jadi, aku lebih percaya Hodge dp para penafsir2 yg tolol itu, bukan
lebih percaya Hodge dp alkitab!
Dlm berargumentasi, kdg2
memang ada argumentasi yg tidak bisa dipastikan 100 %, tetapi 95 % atau 99 %,
dan kalau aku menggunakan argumentasi yg spt itu, aku secara jujur
menggunakan kata ‘rasanya’ atau kata yg sejenis dg kata itu. Kalau cuma
yakin 99 % mengapa dipakai? Semua org berargumentasi dg cara itu, nak! Dan dlm
beragumentasi ttg ‘ketidak-harusan’ menggunakan baptisan selam, aku menggunakan
beberapa / banyak argumentasi yg aku yakin 99 % ini, shg beberapa dr
argumentasi yg meyakinkannya cuma 99 %, pd waktu digabungkan, menjadi mustahil
utk salah! Ngerti, nak? Kata2mu yg tahu2 lari kpd ‘perasaan’ cuma membuktikan
ketololanmu!
Mari kita lihat: (per ayat akan di kupas tuntas):
Tanggapan Budi Asali:
Jgn sok pinter kalau bicara,
nak. Tingkatanmu belum memungkinkan kamu mengupas ayat2 alkitab, apalagi
mengupas tuntas! Bahkan kakek gurumu belum tingkatannya utk lakukan itu,
apalagi kamu yang masih bau kencur! Aku tak sembarang bicara, karena aku lihat
bagaimana kakek gurumu menafsirkan ayat2 alkitab, sehingga menjadi lelucon!
Kata Alkitab: Kis.
2:41 “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada
hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.” Ayat ini adalah lanjutan dari Kis. 2:1 “Ketika tiba
hari Pentakosta, SEMUA ORANG PERCAYA
berkumpul di satu tempat”. SEMUA ORANG PERCAYA berarti termasuk 12 Rasul dan 120 orang yg berkumpul juga (pada hari pemilihan Matias jadi Rasul
menggantikan Yudas). jadi, ketika jumlah 3.000 orang dibaptis dalam satu hari,
itu bukanlah suatu angka yg sulit untuk
dibaptis selam, karena yg membaptis tentu bukanlah Rasul Petrus seorang
diri. Yang membaptis mereka (3.000 orang) minimal ada 12 orang Rasul yg
membaptis atau bisa jadi yg 120 orang itu juga ikut membaptis. Jika 3.000 orang
dibagi 132 orang untuk dibaptis maka masing-masing orang hanya membaptis antara
22 atau 23 orang. Jadi, tidak sampai satu jam sudah selesai acara pembaptisan
selam. Jadi, mengapa “rasanya tidak
mungkin dilakukan baptisan selam” Bapak Budi Asali, M. Div ?........ Kitab Suci
juga TIDAK BERKATA “TIDAK ADA KOLAM
DAN TIDAK ADA SUNGAI”. Kitab Suci berkata mereka semua (3.000 orang) dibaptis
yang artinya diselam. (entah diselam di kolam atau di sungai, atau di bak mandi
itu bukan esensinya, esensinya adalah mereka diselam/dibaptis).
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, anak kemarin sore ini
memang sok pinter. 12 rasul semua membaptis aku setuju saja, tetapi 120 org itu
jemaat awam, dan anak bau kencur ini katakan mrk ikut membaptis??? Aku tanya:
di GBIA mu apakah org awam boleh membaptis? Kalau kamu menganggap 120 org ini
ikut membaptis, mengapa GBIAmu tidak mengikuti ayat ini (sesuai dengan
tafsiranmu)? Jadi, pilihanmu adalah; atau GBIAmu tak alkitabiah, atau kamu
sedang mengigau dlm menafsirkan ayat ini! Mau yg mana, nak?
Yerusalem cuma ada satu kolam,
yaitu kolam Siloam (Yoh 9:7). Kalau kamu
bilang ada kolam yg lain di Yerusalem, tunjukkan dr alkitab, nak! Kamu
yg bilang ada, jadi beban pembuktian ada padamu! Mereka sangat kekurangan air.
Kolam itu milik umum. Kristen adalah agama yg ditentang oleh mayoritas Yahudi
saat itu, dan juga oleh Romawi yg berkuasa saat itu. Kamu pikir dg logikamu yg
cuma sedikit itu, apakah mereka akan memperbolehkan 132 orang pembaptis + 132
orang yg dibaptis, semuanya mencebur ke dlm kolam itu. Dan yg 132 yg dibaptis
terus bergantian dg 132 org yg lain, sampai jumlah 3000 itu selesai. Setelah
selesai, aku yakin kolam itu jadi kolam susu coklat, yg pasti akan membuat
sukacita semua org Yahudi dan Romawi yg anti Kristen. Bagus bukan, logikamu,
nak????
Atau krn baptis selam, mungkin
kolam yg dalamnya 5,7 m itu memungkinkan mrk membaptis sambil disusun ke bawah,
pasti bisa 3 susun, dan yg dibawah pakai masker oksigen!
Sekarang kalau yang membaptis
hanya 12 org rasul, maka tiap2 rasul harus membaptis 250 org. Kalau 1 orang
perlu waktu 1 menit, yang mana kelihatannya mustahil, maka tetap dibutuhkan
waktu lebih dari 4 jam! Pasti para rasul kena flu pada malamnya! Dan kalau
membaptisnya spt pdt2 jaman sekarang pd waktu membaptis selam, dimana tangan
pdt menahan org yg digeblakkan ke belakang, maka pasti para rasul punya bicep
spt Arnold Swarzeneger!
Mau tahu ukuran kolam itu,
nak?
Easton’s Bible Dictionary (ttg
‘Siloam’): “The pool is 53 feet in length from north to
south, 18 feet wide, and 19 deep”.
Jadi kolam hanya berukuran
panjang sekitar 16 m, lebar 4,80 m, dan dalamnya 5,70 m. Bayangkan bagaimana
264 org masuk ke kolam sekecil itu, lalu yg 132 keluar dan diganti dg 132 org
yg lain. Pasti meriah sekali ya, jadi spt masuk diskotik yg penuh sesak!
Mau yg lebih heboh lagi?
Smith’s Bible Dictionary (ttg
‘Siloam’): “This pool is oblong, about 52 feet long, 18
feet broad and 19 feet deep; but it is never filled, the water either
passing directly through or being maintained at a depth of three or four feet”.
Jadi kolam yg dalamnya 5,7 m
itu hanya diisi sebanyak 3-4 kaki (90 cm - 120 cm). Kalau mau selam pasti akan
menyukarkan, apalagi kalau spt grj yg melakukan selam dg orgnya digeblakkan
kebelakang. Dan pasti membuat susun tak mungkin, dan juga yang sdh sesak
menjadi makin sesak lagi!
Mari perhatikan
dengan teliti:
Systematic Theology Charles Hodge vol. III hal. 534 yg dikutip Bpk. Pdt. Budi
Asali, M. Div tidak bisa dijadikan
standar kebenaran (karena Charles Hodge berkata “Kis 2:41 terjadi di bulan Juni, di musim panas, tidak
ada sungai yg mengalir di Yerusalem dan sekitarnya kecuali sungai kecil dari
Siloam). Charles Hodge ingin menutup
kemungkinan argument baptis selam, tetapi
akhirnya ia sendiri menambahkan “bak-bak untuk membaptis yg ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja
Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna dan jelas berasal dari
waktu yg sangat awal...”.kemudian
Charles Hodge kembali cepat-cepat menutup kemungkinan baptis selam dengan
melanjutkan berkata “tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk
penggunaan seperti itu.” –‘Systematic Theology’-Vol. III hal. 534.
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div terlalu cepat dan terlalu yakin kepada omongan Charles Hodge daripada untuk percaya
kepada tulisan Alkitab sendiri. Saran saya untuk Charles Hodge dan Bapak Pdt.
Budi Asali, M. Div: BAK-BAK UNTUK
MEMBAPTIS YG DITEMUKAN di antara
reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina SUDAH JELAS FUNGSINYA YAITU UNTUK MEMBAPTIS SELAM, tidak mungkin BAK-BAK itu untuk dijadikan
kolam renang anak sekolah minggu atau untuk pelihara bebek gereja!.
Tanggapan Budi Asali:
Dlm seminar Suhento Liauw
kemarin, ia mengecam org2 dr kelompok Yahweh-isme, yg setelah ia tujukkan
encyclopedia, dictionary dsb yg menunjukkan bahwa kata ‘Allah’ berasal dr kata
‘al’ dan ‘ilah’, yg artinya ‘the God’, tetapi tak mau percaya pd buku2 itu.
Padahal encyclopedia dan
dictionary itu yg menulis juga org, bukan begitu nak? Bedanya Hodge menulis
buku tafsiran. Sama2 org. Mengapa org2 dr kelompok Yahweh-isme itu hrs percaya
pd encyclopedia dan dictionary milik Suhento, sedangkan murid Suhento boleh
mengabaikan kata2 Hodge, yg aku yakin tidak kalah terpelajar dibandingkan dg
penulis2 encyclopedia / dictionary itu?
Disamping, kalau kamu mau tak
percaya Hodge, maka konsistenlah dg ketidak-percayaanmu. Kamu mau menerima
kata2 dia ttg bak2 itu, tetapi tidak mau menerima kata2 dia selanjutnya yg
mengatakan bak2 itu kecil shg tak mungkin digunakan untuk baptis selam.
Bukankah tak konsekwen, nak??? Ini bukan masakan dr restoran Padang, nak, yg
enak diambil, yg tidak enak, ditinggalkan!
Kalau bak itu memang utk
membaptis, dan baknya kecil, maka baptisan bisa dilakukan dg tuang atau percik.
Mungkin lebih cocok tuang. Lalu mengapa pakai bak? Kok tidak gelas isi air saja
langsung dituangkan? Kalau pakai bak, org yg dibaptis bisa berdiri di bak itu,
shg air yg dituangkan ke kepalanya tidak membasahi lantai tetapi ditampung oleh
bak itu. Kalau tanpa bak, air yg membasahi lantai dlm kebaktian tentu saja
tidak menyenangkan! Kecuali mbahmu mau jadi tukang pelnya! Hehehe.
Kata Alkitab: Kis.
9:18 ini adalah pertobatan Rasul Paulus. Paulus melihat cahaya memancar dari
langit ketika ia dalam perjalanan ke
Damsyik, tetapi ketika Paulus bertobat ia
sedang di rumah Yudas alamatnya: Jalan Lurus (Kis. 9:11). Jadi, posisi
Paulus bukan sedang dalam perjalanan lagi, tetapi ia ada di rumah Yudas. Jadi,
mengapa “rasanya tidak mungkin dilakukan
baptisan selam”, Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div? Bagaimana mungkin orang
sekaliber Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” (Padahal dalam
ayat ini juga tidak dibilang “tidak
ada kolam dan tidak ada sungai di rumah Yudas alamat Jalan Lurus itu”). Dari
mana Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div bisa tahu bahwa di rumah Yudas tidak ada
kolam/sungai/bak? Sedangkan praduga Bapak tanpa dasar dan bukti.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, anak tolol ini memang
otaknya kecil sekali (kalau ada). Ttg kata ‘rasanya’ sdh saya jelaskan di
depan, tak perlu diulang. Ttg rumah Yudas, kamu bilang ‘tidak dibilang tidak
ada kolam atau sungai’? Mengapa mengumbar ketololanmu di sini, nak?
Memangnya rumahmu atau rumah mbahmu ada sungainya? Tentang kolam renang,
pelajari buku2 yg menunjukkan keadaan rumah pd saat itu, dan sadarilah, mrk
bukan punya rumah di Beverly Hills yg lalu pakai kolam renang segala
macam. Pasti jg ada sauna, kolam yakuzi, lapangan tenis dan bahkan lapangan
golf!
Kalau bak mandi,
mungkin punya, sekalipun ini juga sgt belum tentu. Di ayatnya jg tak dikatakan
ada bak! Putri Firaun, yg jelas tinggal di istana saja, mandinya di sungai (Kel
2:5)!
Dan kalau diandaikan saja ada
bak mandi, berapa besarnya bak mandi yg dimiliki? Jaman modern ini saja, di
rumahku ada bak mandi, yg baru aku ukur, dan ukurannya 65 cm x 63,5 cm, dan
dalamnya 66 cm. Jadi aku kira kalau mau baptis selam disana, org yg dibaptis
hrs adalah gadis plastik dr sirkus, yg bisa tekuk tubuhnya sampai masuk dlm
kotak yg kecil! Apalagi kalau si pembaptis juga masuk ke dlm bak, pasti setelah
dipres spt itu, keluarnya jadi kembar siam!
Kata Alkitab: Kis.
10:47-48 Posisi Kornelius (seorang
perwira pasukan Italia) sedang di
rumahnya sendiri ketika mereka di baptis. Seorang perwira pasukan Italia
lebih memungkinkan memiliki kolam pribadi di rumahnya atau minimal bak-bak
mandi, atau rumahnya dekat sungai. Jadi, posisi Kornelius bukan sedang di
jalanan. Jadi, bagaimana mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” atas alasan
apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini adalah praduga belaka yg dibangun untuk mendukung doktrin percik?....
Tanggapan Budi Asali:
Lagi2 aku ingatkan, nak, ini
bukan jaman modern, dan tempatnya bukan di Beverly Hills! Pikiranmu itu hrs
dikontextualisasikan ke jaman kuno, nak! Pasti dia bukan hanya punya kolam
renang yg ukuran olimpiade, tetapi juga lapangan golf, tenis, fitness center,
yakuzi, sauna dsb, bukan? Kamu menggelikan, nak!
Kata Alkitab: Kis.
16:33 sekali lagi DENGAN SEMBARANGAN dan
TIDAK TELITI Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div mengatakan “baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi DI DALAM PENJARA!”
Mari kita lihat dan teliti Firman
Tuhan (jangan ikut sembarangan menuduh seperti Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
ini). Pertanyaan kunci: Di manakah POSISI
Paulus, POSISI kepala penjara Filipi dan
POSISI keluarganya ketika mereka memberi diri
dibaptis? Jawabannya: Kis. 16: 32 mereka ada DI RUMAH kepala penjara, BUKAN sedang di dalam PENJARA seperti
yg dikatakan oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di atas.
Konteks Kisah Rasul 16:28-31
posisi Paulus dan kepala penjara masih di penjara, ayat 32 secara jelas
memberitahukan kita Posisi Paulus
dan kepala penjara sudah di rumah kepala
penjara itu, “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua
orang yang ada di rumahnya. Ayat 33
mereka memberi diri dibaptis (tafsiran saya: dengan pergi ke sungai/kolam,
pergi dari rumahnya utk baptisan selam), kemudian ayat 34 mereka kembali lagi ke rumah kepala penjara untuk menjamu makan kpd
Paulus. “Lalu ia membawa mereka ke
rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira,
bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”
Jadi, bagaimana mungkin orang
sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan
baptisan selam?” atas alasan apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini
adalah praduga belaka yg tanpa dasar
Alkitab sengaja dibangun untuk mendukung doktrin percik?....
Tanggapan Budi Asali:
Anak tolol yg sok pinter ini
mau pakai alkitab, tetapi tak bisa pakai dg benar.
Aku ulang sebagian dr kata2mu di atas ya? Kamu menulis: “Pertanyaan
kunci: Di manakah POSISI Paulus, POSISI kepala penjara Filipi dan
POSISI keluarganya ketika mereka memberi diri
dibaptis? Jawabannya: Kis. 16: 32 mereka ada DI RUMAH kepala penjara, BUKAN sedang
di dalam PENJARA seperti yg dikatakan oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di
atas. Konteks Kisah Rasul 16:28-31 posisi Paulus dan kepala penjara masih di
penjara, ayat 32 secara jelas memberitahukan kita Posisi Paulus dan kepala penjara sudah di rumah kepala penjara itu, “Lalu mereka memberitakan firman
Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang
ada di rumahnya. Ayat 33 mereka memberi
diri dibaptis (tafsiran saya: dengan pergi ke sungai/kolam, pergi dari rumahnya
utk baptisan selam), kemudian ayat 34 mereka
kembali lagi ke rumah kepala penjara untuk menjamu makan kpd Paulus. “Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan
menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan
seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.””.
Nak, apakah kata2mu yg aku beri garis bawah tunggal tidak
bertentangan dg kata2mu yg aku beri garis bawah ganda? Dia dan keluarga
dibaptis dimana? Menurut yg di atas mrk dibaptis di rumah kepala penjara,
tetapi yg bagian bawah mengatakan, tafsiranmu, mrk pergi ke sungai / kolam utk
dibaptis selam?
Kis 16:29-34 - “(29) Kepala penjara itu
menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia
di depan Paulus dan Silas. (30) Ia mengantar mereka ke
luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah
yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (31) Jawab mereka:
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi
rumahmu." (32) Lalu mereka
memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di
rumahnya. (33) Pada jam itu juga
kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga
ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. (34) Lalu ia
membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan
kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah
menjadi percaya kepada Allah”.
Saya kutip buku saya sendiri ttg Kisah Rasul:
“Baptisan dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan
mereka ‘keluar’, tetapi mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam
ay 34, sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar berarti
bahwa mereka pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke penjara
bagian luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar. Karena penjara
tidak mempunyai kolam, di sini hampir pasti tidak digunakan baptisan selam.
Dari sini terlihat dengan jelas bahwa baptisan selam bukanlah satu-satunya cara
membaptis yang benar!”.
Sekarang saya bahas kata2mu
lagi. Coba perhatikan text di atas pd bagian yg saya cetak miring. Ay 31 itu
tentu tak bisa diartikan bahwa kalau kepala penjara percaya maka ia selamat dan
seisi rumahnya juga selamat. Juga tak bisa diartikan bahwa kalau ia percaya dan
selamat, maka seisi rumahnya dijanjikan utk juga percaya dan selamat. Tetapi
maksudnya ia hrs percaya maka ia selamat, seisi rumahnya juga harus percaya
maka mereka juga selamat. Krn itu ia tak mau hanya ia yg mendengar injil,
tetapi ia mengajak seisi rumahnya utk juga ikut mendengar injil dr Paulus.
Sekarang ay 32, nak! Kamu
katakan ini sudah ada di rumah kepala penjara? Dasar goblok! Kata2 ‘yg ada di rumahnya’ tidak menunjuk pd tempat dimana mrk berada, tetapi menjelaskan kata
‘semua orang’ (jadi, maksudnya ‘seluruh keluarganya’).
Bible Knowledge Commentary: “The words ‘and
your household’ mean those members of his house”.
Catatan: yang tulis buku tafsiran ini
adalah John Walvoord! Embahnya dispensationalist modern!
Jadi, pemberitaan injil
dilakukan masih di dlm penjara. Lalu mrk dibaptis, juga masih di dlm penjara.
Setelah semua selesai, maka dlm ay 34 mereka keluar dari penjara dan pergi ke
rumah kepala penjara, dan makan disana.
Tafsiranmu, nak, yg bilang dlm
ay 33, mrk pergi ke kolam atau sungai, lalu kembali ke rumah kepala penjara,
kamu dpt dr ayat mana? Alkitab mbahmu ada ayat spt itu??? Alangkah
alkitabiahnya, betul2 cocok dg nama ‘alkitabiah’ dr GBIA!!
Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam
Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian
ini:
1.
Kis 8:36 - ‘ada
air’.
Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (=
air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga
tidak memungkinkan baptisan selam.
Charles Hodge: “He
was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip
joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI
TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient
depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian
melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung
dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada
air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui
adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang
manusia] -‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.
2.
Kis 8:38-39
berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada
baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:
a.
Sida-sida itu
betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
b.
Sida-sida itu turun
ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari
air.
Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2
kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di
situ dikatakan: “dan keduanyaturun ke dalam air, baik
Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar
dari air, ...”.
Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari
air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai
orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2
kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan
point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga
tidak memungkinkan baptisan selam.
Tanggapan Dji:
Kis. 8:36 – “ada air”. Yunani: TI
HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. “sedikit
air” adalah relatif. “Sedikit” bagi orang tertentu bisa
berarti “cukup banyak untuk membaptis
selam”. Jika Alkitab mendukung
baptis percik, maka sudah tentu Sida-sida itu mengeluarkan air minumnya yg
dibawanya dalam keretanya atau yg dibawa oleh anak buahnya. (Tidak mungkin
seorang sida-sida yg menempuh perjalanan jauh tidak membawa air minum) Mengapa
mereka masih melanjutkan perjalanan (dan menunggu) sampai di “suatu tempat yang
ada air”? ini sudah sangat jelas bahwa sida-sida itu dibaptis selam.
“Mereka melanjutkan perjalanan mereka (menandakan sida-sida sudah percaya /
diselamatkan), dan (sambil menanti dlm perjalanan) tiba di suatu tempat
(sungai/kolam) yang ada airnya (tidak mungkin airnya hanya sampai pada lutut /
hanya semata kaki, tetapi pasti airnya cukup untuk selam ). Lalu kata sida-sida
itu: “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?”. Seorang
sida-sida tidak mungkin “kampungan” turun ke sungai / kolam yg dalam airnya
hanya sampai selutut / hanya semata kaki, karena anak SD pun tahu bahwa itu
bisa saja berlumpur / air yg kotor.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, ada dua hal yg aku harus
akui ttg mana kamu pintar. Pertama, kamu pintar sekali mencari apa yg tidak ada
dlm alkitab! Dan yg kedua, kamu pintar membengkokkan dan memperkosa ayat
alkitab supaya jadi sesuai apa maumu! Itu sikap yg kurang ajar terhadap alkitab
/ Firman Tuhan! Aku sarankan, nak, hormatilah alkitab / Firman Tuhan, atau kamu
akan dibinasakan Tuhan dlm neraka!
Kontextnya bicara ttg
baptisan, lalu bicara ttg ‘sedikit air’. Logikanya kita hrs menganggap itu
sedikit dibandingkan dengan lautan Pasifik? Atau sedikit dalam urusan
membaptis? Pikir sendiri, nak!
Kamu simpulkan, sedikit,
tetapi cukup untuk selam. Hehehe. Lalu utk apa dikatakan sedikit, padahal
kontextnya ttg baptisan? Mestinya dikatakan ‘banyak’ atau ‘cukup banyak’ atau
‘banyak sekali sampai bisa dibuat mandi dan berenang dan mencuci kapal
terbang’!
Air minum utk membaptis? Pertama,
tak dikatakan bahwa dia bawa air minum. Siapa bilang kalau lewat padang pasir
hrs bawa air? Kalau tak bawa air tetapi bawa semangka 1 kontainer, apa tidak
bisa? Tetapi semangka, biarpun banyak airnya, tak bisa dan tak boleh dipakai
utk membaptis! Kedua kalau dia bawa, itu perlu utk minum krn ada di
padang pasir. Kalau dihabiskan utk membaptis, lalu dia dehidrasi, lalu mati,
mbahmu yg tanggung jawab? Ketiga, sangat mungkin mereka memang tahu
bahwa di dekat sana ada ‘sedikit air’ itu. Jadi, utk apa pakai air minum yg
sangat berharga? Tunggu sebentar toh akan ada air!
Oh, sekarang anak SDmu tahu2
jadi pinter lagi, sampai2 ia tahu geography disana, dan bahkan tahu air sedikit
itu kotor atau tidak. Yang aku tahu, hanya berdasarkan alkitab, bahwa ayatnya
tak bilang apa2 tentang apakah airnya kotor atau bersih!
Juga andaikatapun airnya
semata kaki dan kotor, apa keberatannya sida2 dan Filipus turun ke air yg kotor
padahal hanya mengotori mrk sampai mata kaki? Kalau kamu jadi mereka,
kamu keberatan melakukan pengorbanan itu, dan itu kamu anggap sebagai
pengorbanan yg terlalu besar buat Tuhanmu, yg sdh rela mencurahkan darahnya
sampai mata kakiNya, utk keselamatanmu (itu kalau kamu orang pilihan)??? Kalau
kamu diajar spt itu di GBIA, aku sarankan, nak, cari gereja yg lebih baik, yg
lebih menekankan keharusan utk rela berkorban bagi Tuhan kita yg sdh lebih dulu
berkorban bagi kita!
Hehehe, aku Calvinist, percaya
predestinasi, tetapi saat ini aku sedang menginjili kamu (yg terus terang aku
tak yakin kekeristenannya). Padahal org Arminian sering tuduh Calvinist, krn
percaya predestinasi, tidak perlu memberitakan Injil! Dlm sepanjang tulisan
tololmu tak ada penginjilan sama sekali, nak! Tulisan kita dibaca banyak orang,
nak, jadi dg memberitakan Injil dlm tulisan ini, aku memberitakan Injil kepada
banyak org!
Jadi, Kis. 8:38-39 berkata “turun ke dalam air.....keluar dari air”
adalah persis seperti baptisan Yesus / baptisan Yohanes di sungai Yordan. Sehingga sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air. Orang yg
membaptis yaitu Filipus sudah tentu ikut
terendam (tetapi Filipus yg membaptiskan sida-sida itu). Adalah sangat bodoh jika berasumsi atau beranggapan bahwa orang yang
membaptis jika “ikut terendam” otomatis sama dengan membaptis ulang diri
sendiri. Bukankah Yohanes Pembaptis
sendiri juga “ikut terendam” di dalam air ketika ia membaptis Tuhan Yesus?.
Orang yg membaptis orang lain tidak mungkin ikut diselamkan! (ini adalah bukti asumsi Bpk. Pdt. Budi Asali, M.
Div sendiri). Menurut saya: Filipus jelas TIDAK IKUT DISELAMKAN!,
tetapi Filipus ikut terendam sampai pinggang/dada lalu membaptiskan
(menyelamkan sida-sida itu).
Jadi, bagaimana mungkin orang sekaliber
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan
baptisan selam?” atas alasan apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini
adalah praduga belaka yg tanpa dasar
Alkitab sengaja dibangun untuk mendukung doktrin percik?....
Tanggapan Budi Asali:
Aku kutipkan lagi dr
exposisiku ttg Kis 8 pd waktu aku bahas ajaran Pdt. Stephen Tong tentang Khong
Hu Cu:
Lukas, sebagai penulis kitab
Kisah Rasul, secara menekankan, menggabungkan Filipus dan sida-sida
sebagai subyek, dan menggunakan hanya satu kata kerja untuk subyek gabungan
itu. Mari kita perhatikan textnya sekali lagi.
Ay 38-39a: (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh
menghentikan kereta itu, dan keduanya turun
ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus
membaptis dia. (39a) Dan setelah mereka keluar
dari air, ...”.
Keterangan:
a) Untuk kata kerja ‘turun’ subyeknya
digabungkan, yaitu ‘keduanya’. Lalu ditekankan lagi dengan kata-kata ‘baik
Filipus maupun sida-sida itu’.
b) Untuk kata kerja ‘keluar’, subyeknya digabungkan
lagi, yaitu ‘mereka’.
Karena itu, kalau kata-kata
‘turun ke dalam air’ diartikan sebagai ‘terendam di bawah permukaan air’ untuk
sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka itu juga harus berlaku
untuk Filipus.
Dan kalau kata-kata ‘keluar
dari air’ diartikan ‘keluar dari bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang
menunjukkan baptisan selam), maka lagi-lagi itu juga harus berlaku untuk
Filipus.
Dan ini jelas tidak mungkin!
Bagaimana mungkin yang dibaptis direndam di bawah air bersama-sama dengan yang
membaptis?
Lenski: “Those who make the words ‘they both went down EIS, into, the water’ a
part of the baptismal act in order to obtain immersion by means of EIS To HUDOR, ‘into the water,’ prove too
much: Philip went down under the water as well as the eunuch” (= Mereka yang membuat kata-kata ‘keduanya
turun ke dalam EIS, ke dalam, air’ sebagian dari tindakan baptisan untuk
mendapatkan baptisan selam dengan cara EIS TO HUDOR, ‘ke dalam air’,
membuktikan terlalu banyak: Filipus maupun sida-sida turun ke bawah air /
permukaan air) - hal 347.
Lenski: “The difficulty lies in AMPHOTEROI, ‘both,’ Luke even adding: ‘both
Philip and the eunuch.’ To be sure, EIS and EK are correlatives; as far as the
one takes ‘into,’ so far the other takes ‘out of.’ But these prepositions apply
to ‘both Philip and the eunuch.’ Take your choice: ‘to’ the water, ‘from’ the
water; or stepping ‘into’ and again stepping ‘out of’ the water; or ‘down
under’ the water and again ‘up from under’ the water. Total immersion if you prefer,
but for ‘both.’ Not we but Luke combine them” (= Kesukarannya terletak dalam AMPHOTEROI,
‘keduanya’, dan Lukas bahkan menambahkan ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’.
Memang EIS dan EK berhubungan; kalau yang satu diartikan ‘ke dalam’ maka yang
lain diartikan ‘keluar dari’. Tetapi kata-kata depan ini berlaku untuk
Filipus maupun sida-sida. Tentukan pilihanmu: ‘ke’ air, ‘dari’ air; atau
melangkah ‘ke dalam’ dan lalu melangkah ‘keluar dari’ air; atau ‘turun ke
bawah’ air dan lalu ‘naik dari bawah’ air. Engkau boleh memilih perendaman
total, tetapi untuk ‘keduanya’. Bukan kami, tetapi Lukas, menggabungkan mereka)
- hal 347.
Dalam kasus Yoh. Pembaptis
membaptis Yesus, tak ada dua subyek disatukan dg satu kata kerja! Jadi, jangan
disamakan, tolol!
b) Hal-hal lain yang mendukung baptisan
percik:
1.
Penekanan arti
baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal
dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan
percikan:
a.
Kel 24:8 -
Kitab Suci Indonesia
salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah
‘memercikkannya’. NIV:‘sprinkled’ (= memercikkan).
b.
Kel 29:16,21 -
Kitab Suci Indonesia
salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’
[NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah)].
c.
Im 7:14 -
Kitab Suci Indonesia
salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’
[NIV: ‘sprinkles’ (= memercikkan)].
d.
Im 14:7,51 -
‘memercik’.
e.
Im 16:14 -
‘memercikannya’.
f.
Bil 8:7 -
‘percikkanlah’.
g.
Bil 19:18 -
‘memercikkannya’.
h.
Yes 52:15
(NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (= Ia akan memerciki
banyak bangsa).
i.
Ibr 9:13 -
‘percikan’.
j.
Ibr 9:19,21 -
‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.
k.
Ibr 10:22 -
Kitab Suci Indonesia
salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah
diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (= diperciki untuk
membersihkan)].
l.
Ibr 12:24 - ‘darah
pemercikan’.
Tanggapan Dji:
Semua ayat yg dikutip oleh Bpk.
Pdt. Budi Asali, M. Div di atas ini semuanya berbicara tentang ibadah simbolik
di Perjanjian Lama [Ibrani (PB) yg dikutip juga konteksnya berbicara tentang
ibadah simbolik]. Ibadah simbolik bukan ibadah hakekat. Percik dalam zaman PL JELAS
BERBEDA dengan BAPTISAN orang percaya dalam
Perjanjian Baru (Ibadah hakekat). Ini dua hal yg berbeda, jangan disama
ratakan untuk membangun/mendukung doktrin percik!.
Tanggapan Budi Asali:
Maknanya sama, bodoh!
Tujuannya utk pemurnian / purification!
Kalau begitu korban PL selalu
korban berdarah, jadi Yesus, karena PB, tak perlu berdarah? Begitu?
Kenyataannya Yesus hrs mati melalui kematian yg berdarah! Domba korban tak
boleh ada cacat. Mengapa Allah begitu cerewet? Karena itu adalah TYPE dari
Yesus yg suci. Harus ada persamaan antara TYPE dlm PL dan anti TYPE dalam PB!
2.
Luk 3:16 -
‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).
Kata ‘with water’ / ‘dengan air’
(Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak
berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata
‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu
adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.
Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN,
tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di
dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).
Kesimpulan:
baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara
sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada
orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan
selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan
yang pertama!
Tanggapan Dji:
Luk. 3:16 dan Mat. 3:11 Bapak
Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri mengakui bahwa EN bisa juga diartikan sebagai in (= di dalam). Saya kutipkan lagi
pernyataan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri di atas “tetapi kita berkata “aku menyelam
kamu di dalam air.” (entah Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini sudah
mengakui kebenaran ini atau “tidak sengaja” mengakuinya). Bagi orang Yahudi yg
menggunakan bahasa Yunani waktu itu tidak sulit untuk memahami “aku menyelam
kamu di dalam air.” Hanya praduga dan asumsi belaka yg dibangun oleh Bapak Pdt.
Budi Asali, M. Div ini.
Tanggapan Budi Asali:
Rupanya kamu tak terlalu bisa bahasa Indonesia. Bisanya apa? Bahasa
Madura? Tak mengerti arti kata ‘bisa’???? Bisa saja EN diartikan ‘in’ (= di
dlm), tetapi bisa juga diartikan ‘with’ (= dgn). Jadi artinya bukan cuma satu.
Bisa yg ini atau yg itu. Ini di depan sdh saya jelaskan!
Yg pakai EN hanya Mat 3:11, yg Luk 3:16 pakai kata yg berbeda, shg
hrs diartikan ‘dengan’! Kalau Mat 3:11 bisa diartikan 2 macam, yg masuk akal
diambil arti sehingga sesuai dengan ayat paralelnya dlm Lukas, atau diambil
arti yg lain, sehingga jadi berbeda atau bahkan bertentangan dengan ayat
peralelnya dalam Lukas? Pikir sendiri, nak!
Dan kalau pakai kata ‘dengan air’, bgm ini bisa cocok dg baptisan
selam?
Kamu potong2 kata2ku shg kacau balau. Pura2 tolol atau memang tolol?
Aku kutip lagi kata2ku: “Kata ‘with water’ / ‘dengan air’ (Yunani:
HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku
menyelam kamu dengan air’ tetapi kita
berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau
baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.”.
Sekarang kata2mu “Bagi orang Yahudi yg menggunakan bahasa
Yunani waktu itu tidak sulit untuk memahami “aku menyelam kamu di dalam air.””. Lagi2, baca yg
benar semua tulisanku, nak, kamu makin kebelakang makin jadi moron! Tak ada kata ‘dalam’, yg ada
kata ‘dengan’, krn yg di Lukas hrs dipilih arti yg sesuai dg yg di Matius. Dan
bagi org manapun yg mengerti bahasa, kata2 ‘aku menyelam kamu dengan
air’ mrpk suatu kegilaan (apakah ini bahasa Indonesia ‘Independent’??)! Kalau
‘aku menuangi / memerciki kamu dengan air’, itu cocok!
Kesimpulan
Dji: Baptisan SELAM
adalah satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu, kalau saudara belum dibaptis
(selam) maka saudara harus dibaptis ulang (karena saudara pada dasarnya memang
belum dibaptis/belum di selamkan) tetapi baru di rantis=di percik. Namun
demikian, Baptisan bukan sesuatu yg hakiki dalam keselamatan. Baptisan adalah
tanda pertobatan, tanda murid sejati Yesus, tanda orang menggabungkan diri ke
dalam satu jemaat lokal yg independent.
TIDAK
ADA LARANGAN untuk “membaptis ulang” dalam Alkitab. Justru dalam Alkitab Rasul
Paulus bahkan membaptis ulang mereka yg awalnya “sudah dibaptis” namun belum
mengerti. Silahkan baca: Kis. 19:3-5
“Lalu kata Paulus kepada mereka: “Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu
telah dibaptis?” Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus:
“Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata
kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yg datang kemudian
dari padanya, yaitu Yesus.” Ketika mereka mendengar hal itu, MEREKA MEMBERI
DIRI MEREKA DIBAPTIS (ULANG) dalam nama Tuhan Yesus.”. Haleluya!
Silahkan
pembaca menilai mana yg sesuai Alkitab dan mana yg ingin membangun doktrin
tanpa dasar!
I
Tes. 5:21 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
Tanggapan Budi Asali:
Menganggap / mengajar bahwa
baptisan selam adalah satu2nya baptisan yg sah, memberikan beban kpd kalian
sendiri, utk membuktikan bahwa semua
baptisan dlm alkitab, tanpa satu
perkecualianpun, adalah baptisan selam.
Sebaliknya bagi saya, cukup
membuktikan adanya satu
baptisan dlm alkitab yg bukan baptisan selam, maka saya sdh menggugurkan
pandangan tolol kalian! Dan contoh2 yg saya berikan diatas, biarpun hanya
‘rasanya’ (99% kemungkinannya) bukan baptisan selam, tetapi pd waktu semuanya
digabungkan, akan memastikan bahwa keharusan baptisan selam adalah omong kosong
dr org2 tolol!
Kesimpulanmu dibangun atas
hal2 yg sdh aku hancurkan semuanya. Kesimpulanmu jadi lucu, spt atap rumah yg
melayang di udara krn semua fondasi dan tiang2 betonnya sdh dimusnahkan!
Hehehe.
Paulus mengulang baptisan
Yohanes, bukan baptisan Kristen! Baptisan percik adalah baptisan kristen, dan
menggunakan nama Allah Tritunggal, shg
siapapun sdh dibaptis dg baptisan ini, lalu mengulangnya, menghina nama Allah
Tritunggal!
Saya setuju kalimatmu yg
terakhir.
Silahkan pembaca menilai mana yg sesuai Alkitab dan mana yg ingin
membangun doktrin tanpa dasar!
I Tes. 5:21 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”
*************
7. Nama / sebutan Perjamuan Kudus salah,
seharusnya Perjamuan Tuhan. Istilah Perjamuan Kudus kita dapat dari Katolik. Perjamuan
itu tidak bisa menguduskan, jadi nama itu salah.
Tanggapan
Budi Asali:
Saya
setuju saja kalau digunakan istilah ‘Perjamuan Tuhan’, karena istilah itu
memang ada dalam Alkitab (1Kor 10:21 1Kor 11:20). Tetapi istilah
‘Perjamuan Kudus’ juga tak masalah, karena itu hanya soal istilah. Bahwa itu
didapatkan dari Katolik merupakan omong kosong, yang tak akan bisa ia buktikan.
Dan siapa gerangan orang bodoh yang mempercayai bahwa Perjamuan Kudus itu
menguduskan? Itu merupakan fitnahan terhadap orang-orang yang menggunakan
istilah ‘Perjamuan Kudus’.
Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
sendiri setuju dan mengakui penggunaan
yg benar adalah “Perjamuan Tuhan” bukan “Perjamuan Kudus”. tetapi entah
alasan apa akhirnya ia bilang penggunaan istilah Perjamuan Kudus “juga
tak masalah, karena itu hanya soal istilah.” Beda istilah sudah tentu beda maknanya. Apalagi orang awam yg tidak
belajar theologi (atau orang agama lain) sudah pasti ikut terpengaruh oleh “istilah yg salah” itu. Sebagai orang
Kristen yang cinta Kebenaran dan menjunjung tinggi Alkitab (Sola Scriptura)
maka seharusnyalah orang Kristen yg
Alkitabiah menggunakan istilah-istilah yg Alkitabiah pula. Bagaimana
mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata “juga tak masalah, karena itu hanya soal istilah?” sangat
mengherankan! Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sudah tahu istilah yg benar tetapi tidak mau menggunakannya. Ada
apa ini pak?..........(atau ada udang di balik batu?).......
Tanggapan Budi Asali:
Kalau mau ribut soal istilah,
aku tanya: mengapa Suhento Liauw menggunakan istilah ‘sakramen’. Dimana istilah
itu muncul dlm alkitab? Tidak ada! Juga dimana dlm alkitab ada Gereja Baptis Independent???
Semua gereja berhubungan satu dengan yg lain, bahkan merupakan satu kesatuan
tubuh Kristus. Jadi bgm bisa independent? Kalau tidak ada dlm alkitab, mengapa
dia boleh gunakan? Dan mengapa kami tak boleh gunakan istilah Perjamuan Kudus,
krn tak ada dlm alkitab?
Kalian juga gunakan istilah
Tritunggal, bukan? Ada di alkitab bagian mana? Mau SOLA SCRIPTURA spt
penafsiranmu di atas? Maka buang semua istilah ‘sakramen’ dan ‘Tritunggal’.
Bukan apakah ada udang di
balik batu yg perlu dipertanyakan, tetapi apakah ada otak di kepalamu, nak!
***********
8. Ia
tahu cara penggunaan Urim dan Tumim, dan menjelaskannya.
Tanggapan
Budi Asali:
Tak
ada penafsir yang tahu dengan pasti tentang hal itu. Jangankan cara
menggunakannya, bahkan bagaimana bentuk dari Urim dan Tumimpun tidak ada yang
tahu. Entah Suhento Liauw belajar dari mimpi atau bagaimana?
Kel 28:30 - “Dan di dalam tutup dada
pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim; haruslah
itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun harus
tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan TUHAN”.
Adam Clarke (tentang Kel 28:30): “‘Thou shalt put in
the breastplate of judgment the Urim and the Thummim.’ What these were
has, I believe, never yet been discovered. 1. They are nowhere described.
2. There is no direction given to Moses or any other how to make them.
... 6. That God was often consulted by Urim and Thummim, is sufficiently
evident from several Scriptures; but how or in what manner he was thus
consulted appears in none”.
Apa
yang dikatakan oleh Bil 27:21 tidaklah menunjukkan cara penggunaan Urim
dan Tumim.
Bil 27:21
- “Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan
keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan
keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel,
segenap umat itu.’”.
Tanggapan Dji:
Di sini Bapak Pdt. Budi Asali, M.
Div “dengan rendah hati mengakui bahwa
ia tidak tahu bentuk Urim-Tumim dan cara menggunakannya”. Makanya, lain
kali undang Dr. Suhento Liauw ke gereja seminar lagi, supaya jemaat dan semua
orang Kristen menjadi semakin tahu.
Urim – Tumim adalah dua alat yg
dipakai Tuhan untuk menyatakan keputusan Tuhan. Urim – Tumim penggunaannya
jelas dalam 1 Samuel 14:41 “Lalu
berkatalah Saul: “Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu
pada hari ini? Jika kesalahan itu ada
padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel,
tunjukkanlah Tumim,” Lalu didapati
Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput.(artinya Tuhan tunjukkan
Urim).” Ini adalah salah satu contoh cara
penggunaan Urim-Tumim dalam Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Dasar anak tolol, yg tak tahu
apa yg dikatakan! Saya tak mengakui apapun, saya hanya mengatakan tak ada
penafsir, sejauh yg saya tahu, yg mengaku tahu bgm bentuk dan bgm cara
menggunakan urim dan tumim.
Dan anak ingusan ini
menganggap Suhento Liauw tahu, spt yg dia akui, dan anak ingusan ini bahkan mau
mengajar saya, dan menunjukkan satu ayat yg menjelaskan cara penggunaan urim dan
tumim.
Saya beritahu kamu dulu, nak,
bahwa ‘tahu’ dan ‘sok tahu’ adalah spt langit dg bumi!
Kamu memberikan 1Sam 14:41???
Hahaha, sekarang saya tanya: menurut ayat itu bagaimana bentuk urim dan tumim?
Menurut ayat itu bagaimana alat itu menunjukkan Urim atau menunjukkan Tumim?
Tahu2 muncul tulisan di langit? Atau muncul suara yg memberitahu? Atau bgm?
Kalau memang ayat ini menjelaskan, coba tunjukkan bgm CARA alat itu
menunjukkan Urim atau Tumim!
Mengundang Suhento Liauw?
Hehehe, aku akan undang dia ke kebun binatang! Gereja ku hanya mau undang pdt /
pengkhotbah yg betul2 memberi pengetahuan, bukan pdt / pengkhotbah yg
menunjukkan ke-sok-tahu-annya! Kasihan juga Suhento Liauw, saking tidak
lakunya, sampai2 muridnya iklankan supaya laku! Aku sarankan, belajar yg baik,
dan mengajar yg baik, dan jangan pakai penafsiran ‘independent’, maka Allah
akan buat kalian laku! Tetapi dengan cara kalian, kalian hanya laku bagi org2
tolol, yg sebetulnya adalah kambing, dan bukan domba!
************
9. Ia
percaya bahasa Roh, nubuat, mimpi dari Tuhan, malaikat datang beri petunjuk
firman, karunia lakukan mujijat / kesembuhan; semua ini tak ada lagi. 1Kor 13:8
ditafsirkan menunjuk pada selesainya penulisan Kitab Suci. Ia membahas kata
Yunani TON TELEION dalam ayat itu dan ia mengartikannya sebagai ‘the perfect
thing’.
Tanggapan
Budi Asali:
Sepanjang
saya tahu, tak ada satupun Kitab Suci bahasa Inggris yang menterjemahkan ‘the
perfect thing’.
KJV: ‘But when that which is perfect is
come, then that which is in part shall be done away’.
RSV: ‘but when the perfect comes,
the imperfect will pass away’.
NIV: ‘but when perfection comes,
the imperfect disappears’.
NASB: ‘but when the perfect comes,
the partial will be done away’.
ASV: ‘but when that which is perfect is
come, that which is in part shall be done away’.
NKJV: ‘But when that which is perfect has
come, then that which is in part will be done away’.
Dan
sekalipun memang ada penafsir-penafsir yang menafsirkan bahwa ini menunjuk pada
selesainya penulisan Alkitab, tetapi hanya sangat sedikit penafsir yang
menafsir seperti itu. Pada umumnya para penafsir mengatakan bahwa ini menunjuk
pada saat kita masuk surga / pada kedatangan Kristus yang keduakalinya.
1Kor 13:8-10
- “(8) Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan
berhenti; pengetahuan akan lenyap. (9) Sebab pengetahuan
kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. (10) Tetapi jika
yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”.
Kalau
kata-kata ‘jika yang sempurna tiba’ (ay 10) dianggap menunjuk
pada saat Alkitab lengkap, bagaimana mungkin pada saat itu pengetahuan akan
lenyap? Bukankah dengan lengkapnya Alkitab, pengetahuan bukan saja tidak
lenyap, tetapi makin bertambah?
Tetapi
kalau diartikan menunjuk pada kedatangan Kristus yang keduakalinya, maka itu
memang memungkinkan, karena pengetahuan pada saat itu pastilah sangat berbeda
dengan pengetahuan kita di dunia ini. Jadi pengetahuan yang sekarang ini, yang
tidak lengkap / tidak sempurna, akan lenyap, digantikan oleh pengetahuan yang
sempurna / lengkap, yang sama sekali baru.
Adam Clarke (tentang 1Kor 13:10): “‘But when that
which is perfect.’ The state of eternal blessedness; then that
which is in part - that which is imperfect, shall be done away; the imperfect
as well as the probationary state shall cease for ever”.
Tanggapan Dji:
Kami percaya setiap kata bahkan setiap huruf yang diwahyukan (dinubuatkan) Tuhan
dalam Alkitab mempunyai makna yang dalam. Tidak boleh diterjemahkan
sembarangan.
Tanggapan Budi Asali:
Siapa bilang setiap huruf
diwahyukan? Saya percaya seluruh alkitab diilhamkan, tetapi tidak seluruhnya
diwahyukan. Wahyu turun dr Allah kpd sang penulis, hanya kalau penulis itu
tak bisa mendapatkan hal itu dg cara lain. Misalnya waktu Musa menuliskan
Kej 1, ia hrs mendapatkan kebenaran itu dr wahyu Tuhan. Tetapi misalnya pd
waktu Musa menuliskan riwayat perjalanan mrk di padang gurun, ia mengalami
semua itu, shg tak dibutuhkan wahyu utk bisa mengetahuinya!
Berbeda dg ilham, krn yg ini
memimpin dan menjaga supaya tulisan itu betul2 infallible dan inerrant (sama
sekali tak ada salahnya, termasuk setiap hurufnya). Yg ini hrs ada pd semua
penulisan alkitab.
Dan apakah diwahyukan sama dg
dinubuatkan? Kalau tidak mengapa kamu tulis ‘diwahyukan (dinubuatkan)’?
Dalam seminar tersebut Dr.
Suhento Liauw mengutip kata “TO TELEION” dari Alkitab interlinear Hendrickson,
bukan “TON TELEION” seperti yg Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div kutip, ini
memperlihatkan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div telah salah kutip dengan menambah satu huruf “N” pada kata “TO”,
sehingga menjadi TON TELEION. Padahal yg
dimaksud Dr. Suhento “TON TELEION” dalam seminar adalah justru jika mengacu kepada orang sempurna itu (dalam bentuk accusative), dan jika dalam bentuk
Nominatif maka menjadi HO TELEIOS.
Tetapi dalam teks bahasa asli
Yunani Textus Receptus (TR) menuliskan “TO TELEION” yang berarti ini mengacu
kepada “barang” bukan “orang”.
Ini bukti bahan yg dipakai oleh
Dr. Suhento Liauw waktu seminar di Surabaya dan di tempat-tempat lain:
TO Teleion = Barang Sempurna itu
TON Teleion = Orang Sempurna itu
Maksud Dr. Suhento Liauw jika
yang dimaksud di sini adalah mengacu kepada Tuhan Yesus (dalam bentuk
Accusative) maka seharusnya bunyinya menjadi TON TELEION = Orang Sempurna itu.
Jika tidak percaya silahkan buktikan sendiri dengan membeli kaset VCD rekaman
seminar ini tersedia di GBIA Graphe.
Dr. Suhento Liauw memang tidak
mengutip kata “TO TELEION” yg diterjemahkan “the perfect thing” dari Kitab Suci bahasa Inggris manapun, karena beliau mengutipnya dari Alkitab Interlinear
Hendrickson, silahkan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div untuk mengeceknya
kembali dalam Interlinear Hendrickson.
Dalam interlinear Hendrickson menerjemahkan TO TELEION= “the perfect thing.”
Terjemahan NIV, KJV, RSV, ASV,
NASB, NKJV semuanya ini memang tidak
menambahkan kata “thing” di situ, sehingga tidak jelas “the perfect” di
situ mengacu kepada orang atau barang! Jadi, harus kembali kepada
bahasa asli Yunaninya. Silahkan cek Textus Receptus (TR) atau Interlinear
Hendrickson.
Mari kita bedah kata “TO TELEION”
menurut kamus The New Analytical Greek
Lexicon oleh Wesley J. Perschbacher : TO
TELEION = Adjective (kata
sifat), Gender: Neutral, Singular
(tunggal), Accusative (objek). Jadi, ini cocok diterjemahkan mengacu kepada
Alkitab (objek yg sempurna/barang yg sempurna). Adalah suatu pelecehan dan penghinaan jika menafsir I Kor. 13:10 “To
Teleion” yg Netral, Accusative (objek) dimaksudkan mengacu kepada “Tuhan Yesus”. Karena Tuhan Yesus bukan barang yang sempurna. Tuhan Yesus sudah sempurna sebelum dunia
ada, dan tidak perlu menunggu kedatangan kedua kalinya untuk menyatakan IA
sempurna.
Jika bahasa Yunaninya di sini (I
Kor. 13:10) mengacu kepada Tuhan Yesus, maka seharusnya bunyinya: HO TELEIOS,
bukan To Teleion. Tuhan Yesus adalah
Subjek (Nominatif), Maskulin, tidak mungkin neutral dan Accusative. Jadi,
Tuhan Yesus tidak mungkin NEUTRAL (gender: netral),
kecuali ada yg menganggap-Nya “bencong/banci”. “banci/bencong” pun masih ada gendernya kalau bukan
Feminim maka ia Maskulin.
Jadi,
kali ini saya bisa buktikan bahwa apa yang dituliskan oleh Bapak Pdt. Budi
Asali, M. Div di atas ini adalah karena beliau tidak teliti atau salahpaham
sehingga salah kutip!.
Tanggapan Budi Asali:
1. Memang saya, tanpa sengaja, salah tulis, dan
shrsnya memang TO TELEION. Ini bukan saya ambil dr kata2 Suhento Liauw, tetapi
saya cari sendiri dlm alkitab interlinear saya, tetapi pd waktu menuliskan saya
kurang teliti. Kamu cuma membuktikan saya salah tulis, jadi jangan menggelembung
seakan2 sdh menemukan sesuatu yg luar biasa! Dan kesalahan tulis saya itu tidak
membawa pengaruh thdp jawaban saya yg lalu, krn saya memang tidak
membahas gramatika bahasa Yunaninya.
2. Suhento punya sumbernya utk melakukan parsing
(saya tak punya buku itu), tetapi saya ragukan bukunya dia itu, krn saya punya
buku lain yg juga melakukan parsing, dan ternyata berbeda dg parsing dr bukunya
dia! Dari buku ‘Analytical Greek New Testament’, oleh Barbara dan Timothy
Friberg, diberikan parsing sbb tentang kata TELEION dlm 1Kor 13:10 itu:
Adjective, Pronominal, -, NOMINATIVE (yg ini punyamu ‘accusative’
/ obyek),
neuter, -, singular! Saya lihat lagi di sofware PC Study Bible versi 5, ada PB
interlinear yg disertai parsing, dan ternyata di situ juga disebutkan nominative! Hmm, kok bisa berbeda ya
sama bukunya dia? Saya kok tak percaya ada penulis buku tolol spt itu. Dia
ngawur saja, atau bohong, atau bagaimana?
Kata TELEION itu memang
sebetulnya bisa akusatif, bisa nominatif, krn kata benda bentuk neuter memang
bentuk akusatifnya sama dg bentuk nominatifnya. Jadi kalau dilihat dr kata itu sendiri memang bisa akusatif ataupun nominatif, tetapi kalau dilihat kata
itu dlm anak kalimat dlm 1Kor 13:10 itu, yg berbunyi ‘jika yg sempurna tiba’,
maka jelas kata2 ‘yg sempurna’ adalah subyek, bukan obyek. Jadi, jelas yg benar adalah Nominative bukan Accusative!
Krn itu kalau kata ini dilihat
dlm kamus / lexicon (The New
Analytical Greek Lexicon oleh Wesley J. Perschbacher),
maka lexicon yg pd waktu melakukan parsing hanya menyoroti kata itu, tanpa
memperhatikan kontextnya / kalimatnya, maka bisa saja lexicon itu
mengatakan akusatif. Lexiconku, yg ditulis oleh Harold K. Moulton juga
menuliskan akusatif.
Tetapi kalau suatu interlinear
(Alkitab
Interlinear Hendrickson) melakukan parsing, maka ia
pasti melakukan parsing sesuai dg kontextnya / kalimatnya, shg tidak
mungkin menuliskan akusatif, krn dlm 1Kor 13:10, kata itu pasti adalah nominatif!
Kalau memang “Alkitab Interlinear
Hendrickson” milik
Suhento itu tulis akusatif, suruh dia bakar saja itu buku!
3. Juga menurut Bible Works 7, TELEION ini bisa menunjuk pd ‘thing’
ataupun ‘person’! Jadi Suhento ngawur lagi! Memang, krn TELEION itu neuter, kalau
digunakan utk orang, mungkin sekali orangnya harus bencong. Jadi mungkin cocok
utk Suhento, krn dia memang bencong. Buktinya takut debat dg saya, dan ajukan
anak2 dan murid yg masih bau kencur! Tetapi sekalipun neuternya cocok utk dia, kata itu sendiri,
yaitu ‘perfect’, tak cocok sama sekali untuk dia! Dia cuma perfect dalam
pengawuran dan fitnah / dusta! Hehehe.
4. Anda menulis “Terjemahan NIV, KJV, RSV, ASV, NASB,
NKJV semuanya ini memang tidak
menambahkan kata “thing” di situ, sehingga tidak jelas “the perfect” di
situ mengacu kepada orang atau barang! Jadi, harus kembali kepada
bahasa asli Yunaninya. Silahkan cek Textus Receptus (TR) atau Interlinear
Hendrickson”.
Ada beberapa hal yg ingin saya berikan sbg jawaban ttg bagian ini:
a. Kalau kembali pd bahasa Yunaninya, justru kata ‘thing’ itu tidak
ada! Kalau itu ada dlm interlinear Hendrickson, itu merupakan penafsiran!
b. Kalau kata ‘thing’ tidak ada maka menjadi tidak jelas? Kalau
alkitabnya memang tidak jelas, biarkan tidak jelas. Dengan demikian penafsiran
bisa bermacam2. Tetapi kalau diperjelas oleh satu penafsiran, maka itu justru
menyalahi bahasa aslinya!
c. Anda / Suhento fanatik sekali dg TR???? Memangnya paling bagus?
Nonsense! Aku juga fanatik dg TR, tetapi singkatan dr ‘True Reformed’. Ini yg
paling hebat! Hehehe.
5. Saya tak mengerti apa sebab kata2 ‘yang sempurna
itu’ (the perfect) kok bisa dihubungkan dg Yesus??? Kalau saya menafsirkan
bahwa itu menunjuk pd akhir jaman, itu tidak perlu dihubungkan dg Yesus,
sbg ‘orang yg sempurna’, tetapi dihubungkan dg ‘keadaan yg
sempurna’ atau ‘kesempurnaan’ yg ada pd saat itu! Jadi, persetan dg semua
parsing yg kamu lakukan, itu tak ada gunanya sama sekali kecuali utk pameran
bahasa Yunani, padahal salah! Dan kalau mau diterjemahkan ‘the perfect thing’
tetap bisa menunjuk pd kesempurnaan yg terjadi pd akhir jaman itu! Bandingkan
dg kutipan2 yg saya berikan di bawah (point ke 10).
6. Para penafsir adalah org2 yg hebat dlm bahasa
Yunani, tetapi dlm bagian ini, saya melihat mrk tak mempedulikan parsing dr
kata TELEION itu, krn mrk tahu itu tak berguna. Yg menentukan adalah kontextnya,
yg tidak memungkinkan utk menunjuk pd lengkapnya alkitab, tetapi pasti menunjuk
pd akhir jaman, pd saat org2 percaya masuk surga.
7. Kamu tidak menjawab serangan / argumentasi
saya berkenaan dg ‘pengetahuan yg lenyap pd saat itu’! Kalau memang ini
menunjuk pd lengkapnya Alkitab, bgm mungkin pengetahuan lenyap??? Ayo jawab!
8. Ay 10: “Tetapi jika yang
sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap”. Kalau ‘yg sempurna’
menunjuk pd alkitab lengkap, maka konsekwensinya ‘yang tidak sempurna’ harus
menunjuk pada alkitab yang belum lengkap. Apakah waktu alkitab menjadi lengkap,
maka yang tidak lengkap lenyap? Jadi PB datang, PL lenyap?
9. Saya tambah satu hal lagi, coba hubungkan dg
kontextnya, yg mana tafsiran yg lebih cocok. Baca ay 12: “Karena
sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti
kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan
tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku
sendiri dikenal”. Ini lebih cocok menunjuk pd akhir jaman, atau pd
lengkapnya alkitab?
Bdk. 1Yoh 3:2 -
“Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi
belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan
menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang
sebenarnya”.
10. Saya akan berikan kutipan kata2 beberapa
penafsir:
Richard B. Hays: “In verse 8, to be sure, the gifts listed are not
allied with powers hostile to God; rather, they will be abolished simply
because they will no longer be necessary when the Lord returns and the fullness
of his kingdom is present. These gifts of revelation are suited to the time
between the times, when the church must walk by faith; prophecy and gnōsis are only “partial” (v. 9),
giving believers a real but imperfect glimpse of God’s future truth. When that
which is complete comes, however, these partial instruments of knowledge will
no longer have any purpose, and so they will be discarded by God (v. 10). (In
dispensationalist Christian groups, it is sometimes claimed that “the complete”
[to teleion] in v. 10 refers to
the completion and closure of the New Testament canon, so that the charismatic
gifts were only for the apostolic age and have now ceased to function in the
church. This interpretation is simply
nonsense. There is nothing in the passage about “the New
Testament” or about a future revocation of revelatory gifts in the church. Paul
had no inkling that Israel’s
Scripture would be supplemented by a new collection of canonical writings.
Verse 10 is simply a general maxim stating that the perfect supplants the
partial. Paul’s references to the abolition of the gifts [v. 8] are to be
understood in light of the patently eschatological language of v. 12: the
contrast between “now” and “then” is the contrast between the present age and
the age to come.)”. (dari Libronix).
Barnes’ Notes: “‘But when that
which is perfect is come.’ Does come; or shall come. This proposition is
couched in a general form. It means that when anything which is perfect is seen
or enjoyed, then that which is imperfect is forgotten, laid aside, or vanishes.
Thus, in the full and perfect light of day, the imperfect and feeble light of
the stars vanishes. The sense here is, that "in heaven" - a state
of absolute perfection-that which is "in part," or which is
imperfect, shall be lost in superior brightness. All imperfection will vanish.
And all that we here possess that is obscure shall be lost in the superior and
perfect glory of that eternal world. All our present unsatisfactory
modes of obtaining knowledge shall be unknown. All shall be clear, bright, and
eternal”.
Bible Knowledge Commentary: “What Paul meant
when he referred to the coming of perfection is the subject of considerable
debate. One suggestion is that perfection described the completion of the
New Testament. But verse 12 makes that interpretation unlikely. A few have
suggested that this state of perfection will not be reached until the new
heavens and new earth are established. Another point of view understands
perfection to describe the state of the church when God's program for it is
consummated at the coming of Christ. There is much to commend this view,
including the natural accord it enjoys with the illustration of growth and
maturity which Paul used in the following verses”.
Catatan: penulis buku tafsiran ini
adalah John Walvoord, tokoh Dispensationalist!
Matthew Henry: “He takes occasion
hence to show how much better it will be with the church hereafter than it can
be here. A state of perfection is in view (v. 10): When that which is
perfect shall come, then that which is in part shall be done away. When the end
is once attained, the means will of course be abolished. There will be no need
of tongues, and prophecy, and inspired knowledge, in a future life, because
then the church will be in a state of perfection, complete both in knowledge
and holiness. God will be known then clearly, and in a manner by intuition, and
as perfectly as the capacity of glorified minds will allow; not by such
transient glimpses, and little portions, as here. The difference between these
two states is here pointed at in two particulars: 1. The present state is a
state of childhood, the future that of manhood: When I was a child, I spoke as
a child (that is, as some think, spoke with tongues), I understood as a child;
ephronoun—sapiebam (that is, "I prophesied, I was taught the mysteries
of the kingdom of heaven, in such an extraordinary way as manifested I was not
out of my childish state"), I thought, or reasoned, elogizomen, as a
child; but, when I became a man, I put away childish things. Such is the
difference between earth and heaven. What narrow views, what confused and
indistinct notions of things, have children, in comparison of grown men! And
how naturally do men, when reason is ripened and matured, despise and
relinquish their infant thoughts, put them away, reject them, esteem as
nothing! Thus shall we think of our most valued gifts and acquisitions in this
world, when we come to heaven. We shall despise our childish folly, in priding
ourselves in such things when we are grown up to men in Christ. 2. Things
are all dark and confused now, in comparison of what they will be hereafter: Now
we see through a glass darkly (en ainigmati, in a riddle), then face to face;
now we know in part, but then we shall know as we are known. Now we can only
discern things at a great distance, as through a telescope, and that involved
in clouds and obscurity; but hereafter the things to be known will be near and obvious, open
to our eyes; and our knowledge will be free from all obscurity and error. God is to be seen face to face; and we are to know
him as we are known by him; not indeed as perfectly, but in some sense in the
same manner. We are known to him by mere inspection; he turns his eye towards
us, and sees and searches us throughout. We shall then fix our eye on him, and
see him as he is, 1 John 3:2. We shall know how we are known, enter into all
the mysteries of divine love and grace. O glorious change! To pass from
darkness to light, from clouds to the clear sunshine of our Saviour's face, and
in God's own light to see light! Ps 36:9. Note, It is the light of heaven only
that will remove all clouds and darkness from the face of God. It is at best
but twilight while we are in this world; there it will be perfect and eternal day”.
Calvin: ““Perfection,” says he,
“when it will arrive, will put an end to everything that aids imperfection.”
But when will that perfection come? It begins, indeed, at death, for then we put off,
along with the body, many infirmities; but it will not be completely manifested
until the day of judgment, as we shall hear presently. Hence we infer, that the
whole of this discussion is ignorantly applied to the time that is intermediate”.
Lenski: “This shall occur “when the complete shall come.” That
is τέλειον which has reached the τέλος or goal in comparison
with what is still undeveloped or on the way. Here the incomplete state in which we now live
forms the contrast. We are able to know and to prophesy only in a partial and
an incomplete way. A complete state will eventually come, τὸ
τέλειον, when we shall attain the goal for which we are now
striving. In other connections τέλειος denotes the state of mature manhood in
contradistinction from a νήπιος or παῖς. See Trench. The aorist subjunctive ἔλθῃ marks the great future
moment when the goal shall be reached, namely the Parousia of Christ. Then this
entire state of imperfection which is now evident upon
the earth will be abolished, for it will have served its purpose. An entirely
new way of apprehending, of seeing, and of knowing shall take its place. Even
then we shall not know all things—omniscience belongs to God alone, and even
the angels do not know the deep things of God, which only the Spirit of God
searches. In heaven we shall know in a heavenly manner”.
Anthony C. Thiselton: “The climactic τὸ τέλειον includes the double meaning the complete (NRSV) and wholeness (REB). Depending on the
specific force required by the context the word may also mean perfection (NIV, NJB) or perfect (AV/KJV, RV). On the
lexicography of the word, see above on 2:6, where it clearly carries the
different sense of mature
(usually of persons), as it does in its one remaining use in this epistle, ταῖς
δὲ φρεσὶν τέλειοι γίνεσθε (14:20). However, here there is also a further hint
of τέλειος as denoting a goal. For just as in 2:6 the wisdom
for the mature is not for those
who exhibit childish self-centeredness and immediacy, even so here Paul is
about to draw the same contrast with being infantile or childish
or childlike in v. 11a and the goal of mature adulthood. Hence it
combines the two related notions of fulfillment
or goal and the completed whole. No English word
alone can fully convey the meaning in this context. To translate solely as the end (Collins) is barely adequate”.
Catatan: buku tafsiran ini berjudul “The
First Epistle to the Corinthians. A Commentary on the Greek Text”. (dari Libronix). Tetapi
tetap penafsir ini tidak bahas case, gender dsb dr bahasa Yunaninya. Mengapa?
Krn dia tidak mampu? Mustahil! Dia tahu bahwa pembahasan spt itu tak ada
gunanya. Dia lebih menekankan kontextnya, perhatikan kata2nya yg saya garis
bawahi!
Gordon
Fee: “The nature
of the eschatological language in v. 12 further implies that the term “the
perfect” has to do with the Eschaton itself, not some form of “perfection” in
the present age.30 It is not so much that the End itself is “the perfect,”
language that does not make tolerably good sense; rather, it is what happens at
the End, when the goal has been reached (see n. 22). At the coming of
Christ the final purpose of God’s saving work in Christ will have been reached;
at that point those gifts now necessary for the building up of the church in
the present age will disappear, because “the complete” will have come. To
cite Barth’s marvelous imagery: “Because the sun rises all lights are
extinguished.””. (dr Libronix).
Kesimpulan: Saya yakin bahwa kata2 ‘yg sempurna tiba’ memang
menunjuk pd kesempurnaan pd akhir jaman, shg jelas bahwa bahasa roh dan nubuat
baru akan berakhir pd akhir jaman, bukan pd saat alkitab lengkap (ay 8)!
************
10. Mulai saat Yesus mati sampai Kitab Suci
selesai ditulis rasul-rasul jadi Standard kebenaran.
Tanggapan
Budi Asali:
Kok
Petrus bisa salah, dalam Kis 10 dan Gal 2?
Kis 10:13-15,34-35
- “(13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: ‘Bangunlah, hai
Petrus, sembelihlah dan makanlah!’ (14) Tetapi Petrus menjawab: ‘Tidak, Tuhan,
tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir.’
(15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: ‘Apa
yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.’ ... (34)
Lalu mulailah Petrus berbicara, katanya: ‘Sesungguhnya aku telah mengerti,
bahwa Allah tidak membedakan orang. (35) Setiap orang dari bangsa manapun yang
takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepadaNya”.
Gal
2:11-14 - “(11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku
berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa
orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara
yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan
menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat. (13) Dan
orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga
Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu
kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku
berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: ‘Jika engkau, seorang
Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah
engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara
Yahudi?’”.
Dan
Yohanes bisa salah dengan menyembah malaikat?
Wah
19:10 - “Maka tersungkurlah aku di depan kakinya untuk menyembah dia,
tetapi ia berkata kepadaku: ‘Janganlah berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama
dengan engkau dan saudara-saudaramu, yang memiliki kesaksian Yesus. Sembahlah
Allah! Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat.’”.
Wah
22:8-9 - “(8) Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat
semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan
kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk
menyembahnya. (9) Tetapi ia berkata kepadaku: ‘Jangan berbuat demikian! Aku
adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua
mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!’”.
Tanggapan Dji:
Rasul-rasul jelas menjadi standar
Kebenaran ketika Alkitab belum selesai ditulis (setelah kematian Yesus). Petrus
dan Yohanes bisa “SALAH” membuktikan mereka memang tidak sempurna dalam menjadi standar kebenaran, makanya Tuhan janjikan akan mengirim yg sempurna ( I Kor. 13:10 To Teleion) mengacu kepada Alkitab yg sempurna (tidak boleh ditambah dan tidak boleh
dikurang).
Tanggapan Budi Asali:
Jgn membelokkan pembicaraan,
nak. Kamu kira aku anak kemarin sore spt kamu shg bisa dibelokkan? Kamu
menghindari seranganku, bukan menjawabnya!
Kalau merupakan standard, kan
lucu kalau standard bisa salah? Standard hanya alkitab atau kehidupan Yesus
sendiri, tak pernah kehidupan manusia manapun!
*************
11. Mat 11:13-14 - “(13) Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga
tampilnya Yohanes (14) dan - jika kamu mau menerimanya - ialah Elia yang akan
datang itu.”. Ini ditafsirkan, jika kamu mau menerima, ia adalah Elia, jika tidak mau
terima ia adalah Yohanes Pembaptis!
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
ajaran sinting, dan merupakan penafsiran ‘liar’, yang tidak membutuhkan
tanggapan.
Tanggapan Dji:
Mat. 11:13-14 adalah PERKATAAN LANGSUNG DARI TUHAN YESUS sendiri.
Dr. Suhento Liauw hanya mengutipnya saja dari Alkitab. Silahkan para pembaca membuka Alkitab sendiri dan baca sendiri Matius
11: 2-14 (tidak perlu repot-repot menafsir). Bagaimana mungkin orang
seperti Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “Ini ajaran sinting, dan merupakan
penafsiran ‘liar’? Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div menghina perkataan
Tuhan Yesus sendiri. Dr. Suhento Liauw tidak akan terganggu dengan penghinaan
yg lucu ini, hehehehe.....
Tanggapan Budi Asali:
Hehehe, anak tolol ini makin
lama makin lucu. Mat 11:13-14 memang kata2 Yesus, dan aku tidak menganggap liar
kata2 Yesus, tetapi penafsiran Suhento Liauw ttg kata2 Yesus itu!
Apa arti kata2 ‘jika kamu mau
menerimanya’? Apakah bisa dikontraskan dg ‘jika kamu tidak mau menerimanya’?
Hanya org tolol dan gila yg tafsirkan spt itu! Mrk memang bisa ‘tidak
menerima’, atau ‘menolak’ penjelasan Yesus bahwa Yoh Pembaptis adalah Elia.
Tetapi tidak bisa diartikan kalau mrk tak mau menerimanya maka Yoh Pembaptis
adalah Yoh Pembaptis! Ini yg saya maksudkan sbg tolol, gila, dan liar!
Barnes’ Notes: “‘If ye will receive
it.’ This is a mode of speaking implying that the doctrine which he was about
to state was different from their common views; that he was about to state
something which varied from the common expectation, and which therefore they
might be disposed to reject” (= ‘Jika kamu mau menerimanya’. Ini adalah cara berbicara yg
menunjukkan bahwa doktrin / ajaran yg akan ia nyatakan berbeda dg pandangan2
umum mrk; bahwa Ia akan menyatakan sst yg berbeda dr pengharapan umum, dan yg
krn itu bisa mrk terima atau tolak).
*************
12.
Karena mau gerejanya steril, Suhento Liauw selalu khotbah sendiri.
Tanggapan
Budi Asali:
Lucu
sekali. Kalau dia yang khotbah pasti steril? Jadi ajarannya Suhento Liauw itu
inerrant / infallible? Dan bagaimana kalau dia mati? Anaknya sendiri steril
atau tidak? Apa mungkin dua orang punya theologia yang persis sama?
Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
yang saya kasihi dalam Tuhan Yesus. Bagaimana
mungkin menyuruh orang lain yg tidak mengerti Alkitab (Kebenaran) untuk
berkhotbah di mimbar Tuhan? Cara satu-satunya menjaganya steril adalah
menyuruh orang-orang yg sepaham (satu doktrin) untuk berkhotbah di mimbar
Tuhan, atau memang harus khotbah sendiri. Tidak ada masalah dengan pernyataan
Dr. Suhento Liauw.
Tanggapan Budi Asali:
Dia mengatakan ‘khotbah sendiri’,
nak! Jadi betul2 hanya dia sendiri. Sekalipun saya org Reformed / Calvinist,
saya tak keberatan org Arminian, yg sehat pengertiannya (dlm arti ia tetap
alkitabiah dan injili dan tak ngajar yg nyeleneh2 spt Suhento Liauw), utk
khotbah di mimbar saya.
Cara dia, membuat kalian spt
katak di bawah tempurung!
Tak masalah? Tentu tidak
bagimu. Bagi org bodoh pernyataan org bodoh yg lain biasanya tak masalah, krn
sama2 bodoh!
**************
13. Kata ‘Katolik’ dalam 12
Pengakuan Iman Rasuli (Indonesia diterjemahkan ‘AM’), disamakan dengan gereja
Katolik!
Tanggapan Budi Asali:
Kata yang sama belum tentu artinya sama, dan kalau artinya sama
belum tentu menunjuk pada hal yang sama.
Kata ‘Katolik’ memang artinya ‘am’ atau ‘universal’. Jadi kata-kata
dalam 12 Pengakuan Iman Rasuli versi bahasa Inggris, ‘the Holy Catholic Church’
(Gereja Katolik yang kudus / Gereja yang kudus dan am), tidak salah. Ini
menunjuk pada Gereja yang tak kelihatan, atau gereja universal, yaitu semua
orang percaya di seluruh dunia dan sepanjang jaman.
Encyclopedia Britannica 2010 dengan entry ‘Catholic’: “(from Greek
katholikos, ‘universal’), the characteristic that, according to ecclesiastical
writers since the 2nd century, distinguished the Christian Church at large from
local communities or from heretical and schismatic sects. A notable exposition
of the term as it had developed during the first three centuries of
Christianity was given by St. Cyril of Jerusalem in his Catecheses (348):the church is called catholic
on the ground of its worldwide extension, its doctrinal completeness, its
adaptation to the needs of men of every kind, and its moral and spiritual
perfection. The theory that what has been universally taught or practiced
is true was first fully developed by St.Augustine in his controversy with the Donatists
(a North African heretical Christian sect) concerning the nature of the church
and its ministry. It received classic expression in a paragraph by St. Vincent of Lérins in hisCommonitoria (434), from which is derived the
formula: ‘What all men have at all times and everywhere believed must be
regarded as true.’ St. Vincent maintained that the true faith was that which
the church professed throughout the world in agreement with antiquity and the
consensus of distinguished theological opinion in former generations. Thus, the term catholic tended to
acquire the sense of orthodox. Some
confusion in the use of the term has been inevitable, because various groups
that have been condemned by the Roman Catholic Church as heretical or
schismatic never retreated from their own claim to catholicity. Not only the Roman Catholic Church
but also the Eastern Orthodox Church, the Anglican Church, and a variety of
national and other churches claim to be members of the holy catholic church, as
do most of the major Protestant churches”.
Tetapi istilah ‘Katolik’ juga digunakan oleh Gereja Roma Katolik,
mungkin karena mereka menganggap mereka adalah satu-satunya gereja universal.
Itu sebetulnya merupakan suatu penggunaan yang kontradiksi, karena ‘Roma’
merupakan sebutan yang bersifat lokal, sedangkan ‘Katolik’ sebutan yang
bersifat universal.
Bahwa mereka menggunakan kata itu secara salah, itu urusan mereka.
Tetapi kalau Suhento Liauw melarang / menyalahkan orang Kristen menggunakan kata
itu, merupakan suatu kebodohan! Mengapa? Karena gereja-gereja yang dikecam oleh
Gereja Roma Katolik sebagai gereja sesat, termasuk gereja Protestan, juga mengclaim istilah itu bagi gereja mereka, karena
mereka menganggap gereja merekalah yang benar.
Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
sendiri mengakui dan setuju atau menyatakan “tidak salah”. “Jadi kata-kata dalam 12 Pengakuan Iman
Rasuli versi bahasa Inggris, ‘the Holy Catholic Church’ (Gereja Katolik yang
kudus / Gereja yang kudus dan am), tidak salah. Ini menunjuk pada Gereja yang tak kelihatan, atau gereja universal,
yaitu semua orang percaya di seluruh
dunia dan sepanjang jaman.” (padahal yg benar adalah yang kelihatan,
jemaat = orang percaya Yesus JELAS KELIHATAN). Kalau orang percaya itu
adalah hantu maka ia tak kelihatan.
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di
atas menggunakan kata “tetapi KALAU Suhento
Liauw melarang.......” “Kalau ini, kalau
itu dan kalau-kalau” nanti jadinya Pak! Janganlah membuat asumsi “Kalau
........”
Tanggapan Budi Asali:
Kalau tidak tahu apa yg
diomong lebih baik tutup mulutmu, supaya tak kelihatan goblognya!
Amsal 17:28 - “Juga orang
bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian
kalau ia mengatupkan bibirnya”.
Sayangnya kamu adalah org
bodoh yg banyak bicara, shg makin berkilauan kebodohanmu!
Gereja yg kelihatan itu
bercampur antara lalang dan gandum, antara kambing dg domba, ranting yg berbuah
dan tidak berbuah, nak. Jelas bukan itu yg dimaksudkan dg kata2 ‘Gereja yg
kudus dan Am / Katolik’ dlm 12 Pengakuan Iman Rasuli!
**************
14. Serang predestinasi dan katakan neraka
bukan dicipta untuk manusia tetapi untuk setan. Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah
kiriNya: Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke
dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan
malaikat-malaikatnya.”.
Tanggapan
Budi Asali:
Jawaban
tentang kebodohan ini tidak saya berikan di sini karena ini berhubungan dengan
debat tanggal 24 Agustus 2012 antara Esra + saya vs Steven Liauw + partnernya.
Saya tak mau tunjukkan ‘senjata’ saya sebelum debat tanggal 24 Agustus itu
terlaksana.
Tanggapan Dji: ini
juga tidak perlu saya tanggapi, kecuali saya hanya bisa katakan: lihat saja model bahasa ini (menunjukkan siapa
jati diri Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sesungguhnya).
Tanggapan Budi Asali:
Lihat tanggapan saya pd poin 2
di atas.
*****************
15. Dalam kebaktian tak boleh ada pemberkatan
pada akhir kebaktian. Pemberkatan ada pada jaman keimaman Harun, jaman sekarang
semua orang Kristen adalah imam, jadi tak boleh ada satu memberkati yang lain.
Pemberkatan nikah itu salah, seharusnya peneguhan nikah.
Tanggapan
Budi Asali:
Ajaran
ini betul-betul gila, dan tak sulit untuk membantahnya / menghancurkannya.
a)
Dalam jaman Perjanjian Lama, yang memberkati adalah imam besar,
tetapi berkat itu sebetulnya jelas bukan datang dari imam besar itu sendiri,
tetapi dari Tuhan. Jadi, imam besar itu hanyalah alat Tuhan.
Bil 6:22-27
- “(22) TUHAN berfirman kepada Musa: (23) ‘Berbicaralah kepada Harun
dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah
kepada mereka: (24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN
menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN
menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera. (27)
Demikianlah harus mereka meletakkan namaKu atas orang Israel, maka Aku akan
memberkati mereka.’”.
Lalu
mengapa dalam Perjanjian Baru, pendeta tak boleh jadi alat Tuhan untuk memberikan
berkat dalam kebaktian?
Tanggapan Dji:
Tidak
ada orang (termasuk Dr. Suhento Liauw) yg mengatakan berkat itu dari manusia,
jelas berkat itu dari Tuhan baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam
Perjanjian Baru.
Bedanya dalam zaman Perjanjian
Lama memang semuanya masih bersifat
simbol, sehingga ada acara memberkati anak, dll. Sedangkan dalam Perjanjian
Baru semua orang percaya adalah sama di mata Tuhan, bahkan setiap orang adalah imam yg rajani. I Pet. 2:9 “Tetapi kamulah (setiap orang percaya) bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” Jadi, setiap orang percaya sekarang sudah bisa
berdoa langsung kepada Tuhan Yesus atau minta berkat sendiri dari Tuhan,
tidak seperti dalam zaman Perjanjian Lama yg memerlukan seorang imam. Justru atas dasar apa seorang seperti
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div merasa
layak minta berkat bagi orang lain?...... camkan ini Pak!.......
Tanggapan Budi Asali:
Dia bicara ttg berkat pd akhir
kebaktian, nak, dan kamu lagi2 menyelewengkan pembicaraan!
b)
Kalau karena dalam jaman Perjanjian Baru semua orang Kristen adalah imam, dan
karena itu tak boleh orang Kristen yang satu memberkati orang Kristen yang
lain, maka ingat bahwa dalam jaman Perjanjian Lama imam punya tugas mengajar
Firman Tuhan.
Mal
2:1-7 - “(1) Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai
para imam! (2) Jika kamu tidak mendengarkan, dan jika kamu tidak memberi
perhatian untuk menghormati namaKu, firman TUHAN semesta alam, maka Aku akan
mengirimkan kutuk ke antaramu dan akan membuat berkat-berkatmu menjadi kutuk,
dan Aku telah membuatnya menjadi kutuk, sebab kamu ini tidak memperhatikan. (3)
Sesungguhnya, Aku akan mematahkan lenganmu dan akan melemparkan kotoran ke
mukamu, yakni kotoran korban dari hari-hari rayamu, dan orang akan menyeret
kamu ke kotoran itu. (4) Maka kamu akan sadar, bahwa Kukirimkan perintah ini
kepadamu, supaya perjanjianKu dengan Lewi tetap dipegang, firman TUHAN semesta
alam. (5) PerjanjianKu dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera
dan itu Kuberikan kepadanya - pada pihak lain ketakutan - dan ia takut kepadaKu
dan gentar terhadap namaKu. (6) Pengajaran yang benar ada dalam
mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan
kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada
kesalahan. (7) Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan
orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta
alam”.
Kalau
karena dalam jaman Perjanjian Baru semua orang Kristen adalah imam, dan karena
itu tak boleh orang Kristen yang satu memberkati orang Kristen yang lain, maka
konsekwensinya adalah: orang Kristen yang satu juga tak boleh mengajar Firman
Tuhan kepada orang Kristen yang lain! Semua orang Kristen harus menjadi
pengajar Firman Tuhan, dan lalu siapa pendengarnya?
Tanggapan Dji:
MEMBERKATI
ORANG LAIN
dan MENGAJAR FIRMAN TUHAN adalah dua pekerjaan yg berbeda. Jangan
disamakan!. Dalam PL memang tugas imam untuk memberkati dan mengajar Firman
Tuhan, tetapi dalam PB tidak boleh ada orang Kristen yg berhak memberkati orang
lain, yang ada adalah mengajarkan
Firman Tuhan, seperti yang kita lakukan saat ini [atau adanya jabatan yg alkitabiah dalam gereja yaitu: 1. Gembala/Penatua/Penilik
jemaat, 2. Guru Injil (mengajar ke dalam), 3. Penginjil (mengajar/menginjil
keluar, 4. Diaken (pembantu gembala)]
Konsekwensi yang Bapak Pdt. Budi
Asali, M. Div taruh di atas adalah suatu asumsi
yg berlebihan dan “mengada-ngada”,
apakah faktanya semua orang Kristen
menjadi pengajar Firman hari ini? Atau apakah memang sudah tidak ada yg
jadi pendengar Firman hari ini?.
Bukankah ini adalah asumsi (konsekwensi) yang sangat berlebihan?.......Mari, lebih berhikmat lagi Pak!.....
Tanggapan Budi Asali:
Lagi2 kalau tak bisa menjawab,
menyimpangkan pembicaraan. Itu cara kalian, termasuk Steven Liauw (dlm menjawab
serangan saya dlm tulisan di internet), Suhento Liauw (pd waktu menjawab
pertanyaan seorang pemuda ttg baptisan), dsb.
Dua itu memang berbeda, dimana
saya katakan sama? Tetapi ada persamaannya, yaitu sama2 mrpk tugas imam dlm PL.
Kalau yg satu dilarang dlm PB krn semua org Kristen jadi imam, maka
konsekwensinya yg satunya juga hrs dilarang!
Org idiot ini menyimpang tak
karuan dan tak mengerti apa yg dibicarakan, tetapi mengajak berhikmat. Hehehe.
Aku tak sudi punya hikmat, kalau hikmat itu spt hikmatmu, yg identik dg
ketololan!
c)
Bandingkan juga dengan ayat-ayat ini:
§ Ro 12:14
- “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah dan
jangan mengutuk!”.
§ 1Kor
4:12 - “kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki,kami
memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar;”.
§ Ibr
7:7 - “Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah
diberkati oleh yang lebih tinggi”.
Tanggapan Dji:
Ibrani 7:7 disimpan dulu,
bahasnya di bawah nanti.
Kita lihat 2 ayat ini dulu:
Roma 12:14 – “Berkatila ....”
(KJV = BLESS)
I Kor. 4:12 “...kami
memberkati.....” (KJV = we BLESS).
“BLESS” dalam kamus bahasa
Inggris –Indonesia artinya: 1. Memberkahi, merestui. 2. Mendoakan. –blessed ks.
1. Menyenangkan.
Jadi, ayat-ayat ini jangan dijadikan alasan untuk
berkat-memberkati, tetapi lebih cocok diartikan:
Roma 12:14 “Berdoalah (kpd) siapa
yg menganiaya kamu, berdoalah dan jangan mengutuk!” ini cocok dengan
perintah Tuhan Yesus: Mat. 5:44 “Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu
dan BERDOALAH bagi mereka yang
menganiaya kamu.” (saya akui bahwa saya mendoakan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
ini supaya benar-benar dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil-Nya).
Tanggapan Budi Asali:
Kamu lagi mabuk, nak?
Berdoalah (kpd) siapa yg menganiaya kamu? Berarti kita menaikkan doa itu kpd
org yg menganiaya kita? Itu penyembahan berhala, nak!
Hmmm, ayatnya berkata
‘berkatilah, kamu berhak mengubah jadi berdoalah! Nggak mau tunduk Firman
Tuhan, ya nak? Buat Firman sendiri? Maklum ‘independent’!
Nak, terus terang saya tak
yakin sama sekali kalau kamu anak Tuhan, Jadi jgn berdoa utk saya, krn kalau
org kafir berdoa utk saya toh tak akan didengar oleh Tuhan.
Kini kita lihat Ibrani 7:7 “Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang
lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.”
Coba pembaca sekarang juga, buka Alkitab masing-masing:
konteks di ibrani 7:7 ini berbicara siapa yg
lebih tinggi itu? siapa yg boleh memberkati itu?
jawabannya: Dia adalah Melkisedek.
Siapakah Melkisedek itu?:
Kej.14:18 Melkisedek adalah Raja
Salem
Ibrani 7:2 Melkisedek adalah Raja
Salem, Raja Damai Sejahtera = Yesus
Kristus adalah Raja Damai Sejahtera.
Ibrani 7: 3 “Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak
berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan
Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya”.
Ibrani 6:20 “Di mana Yesus telah
masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai
selama-lamanya.” Siapakah Melkisedek sehingga Yesus Kristus menurut peraturan-Nya? Melkisedek adalah Yesus Kristus sebelum
datang dalam bentuk daging dan darah (sebelum menjadi manusia Yesus) = yang
disebut Theophany / Christophany.
Jadi, bagaimana mungkin seorang
Kristen (seperti Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini) bisa menggunakan ayat Ibrani 7:7 ini sebagai ayat argumentasinya untuk
memberkati orang lain?......
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, pengawuran yg luar biasa
tolol dan gilanya! Hrs diakui Melkisedek adalah org misterius, dan banyak hal
tak diketahui ttg dia krn alkitab memang tak menceritakan. Tetapi ada beberapa
hal yg pasti ttg Melkisedek:
1. Dia adalah manusia sungguh2, raja Salem. Jadi
bukan theophany, nak! Kalau theophany itu hanya kelihatan sbg manusia, tetapi
bukan sungguh2 manusia!
2. Dia juga jelas bukan sama dengan Yesus!
Ibr 7:3 - “Ia
tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan
hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah,
ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.”.
Terjemahan Indonesia ini salah
pada bagian yang saya garis bawahi. Bandingkan dg terjemahan Kitab Suci bahasa
Inggris:
KJV: ‘made like unto the Son of God’.
RSV: ‘resembling the Son of God’.
NIV: ‘like the Son of God’.
NASB: ‘made like the Son of God’.
Jadi sebetulnya ‘spt’ atau
‘menyerupai’, bukan ‘sama dengan’.
Kalaupun mau diterjemahkan
‘sama dengan’, tetap harus dipertanyakan ‘sama dengan dlm hal apa?’. Dan
bagian selanjutnya dr ayat itu menjelaskan bahwa ia sama dg Anak Allah / Yesus dlm
hal keimaman yg kekal!
Kontext Ibr 7 memang ttg
Melkisedek, tetapi dlm penceritaan fakta pd saat dia memberkati Abraham, diberi
suatu pernyataan
yg sifatnya umum, yaitu yg lebih tinggi memberkati yg lebih rendah! Krn sifatnya
umum, maka dlm PBpun boleh yg lebih tinggi memberkati yg lebih rendah (dg
catatan berkat tetap dtg dr Tuhan, org yg memberkati hanya sbg alat Tuhan).
Adam Clarke: “That the superior
blesses the inferior is a general
proposition; but Abraham was
blessed of Melchizedek, therefore Melchizedek was greater than Abraham” (= Bahwa yg lebih tinggi memberkati yg lebih rendah adalah suatu dalil yg umum; tetapi Abraham diberkati
oleh Melkisedek, krn itu Melkisedek lebih besar / tinggi dr Abraham).
Dlm PB, Tuhan sendiri memberi
jabatan gembala, pengajar dsb, (Ef 4:11) yg jelas menunjukkan bahwa dlm PB
tetap ada perbedaan pangkat gerejani. Jadi, tidak ada yg salah dg pdt memberi
berkat pd akhir kebaktian!
*************
16. Nama Allah yang benar bukan YAHWEH tetapi
YEHOVAH. Alasan: karena dalam manuscript tertua yang gunakan huruf hidup (MT)
namanya disebutkan YEHOVAH.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
lucu karena MT bukan manuscript! Dalam manuscript tak ada huruf hidup!Memang
YAHWEHpun belum tentu benar, tetapi YEHOVAH pasti salah, karena huruf
hidupnya dipinjam dari ADONAY (dan
mungkin juga dari ELOHIM).
Saya
akan memberi kutipan dari buiku saya sendiri tentang Yahweh-isme, yang berbunyi
sebagai berikut:
Bagaimana dengan pengucapan ‘Jehovah’ /
‘Yehovah’?
Di atas sudah saya jelaskan bahwa setiap kali bertemu
dengan nama YHWH, mereka membacanya ADONAY (= Tuhan). Lalu pada suatu saat, ada
orang-orang yang memasukkan bunyi huruf-huruf hidup dari kata ADONAY, yaitu A -
O - A ke sela-sela dari YHWH itu, sehingga didapatkan YAHOWAH, dan seorang
dosen saya mengatakan bahwa dalam aksen Jerman (entah dari mana kok tahu-tahu ada
aksen Jerman), ini lalu berubah menjadi YEHOWAH atau YEHOVAH. Pulpit Commentary
dalam tafsirannya tentang Im 24:11 mengatakan bahwa perubahan YAHOWAH menjadi
YEHOWAH itu disebabkan karena: “the laws of the Hebrew language
required the first a to be changed into e, and hence the name Jehovah” (=
hukum-hukum dari bahasa Ibrani mengharuskan huruf a yang pertama untuk diubah
menjadi huruf e, dan karena itu menjadi Jehovah) - hal 383.
Catatan: perlu
diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani, huruf V dan W adalah sama.
The New Bible Dictionary (dengan topik ‘God, names
of’): “YHWH was considered too sacred to
pronounce; so ADONAY (my Lord) was substituted in reading, and the vowels of
this word were combined with the consonants YHWH to give ‘Jehovah’, a form
first attested at the beginning of the 12th century AD” [=
YHWH dianggap terlalu keramat untuk diucapkan; maka ADONAY (Tuhanku) dijadikan
pengganti dalam pembacaan, dan huruf-huruf hidup dari kata ini dikombinasikan
dengan huruf-huruf mati YHWH untuk memberikan ‘Jehovah’, suatu bentuk yang
pertama-tama ditegaskan pada permulaan abad ke 12 M.] - hal 478.
Nelson’s Bible Dictionary (dengan topik ‘God, Names
of’): “The divine name Yahweh is usually
translated Lord in English versions of the Bible, because it became a practice
in late Old Testament Judaism not to pronounce the sacred name YHWH, but to say
instead ‘my Lord’ (Adonai) - a practice still used today in the synagogue. When
the vowels of Adonai were attached to the consonants YHWH in the medieval
period, the word Jehovah resulted” [= Nama ilahi ‘Yahweh’ biasanya
diterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan) dalam versi-versi Alkitab
bahasa Inggris, karena menjadi suatu praktek dalam Yudaisme Perjanjian Lama
belakangan, untuk tidak mengucapkan nama keramat / kudus YHWH, tetapi
mengatakan ‘Tuhanku’ (ADONAY) sebagai gantinya - suatu praktek yang masih
digunakan jaman ini dalam sinagog. Pada waktu huruf-huruf hidup dari ADONAY
diberikan pada huruf-huruf mati YHWH pada jaman abad pertengahan, kata Yehovah
dihasilkan].
a D o N a Y
¯ ¯ ¯
Y H W H ®YaHoWaH ®YeHoWaH
/ YeHoVaH
Encyclopedia Britannica memberikan penjelasan yang
agak berbeda. Encyclopedia Britannica mengatakan bahwa bunyi huruf-huruf hidup
yang dimasukkan di sela-sela YHWH itu diambil bukan hanya dari kata ADONAY (=
Tuhan), tetapi juga dari kata ELOHIM (= Allah). Dari kata yang pertama
didapatkan A - O - A dan dari kata yang kedua didapatkan E - O - I.
Penggabungannya dimasukkan ke sela-sela YHWH. Untuk bunyi huruf hidup pertama,
yang diambil adalah E, untuk yang kedua diambil O, dan untuk yang ketiga
diambil A. Jadi, muncul YEHOWAH / YEHOVAH.
Encyclopedia Britannica 2007: “The Masoretes, who from about the 6th to
the 10th century worked to reproduce the original text of the
Hebrew Bible, replaced the vowels of the name YHWH with the vowel signs of the
Hebrew words Adonai or Elohim. Thus, the artificial name Jehovah (YeHoWaH) came
into being” [= Para ahli Taurat Yahudi, yang dari kira-kira abad ke 6
sampai abad ke 10 bekerja untuk mereproduksi text orisinil dari Alkitab Ibrani,
menggantikan huruf-huruf hidup dari nama YHWH dengan tanda-tanda huruf-huruf
hidup dari kata-kata Ibrani Adonai atau Elohim. Maka, nama buatan YEHOVAH
(YeHoWaH) tercipta].
a D o N a Y
¯ ¯ ¯
Y H W H ®YeHoWaH
/ YeHoVaH
e L o H i M
Louis Berkhof rupanya juga sependapat, karena ia
berkata: “And therefore in reading the Scriptures they substituted
for it either ’Adonai or ’Elohim; and the Masoretes, while leaving
the consonants intact, attached to them the vowels of one of these
names, usually those of ’Adonai” [= Dan karena itu dalam membaca
Kitab Suci mereka (orang-orang Yahudi) menggantikannya atau dengan ADONAY
atau ELOHIM; dan ahli-ahli Taurat Yahudi, sementara mereka membiarkan
huruf-huruf mati itu utuh, melekatkan kepada huruf-huruf mati itu huruf-huruf
hidup dari salah satu dari nama-nama ini, biasanya huruf-huruf hidup dari
ADONAY] - ‘Systematic Theology’, hal 49.
Dari penjelasan ini bisa dinyatakan bahwa penyebutan
YEHOVAH (atau dalam bahasa Inggris ‘Jehovah’), sebenarnya pasti
salah, karena bunyi huruf hidupnya diambil dari kata ADONAY, atau dari ADONAY
dan ELOHIM.
Tanggapan Dji :
Saya tidak mau terlalu
mengomentari ini, karena Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri menyatakan “belum tahu mana yg benar”, sambil
menyatakan penyebutan YEHOVAH “pasti
salah”. Padahal sudah dikasih tahu oleh Dr. Suhento Liauw tentang
penyebutan yg benar.
Izinkan saya tambahkan sedikit
penjelasan: Mat. 5:18 “Karena Aku (Tuhan Yesus) berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu
iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi.” Ini artinya Tuhan pasti sanggup memelihara NAMA-NYA yg KUDUS
dan keramat itu. Mana mungkin NAMA TUHAN bisa hilang beberapa huruf hidup dan tidak diketahui oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div dan Louis
Berkhof ?......
Saya lebih percaya kepada Alkitab
(kata-kata Tuhan Yesus) dari pada percaya kepada Louis Berkhof atau yg lainnya.
Tanggapan Budi Asali:
Nak, ketololanmu makin lama
makin bersinar. Aku bukannya belum tahu, tetapi memang tidak tahu, dan tidak
bakal tahu, krn hal itu tidak mungkin diketahui, kecuali pd saat aku nanti
masuk surga.
Penjelasanmu makin menunjukkan
ketololanmu! Dan terutama menunjukkan ketidak-mengertianmu akan bahasa Ibrani.
Bahasa Ibrani dlm penulisannya tidak mempunyai huruf hidup, nak. Semua 22
abjadnya adalah huruf mati. Dlm pengucapan tentu ada bunyi huruf hidup,
tetapi dlm penulisan tidak ada. Dlm bahasa Ibrani modern, dlm penulisannya ditambahkan
tanda2 (bukan ‘huruf’) yg menunjukkan bunyi
pembacaan huruf hidupnya. Tetapi tanda2 ini bukan asli dr Tuhan, nak. Itu
penambahan org, dan tidak mutlak benar.
Nama Allah dlm PL hanya
ditulis YHWH. Bgm bunyi huruf hidupnya? Musa dulu pasti tahu. Tetapi pd suatu
saat, org2 Yahudi menjadi takut mengucapkan nama keramat itu, dan setiap kali
bertemu nama itu dlm PL, mrk membacanya sbg ADONAY (= Tuhan). Setelah beberapa
ratus tahun, maka semua org yg tahu bgm membaca nama YHWH mati semua, shg
akhirnya tak ada yg tahu bgm membacanya! Paham, nak?
Makanya pd waktu Suhento
mengatakan manuscript yg pakai tanda2 yg menunjukkan bunyi huruf hidup, itu
adalah omong kosong. Itu ajaran yg
mendustai org! Tak ada manuscript yg pakai tanda2! Kalau yg pakai
tanda2 itu sudah yg cetakan, bukan lagi manuscript! Paham, nak? Dan Suhento yg
ngawur itu kasi tahu saya, dan saya hrs terima? Hehehe! Kalau kamu terbiasa
amin-kan kata2 pdt tolol tanpa memeriksa benar atau salahnya, baca Kis 17:11 yg
di atas kamu kutip!
Jadi jgn sok dg bilang ‘saya
lebih percaya alkitab’ dsb, nak, itu makin menunjukkan ketololanmu!
**************
17. Ia percaya semua bayi yang mati masuk
surga. Dasar Alkitab yang ia berikan adalah 1Raja 14:13 - “Seluruh Israel akan meratapi dia dan menguburkan dia, sebab hanya dialah
dari pada keluarga Yerobeam yang akan mendapat kubur, sebab di antara keluarga
Yerobeam hanya padanyalah terdapat sesuatu yang baik di mata TUHAN, Allah
Israel.”. Ia berkata anak
Yerobeam ini belum akil balik / dewasa dan karena itu Tuhan menemukan adanya
sesuatu yang baik dalam dirinya (ia belum punya dosa dari dirinya sendiri).
Tanggapan
Budi Asali:
Sangat
lucu, jadi dosa asal tak membuat Allah murka kepada seseorang. Kalau begitu
mengapa bayi bisa mati? Juga anak Yerobeam itu bukan bayi / anak kecil. Kata
Ibrani yang digunakan adalah NAAR, yang bisa berarti ‘boy’ (=
anak laki-laki) ataupun ‘youth’ (= pemuda). Karena itu anak
itu sudah pasti punya dosa dari dirinya sendiri. Kalau dikatakan Allah
mendapati sesuatu yang baik dalam dirinya maka itu pasti menunjukkan anak itu
sudah beriman, karena tanpa iman tidak mungkin seseorang bisa memperkenan
Tuhan.
Ibr
11:6a - “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah.”.
Mungkin
karena ia beriman maka ia tidak setuju dengan penyembahan berhala yang
dilakukan oleh ayahnya (Yerobeam), dan itulah hal yang baik yang ada pada anak
itu. Adanya hal yang baik ini pasti juga merupakan hasil pekerjaan Tuhan dan
kasih karuniaNya dalam diri anak itu, sehingga sekalipun ia dilahirkan dalam
keluarga yang brengsek, ia sendiri bisa beriman dan mempunyai kesalehan,
sehingga bisa memperkenan Tuhan.
Tanggapan Dji:
Semua dosa manusia (dosa seisi
dunia) telah ditanggung Tuhan Yesus ( I Yoh. 2:2 “Dan Ia adalah pendamaian
untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”),
tentu termasuk dosa bayi Yerobeam.
Tanggapan Budi Asali:
Jgn terlalu cepat artikan ayat
tanpa melihat kontext dan ayat lain dlm alkitab, nak! ‘Kita’ itu siapa, dan ‘dunia’ itu siapa?
Reformed tafsirkan: ‘kita’ = org Kristen Yahudi,
dan ‘dunia’ = orang2 pilihan di seluruh
dunia.
Jadi, tidak benar kalau Yesus mati utk dosa setiap individu dlm
dunia mulai Adam sampai kiamat.
Manusia yang belum akil balik
(setelah dewasa) berdosa atas keputusannya sendiri (jadi harus bertobat dan
percaya kepada Yesus Kristus yg telah menanggung semua dosanya).
Jadi, saya melihat Bapak Pdt.
Budi Asali, M. Div hanya bisa berkata
(tentang bayi Yerobeam masuk Sorga): “Mungkin.....karena ia beriman maka ia tidak setuju dengan
penyembahan berhala yang dilakukan oleh ayahnya (Yerobeam)”. Sekali lagi
Theologi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div menggunakan asumsi dan asumsi Mungkin (May be.....May be.....) dan
ini pun jika bayi di situ “dipaksa” diterjemahkan sudah dewasa (boy = anak
laki-laki).
Tanggapan Budi Asali:
Nulis kata ‘mungkin’ dlm
bahasa Inggris itu disambung, nak! Bukan ‘may be’, tetapi ‘maybe’! Kalau tak
becus bahasa Inggris jgn pakai bahasa Inggris, nak! Kalau Steven Liauw samakan
‘freewill’ dg ‘free will’, muridnya samakan ‘may be’ dg ‘maybe’! Memang murid
tak lebih dr gurunya!
Spt sdh saya katakan diatas,
kalau saya tidak pasti, saya tak mau sok pasti, spt yg Suhento lakukan. Dan
mengapa saya tidak pasti? Krn ayatnya memang tak menunjukkan dg jelas. Tetapi
pd waktu menafsirkan dg menghubungkannya dg ayat2 lain, khususnya dg Ibr 11:6
itu, maka kalau ada sesuatu dlm diri anak itu yg memperkenan Allah, ia pasti
org beriman. Cuma apa ‘sesuatu’ yg menyebabkan perkenan Allah itu, memang tak
disebutkan!
Saya sdh katakan bahwa kata
Ibrani yg digunakan adalah NAAR, yg bisa berarti anak kecil sampai pemuda
(youth). Sbg contoh, 42 anak2 yg mengejek Elisa (2Raja 2:23) dikutuk oleh
Elisa, shg dibunuh semuanya oleh beruang. Kata ‘anak’ di situ juga adalah kata
Ibrani yg sama, yaitu NAAR. Apakah Elisa gila shg mengutuk anak2 yg masih usia
2 thn, yg masih belum bisa dianggap bertanggung jawab atas perbuatannya, shg
mrk mati semua dibunuh beruang? Itu mustahil. Jadi, usia anak2 itu tentu sudah
cukup umur utk dianggap bertanggung jawab.
Yg jelas ajaran Suhento ttg
hal ini ngawur lagi!
*************
18. Dalam pengajaran, Suhento Liauw ini sering
memfitnah orang:
a)
Ia menunjukkan foto di koran, ada 4 orang, themanya kira-kira penyatuan /
penyamaan Kristen dengan Katolik. Lalu berkata: yang ini James Ryadi (memang
benar), yang ini Stephen Tong (ngawur, itu pasti bukan Stephen Tong). Lalu di
koran itu ditulis nama Sekolah Tinggi Theologia Reformed Injili Indonesia.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
saya protes dalam acara tanya jawab dan saya jelaskan: yang satu memang James
Ryadi, yang satu lagi Yakub Susabda, tetapi tak ada Stephen Tong, itu FITNAH! Dia agak malu, lalu
bilang kalau fotonya kabur jadi mirip Stephen Tong. Padahal fotonya nggak mirip
sama sekali dengan Stephen Tong! Dan kalau memang tidak tahu, lebih baik jangan
omong tentang kejelekan orang lain, atau itu harus dianggap sebagai FITNAH!
Tanggapan Dji:
Saya
sekali lagi MENYATAKAN RAGU dan INI TIDAK BISA DIPERCAYA atas
koment Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini, karena lihat saja pernyataannya di
atas: “Themanya kira-kira........(maaf,
saya ulangi: “Themanya kira-kira....”
)
Mengenai foto di koran itu memang
buram (tidak jelas siapa) dan itu memang koran tentang STT Reformed Injili
Indonesia, dan kata Dr. Suhento Liauw (ketika saya konfirmasi langsung dengan
beliau) beliau berkata: justru yang sebut “Stephen Tong” itu adalah audiens seminar, bukan Dr. Suhento Liauw yg
menyebutnya.
Setahu saya: Dr. Suhento Liauw
bukanlah tipe orang yg demikian (suka fitnah), apalagi seminar-seminar tersebut
biasanya ada direkam, jauhlah kiranya beliau berbuat demikian.
(untuk Bapak Pdt. Budi Asali, M.
Div ketahui, bahwa: Kami semua mengasihi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div, Bapak
James Ryadi, Bapak Stephen Tong yg luarbiasa tetap semangat, and we pray for them, we pray for all
Indonesian people)
Silahkan
pembaca yg menilai sendiri saja! Siapa
yg suka fitnah dan tanpa dasar Alkitab! Dan siapa yg mengasihi sesuai perintah
Tuhan!.
Tanggapan Budi Asali:
Bagian ini akan saya jawab
dalam file tersendiri, dg judul ‘Fitnah Suhento Liauw ttg Pdt. Stephen Tong’.
Baca di sini : http://www.pelangikasihministry2.blogspot.com/2012/06/fitnah-suhento-liauw-tentang-pdt.html
Baca di sini : http://www.pelangikasihministry2.blogspot.com/2012/06/fitnah-suhento-liauw-tentang-pdt.html
b)
Calvin / Calvinist ada jejak darah, dalam persoalan kematian Servetus. Lucu,
yang menghukum mati Servetus bukan Calvin, tetapi pengadilan! Orang gila ini
senang memfitnah!
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
fitnahan yang lazim dalam kalangan Arminian! Entah mereka tidak tahu sejarahnya
atau pura-pura tidak tahu, itu bukan urusan saya. Tetapi siapapun mau bicara
tentang kejelakan orang, ia harus tahu bahwa apa yang ia bicarakan itu pasti
benar. Kalau tidak, itu merupakan FITNAH!
Perlu
diketahui beberapa hal dalam persoalan penghukuman mati terhadap Servetus
dengan dibakar pada jaman Calvin:
1.
Servetus dihukum mati bukan karena dia anti Calvinisme, tetapi karena ia bukan
saja tak percaya pada doktrin Allah Tritunggal, tetapi lebih dari itu, ia
menghujatnya mati-matian dengan mengatakan hal itu sebagai ‘monster berkepala
tiga’ dsb sehingga menimbulkan kemarahan dari semua orang
Kristen dan bahkan Katolik di seluruh dunia.
2.
Calvin memang yang melaporkan dia kepada pemerintah / polisi pada waktu ia
secara berani mati muncul di Geneva. Tetapi yang menangkap, mengadili,
menjatuhkan hukuman mati dengan dibakar, dan melaksanakan hukuman mati itu
adalah pemerintah / pengadilan.
3.
Calvin justru memintakan keringanan supaya hukuman itu diubah dari dibakar
menjadi pemenggalan, tetapi permintaan Calvin ditolak oleh pengadilan.
Semua
cerita ini ada dalam buku sejarah dari Philip Schaff (orang ini ahli sejarah,
dan ia bukan Calvinist), dan itu bisa saya buktikan.
Philip Schaff: “if we consider Calvin’s course in the light of the
sixteenth century, we must come to the conclusion that he acted his part from a
strict sense of duty and in harmony with the public law and dominant sentiment
of his age, which justified the death penalty for heresy and blasphemy, and
abhorred toleration as involving indifference to truth Even Servetus admitted
the principle under which he suffered; for he said, that incorrigible obstinacy
and malice deserved death before God and men” - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 690.
Philip Schaff: “Calvin never changed his views or regretted his
conduct towards Servetus. Nine years after his execution he justified it in
self-defence against the reproaches of Baudouin (1562), saying: ‘Servetus
suffered the penalty due to his heresies, but was it by my will? Certainly his
arrogance destroyed him not less than his impiety. And what crime was it of
mine if our Council, at my exhortation, indeed, but in conformity with the opinion
of several Churches, took vengeance on his execrable blasphemies? Let Baudouin
abuse me as long as he will, provided that, by the judgment of Melanchthon,
posterity owes me a debt of gratitude for having purged the Church of so
pernicious a monster.’” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 690-691.
Philip Schaff: “Let us remember also that it was not simply a case of
fundamental heresy, but of horrid blasphemy, with which he had to deal. If he
was mistaken, if he misunderstood the real opinions of Servetus, that was an
error of judgment, and an error which all the Catholics and Protestants of that
age shared” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 691.
Philip Schaff: “It is not surprising that this book gave great offence
to Catholics and Protestants alike, and appeared to them blasphemous. Servetus
calls the Trinitarians tritheists and atheists. He frivolously asked such
questions as whether God had a spiritual wife or was without sex. He calls the
three gods of the Trinitarians a deception of the devil, yea (in his later
writings), a three-headed monster” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 718-719.
Philip Schaff: “Servetus charges the Reformed Christians of Geneva
that they had a gospel without a God, without true faith, without good works;
and that instead of the true God they worshipped a three-headed Cerberus” - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 731.
Catatan: Cerberus =
anjing berkepala tiga yang menjaga Hades dalam mitologi Romawi dan Yunani
(Webster’s New World Dictionary, College Edition).
Philip Schaff: “He calls all Trinitarians ‘tritheists’ and ‘atheists.’ They
have not one absolute God, but a three-parted, collective, composite God - that
is, an unthinkable, impossible God, which is no God at all. They worship three
idols of the demons, - a three-headed monster, like the Cerberus of the Greek
mythology. One of their gods is unbegotten, the second is begotten, the third
proceeding. One died, the other two did not die. Why is not the Spirit
begotten, and the Son proceeding? By distinguishing the Trinity in the abstract
from the three persons separately considered, they have even four gods. The
Talmud and the Koran, he thinks, are right in opposing such nonsense and
blasphemy” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 741-742.
Philip Schaff: “Shortly after the publication of the ‘Restitution,’
the fact was made known to the Roman Catholic authorities at Lyons through
Guillaume Trie, a native of Lyons and a convert from Romanism, residing at that
time in Geneva. He corresponded with a cousin at Lyons, by the name of Arneys,
a zealous Romanist, who tried to reconvert him to his religion, and reproached
the Church of Geneva with the want of discipline. On the 26th of February,
1553, he wrote to Arneys that in Geneva vice and blasphemy were punished, while
in France a dangerous heretic was tolerated, who deserved to be burned by Roman
Catholics as well as Protestants, who blasphemed the holy Trinity, called Jesus
Christ an idol, and the baptism of infants a diabolic invention. He gave his
name as Michael Servetus, who called himself at present Villeneuve, a
practising physician at Vienne. In confirmation he sent the first leaf of the
‘Restitution,’ and named the printer Balthasar Arnoullet at Vienne. This
letter, and two others of Trie which followed, look very much as if they had
been dictated or inspired by Calvin. Servetus held him responsible. But Calvin
denied the imputation as a calumny. At the same time he speaks rather lightly of
it, and thinks that it would not have been dishonorable to denounce so
dangerous a heretic to the proper authorities. He also frankly acknowledges
that he caused his arrest at Geneva. He could see no material difference in
principle between doing the same thing, indirectly, at Vienne and, directly, at
Geneva. He simply denies that he was the originator of the papal trial and of
the letter of Trie; but he does not deny that he furnished material for
evidence, which was quite well known and publicly made use of in the trial
where Servetus’s letters to Calvin are mentioned as pieces justificatives.
There can be no doubt that Trie, who describes himself as a comparatively
unlettered man, got his information about Servetus and his book from Calvin, or
his colleagues, either directly from conversation, or from pulpit
denunciations. We must acquit Calvin of direct agency, but we cannot free him
of indirect agency in this denunciation. Calvin’s indirect agency, in the
first, and his direct agency in the second arrest of Servetus admit of no
proper justification, and are due to an excess of zeal for orthodoxy” - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 757-759.
Philip Schaff: “The final responsibility of the condemnation,
therefore, rests with the Council of Geneva,
which would probably have acted otherwise, if it had not been strongly
influenced by the judgment of the Swiss Churches and the government of Bern. Calvin
conducted the theological part of the examination of the trial, but had no
direct influence upon the result. His theory was that the Church may
convict and denounce the heretic theologically, but thathis condemnation and
punishment is the exclusive function of the State, and that it is one of
its most sacred duties to punish attacks made on the Divine majesty. ‘From
the time Servetus was convicted of his heresy,’ says Calvin, ‘I have not
uttered a word about his punishment, as all honest men will bear witness; and I
challenge even the malignant to deny it if they can.’One thing only he did: he
expressed the wish for a mitigation of his punishment. And this humane
sentiment is almost the only good thing that can be recorded to his honor in
this painful trial” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 767-768.
Philip Schaff: “...
the wish of Calvin to substitute the sword for the fire was overruled” (=
... keinginan Calvin untuk menggantikan api dengan pedang ditolak) - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-782.
Philip Schaff: “The severest charge against him is blasphemy. Bullinger
remarked to a Pole that if Satan himself should come out of hell, he could use
no more blasphemous language against the Trinity than this Spaniard; and Peter Martyr, who was present, assented and said
that such a living son of the devil ought not to be tolerated anywhere. We
cannot even now read some of his sentences against the doctrine of the Trinity
without a shudder. Servetus lacked reverence and a decent regard for the most
sacred feelings and convictions of those who differed from him” - ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 781-788.
Tanggapan Dji:
Point b) di atas menurut saya itu
sudah bercampur-aduk antara
pernyataan Dr. Suhento Liauw dengan “kekesalan”
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri.
Hemat saya pernyataan Dr. Suhento
Liauw harusnya begini: (silahkan Pembaca
teliti dan cermat) Dr. Suhento Liauw: b) Calvin / Calvinist ada jejak darah,
dalam persoalan kematian servetus (titik).
Tetapi karena tidak sabar dan tidak teliti maka “bukti kekesalan” Bapak
Pdt. Budi Asali, M. Div ini menggabungkannya menjadi pernyataan Dr. Suhento
Liauw juga. (Mohon kerelaan hatinya untuk koreksi dan mengakuinya saja Pak? Ini
terlihat jelas kok?) (saya tidak mau “menuduh” Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div
melakukan Fitnah kpd Dr. Suhento Liauw, sekalipun buktinya ini sudah kuat) saya menganggap Bapak ini khilaf saja. Bahkan
karena terlalu tidak sabar dan tidak teliti (saya dapat memakluminya) Belum-belum sudah bilang “Lucu, yang
menghukum mati Servetus bukan Calvin, tetapi pengadilan! orang gila ini senang
memfitnah!” padahal bagian ini (“Lucu, yang menghukum mati Servetus
.....dan seterusnya... !”) harusnya ini masuk ke dalam bagian Tanggapan Budi Asali. Begitu toh Pak?.......
monggo ditanggapi..... tapi kalau tidak ditanggapi ya sudahlah...maklumkan sajalah......
(We love you brother.....)
Tanggapan Budi Asali:
Lagi2, mendapatkan kesalahan
penempatan sedikit saja sudah berkoar2 seakan2 kamu menemukan sst yg layak
mendapatkan hadiah nobel!
Oke, kita kembali ke
laptop....(versi Tukul “empat mata”)
Tanggapan untuk point:
1. Servetus
dihukum mati dalam zaman Calvin (tidak ada yg bisa membantahnya), Servetus
memang pengajar bidat (sesat) yg tidak percaya kepada doktrin Allah Tri
Tunggal. Tetapi seberapa sesat pun seorang
Servetus maka ia tidak layak mendapatkan hukuman mati. Orang Kristen Alkitabiah memandang perbedaan penafsiran dan perbedaan
kepercayaan / keyakinan agama sebagai sesuatu yang lazim dan umum. Orang
Kristen Alkitabiah tidak boleh memberikan
“stempel” tanda setuju Servetus atau “servetus-servetus lain” untuk
dihukum mati karena perbedaan doktrin/perbedaan keyakinan.
Tanggapan Budi Asali:
Dlm PL Tuhan suruh hukum mati
org sesat, tolol, dan kamu bilang itu ‘tidak layak’? Baca seluruh Ul 13! Jgn
beralasan itu jaman PL. Yg mengajar ajaran sesat, itu dosa, dan dosa upahnya
maut (Ro 6:23). Jadi kalau dlm jaman PB tak dihukum mati, itu krn jasa
penebusan Kristus maka Tuhan berbelas kasihan. Tetapi kalau bicara soal layak
atau tidak layak, saya yakin mutlak, bahwa pengajar sesat (dan semua pemfitnah!)
sangat layak dihukum mati!
Pembunuh layak dihukum mati
atau tidak? Kalau di Amerika biasanya pembunuh dihukum mati. Dlm jaman PL jg.
Padahal menyesatkanm org lebih hebat dosanya dp membunuh org. Krn menyesatkan =
membunuh secara rohani, dan memasukkan ke neraka org yg disesatkan!
Kamu tak mengerti alkitab,
makanya meremehkan penyesatan!
2. Bapak
Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri pun “mengakui” bahwa Calvin yg melaporkan
Servetus kepada polisi di Genewa. Walaupun memang pengadilan yg jatuhkan
hukuman mati, tetapi andil Calvin dalam melaporkan Servetus itu sudah menjadi bukti keterlibatan John
Calvin dalam kematian Servetus. Mudah dimengerti toh!.... Apalagi waktu itu
seorang John Calvin (tahun 1541-1564) sangat berpengaruh di Genewa.
Tanggapan Budi Asali:
Kalau negaranya Kristen, dan
hukum Kristen menyatakan bahwa penyesatan memang salah, bukan saja tak salah
melaporkan penyesat, tetapi itu justru mrpk ketaatan kpd pemerintah, dan itu
sesuai dg alkitab (Ro 13:1).
Terlibat, bukan berarti salah,
tolol! Terlibat bisa positif, bisa negatif.
3. “John
Calvin justru meminta keringanan untuk Servetus” (Faktanya: Permohonannya tidak dikabulkan dan Servetus mati
dibakar). Ini kedengaran sangat memprihatinkan. Apakah John Calvin benar-benar meminta keringanan untuk Servetus? (kini
tinggal tanda tanya saja?)
Tanggapan Budi Asali:
Hehehe, aku yakin kamu tak
mengerti bahasa Inggris, makanya banyak kutipanku di atas dr ahli sejarah top
Philip Schaff tidak kamu baca sama sekali. Padahal dr banyak kutipan itu, ada
satu yg aku terjemahkan, dan itu adalah yg berhubungan dg kata2mu ini! Aku
kutip ulang kata ahli sejarah itu!
Philip
Schaff: “... the wish of Calvin to substitute the
sword for the fire was overruled” (= ... keinginan Calvin untuk menggantikan api dengan pedang
ditolak) - ‘History of the Christian Church’, vol VIII,
hal 781-782.
Dan kalau kamu
menganggap kata ahli sejarah itu salah / tak bisa dipercaya, aku ingatkan dua
hal:
1. Schaff bukan seorang Calvinist!
2. Suhento
mengecam para pengikut Yahweh-isme yang tak mau terima kata2 dia yang mengutip
dari dictionary, encyclopedia dsb. Tanya kakek gurumu itu, kalau tak mau terima
kata2 ahli sejarah bgm????
*************
19. Kesan yang didapat adalah: ia anggap dan
nyatakan gerejanya sebagai ‘the only true church’, dan anjurkan orang pindah ke
gerejanya! Katolik, Kharismatik, Calvinist, tokoh-tokoh reformasi (Martin
Luther, Calvin, dsb), semua digempur.
Tanggapan
Budi Asali:
Saya
menganggap semua orang yang menganggap gerejanya sebagai ‘the only true
church’, sebagai orang-orang sesat. Saksi Yehuwa mempunyai pandangan seperti
itu, dan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh juga mempunyai kepercayaan seperti
itu, dan itu saya anggap sebagai salah satu bukti kesesatan mereka.
Saya
sering mengecam banyak pendeta dan gereja sebagai sesat, tetapi saya tidak
pernah punya anggapan / pemikiran / kepercayaan bahwa gereja saya adalah ‘the
only true church’!
Tanggapan Dji:
Point 19) Sekali lagi ini
terlihat lebih jelas “siapa yg ngawur”? Kesan
mestinya ditaruh pada bagian Tanggapan Budi Asali. Tapi yah kita
maklumkanlah..........
Adalah hal yg baik dan sah-sah
saja jika ada orang menganggap gerejanya yg paling benar daripada gereja orang
lain. Justru adalah aneh jika ada
gembala atau “pendeta” yg tidak yakin bahwa gerejanya paling benar! Perbedaan
keyakinan agama saja merupakan sesuatu yg lazim dan umum dalam dunia
keKristenan, apalagi perbedaan “keyakinan gerejanya paling benar!” ini mah hal
yg biasa.....
Tanggapan Budi Asali:
Hehehe, kamu tak punya
prestasi apa2, kecuali mempersoalkan penempatan kata2 yg salah? Kasihan deh lu!
Lagi2 menyimpang! Menganggap
gerejanya paling benar beda sama sekali dg menganggap gerejanya sbg ‘the only
true church’ (= satu2nya grj yg benar). Kamu nggak ngerti Inggris sama sekali
ya, nak????
Demikianlah tanggapan dari saya. Terima
kasih. Salam damai sejahtera buat kita semua dalam Tuhan Yesus Kristus. Segala
kemuliaan dan hormat hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus. Amin!
MARANATHA! MARANATHA!
MARANATHA!
More info: www.graphe-ministry.org
Dari:
Dji ji liong, S.E / Mahasiswa Graphe International Theological Seminary)
Tanggapan
Budi Asali:
Dg tulisan konyol itu
kamu cuma bisa memberi kemuliaan kpd setan, nak!
***************
nama : dex
BalasHapuskota: jayapura
tdk ada kasih pada tulisan berwarna merah. tulisan berwarna merah menempatkan posisinya sbagai orang pintar yang menyatakan kebodohan seseorang ntuk mempermalukan. km memalukan.., km sombong..
Memangnya kasih harus selamanya lembut?
HapusAms 27:6 : Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.
Apakah kalau seseorang memang bodoh lalu karena kita mengasihi dia harus mengatakan bahwa dia pintar> Bukannya lalu jadi munafik / berdusta? Paulus sendiri mengatakan bodoh kepada jemaat2 Galatia.
Gal 3:1 : Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu?
Jadi Paulus tidak punya kasih???
haizz pertama saya "kagum" dengan pdt budi asali karena bisa mematahkan saksi yehuwa, tapi setelah semakin membaca tulisan2nya yg menyerang tubuh Kristus, saya bener2 kecewa.
BalasHapusMemangnya kalau sesama tubuh Kristus tidak boleh diserang kalau memang ada kesalahan? Petrus dan Paulus itu sesama tubuh Kristus bukan? Tetapi ketika Petrus bersalah / bertindak munafik, Paulus justru menyerangnya di muka umum.
HapusGal 2:11-14 : (11) Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. (12) Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat.(13) Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia, sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. (14) Tetapi waktu kulihat, bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?"
Silahkan pikirkan sendiri.
@Anonim: haizz pertama saya "kagum" dengan pdt budi asali karena bisa mematahkan saksi yehuwa, tapi setelah semakin membaca tulisan2nya yg menyerang tubuh Kristus, saya bener2 kecewa.
Hapustanggapan saya: Maksud anda memberikan tanda (") pada kata kagum apa artinya?? saya heran anda kagum kepada pak budinya, bukan isi ajarannya yang begitu murni. Dan anda mengatakan kecewa dgn menyerang tubuh Kristus (saya rasa bukan menyerang tapi menyatakan yang benar dan meluruskan yang bengkok ajarannya dlm kekristenan jadi tidak ada yang salah) coba kamu lihat cara Yesus menegur Petrus yang salah pemikirannya Mat 16:23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Apakah kamu juga kecewa dengan Yesus berkata iblis kepada Petrus??? yang dalam kontex ayat 18 Petrus baru diberikan kepercayaan oleh Yesus bahwa diatas batu karang ini akan KUdirikan jemaat-KU.. lihat ayat dibawah ini
Heb 12:6 karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Heb 12:7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Heb 12:8 Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.
Rev 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Saya rasa tulisan pak budi yang ada dan kata2 yang keras adalah sebuah tindakan kasih agar suhento liauw, anak2nya dan mahasiswanya bertobat....
thanks pak Budi untuk Kebenaran FT yang bapak sampaikan, saya salut dan saya berharap ada banyak Hamba TUHAN yang berani seperti bapak, bahasa untuk mereka-mereka yang melakukan penyimpangan memang tidak perlu basa-basi.
BalasHapus