Oleh : Pdt. Esra Alfred Soru, S.Th
Doktrin "Sola Scriptura " (Hanya
Firman Allah saja) adalah salah satu doktrin atau semboyan yang populer pada
zaman reformasi Protestan di samping doktrin/semboyan lainnya seperti 'Sola
Gratia' (Hanya Anugerah) dan 'Sola Fide' (Hanya Iman). Doktrin ini
lahir sebagai reaksi terhadap banyak pemahaman dan praktek yang menyimpang yang
ada dalam gereja Roma Katolik saat itu. Beberapa di antaranya adalah :
1. Gereja Roma Katolik berpendapat bahwa
Alkitabjbukanlah untuk orang^awam sehingga orang awam dilarang untuk membaca,
bahkan untuk memiliki Alkitab. Di dalam Council of Valencia pada tahun 1229
dikatakan bahwa:
"Kami melarang juga
pemberian ijin kepada orang awam untuk memiliki buku-buku Perjanjian Lama dan
Baru, kecuali seseorang ingin, dari suatu perasaan untuk berbakti, untuk
mempunyai kitab Mazmur atau buku doa Roma Katolik untuk kebaktian / pelayanan
ilahi, atau saat-saat Maria yang terpuji. Tetapi kami dengan keras melarang
mereka untuk memiliki buku-buku tersebut di atas dalam bahasa kasar" (LoraineBoettner, 'Roman
Catholicism', hal 97).
Dari kata-kata ini jelas
bahwa orang awam dilarang memiliki Alkitab. Yang boleh dimiliki hanyalah kitab
Mazmur dan buku doa Roma Katolik, dan itupun tidak boleh dalam 'vulgar
tongue /bahasa kasar', maksudnya buku-buku itu haras ada dalam bahasa
Latin, yang jelas ada di luar jangkauan orang awam. Demikian juga hal ini
ditegaskan dalam Council of Trent. Paus Clement XI (tahun 1713) dalam Bull
Unigenitus, mengatakan :
"Kami dengan keras
melarang mereka (orang awam) untuk mempunyai buku-buku Perjanjian Lama dan Baru
dalam bahasa kasar / biasa " (Loraine Boettner, 'Roman
Catholicism', hal 98).
2. Dalam gereja Roma Katolik saat itu tradisi
diangkat sedemikian tinggi sehingga menyamai Alkitab. Yang disebut 'tradisi'
dalam ajaran Roma Katolik kitab-kitab Apocrypha, tulisan bapa-bapa gereja,
keputusan sidang-sidang gereja (council) dan keputusan-keputusan Paus.
Pada tahun 1545, sidang gereja di Trent menyatakan bahwa tradisi mempunyai
otoritas yang sama dengan Kitab Suci, tapi harus ditafsirkan oleh gereja. Para reformator sangat menentang hal ini. Mereka
berpendapat bahwa justru hal itu telah terbukti menghasilkan banyak kebobrokan
dalam kehidupan gereja. Gereja tidak lagi mempunyai pegangan. Firman Allah
sudah bergeser menjadi "opini manusia". Para
reformator juga meyakini bahwa Alkitab dapat dan memang sesungguhnya
menafsirkan dirinya sendiri dalam hati orang beriman. Alkitab adalah penafsir
bagi Alkitab sendiri, Scriptura sui ipsius interpres, sebagaimana
dikemukakan oleh Luther. Jadi, kita tidak perlu Paus atau konsili untuk
memberitahu apa arti perkataan Alkitab. Apa yang dikatakan oleh para reformator
ini jelas berarti menantang pernyataan kepausan atau pernyataan konsili dan
menunjukkan bahwa mereka tidak benar dan menuntut orang beriman untuk tidak
menuruti mereka. Alkitab adalah satu-satunya sumber di mana orang
berdosa bisa mendapatkan pengetahuan yang benar tentang Allah dan kebaikan.
Alkitab juga merupakan satu-satunya hakim Gereja segala zaman demi nama
Tuhan. Sesungguhnya Allah yang hidup berbicara langsung kepada umat-Nya dengan
penuh otoritas mclalui setiap halaman Alkitab. Sola Scriptura!! Hanya Alkitab
saja!!! Hanya Alkilab yang menjadi dasar kehidupan dan ajaran gereja.
Demikianlah lalar belakang munculnya doktrin
Sola Scriptura. Intinya adalah para reformator menginginkun gereja "back
to the bible " (kembali pada Alkitab).
Mengapa Hanya Alkitab ?
Memikirkan doktrin
Sola Scriptura, masuk akal kalau kita bertanya mengapa hanya Alkitab saja yang
menjadi dasar hidup dan ajaran orang Kristen ? Jawabannya jelas karena Alkitab
adalah Firman Allah sendiri. Alkitab adalah wahyu Allah atau penyataan diri
Allah secara khusus di samping Yesus Kristus dan karenanya maka Allah dapat
dikenal secara lebih lengkap lewat Alkitab dan hanya lewat Alkitab saja. Karena
itulah maka Alkitab dan hanya Alkitab yang harus menjadi dasar dari kehidupan
dan pengajaran gereja. Lalu kalau demikian, apakah tradisi harus dibuang?
Apakah pengalaman harus dibuang? Apakah rasio harus dibuang? Tentu tidak! Itu
semua tetap dipakai tetapi Alkitab adalah sumber yang pertama dan utama dan
karenanya ketiga hal yang lain (rasio, tradisi dan pengalaman) harus
berpusatkan pada Alkitab. Kita bisa menerima sebuah tradisi sepanjang itu cocok
dengan kata Alkitab, kita bisa menerima sebuah penalaran rasio sepanjang itu
tidak bertentangan dengan Alkitab dan kita juga bisa menerima sebuah pengalaman
sepanjang itu selaras dengan yang diajarkan Alkitab. Jika tradisi, rasio dan
pengalaman itu bertentangan dengan Alkitab maka ketiganya harus dibuang dan
kita hanya berpijak kepada apa yang dikatakan Alkitab. Millard J. Erickson berkata:
"Bila Alkitab
dijadikan sumber utama dari pemahaman teologis kita, maka kita tidak
mengesampingkan semua sumber lainnya sama sekali...akan tetapi sumber-sumber
masukan lainnya itu tidaklah sepenting Alkitab. (Teologi Kristen; Vol.1; 1999:43).
Inilah Sola Scriptura!!!
Dasar Alkitabiahnya ?
Jika semua
pengajaran Kristen harus berdasarkan Alkitab, lalu adakah dasar Alkitabiah bagi
doktrin Sola Scriptura itu? Gereja Katolik menolak doktrin Sola Scriptura ini
dengan berbagai alasan, salah satunya adalah bahwa toh tidak ada dasar
Alkitabiah bagi doktrin Sola Scriptura sehingga doktrin Sola Scriptura
sebenarnya adalah sebuah inkonsistensi saja. Benarkah demikian ? Tentu tidak!
Di dalam Yes 8:20 dikatakan :
"'Carilah pengajaran
dan kesaksianl' Siapa yang tidak berbicara SESUAI DENGAN PERKATAAN ITU, maka baginya tidak
terbit fajar".
Jelas
bahwa pengajaran dan kesakisian
harus berdasarkan Kitab Suci. Juga Yesus dan rasul-rasul, yang dalam setiap
pengajaran selalu menggunakan Kitab Suci. Di dalam Kis 17:11 dikatakan :
"Orang-orang Yahndi
di kota itu
lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka
menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki
Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian "?
Orang-orang Yahudi ini
dikatakan lebih baik hatinya (seharusnya 'lebih mulia') dari orang-orang Yahudi
di Tesalonika, karena mereka mengecek khotbah/ajaran rasul Paulus dengan
menggunakan Kitab Suci! Juga dalam 2 Tim 3:16 dikatakan :
"Segala tulisan yang diilhamkan
Allah memang
bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran ".
Yang saya garis-bawahi
terjemahannya kurang tepat. Bandingkan dengan NASB yang menerjemahkan 'All
Scripture is inspired by God'. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci
adalah dasar ajaran.
Kecenderungan Modern : Pengalaman VS Kitab
Suci.
Kita sudah
melihat latar belakang munculnya doktrin Sola Scriptura yakni sebuah
penentangan terhadap diangkatnya tradisi menjadi setara dengan Alkitab dalam
pengajaran gereja. Tentu kita membutuhkan lebih banyak halaman untuk membahas
pandangan Alkitab tentang tradisi dan karenanya tidak mungkin hal itu dibahas
di sini. Saya hanya mengangkat satu hal saja yang menurut saya menjadi
kecenderungan dalam kekristenan modern saat ini yang bertentangan dengan doktrin
Sola Scriptura yakni pengalaman. Maksud saya adalah, jika dulu doktrin Sola
Scriptura bertabrakan dengan tradisi dari Roma Katolik, justru sekarang ini
doktrin ini bertabrakan dengan doktrin Kharismatik tentang
pengalaman-pengalaman rohani dari orang percaya.
Satu hal
yang sangat menonjol dalam ajaran gerakan Kharismatik modern adalah bahwa
ajaran mereka didasarkan pada 'Kitab Suci + pengalaman'. Itulah sebabnya dalam
gerakan ini seringkali kita mendengar adanya kesaksian-kesaksian atau
pengalaman-pengalaman yang aneh-aneh, seperti kesaksian seseorang yang melihat
Tuhan dalam acara televisi. Yang dimaksud bukannya ada film dalam TV dan Tuhan
menggunakan film itu untuk berbicara kepadanya. Tetapi maksudnya adalah bahwa
Tuhan tiba-tiba muncul dalam acara TV untuk menggantikan acara TV yang ada saat
itu dan berbicara kepadanya. Orang lain memberikan kesaksian bahwa ia berhasil
mengajar anjingnya memuji Tuhan dengan suatu unknown bark (= salakan /
gonggongan yang tidak dikenal). Yang lain bersaksi bahwa ia mengalami kematian,
pergi ke surga dan neraka, lalu kembali ke bumi dan hidup lagi. Yang lain lagi
berkata bahwa ia berulang-ulang melihat Yesus pada waktu ia sedang berkhotbah.
Bahkan ada seorang pengkhotbah yang mengaku bahwa ia diajar langsung oleh Tuhan
selama 40 hari dan 40 malam tentang arti dari seluruh Kitab Suci. Cerita-cerita
yang aneh-aneh seperti itu diterima dengan mudah oleh kebanyakan orang
Kharismatik tanpa memeriksa/menguji dahulu apakah pengalaman-pengalaman
itu sesuai dengan Kitab Suci atau tidak. Padahal Kitab Suci dengan jelas
menyuruh kita untuk menguji hal-hal seperti itu (bdk. I Tes 5:21; l Yoh 4:1).
1 Tes 5:21 : "Ujilah segala
sesuatu danpeganglah yang baik".
1 Yoh 4:1 : "Saudara-saudaraku
yang kekasih, janganlahpercaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu,
apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah
muncul dan pergi ke seluruh dunia ".
Kesaksian-kesaksian dan
praktek-praktek seperti jelas bertentangan dengan Kitab Suci dan doktrin Sola
Scriptura yang diteriakkan para reformator. Menariknya adalah bahwa dalam
kalangan Kharismatik, pengalaman-pengalaman seperti ini justai sering lebih
diutamakan/ dipentingkan dari Kitab Suci. Seorang Kharismatik berkata: "Aku
tidak peduli apa yang dikatakan oleh Kitab Suci. Aku mempunyai
pengalaman!". Sekalipun tidak semua orang Kharismatik mempunyai
pandangan seperti itu, tetapi ada banyak dari mereka yang mementingkan
pengalamannya lebih dari Kitab Suci. Kalau mereka menceritakan pengalamannya,
dan kita lalu mendebatnya dan menunjukkan bahwa pengalaman itu tidak sesuai
dengan Kitab Suci,
maka reaksi yang sering muncul adalah: "Pokoknya aku mengalami hal itu!"
Bukankah ini menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan pengalamannya dari
Kitab Suci ? Ini adalah sesuatu yang berbahaya, karena pengalaman bisa
diberikan oleh setan! Pdt. Budi Asali mengatakan :
“Banyak orang Kharismatik
yang bahkan lebih menekankan ajaran-ajaran yang mereka dapatkan melalui nubuat,
bahasa Roh, penglihatan, pendengaran dsb, daripada Kitab Suci/Firman Tuhan
sendiri. Banyak orang Kharismatik, yang kalau ingin mengetahui kehendak Tuhan, bukannya
mencari / mempelajarinya dalam Kitab Suci, tetapi meminta Tuhan memberinya
petunjuk melalui nubuat, penglihatan, dsb (Exodus
paper).
Bandingkan ini dengan
kata-kata John F. Mac Arthur, Jr :
"Bukannya memeriksa
pengalaman seseorang dengan keabsahan Alkitab, kaum kharismatik mencoba
mengambil Alkitab untuk dicocokkan dengan pengalaman itu atau, bila gagal, ia
akan mengabaikan Alkitabnya begitu saja. Seorang penganut Kharismatik menulis
pada sampul Alkitabnya : "Saya takpeduli apa kata Alkitab, pokoknya saya
telah mendapat suatu pengalaman! (Apakah
Kharismatik Itu?; hal.
63)
Jelas pengalaman rohani lebih
diutamakan daripada Kitab Suci. Contoh dari hal-hal semacam ini seperti yang
dilakukan oleh Pdt. Yesaya Pariadji. Dalam pengajarannya tentang baptisan, ia
mengatakan :
"Biarlah pada saat
inijuga saya dilempar ke api neraka, bila Tuhan Yesus tidak mengajar saya,
bahwa manusia harus dibaptis selam. (Majalah
Tiberias, Edisi V
/Tahun II: 38).
Ia juga berkata :
"Gereja Tiberias
telah membaptis + 40.000jiwa. Sayajamin, saya langsung diajari Tuhan
Yesus baptisan selam minimal 4 kalipelajaran. Biar mulut saya dijahit dan saya
dilempar ke neraka bila saya tidak berkali-kali masuk alam roh, bertemu Tuhan
Yesus dan saya diajari bagaimana untuk membaptis selam. Dibaptis selam adalah
anda diciptakan kembali yang segambar dan serupa Allah yang penuh kuasa dan
penuh mujizat (Kej 1:26-28). Baptis harus selam karena saya sudah berdoa dan
bertanya, dan langsung dijawab. Dan saya diajari Tuhan bagaimana untuk
membaptis selam. (Warta Jemaat GBI
Tiberias tanggal 11
September 2002 : 2 - di Graha SA Surabaya ).
Jelas terlihat bahwa Pdt.
Pariadji tidak mendasarkan ajarannya tentang baptisan dari Kitab Suci melainkan
dari pengalamannya di dalam dunia roh. Ia jelas lebih mementingkan
pengalamannya daripada Kitab Suci. Celakanya adalah banyak ajaran Pdt. Pariadji
yang dihasilkan dari pengalaman itu banyak bertentangan dengan Kitab Suci.
Pengalaman Pdt. Pariadji hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak hal yang
sama di dalam gereja Kristen saat ini. Ini adalah bahaya bagi kekristenan !
Sebagaimana saya katakan di atas, jika Alkitab adalah Firman Tuhan maka Alkitab
harus menjadi dasar utama dari segala perilaku dan pengajaran orang
Kristen/gereja. Jadi, semua bentuk pengalaman orang percaya harus berdasarkan
Alkitab (Sola Scriptura). Jika pengalaman bertentangan dengan Alkitab maka
pengalaman harus ditolak. Dr. Stephen Tong berkata :
“Prinsip utama dalam
pembahasan seluruh tema Alkitab adalah : kebenaran lebih penting daripada
segala jenis pengalaman; kebenaran lebih mutlak daripada pengalaman; dan
kebenaran lebih tinggi daripada pengalaman. Oleh karena itu berdasarkan prinsip
di atas : (1) Kebenaran harus memimpin pengalaman (2) Kebenaran harus menguji
pengalaman (3) Kebenaran harus menghakimipengalaman. (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3).
Beliau melanjutkan :
'Jikalau pengalaman kita
ternyata berbeda dengan prinsip Alkitab, apakah yang harus kita perbuat ?
Apakah kita sedemikian mendntai pengalaman yang telah kita alami sehingga
akhirnya kita mengorbankan kebenaran ? Ataukah kita sedemikian menyayangi pengalaman
itu; tidak mau menerima kesalahannya kemudian mencari ayat-ayat Alkitab yang
mendukung, sehingga ayat-ayat yang tidak relevan itu dipaksa untuk menyetujui pengalaman
kita ? (Baptisan & Karunia Roh Kudus; hal. 3).
Jadi di atas semuanya, Alkitab
harus merupakan dasar pengajaran gereja/orang Kristen. Dengan cara demikian
maka Alkitab memiliki otoritas yang mutlak dalam kehidupan kita sebagai orang
percaya. Sola Scriptura !!!
Emang, apa salahnya dengan menafsirkan alkitab oleh para Bapa Gereja?? Bukankah dngan mengatakan "Sola Scriptura" sendiri sudah menafsirkan?? kok jd absurd dan sedangkal itu rasanya pemikiran kita??
BalasHapusYang jadi persoalan bukan masalah menafsirkan tetapi masalah sumbernya. Jadi yang menajdi sumber ajaran gereja harus alkitab. dan alkitab perlu ditafsirkan secara benar. Kalau menafsir secara salah itu sudah masalah lain tetapi dasar ajaran harus alkitab. Jangan di luar alkitab. Silahkan baca 2 Tim 3:16 dan Kis 17:11.
HapusPengalaman pribadi tentang masuk alam roh dan menerima pengajaran langsung dari Yesus tentang ini atau itu, tidak dapat dijadikan sebagai dasar ajaran. Orang yang suka 'bermimpi' tidak dapat mendasarkan ajarannya hanya pada mimpi....
BalasHapusya setuju!
HapusApakah teman-teman yang mendasarkan diri pada ajaran 'Sola Scriptura' juga percaya akan Allah Tritunggal Mahakudus atau Trinitas? Kalau 'Ya' coba tunjukkan di mana di dalam alkitab tertulis kata-kata itu?
BalasHapusYa kami percaya. Kata tritunggal memang tidak ada tapi ajarannya jelas ada. Itu hasil kesimpulan dari seluruh data alkitab. Yg dipersoalkan adalah esensinya bukan istilahnya.
BalasHapusSola scriptura itu tertulis di Kitab Suci bagian mana? Soalnya di 2 Tes 2: 15 tertulis "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Lisan dan tertulis itu berarti juga Tradisi dan Kitab Suci seperti di Gereja Katolik itu kan? Ini kedengarannya malah "lebih sola scriptura" dari pada Sola Scriptura yang jadi semboyan Gereja Protestan. Terima kasih.
BalasHapusAjaran Sola Scriptura itu tertulis di Alkitab bagian mana ya? Dalam 2 Tes 2 : 15 kan tertulis: "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Lisan itu tradisi, tertulis itu Alkitab. Jadi bukan sola scriptura dong? Btw...kalau menerima Alkitab dan juga tradisi, malah "Lebih Sola Scriptura" daripada sola scripturanya Gereja Protestan. Terima kasih. Adi (Yogya)
BalasHapus