By.
Pdt. Budi Asali, M. Div
Bahan PA GKIN “REVIVAL” (28 Maret 2012)
II) CIRI-CIRI DARI NABI PALSU / PENGAJAR SESAT.
1) Buah yang tidak baik. (Baca di part 1)
2) Nubuat yang meleset. (Baca di part 2)
3) Pengajaran yang sesat.
a)
Dasar kepercayaan / ajaran / prakteknya.
1.
Mengajar tanpa Kitab Suci.
2. Mengajar menggunakan sesuatu yang lain
sebagai dasar ajaran; dengan kata lain, mereka menambahi Kitab Suci.
3.
Nabi palsu juga bisa mengurangi Kitab
Suci.
4. Nabi palsu bisa mengajarkan berdasarkan
ayat-ayat Kitab Suci, tetapi yang mereka tafsirkan secara kacau.
Beberapa
point hermeneutics yang umum :
·
Suatu ayat harus ditafsirkan dengan
memperhatikan semua ayat lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan ayat
itu. Jadi, tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga menabrak ayat lain.
Misalnya :
§ Karena
Abraham beriman dan kaya, maka orang Kristen yang beriman dan taat juga HARUS
kaya. Ini jelas bertentangan dengan banyak ayat yang menunjukkan bahwa
rasul-rasul tidak kaya (Kis 3:6), dan jemaat abad pertama banyak sekali yang
sangat miskin (2Kor 8:1).
Kis
3:6 - Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku,
tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang
Nazaret itu, berjalanlah!"
2
Kor 8:2 - Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita
mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka
kaya dalam kemurahan.
§
Banyak
orang yang menggunakan ayat-ayat seperti Mat 7:7; Mark 11:23-24; Yoh 15:7b
untuk mengajarkan bahwa asal kita betul-betul berdoa dengan iman, maka Tuhan
pasti akan mengabulkan semua permintaan kita, apapun adanya permintaan itu.
Mat
7:7 - "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Mark
11:23-24 – (23) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada
gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang
hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal
itu akan terjadi baginya. (24) Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja
yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal
itu akan diberikan kepadamu.
Yoh
15:7 - Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah
apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Tetapi penafsiran ini
dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat seperti:
Mat
7:11 - Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik
kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Ayat ini mengatakan
bahwa Tuhan hanya memberi yang baik kepada kita. Jelas bahwa yang
dimaksud ‘baik’ adalah dari sudut Tuhan, bukan dari sudut kita.
1 Yoh 5:14 - Dan
inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita,
jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Bandingkan dengan
Mat 6:10 dan Mat 26:39b di mana Yesus mengajar kita supaya
menundukkan doa kita kepada kehendak Allah.
2 Kor 12:7-9 – (7) “….maka
aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan
Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal
itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis
itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi
sempurna." …”
Jadi ayat ini menunjukkan
bahwa orang seperti rasul Pauluspun doanya bisa tidak dikabulkan.
§ Banyak
orang berdasarkan Mat 19:6 dan Mal 2:16 mengatakan bahwa orang Kristen mutlak
tidak boleh bercerai.
Mat 19:6 - Demikianlah
mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Mal 2:16 - Sebab Aku
membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel…”
Tetapi penafsiran ini
dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat seperti Mat 5:32 dan Mat 19:9
yang mengatakan secara jelas bahwa ada satu keadaan di mana seorang Kristen
boleh menceraikan pasangannya, yaitu kalau pasangannya berzinah (perzinahan
fisik). Bdk. Yer 3:8.
Mat 5:32 - Tetapi Aku
berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena
zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.
Mat 19:9 - Tetapi Aku
berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah,
lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."
Yer 3:8 - Dilihatnya,
bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel,
perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; …”
§
dll.
·
Suatu ayat harus ditafsirkan dengan
memperhatikan konteks dari ayat itu.
Misalnya :
§ Paulus
mengucap syukur karena ia berbahasa roh lebih dari semua jemaat Korintus.
1Kor 14:18
- “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku
berkata2 dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua”.
Karena
itu lalu dikatakan bahwa bahasa Roh itu merupakan suatu karunia yang hebat dan
harus dicari / diusahakan. Padahal dalam seluruh 1Kor 14, Paulus
membandingkan karunia bernubuat dengan karunia bahasa Roh, dan ia meninggikan
karunia bernubuat dan merendahkan karunia bahasa Roh! Kalau tidak percaya, baca
sendiri seluruh 1Kor 14! Bagaimana dalam konteks seperti itu, tahu-tahu ayat 18
nya diartikan bahwa karunia bahasa Roh itu hebat dan harus dicari, merupakan
suatu penafsiran yang keluar dari konteksnya!
§ Banyak orang menggunakan
Mat 10:19-20 untuk mengatakan bahwa kalau pendeta mau berkhotbah ia tidak
perlu mempersiapkan khotbah, karena Tuhan berjanji akan memberikan pimpinan
dalam berkhotbah.
Mat 10:19-20 – (19)
Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan
akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan
kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang
berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Ini merupakan
penafsiran yang out of context, karena kalau kita membaca
Mat 10:17-18 maka kita akan melihat dengan jelas bahwa janji itu diberikan
oleh Tuhan pada saat kita ditangkap dan diadili karena iman kita kepada Yesus.
Jadi jelas bahwa janji ini tak berlaku untuk pendeta yang mau berkhotbah dalam
kebaktian biasa.
· Suatu kata yang merupakan simbol tidak
boleh dihurufiahkan, dan sebaliknya, yang berarti hurufiah tidak boleh dianggap
sebagai simbol.
Mat 16:5-12
- “(5) Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang
danau, mereka lupa membawa roti. (6) Yesus berkata kepada mereka:
‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ (7)
Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: ‘Itu
dikatakanNya karena kita tidak membawa roti.’ (8) Dan ketika Yesus mengetahui
apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: ‘Mengapa kamu memperbincangkan soal
tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! (9) Belum juga kamu
mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti
untuk lima ribu
orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (10) Ataupun akan
tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian?
(11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan.
Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ (12)
Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksudNya supaya mereka waspada
terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”.
Contoh
kesalahan seperti ini adalah pada waktu kasut Musa (Kel 3:5) ditafsirkan
sebagai dosa. Jadi, mereka berkata bahwa kalau mau mendekati Tuhan harus
membuang dosa. Pikirkan: apakah waktu Musa meninggalkan tempat itu, kasutnya
ditinggal atau dipakai lagi? Jadi, waktu meninggalkan Tuhan, dosa boleh diambil
kembali? Juga, mengapa ditafsirkan sebagai dosa. Apa dasarnya? Bagaimana kalau
ditafsirkan sebagai istri? Jelas bahwa kasut di sini mempunyai arti hurufiah,
dan sama sekali bukan simbol apa-apa!
·
Suatu cerita sejarah tak boleh dianggap
sebagai hukum / rumus / norma.
Ini
banyak contohnya seperti:
§ Rasul-rasul
berbahasa Roh dalam Kis 2.
§ Yesus
dibaptis selam (Mat 3:16).
§ Abraham,
Ayub kaya.
§ Orang-orang
sakit disembuhkan oleh Yesus.
§ Orang-orang
yang mengalami mujizat.
a. Nabi-nabi palsu bisa pura-pura mengerti
bahasa asli Kitab Suci, dan lalu dengan menggunakan bahasa asli itu, mereka
memutar-balikkan arti dari ayat-ayat Kitab Suci.
Contoh:
Frans Donald.
Dalam
buku ‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’, hal 45-46, ia berkata sebagai berikut:
“Yohanes 1:1 ‘Pada mulanya adalah Firman,
Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.’ ... Ada perbedaan makna yang
sangat fatal jika kita telah meneliti makna yang sebenarnya dari aspek tata
bahasa. Perhatikan bahwa dalam ayat tersebut di atas kata THEOS ada yang
dilekati kata sandang TON, sementara ada yang berdiri sendiri. Secara tata
bahasa, dilekati kata sandang berarti kata THEOS mengacu kepada satu hal yang
pasti. Sama seperti the
dalam bahasa Inggris. Sementara, kata
THEOS yang tidak memperoleh kata sandang cenderung dimaknai sebagai kata sifat.
Jadi, TON THEOS (dengan kata sandang) berarti ‘Sang Allah’, sedangkan THEOS (tanpa kata sandang) berarti
‘sifat ilahi’. Seperti istilah si hitam tidak sama dengan hitam, begitu
juga TON THEOS berbeda dari THEOS. Yang pertama adalah kata benda, yang kedua
adalah kata sifat. Maka menurut Penulis, terjemahan yang tepat untuk
Yohanes 1:1 yaitu: Pada mulanya adalah Firman, Sang Firman itu bersama-sama
dengan Sang Allah (TON THEOS) dan Sang Firman bersifat ilahi (THEOS)”.
Dalam
perdebatan terbuka (kalau tak salah debat ke 6 atau ke 7), saya pernah
menyerang illustrasi yang mereka pakai ini, yang pada waktu itu dimunculkan
dalam debat oleh Benny. Cuma ia menggunakan bukan hitam / si hitam, tetapi
kecil dan si kecil. Saya katakan: terus terang waktu saya pertama membaca buku
Frans tentang si hitam dan hitam itu saya kaget. Saya pikir: kok bisa? Tetapi
saya yakin mesti ada yang salah, dan lalu saya pikirkan berhari-hari. Akhirnya
saya mendapatkan jawabannya. Saya tahu di mana kesalahan dari illustrasi itu.
Ia memilih kata ‘hitam’ yang memang
adalah kata sifat. Waktu ditambahi ‘si’ maka berubah menjadi kata benda
(ini juga terjadi dalam bahasa Inggris, misalnya ‘dead’ dan ‘the dead’).
Waktu ‘si’ itu dibuang, tentu kembali menjadi kata sifat. Tetapi ilustrasi
itu tidak cocok sama sekali, karena kata THEOS yang dibicarakan dalam Yoh 1:1
itu bukanlah kata sifat tetapi kata benda. Jadi, ilustrasinya harus kata
benda. Misalnya kita gunakan kata ‘raja’, maka
tak terlalu ada perbedaan antara ‘raja’ dan ‘sang raja’. Pakai kata sandang
atau tidak, keduanya tetap kata benda.
Mereka
sama sekali tak bisa menjawab serangan ini, dan mengalihkan pembicaraan pada
hal lain. Tetapi anehnya, lalu muncul buku baru dari Frans Donald, berjudul
‘Menjawab Doktrin Tritunggal’. Dan dalam buku baru ‘Menjawab Doktrin
Tritunggal’ itu, hal 4-6, tentang ayat yang sama ia berkata sebagai berikut:
“Di bahasa Yunaninya, untuk ‘allah’ pada frase b)
dan frase c) tertulis berbeda: ‘TON THEOS’ dan ‘THEOS’. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak.
Dengan kata sandang dan tanpa kata sandang tentu keduanya memiliki kandungan
makna yang bisa berbeda. Tampaknya bahasa
Yunani ‘THEOS’ bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata
sifat. ‘TON’ adalah kata sandang. Jadi ‘TON THEOS’ (di Yohanes 1:1b)
berarti The
God atau Sang Allah, mengacu pada Allah sejati. Akan
tetapi, tanpa kata sandang ‘TON’ maka
‘THEOS’ (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu allah atau keilahian atau ‘sifat
ilahi’ (a god / divine).
Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti ‘si manis’ tidak sama artinya
dengan ‘manis’. Tambahan kata sandang ‘si’ membuat ‘si manis’ bermakna sebagai
kata benda, tetapi tanpa ‘si’ maka ‘manis’ mengacu pada kata sifat”.
Beberapa
hal yang ingin saya kemukakan :
a. Orang ini
jelas sekali sama sekali tak mengerti bahasa Yunani. Dari mana tahunya? Dari
penggunaan kata Yunani TON THEOS berulang kali. Dalam bahasa Yunani tidak ada
TON THEOS. Yang ada adalah HO THEOS atau TON THEON. Dalam bahasa Yunani kata
benda berubah-ubah bentuknya tergantung tempatnya / posisinya dalam kalimat (case
/ kasusnya). Dan kata sandangnya juga berubah mengikuti perubahan kata
bendanya.
b. Illustrasi
tentang si hitam / hitam, jelas tak berbeda dengan ilustrasi tentang manis / si
manis, yang sudah saya buktikan salah, dan tidak bisa dia / mereka jawab,
tetapi ternyata tetap dipakai dalam buku yang baru. Itu berarti orang brengsek
yang terkutuk ini melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja!
c. Dalam buku
barunya ia menambahkan kata-kata yang sangat kurang ajar dan lagi-lagi
membuktikan penyesatan secara sengaja. Yaitu kata-kata yang saya beri garis
bawah ganda: “Tampaknya
bahasa Yunani ‘THEOS’ bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai
kata sifat”.
Mengatakan bahwa kata THEOS bisa bermakna sebagai kata sifat merupakan omong
kosong, dusta, penipuan, dan penyesatan sengaja! THEOS adalah kata benda, bukan
kata sifat. Kata sifatnya adalah THEIOS (= divine /
ilahi).
d. Kalau
memang menjadi kata sifat, mengapa lalu ada kemungkinan diartikan sebagai ‘suatu allah’ atau ‘keilahian’?
Bukankah keduanya adalah kata benda?
Jadi,
hati-hati dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Yunani. Bukan berarti
bahwa semua yang menafsir menggunakan bahasa Yunani adalah nabi palsu. Tetapi
nabi-nabi palsu sering membohongi jemaat / pembaca dengan menggunakan bahasa
asli, karena mereka tahu bahwa jemaat toh tidak akan tahu kalau dibohongi!
b) Isi
ajarannya.
Ul 13:1-3 - “(1)
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang
tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah
engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu,
mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”.
2Pet 2:1 - “Sebagaimana
nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di
antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka
akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka
akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan
demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Gal 1:6-9 - “(6)
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih
karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya
ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil
Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil
yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah
dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali
lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah
dia”.
1
Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak
nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah
kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah
datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah.
Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia
akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.
2
Yoh 7-11 - “(7) Sebab banyak
penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.
Itu adalah si penyesat dan antikristus. (8) Waspadalah, supaya kamu jangan
kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu
sepenuhnya. (9) Setiap orang yang
tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ,
tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki
Bapa maupun Anak. (10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah
kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab
barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang
jahat”.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Dari Ul
13:1-3 di atas terlihat bahwa adalah mungkin seseorang bisa melakukan tanda /
mujizat, tetapi ajarannya sesat.
Tadi
dalam Ul 18:22 tadi kita melihat bahwa kalau seorang nabi bernubuat dan
nubuatnya meleset (biarpun hanya 1 x), maka itu menunjukkan bahwa ia adalah
nabi palsu. Sekarang, dalam Ul 13:1-3 dikatakan bahwa kalaupun nabi itu
menubuatkan tanda / mujijat, yang lalu terjadi dengan tepat, itu belum bisa
dijadikan jaminan bahwa itu adalah nabi asli. Masih ada lagi yang diperiksa,
yaitu ajarannya. Biarpun nubuatnya terjadi, tetapi kalau ajarannya sesat, maka
ia tetap adalah nabi palsu.
Bdk.
Mat 7:22-23 - “(22)
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang
kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari
padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Perhatikan
bahwa orang-orang dalam Mat 7:22 ini bernubuat, melakukan mujijat, dan
mengusir setan, dan semuanya dilakukan dalam nama Yesus! Tetapi ternyata
pada akhir jaman, Yesus berkata bahwa Ia TIDAK PERNAH mengenal mereka
(Mat 7:23). Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang itu adalah nabi-nabi
palsu!
Contoh:
Yesaya Pariaji melakukan banyak mujijat, tetapi ia mengajarkan keselamatan
karena perbuatan baik, ia menyembuhkan menggunakan minyak urapan, Perjamuan
Kudus, baptisan, dan sebagainya. Ini semua dari Kitab Suci bagian mana? Bukan
saja tak ada dasar Kitab Sucinya, tetapi bahkan bertentangan dengan Kitab Suci.
Karena itu, saya tidak ragu-ragu menyebutnya sebagai nabi palsu!
Jadi,
jangan terbuai / terpesona oleh orang-orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan
dan bisa melakukan mujijat-mujijat yang hebat. Ingat, bahwa nabi palsu itu
seperti serigala yang menyamar sebagai domba. Jadi, bisa saja semuanya mirip
dengan domba / Kristen, tetapi sebetulnya sesat.
Bisa
saja ia melakukan mujijat-mujijat dengan menggunakan kuasa gelap. Misalnya
Toronto Blessing, nggeblak (tumbang dalam roh) dan sebagainya. Ini semua
mujijat, tetapi pekerjaan siapa? Dalam agama-agama lainpun ada orang-orang yang
punya kemampuan untuk menumpangkan tangan dan lalu menumbangkan orang, atau
menyembuhkan orang!
2. Kesesatan
hampir selalu berurusan dengan hal-hal doktrinal.
Kalau
saudara memperhatikan ayat-ayat di atas, dan juga fakta-fakta dalam sejarah
maupun fakta-fakta di lapangan pada jaman sekarang, maka jelas bahwa kesesatan
boleh dikatakan selalu berurusan dengan hal-hal yang sifatnya doktrinal.
Dalam hal-hal praktis, jarang ada orang mengajarkan kesesatan, misalnya
menganjurkan pembunuhan, pencurian, perampokan, perzinahan, pelacuran dan
sebagainya. Tetapi dalam hal doktrin, banyak nabi-nabi palsu mengajarkan
kesesatan, seperti:
a. Tidak
mempercayai doktrin Allah Tritunggal, seperti:
·
Unitarianisme / Saksi Yehuwa.
·
Sabelianisme. Contoh: Tjantana Jusman
dalam buku ‘Rahasia Pribadi Allah’.
·
Gereja Orthodox Syria versi Bambang
Noorsena. Ia mengatakan bahwa Allah itu esa, dan ada Rohnya dan ada FirmanNya.
Ini bukan Allah Tritunggal! Kalau Yesus itu cuma Firman / kata-kata Allah, maka
Ia bukan pribadi, dan itu sesat!
b. Tidak
mempercayai keilahian Yesus, seperti Saksi Yehuwa, Unitarianisme.
c. Tidak
mempercayai adanya neraka, seperti Saksi Yehuwa, Gereja Masehi Advent Hari
Ketujuh (ada neraka, tetapi tak selama-lamanya orang disiksa di sana, karena orangnya
akan musnah).
d. Ada penginjilan dalam
dunia orang mati, atau ada second
chance
(kesempatan kedua). Ini diajarkan misalnya oleh Andereas Samudera dan Joachim
Huang, dalam ajaran Penginjilan terhadap orang mati.
e. Mengajarkan
keselamatan karena perbuatan baik, atau karena iman + perbuatan baik. Ini yang
sangat banyak! Gereja Roma Katolik, Gereja-gereja liberal, Saksi Yehuwa, dan
sebagainya.
Yang
dimaksudkan dengan ‘perbuatan baik’ bisa seadanya perbuatan baik, tetapi bisa
juga ditekankan perbuatan baik tertentu, seperti penginjilan (Saksi Yehuwa),
baptisan (Gereja Roma Katolik, Tjantana Jusman, Gereja Sidang Jemaat Kristus)
dan pengakuan dosa.
f. Adanya
pengantara / penebus lain selain Yesus. Dalam Gereja Roma Katolik Maria
dianggap sebagai ‘Mediatrix’, bentuk feminine / perempuan dari ‘Mediator’ (=
pengantara). Juga pada waktu Maria menyaksikan Yesus disalib, ia menderita, dan
dengan penderitaan itu ia ikut memikul dosa umat manusia. Ini jelas
bertentangan dengan 1Tim 2:5.
1Tim 2:5
- “Karena
Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.
g. Adanya jalan
keselamatan lain selain Yesus. Dengan kata lain, Yesus bukan satu-satunya jalan
ke surga. Ini banyak dalam Gereja Roma Katolik dan gereja-gereja protestan yang
liberal, ajaran Pluralisme, dll.
Ini
jelas bertentangan dengan:
Yoh 14:6
- “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku”.
Kis 4:12
- “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga
selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.
h. Dll.
Kalau
saudara adalah orang yang tidak senang doktrin, sebetulnya tak jadi soal apakah
saudara jadi orang Kristen, atau beragama lain, atau masuk sekte-sekte sesat.
Mengapa? Karena dalam hal moral dan etika, semua hampir sama, perbedaannya
sangat kecil. Tetapi begitu kita bicara tentang doktrin baru terlihat perbedaan
menyolok antara kristen yang benar dengan agama-agama lain dan sekte-sekte.
Karena
itu, kita harus mau belajar doktrin. Ini memang pada umumnya bersifat teoritis,
dan sering tak berhubungan dengan tingkah laku / kehidupan sehari-hari, tetapi
berhubungan dengan kepercayaan / iman kita. Kalau kita tidak mengerti doktrin,
maka kita dengan mudah bisa disesatkan dalam iman / kepercayaan kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)