By. Pdt. Budi Asali, M. Div.
I) Doktrin.
1) Definisi
dari kata ‘doktrin’.
Webster’s New World
Dictionary mendefinisikan kata ‘doctrine’ sebagai berikut: Sesuatu yang
diajarkan sebagai prinsip-prinsip atau pengakuan iman dari suatu agama.
Doktrin biasanya berurusan dengan kepercayaan kita,
dan ini kontras dengan ajaran yang hanya bersifat moral / etika, yang berurusan
dengan tingkah laku kita.
2) Doktrin
adalah sesuatu yang sangat penting.
Banyak orang kristen tidak senang pada ajaran yang
bersifat doktrinal karena ajaran yang bersifat doktrinal dianggap bersifat
teoritis dan tidak berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari.
Seorang Penginjil / Pendeta menulis surat kepada seseorang, dan dalam suratnya
ada kata-kata sebagai berikut:
“Kita bertengkar soal ‘sedikit’ domba yang suka
berpindah pindah padahal ada ratusan juta tanpa kesaksian Injil, kita
kedagingan ribut dengan ganas soal-doal doktrin yang benar dan membiarkan orang
kafir, bingung dan binasa”.
Kelihatannya, Pendeta ini tidak terlalu peduli soal
doktrin, dan ia rupanya beranggapan bahwa satu-satunya yang penting adalah
penginjilan (Catatan: rupanya ia tidak menyadari
bahwa kepercayaannya bahwa doktrin tidak penting, dan yang penting hanyalah
penginjilan, sebetulnya juga merupakan suatu kepercayaan doktrinal!). Tetapi
pandangan-pandangan seperti ini salah sama sekali. Doktrin adalah sesuatu yang
sangat penting. Mengapa?
a) Perlu
diingat bahwa ‘Injil’ itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat doktrinal, dan
Injil merupakan fondasi yang paling dasari dari kekristenan, dan tanpa Injil
tidak ada orang bisa percaya kepada Kristus.
Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting karena
doktrin adalah seperti fondasi dan tiang-tiang beton dari suatu bangunan, dan
tanpa itu bangunan itu tidak mungkin bisa kuat.
b) Ajaran
doktrinal yang salah sangat mempengaruhi hidup kita.
1. Bisa membuat
orang hidup dalam dosa.
Misalnya : kalau seseorang tidak percaya pada
kebangkitan orang mati, ia akan hidup seenaknya sendiri.
1 Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya
hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan
dan minum, sebab besok kita mati’”.
Matthew Henry
(tentang Yak 5:19-20): “Kesalahan-kesalahan dalam penilaian dan
dalam kehidupan biasanya berjalan bersama-sama. Ada kesalahan doktrinal yang mendasari setiap
kegagalan dalam hal praktis. Tidak ada orang yang mempunyai kebiasaan buruk,
kecuali didasari oleh prinsip-prinsip yang buruk.
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang 2Pet 2:2): Doktrin / ajaran yang
salah / palsu dan praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama (2Pet
2:18-19).
2Pet
2:18-19 - “(18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa
dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja
melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan
kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba
kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.
Catatan:
2Pet 2 membicarakan nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran sesatnya
(2Pet 2:1), dan dalam ay 18-19 ini ditunjukkan bahwa kehidupan mereka
juga brengsek.
Ada 2 hal yang
perlu ditekankan dari kutipan-kutipan di atas ini:
1. Ajaran yang salah pasti membimbing pada
kehidupan yang salah.
Memang kalau
ajaran itu hanya salah sedikit-sedikit, mungkin tidak apa-apa (tidak akan
menyebabkan kehidupan yang buruk). Tetapi kalau ajaran itu salahnya banyak /
besar, apalagi kalau ajaran itu sesat, maka tidak mungkin itu tidak membimbing
pada kehidupan yang salah. Karena itu, kalau ada orang yang berkata ‘Gereja
/ pendeta itu ajarannya sesat / buruk sekali, tetapi mereka hidup baik’,
ini merupakan omong kosong terbesar! Kalau ajarannya sesat, mereka tidak
mungkin percaya dengan benar, dan kalau mereka tidak percaya dengan benar, maka
mereka tidak akan mempunyai Roh Kudus, dan kalau tidak ada Roh Kudus dalam diri
mereka, maka tidak akan ada buah Roh dalam diri mereka. Hal ini bisa
diberlakukan pada banyak kelompok, seperti:
a. Saksi Yehuwa (yang mengklaim punya kehidupan
yang saleh).
b. Gerakan Pria Sejati (yang sekalipun dipenuhi
dengan ajaran sesat tetapi juga mengklaim berhasil mengubahkan banyak kehidupan
secara positif).
Paling-paling
kebaikan yang dimaksudkan hanya bersifat lahiriah, atau, merupakan kemunafikan,
sama seperti ‘kebaikan / kesalahan’ dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi pada jaman Yesus!
Contoh: Ajaran
keselamatan karena perbuatan baik (dalam semua agama lain dan sekte-sekte),
bisa membuat kehidupan seseorang kelihatannya baik. Tetapi yang pasti salah
adalah motivasinya dalam berbuat baik. Ia berbuat baik untuk menyelamatkan
dirinya sendiri, bukan karena mengasihi Allah atau sesama manusianya!
2. Sebaliknya, kehidupan yang salah biasanya
juga membimbing pada ajaran yang salah. Mengapa? Karena pengajar itu akan takut
/ malu mengajarkan hal-hal yang menyerang / mengecam kehidupan mereka sendiri.
Karena itu mereka mengubah penafsiran dari ayat-ayat yang sebetulnya mengecam
kehidupan mereka. Ini akhirnya menimbulkan ajaran salah / sesat!
The Bible Exposition
Commentary: New Testament (tentang 2Pet 2:13-14a): Ajaran
palsu / salah secara tak terhindarkan membimbing pada kehidupan yang palsu /
salah, dan kehidupan yang palsu / salah mendorong / menganjurkan ajaran yang
palsu / salah. Orang murtad itu harus ‘menyesuaikan’ Firman Allah atau
mengubah gaya hidup mereka, dan ia tidak mau
mengubah gaya
hidupnya! Demikianlah, kemanapun ia pergi, ia dengan diam-diam mengotori
orang-orang dan membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berbuat dosa.
Contoh: Dalam Gereja
Roma Katolik ada banyak patung-patung yang disembah. Ini jelas merupakan
kehidupan / praktek yang salah. Itu menyebabkan mereka akhirnya mengubah 10
hukum Tuhan dalam ajaran mereka, di mana mereka menghapuskan hukum kedua, yang
secara explicit melarang penyembahan terhadap patung!
Catatan: perubahan itu
dilakukan bukan pada Alkitab mereka, tetapi pada ajaran mereka!
Matthew
Henry (tentang Kel 20:4-5): Penggunaan patung-patung dalam
gereja Roma, pada jaman ini, adalah dengan begitu jelas bertentangan dengan
huruf dari hukum ini, dan begitu tidak mungkin / mustahil untuk diperdamaikan /
diharmoniskan dengannya, sehingga dalam semua katekisasi dan buku-buku
pembaktian / ibadah mereka, yang mereka letakkan di tangan dari umat /
orang-orang, mereka menghapuskan hukum ini, menggabungkan artinya dengan hukum
yang pertama; dan dengan demikian hukum ketiga mereka sebut kedua, keempat
mereka sebut ketiga, dst.; hanya, untuk membuat / mengejar bilangan sepuluh,
mereka membagi hukum kesepuluh menjadi dua. Dengan demikian mereka telah
melakukan dua kejahatan besar, dalam mana mereka berkeras, dan dari mana mereka
tidak senang untuk direformasi; mereka mengambil / membuang dari firman Allah,
dan menambah pada ibadah / penyembahan-Nya.
Adam Clarke (tentang Kel 20:4): Untuk merestui / mendukung
penyembahan berhalanya, gereja Roma Katolik telah membuang seluruh hukum kedua
dari 10 hukum Tuhan, dan dengan demikian kehilangan / menghilangkan satu hukum
penuh dari sepuluh; tetapi untuk menjaga / mengejar bilangan 10 itu mereka
telah membagi hukum ke 10 menjadi dua hukum. Ini bertentangan secara total
dengan iman / ajaran dari orang-orang pilihan dan dengan pengakuan terhadap
kebenaran itu yang sesuai dengan kesalehan. ... Perusakan firman Allah ini oleh
Gereja Roma Katolik mencapnya sebagai gereja yang palsu / sesat dan bersifat
bidat, yang merupakan cap / merk yang paling dalam dari keburukan yang bertahan
selama-lamanya!.
10 Hukum Tuhan
versi Katolik (ini saya ambil dari ‘Catechism of the Catholic Church’
tahun 1992):
1. I am the LORD
your God: you shall not have strange Gods before me (Akulah TUHAN
Allahmu: jangan mempunyai Allah-allah asing di hadapanKu).
2. You shall not
take the name of the LORD your God in vain (Jangan menggunakan nama TUHAN Allahmu
dengan sia-sia).
3. Remember to
keep holy the LORD’S Day (Ingatlah untuk menguduskan Hari TUHAN).
4. Honor your
father and your mother (Hormatilah bapa dan ibumu).
5. You shall not
kill
(Jangan membunuh).
6. You shall not
commit adultery (Jangan berzinah).
7. You shall not steal (Jangan
mencuri).
8. You shall not
bear false witness against your neighbor (Jangan bersaksi dusta tentang
sesamamu).
9. You shall not
covet your neighbor’s wife (Jangan menginginkan istri sesamamu).
10. You shall not
covet your neighbor’s goods (Jangan menginginkan barang-barang / harta
benda sesamamu).
Jadi, mereka
menghapuskan hukum ke 2 lalu menjadikan hukum ke 3 sebagai hukum ke 2, hukum ke
4 sebagai hukum ke 3 dst. Lalu, untuk tetap mendapatkan bilangan 10, mereka
memecah hukum ke 10 menjadi 2, yaitu hukum ke 9 (jangan mengingini istri orang
lain) dan ke 10 (jangan mengingini barang-barang / harta orang lain).
Bandingkan
hukum 9 dan 10 mereka dengan:
Ul 5:21 - “Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan
menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya
perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.
Kel 20:17
- “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan
mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya
atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.
Kalau dilihat
dari Ul 5:21 maka pemecahan seperti itu masih memungkinkan, tetapi kalau
dilihat dari Kel 20:17, pemecahan seperti itu tidak memungkinkan, karena di
sini ‘rumah’ mendahului ‘istri’!
2. Bisa
membingungkan orang Kristen, bahkan menggoncangkan imannya atau menyebabkan ia
ragu-ragu apakah ia sudah beriman atau tidak.
Misalnya:
a. Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa
orang Kristen tidak boleh sakit, atau harus sembuh dari segala penyakit. Lalu
saudara sebagai orang Kristen ternyata sakit dan tidak sembuh-sembuh. Ini bisa
menyebabkan saudara lalu meragukan iman saudara, padahal sebetulnya ajaran
itulah yang salah.
b. Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa
orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus harus bisa berbahasa Roh. Ini lagi-lagi
bisa membuat orang Kristen yang sejati meragukan imannya, karena ia tidak bisa
berbahasa Roh.
3. Bisa
menyebabkan orang Kristen menjadi gelisah, takut, kuatir.
Misalnya : Ajaran
Arminian yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, jelas bisa menimbulkan
kekuatiran dalam diri orang Kristen yang mempercayai ajaran yang salah itu.
c) Perbedaan
antara kekristenan dan agama-agama lain, pada umumnya / hampir selalu terletak
pada perbedaan doktrinal. Dalam hal-hal yang bersifat etika / moral, sekalipun
ada perbedaan tetapi tidaklah terlalu banyak. Karena itu, kalau saudara adalah
orang Kristen yang tidak senang pada doktrin, sebetulnya tidak ada bedanya bagi
saudara kalau saudara pindah ke agama lain.
d) Perbedaan
antara ajaran Kristen yang alkitabiah dan injili dengan ajaran Kristen yang
sesat / salah / tidak alkitabiah, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Liberalisme,
Unitarianisme, Roma Katolik, dsb, juga hampir seluruhnya terletak pada
perbedaan doktrin.
Tanpa pengertian yang baik tentang doktrin yang benar,
maka kita dengan mudah bisa disesatkan oleh berbagai macam ajaran sesat / salah
tersebut. Tetapi kalau kita mengerti doktrin yang benar dengan baik, maka kita
akan sukar sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran sesat / salah itu. Karena itu
doktrin adalah sesuatu yang sangat penting, baik bagi gereja maupun bagi setiap
individu kristen.
Karena itu, pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah harus mau
mengajarkan ajaran doktrinal, dan jemaat harus mau mendengar ajaran doktrinal!
Tetapi, sekalipun pelajaran doktrinal itu penting
tetapi :
a. Pengertian
doktrinal yang hanya bersifat intelektual tidak bisa menyelamatkan siapa
pun juga. Yang menyelamatkan hanyalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat!
Dalam prakata dari buku ‘The Doctrine of God’
karya Herman Bavinck, penerjemahnya yaitu William Hendriksen, mengutip
kata-kata Bavinck pada saat mau mati, yang berbunyi sebagai berikut:
“Pengetahuanku tidak menolongku sekarang; Dogmaku juga
tidak; hanya iman yang menyelamatkan aku”.
b. Jangan
bersikap extrim dengan hanya mau ajaran yang bersifat doktrinal saja.
Ajaran-ajaran yang praktis, yang bersifat moral / etika, tentu juga sangat
penting!
Ilustrasi: Biarpun daging
itu adalah makanan yang penting dan bergizi, tetapi kalau saudara hanya makan
daging saja, tidak mau makan sayur, buah, nasi dsb, maka itu tentu tidak baik.
Demikian juga, sekalipun doktrin itu penting, tetapi kalau saudara hanya
belajar doktrin saja, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup Kristen
saudara. Saudara mungkin sekali akan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi pada jaman Yesus, yang hanya otaknya hebat, tetapi hidupnya
kacau balau.
Jadi, dalam mengajar / belajar Alkitab, kita harus mempunyai keseimbangan.
Kita harus mau mengajar / belajar hal-hal yang doktrinal, tetapi juga harus mau
mengajar / belajar hal-hal yang bersifat moral / etika. Kita harus mau mengajar
/ belajar hal-hal yang bersifat topik, tetapi kita juga harus mau mengajar /
belajar pelajaran exposisi dari ayat-ayat Alkitab.
3) Doktrin bisa
merupakan pelajaran yang sangat sukar.
Memang ada doktrin yang mudah (seperti Injil), tetapi
juga banyak doktrin yang sukar (seperti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi,
Eschatologi dsb). Ini menyebabkan pelajaran doktrinal dalam gereja menjadi
semakin jarang. Banyak hamba Tuhan yang malas menyiapkan pelajaran doktrinal
karena sukarnya pelajaran itu. Dan ada juga hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya
mau berjerih payah untuk menyiapkan dan mengajarkan pelajaran-pelajaran
doktrinal, tetapi karena jemaat tidak bisa menerimanya (karena tak terbiasa?),
maka hamba-hamba Tuhan itu akhirnya menuruti keinginan jemaat dengan
mengajarkan hal-hal yang sederhana / praktis saja. Tetapi ini adalah sikap yang
salah! Seorang hamba Tuhan harus mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan
jemaatnya, bukan apa yang diinginkan oleh jemaatnya.
Illustrasi: Kalau saudara adalah orang tua yang baik, tentu saudara tidak akan
selalu menuruti keinginan anak saudara pada waktu mau makan. Saudara akan
memberikan (bahkan memaksakan, kalau perlu) apa yang dibutuhkan oleh anak
saudara. Mungkin mengharuskannya makan sayur, atau minum susu, atau minum
vitamin dan bahkan obat, yang baginya tentu saja tidak enak.
Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak
menghendaki orang Kristen mendapat pelajaran yang sederhana terus menerus. Ini
terlihat misalnya dari:
a) Mat 28:19-20
- “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan
ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Kata ‘murid’ dan ‘ajar’ secara implicit menunjukkan bahwa harus ada
peningkatan dalam pengajaran.
b) Ibr 5:11-6:1 Yoh 16:12-13a 1Kor 3:1-2 juga menunjukkan bahwa harus
ada peningkatan pengajaran.
Ibr 5:11-6:1 - “(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami
katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal
mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah
seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok
dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras
adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang
terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu
marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan
beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi
dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan
kepada Allah”.
Yoh 16:12-13a - “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu,
tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13a) Tetapi apabila Ia datang,
yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran”.
1Kor 3:1-2 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak
dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan
manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan
kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan
sekarang pun kamu belum dapat menerimanya”.
II) Reformed.
1) Apakah
‘Reformed’ itu?
Jangan menyamakan / mengacau-balaukan istilah
‘Reformed’ dengan istilah ‘Reformer(s)’. Istilah ‘Reformer(s)’ menunjuk kepada
tokoh-tokoh Reformasi, seperti Martin Luther, John Knox, Zwingli, John Calvin.
Sedangkan istilah ‘Reformed’ menunjuk pada aliran yang mengikuti ajaran /
theologia dari John Calvin. Karena itu ‘Reformed’ sebetulnya sama dengan
‘Calvinisme’, dan ini merupakan salah satu aliran dalam kekristenan.
2) Apakah salah
kalau seseorang mempunyai aliran?
a) Banyak orang Kristen yang ‘alergi’ terhadap aliran, di
mana mereka beranggapan bahwa orang Kristen / gereja tidak boleh mempunyai
aliran, dan bahkan banyak yang berpendapat bahwa kalau kita mempunyai aliran,
kita adalah pengikut manusia. Karena itu kalau ditanya alirannya, mereka akan
menjawab ‘aliran Yesus Kristus’, atau ‘aliran Kitab Suci’.
Jawaban seperti ini sekalipun kelihatannya saleh,
tetapi ini adalah jawaban dari orang yang tidak / kurang mengerti Kitab Suci /
Theologia.
b) Ada juga yang berpendapat
bahwa aliran menyebabkan gereja terpecah-pecah.
Tetapi semua ini salah! Mengapa?
a. Harus diakui
bahwa ada orang yang memegang alirannya sedemikian rupa sehingga ia memang
mengikut manusia. Misalnya orang Calvinist yang secara membuta menganggap bahwa
Calvin benar dalam segala hal.
Tetapi hal semacam ini tidak harus terjadi. Orang yang
mempunyai aliran tidak harus menjadi pengikut manusia. Saya mengikuti theologia
Calvin, karena saya beranggapan bahwa theologia Calvin itu sesuai dengan ajaran
Kristus / Kitab Suci.
Bandingkan dengan 1Kor 11:1 di mana saudara akan
melihat bahwa Paulus menyuruh orang Korintus mengikuti dia, karena dia sendiri
mengikuti Kristus.
1Kor 11:1 - “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi
pengikut Kristus”.
Di samping itu, menjadi seorang Calvinist tidak
berarti menerima segala sesuatu yang dipercayai / diajarkan oleh Calvin. Tentu
saja, kalau hal-hal besar dalam theologia Calvin ia tolak (misalnya tentang
Predestinasi atau Providence of God), maka ia tidak bisa disebut sebagai
seorang Calvinist). Tetapi bisa saja seorang Calvinist menerima ajaran-ajaran
pokok Calvinisme, tetapi dalam persoalan yang kecil-kecil ia tidak setuju
dengan ajaran Calvin.
Misalnya : Saya tidak setuju dengan penafsiran Calvin
tentang mengapa Yunus marah dalam Yunus 4.
b. Harus diakui
bahwa aliran memang bisa memecah gereja; tetapi lagi-lagi hal itu sebetulnya
tidak perlu terjadi.
Kita bisa berbeda aliran, dan menyadari perbedaan itu,
tetapi tetap bersatu karena kita menyadari bahwa semua orang Kristen yang
sejati, dari aliran apa pun ia berasal (asal bukan aliran sesat), adalah
anak Allah, sama seperti kita.
Catatan: Perhatikan kata-kata yang digarisbawahi itu! Jangan
pernah mau bersatu / dianggap satu dengan orang-orang dari sekte yang memang
sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Unitarian, dsb. Ini juga berlaku untuk
sekte-sekte yang besar, seperti Katolik, Liberalisme, dsb.
Ingat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa hanya
orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang adalah anak-anak Allah (Yoh
1:12). Yang tidak percaya adalah anak-anak Setan. Dan yang dianggap percaya
kepada Yesus Kristus hanyalah orang-orang yang percaya kepadaNya dengan iman
yang benar!
Bertentangan dengan pandangan umum jaman sekarang yang
anti aliran, saya berpendapat bahwa orang Kristen, apalagi hamba Tuhan,
sebaiknya mempunyai aliran. Mengapa? Karena
kalau kita tidak mempunyai aliran, atau kita mempunyai aliran ‘gado-gado’, maka
biasanya terjadi pertentangan dalam pandangan kita sendiri. Misalnya kalau dari
5 pokok Calvinisme, saudara hanya menerima 3, sedangkan yang 2 saudara menerima
pandangan Arminian, maka saya yakin akan terjadi kontradiksi / ketidakkonsistenan
antara 3 pokok yang saudara terima dan 2 pokok yang saudara tolak itu.
III) Cara mengajar / belajar doktrin.
Dalam mengajar / belajar doktrin, kita tidak harus
belajar / mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’ seperti Kristologi, Soteriologi
dsb. Kita bisa mengajar sedikit-sedikit, khususnya kalau kita mengajar
orang-orang Kristen baru, yang belum terbiasa belajar doktrin. Ini bisa
dilakukan dengan memberikan pelajaran exposisi. Kalau ayatnya membahas hal-hal
yang sifatnya moral / etika, maka kita mengajarkan moral / etika, tetapi kalau
ayatnya memang merupakan ayat doktrinal, kita mengajar doktrin.
Kalau kita mau mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’,
maka urut-urutan belajar doktrin adalah sebagai berikut:
1.
Bibliology – Doktrin
Alkitab.
2.
Theology - Doktrin tentang
Allah.
3.
Anthropology - Doktrin
tentang manusia.
4.
Hamartiology – Doktrin
tentang dosa.
5.
Christology - Doktrin
tentang Kristus.
6.
Soteriology - Doktrin
tentang keselamatan.
7.
Pneumatology - Doktrin
tentang Roh Kudus.
8.
Ecclesiology - Doktrin
tentang Gereja.
9.
Eschatology - Doktrin
tentang Akhir Jaman.
Catatan: Urut-urutan ini
tidak mutlak, tetapi ada baiknya kalau dituruti.
-o0o-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)