31 Maret 2013

SALAHKAH KITA MENGGUNAKAN KATA “EASTER” UNTUK PASKAH?

By. Esra Alfred Soru



Beberapa hari belakangan ini saya menerima begitu banyak SMS / BBM yang isinya sebagai berikut :

EASTER = PASKAH?

Patut diketahui, supaya gak salah.. Kata Easter berasal dari kata "Ishtar" di mana Ishtar adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus?

Salah satu anak Nuh bernama Ham memiliki seorang anak bernama Cush dan menikah dengan seorang wanita bernama Semiramis. Cush dan Semiramis memiliki seorang putra bernama Nimrod (Kej 10:8-10).

Nimrod dalam bahasa Ibrani berarti 'pemberontak'. Nimrod adalah pencipta sistem Babilonia dimana ia menciptakan tatanan pemerintahan dan hukum dasar perdagangan ekonomi. Nimrod adalah orang pertama yang memperkenalkan penyembahan setan (satanic worship). Nimrod begitu bejat sampai ia bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri yaitu Semiramis. Sang ibu kemudian hamil dan melahirkan anak bernama Tamus.

Ketika Nimrod meninggal, Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari. Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang di bumi melalui peristiwa di mana ia turun dari bulan dan 'mendarat' di sungai Efrata (Irak). Peristiwa ini dinamai Ishtar Easter.

Nimrod yang dipuja sebagai dewa matahari, Semiramis dipuja orang sebagai dewa bulan, Tamus disembah dgn gelar Queen of Heaven atau Ratu Surga (Yeremia 7:18 dan Yeremia 44:17-25). Pada Alkitab bahasa inggris, kata "Paskah" diterjemahkan sebagai "Passover" bukan "Easter". (Matius 26:17-19).

Kesimpulan : Paskah atau Passover yang kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Sedangkan Easter (atau Ishtar) adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus.

H a p p y Passover to All My Family in God! ˆˆ
·.·*†*•.J e s u s Bless.•*†*·.·


Dan rupanya bukan cuma saya yang mendapatkannya. Ada begitu banyak orang menerima SMS / BBM yang sama. Sekian orang lalu bertanya kepada saya apakah benar demikian.

Saya lalu coba mempelajari tentang kata Paskah ini, memang harus diakui bahwa di dalam seluruh Alkitab kata Paskah selalu disebut Passover (dari bahasa Ibrani “PESAH”) yang arti dasarnya adalah melewati. Mengapa demikian? Karena Paskah di dalam Alkitab biasanya mengacu pada paskah orang Israel di mana mereka memperingati keluarnya mereka dari Mesir. Itu jelas berbeda dengan paskahnya Kristen yang bukan memperingati keluar dari Mesir tetapi memperingati hari kebangkitan Tuhan Yesus yang disebut dengan “EASTER”. Jadi Alkitab memang tidak pernah menggunakan kata Paskah untuk menunjuk pada Paskah Kristen. Gereja Kristenlah yang nantinya memberikan arti baru pada Paskah Israel itu sebagai hari kebangkitan Kristus karena Kristus sendiri disebut sebagai domba Paskah kita.

1 Kor 5:7 - Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.

Tentang asal mula kata “EASTER” ini memang ada banyak pandangan. Apa yang disebarkan lewat SMS / BBM itu hanyalah salah 1 versi saja yang kelihatannya dikutip dari website ini : http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2033.

Versi lainnya mengatakan bahwa perayaan Easter ini berasal dari perayaan dewi Eastre kadang disebut Eostre yang merupakan dewi musim semi dan kesuburan yang disembah oleh suku Teutonic pada jaman pra Kristen di Jerman. Menurut legenda pada jaman itu, dimana suku Teutonic yang sudah memeluk agama Kristen, para missionaris mengambil dan menukar perayaan Eastre sebagai perayaan Kebangkitan Yesus, yang kebetulan juga jatuh pada awal musim semi.  Awalnya sekedar meneruskan tradisi perayaan musim semi suku Teutonic, tapi arti dan tujuannya sudah berubah. (Sumber : http://magentalight.wordpress.com/category/sejarah/)

Yang lain lagi mengatakan bahwa Easter merupakan kata bahasa Inggris yg berasal dari akar kata bahasa proto-Germanic yang memiliki arti "to rise" (atau bangkit). Dalam bahasa Jerman kontemporer kata "oest" dan dalam bahasa Inggris kata "east" -- keduanya memiliki arti Timur -- petunjuk arah saat matahari terbit (to rise -- bangkit dari kegelapan malam) di pagi hari; ini menjadi akar kata untuk "Easter". Fakta ini tidak hanya menunjuk pada kebangkitan Yesus dari kematian, namun juga kenaikan-Nya (to rise) ke Surga dan nanti saat kita terangkat (to rise) ke surga bersama-sama dengan Yesus Kristus saat Dia datang kembali untuk menghakimi dunia. (Sumber : http://paskah.sabda.org/asal_kata_easter)

Dari sini jelas terlihat bahwa ada kesimpang siuran pandangan seputar asal usul kata “EASTER” ini. Tetapi ini seharusnya tidak perlu mencemaskan kita karena SEANDAINYA PUN ITU BERLATAR BELAKANG PENYEMBAHAN KAFIR, toh apa yang kita sebut sekarang dengan Paskah Kristen adalah peringatan kebangkitan Kristus tanpa sedikitpun ada hubungan dengan kekafiran sebagai asal usulnya.

Perlu diingat bahwa Natal pun sebenarnya ada hubungan dengan perayaan kafir yakni perayaan Saturnalia atau hari kelahiran dewa Ra (dewa matahari) yang tepat pada tanggal 25 Desember. Orang Kristen mengadopsi perayaan itu dan “mengganti isinya” dengan perayaan akan kelahiran Kristus untuk menandingi perayaan kafir itu. Kenapa kita tidak menolak menggunakan apalagi merayakan Natal dengan alasan yang sama?

Sebenarnya tidak ada masalah bahwa suatu istilah kafir digunakan oleh orang Kristen tetapi isi/konsepnya sudah bukan konsep kafir melainkan konsep Kristiani. Saya berikan contoh :

1.  Istilah ‘raja di atas segala raja’ itu sebenarnya adah gelar dari raja-raja kafir.

Dan 2:37 - “Ya tuanku raja, raja segala raja, yang kepadanya oleh Allah semesta langit telah diberikan kerajaan, kekuasaan, kekuatan dan kemuliaan”.

Ezra 7:12 - “‘Artahsasta, raja segala raja, kepada Ezra, imam dan ahli Taurat Allah semesta langit, dan selanjutnya. Maka sekarang”.

Jadi istilah “raja segala raja” ini pertama kali digunakan oleh raja Nebukadnezar dan Artahsasta yang adlaah raja-raja kafir. Tetapi ternyata gelar dari raja-raja kafir itu lalu diberikan kepada Yesus / Allah oleh rasul Paulus dan rasul Yohanes.

1Tim 6:15 - “yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan”.

Wah 17:14 - “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.’”.

Wah 19:16 - “Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis suatu nama, yaitu: Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan.’”.

The International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “The title ‘King of kings,’ denoting absolute authority rather than divinity per se, is used of God and Christ in the NT (always with ‘Lord of lords’: 1Tim. 6:15; Rev. 17:14; 19:16). Its use was a response by both Jews and Christians to the practice of deifying earthly political rulers [Gelar ‘Raja segala raja’ lebih menunjukkan otoritas mutlak dari pada keilahian sendiri, digunakan terhadap Allah dan Kristus dalam PB (selalu dengan ‘Tuhan segala Tuhan’: 1Tim 6:15; Wah 17:14; 19:16). Penggunaannya merupakan suatu tanggapan baik oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen terhadap praktek pendewaan penguasa-penguasa politik duniawi] - hal 508.

Jadi rupanya pada jaman itu banyak raja duniawi disebut dengan istilah ‘raja di atas segala raja’. Orang-orang kristen merasakan itu sebagai tidak tepat, dan mereka menganggap hanya Yesus / Allah yang pantas memakai gelar itu, dan mereka lalu memberikan gelar itu kepada Allah / Yesus, dan bahkan setiap kali gelar itu mereka berikan kepada Allah / Yesus, maka mereka menambahi dengan kata-kata Tuhan atas segala Tuhan’. Jadi mereka menampilkan Yesus / Allah sebagai saingan terhadap raja-raja kafir yang didewakan oleh rakyat kafir mereka. Apakah ini juga mau kita anggap berasal dari kafir? Kalau mau dikatakan berasal dari kafir, memang jelas berasal dari kafir. Tetapi apakah kita mau menyalahkan motivasi mereka, yang sebetulnya bisa dikatakan sebagai ‘mulia’?

2.   Nama ‘Lucifer’ (KJV) / ‘bintang timur’ (Yes 14:12), yang berasal dari astrology, suatu bentuk pemberhalaan.

Yes 14:12 - “ ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.

KJV: ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!’ (Bagaimana engkau jatuh dari surga, hai Lucifer / Bintang Timur, putera pagi / Fajar! bagaimana engkau ditebang / dijatuhkan ke tanah, yang melemahkan bangsa-bangsa!).

Dari ‘International Standard Bible Encyclopedia’ dengan topik ‘ASTROLOGY’ dikatakan :

“THE WORSHIP OF THE HEAVENLY BODIES THE FORM OF IDOLATRY TO WHICH THE ISRAELITES WERE MOST PRONE: ... 5. Lucifer, the Shining Star” (Penyembahan terhadap benda-benda surgawi / angkasa; bentuk pemberhalaan terhadap mana bangsa Israel paling condong: ... 5. Lucifer, bintang yang bersinar).

Tetapi nama ‘Lucifer’ / ‘bintang timur’ ini akhirnya dipakai oleh Yesus untuk diri-Nya sendiri dalam Wah 22:16.

Wah 22:16 : “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.

Kalau Yesus sendiri boleh menggunakan suatu nama yang berasal dari kekafiran untuk diri-Nya sendiri, lalu mengapa kita tidak boleh?

Note : Sebetulnya merupakan sesuatu yang salah untuk mengatakan bahwa kata Lucifer itu menunjuk kepada pemimpin malaikat yang lalu jatuh dan menjadi setan. Tapi ini tidak perlu dijelaskan di sini.

3.  Kata ‘Behold’ / ‘Lihatlah’ dalam Yes 7:14 diambil dari kekafiran dan diterapkan pada kelahiran Kristus.

Yes 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”.

KJV: ‘Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel’ (Karena itu, Tuhan sendiri akan memberimu suatu tanda; Lihatlah, seorang perawan akan mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan akan menamaiNya Immanuel).

E. J. Young: “‘Behold!’ ... It has also appeared in the texts from Ugarit. ... In Ugarit it had been used to announce the birth of gods, nonexistent beings who were a part of that web of superstition which covered the ancient pagan world. On Isaiah’s lips, however, this formula is lifted from its ancient pagan context and made to introduce the announcement of the birth of the only One who truly is God and King” (‘Lihatlah!’ ... Kata itu juga muncul dalam text-text dari Ugarit. ... Di Ugarit kata itu telah digunakan untuk mengumumkan kelahiran allah-allah / dewa-dewa, makhluk-makhluk yang tidak mempunyai keberadaan yang merupakan sebagian dari jaringan takhyul yang meliputi dunia kafir kuno. Tetapi di bibir Yesaya, formula ini diangkat dari konteks kafir kunonya dan digunakan untuk mengajukan pengumuman tentang kelahiran dari satu-satunya ‘Makhluk’ yang sungguh-sungguh adalah Allah dan Raja) - The Book of Isaiah’, vol I, hal  284-285.

Kalau Yesaya boleh menggunakan kata yang berasal dari orang kafir dalam urusan berhala mereka, dan menggunakannya untuk menubuatkan kelahiran Kristus, mengapa kita harus menolak kata “EASTER” dengan alasan itu berasal dari orang kafir / penyembah berhala?

4. Kata Yunani THEOS (Allah) mungkin juga berhubungan dengan kekafiran.

Herman Bavinck: Formerly the Greek word THEOS was held to be derived from TITHENAI, THEEIN, THEASTHAI. At present some philologists connect it with Zeus, Dios, Jupiter, Deus, Diana, Juno, Dio, Dieu. So interpreted it would be identical with the Sanskrit ‘deva,’ the shinning heaven, from ‘divorce’ to shine. Others, however, deny all etymological connection between the Greek word THEOS and the Latin Deus and connect the former with the root THES in THESSASTHAI to desire, to invoke. In many languages the words ‘heaven’ and ‘God’ are used synonymously; the oldest Grecian deity Uranus was probably identical with the Sanskrit Varuna; the Tartar and Turkish word ‘Taengri’ and the Chinese word ‘Thian’ mean both heaven and God; and also in Scripture the words heaven and God are sometimes used interchangeably; e.g., in the expression ‘kingdom of heaven’ or ‘kingdom of God.’” (Dahulu dipercaya bahwa kata Yunani THEOS diturunkan dari TITHENAI, THEEIN, THEASTHAI. Pada saat ini beberapa ahli bahasa menghubungkannya dengan Zeus, Dios, Jupiter, Deus, Diana, Juno, Dio, Dieu. Ditafsirkan demikian, maka kata itu menjadi identik dengan kata Sansekerta ‘deva’, ‘langit / surga yang berkilau / bersinar’, dan berasal dari kata ‘div’ yang berarti ‘berkilau / bersinar’. Tetapi para ahli bahasa yang lain menyangkal semua hubungan asal usul kata antara kata Yunani THEOS dan kata Latin DEUS dan menghubungkan kata THEOS itu dengan akar kata THES dalam THESSASTHAI, yang berarti ‘menginginkan’, ‘meminta / memohon’) - The Doctrine of God’, hal 98-99.

Memang dalam Kitab Suci kata Elohim, Theos, dsb, dipakai, baik untuk menunjuk kepada Allah yang benar, maupun kepada dewa-dewa / berhala-berhala kafir, bahkan kepada setan (1Sam 28:13  2 Kor 4:4).

1 Sam 28:13 : Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu yang ilahi (Ibrani : ELOHIM)   muncul dari dalam bumi."

2 Kor 4:4 : yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah (Yun : THEOS) zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Note :  Istilah ‘ilah zaman ini’ tentu menunjuk kepada setan.

Nah, kalau begitu apakah kita harus membuang penggunaan istilah itu? Padalah baik PL maupun PB menggunakan 2 kata itu untuk menunjuk juga pada Allah yang benar.

5. Istilah dalam Wah 1:4 yang digunakan untuk Allah juga mempunyai banyak kemiripan dengan istilah-istilah yang digunakan terhadap dewa kafir.

Wah 1:4 - “Dari Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya”.

Barnes’ Notes (tentang Wah 1:4): “It is remarkable that there are some passages in pagan inscriptions and writings which bear a very strong resemblance to the language used here by John respecting God. Thus, Plutarch (De Isa. et Osir., p. 354.), speaking of a temple of Isis, at Sais, in Egypt, says, ‘It bore this inscription -- ‘I am all that was, and is, and shall be, and my vail no mortal can remove’’ -- ... . So Orpheus (in Auctor. Lib. de Mundo), ‘Jupiter is the head, Jupiter is the middle, and all things are made by Jupiter.’ So in Pausanias (Phocic. 12), Jupiter was; Jupiter is; Jupiter shall be. [= Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa ada beberapa text dalam prasasti-prasasti dan tulisan-tulisan kafir yang mengandung suatu kemiripan yang sangat kuat dengan bahasa / ungkapan yang digunakan oleh Yohanes di sini berkenaan dengan Allah. Sesuai dengan itu, Plutarch (De Isa. et Osir., p 354.), berbicara tentang kuil dari Isis, di Sais, di Mesir, berkata: ‘Itu mengandung tulisan ini - ‘Aku adalah semua yang dahulu ada, dan sekarang ada, dan yang akan datang, dan tidak seorangpun bisa menyingkirkan cadar(?)ku’’ - ... Demikian juga Orpheus (in Auctor. Lib. de Mundo), ‘Yupiter adalah kepala, Yupiter adalah tengah-tengah, dan segala sesuatu dibuat oleh Yupiter’. Demikian juga dalam Pausanias (Phocic. 12), ‘Yupiter ada dahulu; Yupiter ada sekarang; Yupiter akan ada’.] - hal 1543.

6. Pada zaman dahulu (Perjanjian Lama) banyak orang kafir menyembah benda-benda angkasa, termasuk bintang.

2 Raja 23:5 - “Ia memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di sekitar Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa matahari, untuk dewa bulan, untuk rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit.

Amos 5:26 - Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu buat bagimu itu”.

Kis 7:43 - “Tidak pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan, patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel”.

Juga bintang dipakai sebagai alat meramal (horoscope).

Yes 47:13 - “Engkau telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu!”.

Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘nature worship’, ‘Stars and constellations’: “True star worship existed only among some ancient civilizations associated with Mesopotamia, where star worship was practiced” (= Penyembahan bintang yang sesungguhnya hanya ada di antara beberapa kebudayaan kuno yang bersekutu dengan Mesopotamia, dimana penyembahan bintang dipraktekkan).

Tetapi pada kelahiran Kristus, bintang dipakai oleh Allah untuk memimpin orang-orang Majus untuk bisa menemukan Kristus.

Mat 2:2,7,9-10 - “(2) dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia.’ ... (7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. ... (9) Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka”.

Mengapa Allah mau menggunakan bintang, yang tadinya merupakan ‘alat kafir’ ini, sebagai alat-Nya untuk menunjukkan Kristus kepada orang-orang Majus?

7.  Orang kristen berbakti pada hari yang dalam bahasa Inggris disebut ‘Sunday’, yang berasal dari nama hari raya kafir.

Microsoft Encarta Reference Library 2003: “‘Sunday,’ first day of the week. Its English name and its German name ( Sonntag) are derived from the Latin dies solis, ‘sun’s day,’ the name of a pagan Roman holiday. In the New Testament (see Revelation 1:10) it is called the Lord’s Day (Dominica in the Latin version), from which the name of Sunday is derived in Romance languages (French Dimanche; Italian Domenica; Spanish Domingo; Roman Duminica). In the early days of Christianity, Sunday began to replace the Sabbath and to be observed to honor the resurrection of Christ. Sunday was instituted as a day of rest, consecrated especially to the service of God, by the Roman emperor Constantine the Great” [= ‘Minggu’, hari pertama dari suatu minggu. Nama bahasa Inggris dan bahasa Jermannya (Sonntag) diturunkan / didapatkan dari kata bahasa Latin ‘dies solis’, ‘hari matahari’, nama dari hari raya Roma kafir. Dalam Perjanjian Baru (lihat Wahyu 1:10) itu disebut ‘Hari Tuhan’ (‘Dominica’ dalam versi Latin), dari mana nama ‘Sunday’ didapatkan dalam bahasa-bahasa Romance (Perancis ‘Dimanche’; Italy ‘Domenica’; Spanyol ‘Domingo’; Romawi ‘Duminica’). Pada hari-hari awal dari kekristenan, Minggu mulai menggantikan Sabat dan diperingati / dihormati untuk menghormati kebangkitan Kristus. Hari Minggu ditetapkan sebagai hari istirahat, dipersembahkan secara khusus untuk pelayanan / ibadah kepada Allah, oleh kaisar Romawi Kontantin yang Agung].

Apakah kita tidak boleh berbakti pada hari itu, karena hari itu berasal usul dari hari raya kafir? Atau apakah kita sebagai orang-orang Kristen harus mengubah nama hari itu? Apakah orang Kristen tidak boleh menggunakan istilah ‘Sunday School’ (Sekolah Minggu)?

Juga, semua nama hari dalam bahasa Inggris dan juga nama-nama bulan seperti Januari, dan sebagainya, berasal dari nama-nama dewa atau dari nama-nama kaisar Romawi yang didewakan. Apakah kita sebagai orang-orang Kristen tidak boleh memakai nama-nama hari dan bulan itu?

8.  Bahasa Yunani juga merupakan bahasa bangsa kafir, tetapi lalu diambil dan digunakan sebagai bahasa asli dari Kitab Suci.

Kesimpulan : Karena dunia ini dulunya seluruhnya kafir, adalah mustahil bagi kita untuk menghindari hal-hal yang berasal dari kekafiran. Jadi selama kekafiran itu bisa disaring / dibersihkan, tidak jadi soal dengan hal-hal yang asal usulnya kafir itu.

Dari semua itu juga terlihat bahwa bahwa suatu sebutan yang berlatar belakang kafir pun bisa digunakan orang Kitab Suci / orang Kristen tetapi isi / konsepnya adalah konsep Alkitabiah / Kristiani. Dengan kata lain Kitab Suci / orang Kristen telah melakukan redefinisi terhadap istilah-istilah kafir itu.

KARENA ITU SEANDAINYA KATA “EASTER” ITU MEMANG BERLATAR BELAKANG KAFIR, SAMA SEKALI TIDAK ADA MASALAHNYA KARENA ORANG KRISTEN MENGGUNAKAN KATA ITU BUKAN UNTUK MENYEMBAH / MENGINGAT DEWA-DEWA KAFIR ITU MELAINKAN UNTUK MENGINGAT JASA / PENGORBANAN TUHAN YESUS KRISTUS.  

Demikian penjelasan saya!



SELAMAT PASKAH – HAPPY EASTER, GOD BLESS U.

1 komentar:

  1. Saya juga baru posting dengan judul hampir serupa dengan artikel Anda, sama terinspirasinya dengan broadcast di BBM, he he. Happy Easter

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)