Beberapa hari belakangan ini saya
menerima begitu banyak SMS / BBM yang isinya sebagai berikut :
EASTER = PASKAH?
Patut diketahui,
supaya gak salah.. Kata Easter berasal dari kata "Ishtar" di mana
Ishtar adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus. Siapakah Tamus?
Salah satu anak
Nuh bernama Ham memiliki seorang anak bernama Cush dan menikah dengan seorang
wanita bernama Semiramis. Cush
dan Semiramis memiliki seorang putra bernama Nimrod (Kej 10:8-10).
Nimrod dalam
bahasa Ibrani berarti 'pemberontak'. Nimrod adalah pencipta sistem Babilonia
dimana ia menciptakan tatanan pemerintahan dan hukum dasar perdagangan ekonomi.
Nimrod adalah orang pertama yang memperkenalkan penyembahan setan (satanic worship). Nimrod begitu bejat
sampai ia bersetubuh dengan ibu kandungnya sendiri yaitu Semiramis. Sang ibu
kemudian hamil dan melahirkan anak bernama Tamus.
Ketika Nimrod
meninggal, Semiramis mendoktrinasi pengikutnya bahwa Nimrod telah naik ke
tahtanya di matahari dan harus dipuja sebagai Baal yaitu sang dewa matahari.
Semiramis sendiri menyatakan bahwa ia datang di bumi melalui peristiwa di mana
ia turun dari bulan dan 'mendarat' di sungai Efrata (Irak). Peristiwa ini dinamai
Ishtar Easter.
Nimrod yang
dipuja sebagai dewa matahari, Semiramis dipuja orang sebagai dewa bulan,
Tamus disembah dgn gelar Queen of Heaven atau Ratu Surga (Yeremia 7:18 dan
Yeremia 44:17-25). Pada Alkitab bahasa inggris, kata "Paskah"
diterjemahkan sebagai "Passover" bukan "Easter". (Matius 26:17-19).
Kesimpulan : Paskah atau Passover yang
kita rayakan adalah perayaan kebangkitan Yesus Kristus mengalahkan kematian. Sedangkan
Easter (atau Ishtar) adalah perayaan kebangkitan seorang dewa bernama Tamus.
H a p p y
Passover to All My Family in God! ˆ⌣ˆ
•☆·.·*†*•.J e s u s Bless.•*†*·.·☆•
•☆·.·*†*•.J e s u s Bless.•*†*·.·☆•
Dan rupanya bukan cuma saya yang
mendapatkannya. Ada
begitu banyak orang menerima SMS / BBM yang sama. Sekian orang lalu bertanya
kepada saya apakah benar demikian.
Saya lalu coba mempelajari
tentang kata Paskah ini, memang harus diakui bahwa di dalam seluruh Alkitab
kata Paskah selalu disebut Passover (dari
bahasa Ibrani “PESAH”) yang arti dasarnya adalah melewati. Mengapa demikian?
Karena Paskah di dalam Alkitab biasanya mengacu pada paskah orang Israel di mana
mereka memperingati keluarnya mereka dari Mesir. Itu jelas berbeda dengan
paskahnya Kristen yang bukan memperingati keluar dari Mesir tetapi memperingati
hari kebangkitan Tuhan Yesus yang disebut dengan “EASTER”. Jadi Alkitab memang tidak
pernah menggunakan kata Paskah untuk menunjuk pada Paskah Kristen. Gereja
Kristenlah yang nantinya memberikan arti baru pada Paskah Israel itu sebagai hari kebangkitan
Kristus karena Kristus sendiri disebut sebagai domba Paskah kita.
1 Kor 5:7 - Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu
menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih,
yaitu Kristus”.
Tentang asal mula kata “EASTER”
ini memang ada banyak pandangan. Apa yang disebarkan lewat SMS / BBM itu
hanyalah salah 1 versi saja yang kelihatannya dikutip dari website ini : http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2033.
Versi lainnya mengatakan bahwa
perayaan Easter ini berasal dari perayaan dewi Eastre kadang disebut Eostre
yang merupakan dewi musim semi dan kesuburan yang disembah oleh suku Teutonic
pada jaman pra Kristen di Jerman. Menurut legenda pada jaman itu, dimana suku
Teutonic yang sudah memeluk agama Kristen, para missionaris mengambil dan
menukar perayaan Eastre sebagai perayaan Kebangkitan Yesus, yang kebetulan juga
jatuh pada awal musim semi. Awalnya sekedar meneruskan tradisi perayaan
musim semi suku Teutonic, tapi arti dan tujuannya sudah berubah. (Sumber : http://magentalight.wordpress.com/category/sejarah/)
Yang lain lagi mengatakan bahwa Easter
merupakan kata bahasa Inggris yg berasal dari akar kata bahasa proto-Germanic
yang memiliki arti "to rise" (atau bangkit). Dalam bahasa Jerman
kontemporer kata "oest" dan dalam bahasa Inggris kata
"east" -- keduanya memiliki arti Timur -- petunjuk arah saat matahari
terbit (to rise -- bangkit dari kegelapan malam) di pagi hari; ini menjadi akar
kata untuk "Easter". Fakta ini tidak hanya menunjuk pada kebangkitan
Yesus dari kematian, namun juga kenaikan-Nya (to rise) ke Surga dan nanti saat
kita terangkat (to rise) ke surga bersama-sama dengan Yesus Kristus saat Dia
datang kembali untuk menghakimi dunia. (Sumber : http://paskah.sabda.org/asal_kata_easter)
Dari sini jelas terlihat bahwa
ada kesimpang siuran pandangan seputar asal usul kata “EASTER” ini. Tetapi ini
seharusnya tidak perlu mencemaskan kita karena SEANDAINYA PUN ITU BERLATAR
BELAKANG PENYEMBAHAN KAFIR, toh apa yang kita sebut sekarang dengan Paskah
Kristen adalah peringatan kebangkitan Kristus tanpa sedikitpun ada hubungan
dengan kekafiran sebagai asal usulnya.
Perlu diingat bahwa Natal pun sebenarnya ada
hubungan dengan perayaan kafir yakni perayaan Saturnalia atau hari kelahiran
dewa Ra (dewa matahari) yang tepat pada tanggal 25 Desember. Orang Kristen
mengadopsi perayaan itu dan “mengganti isinya” dengan perayaan akan kelahiran
Kristus untuk menandingi perayaan kafir itu. Kenapa kita tidak menolak
menggunakan apalagi merayakan Natal
dengan alasan yang sama?
Sebenarnya tidak ada masalah
bahwa suatu istilah kafir digunakan oleh orang Kristen tetapi isi/konsepnya
sudah bukan konsep kafir melainkan konsep Kristiani. Saya berikan contoh :
1. Istilah ‘raja di atas segala raja’ itu
sebenarnya adah gelar dari raja-raja kafir.
Dan 2:37 -
“Ya tuanku raja, raja segala raja, yang
kepadanya oleh Allah semesta langit telah diberikan kerajaan, kekuasaan, kekuatan
dan kemuliaan”.
Ezra 7:12
- “‘Artahsasta, raja segala raja, kepada Ezra,
imam dan ahli Taurat Allah semesta langit, dan selanjutnya. Maka sekarang”.
Jadi istilah
“raja segala raja” ini pertama kali digunakan oleh raja Nebukadnezar dan
Artahsasta yang adlaah raja-raja kafir. Tetapi ternyata gelar dari raja-raja
kafir itu lalu diberikan kepada Yesus / Allah oleh rasul Paulus dan rasul
Yohanes.
1Tim 6:15 - “yaitu saat yang akan ditentukan oleh
Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan
Tuan di atas segala tuan”.
Wah 17:14
- “Mereka akan berperang melawan Anak
Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas
segala tuan dan Raja di atas
segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang,
yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.’”.
Wah 19:16
- “Dan pada jubahNya dan pahaNya
tertulis suatu nama, yaitu: ‘Raja
segala raja dan Tuan di atas segala tuan.’”.
The
International Standard Bible Encyclopedia, vol II: “The
title ‘King of kings,’ denoting absolute authority rather than divinity per se,
is used of God and Christ in the NT (always with ‘Lord of lords’: 1Tim. 6:15;
Rev. 17:14; 19:16). Its use was a response by both Jews and Christians to
the practice of deifying earthly political rulers” [Gelar ‘Raja segala raja’ lebih menunjukkan
otoritas mutlak dari pada keilahian sendiri, digunakan terhadap Allah dan
Kristus dalam PB (selalu dengan ‘Tuhan segala Tuhan’: 1Tim 6:15; Wah 17:14;
19:16). Penggunaannya merupakan suatu tanggapan baik oleh orang-orang Yahudi
dan orang-orang Kristen terhadap praktek pendewaan penguasa-penguasa politik
duniawi] - hal 508.
Jadi rupanya pada jaman itu banyak raja duniawi
disebut dengan istilah ‘raja di atas segala
raja’. Orang-orang
kristen merasakan itu sebagai tidak tepat, dan mereka menganggap hanya Yesus /
Allah yang pantas memakai gelar itu, dan mereka lalu memberikan gelar itu
kepada Allah / Yesus, dan bahkan setiap kali gelar itu mereka berikan kepada
Allah / Yesus, maka mereka menambahi dengan kata-kata ‘Tuhan atas segala Tuhan’. Jadi mereka menampilkan Yesus / Allah sebagai
saingan terhadap raja-raja kafir yang didewakan oleh rakyat kafir mereka.
Apakah ini juga mau kita anggap berasal dari kafir? Kalau mau dikatakan berasal
dari kafir, memang jelas berasal dari kafir. Tetapi apakah kita mau menyalahkan
motivasi mereka, yang sebetulnya bisa dikatakan sebagai ‘mulia’?
2. Nama ‘Lucifer’
(KJV) / ‘bintang timur’ (Yes
14:12), yang berasal dari astrology, suatu bentuk pemberhalaan.
Yes 14:12 - “ ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar,
engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!”.
KJV: ‘How art thou fallen from
heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to
the ground, which didst weaken the nations!’ (Bagaimana engkau jatuh dari
surga, hai Lucifer / Bintang Timur, putera pagi / Fajar!
bagaimana engkau ditebang / dijatuhkan ke tanah, yang melemahkan
bangsa-bangsa!).
Dari ‘International
Standard Bible Encyclopedia’ dengan topik ‘ASTROLOGY’ dikatakan :
“THE WORSHIP OF THE HEAVENLY BODIES THE FORM
OF IDOLATRY TO WHICH THE ISRAELITES WERE MOST PRONE: ... 5. Lucifer, the
Shining Star” (Penyembahan terhadap benda-benda surgawi /
angkasa; bentuk pemberhalaan terhadap mana bangsa Israel paling condong: ...
5. Lucifer, bintang yang bersinar).
Tetapi nama ‘Lucifer’ / ‘bintang timur’ ini akhirnya dipakai
oleh Yesus untuk diri-Nya sendiri dalam Wah 22:16.
Wah 22:16 : “‘Aku, Yesus, telah mengutus
malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi
jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang
gilang-gemilang.’”.
Kalau Yesus
sendiri boleh menggunakan suatu nama yang berasal dari kekafiran untuk diri-Nya
sendiri, lalu mengapa kita tidak boleh?
Note : Sebetulnya merupakan
sesuatu yang salah untuk mengatakan bahwa kata Lucifer itu menunjuk kepada
pemimpin malaikat yang lalu jatuh dan menjadi setan. Tapi ini tidak perlu
dijelaskan di sini.
3. Kata ‘Behold’ / ‘Lihatlah’ dalam Yes 7:14 diambil dari
kekafiran dan diterapkan pada kelahiran Kristus.
Yes 7:14 - “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan
kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung
dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel”.
KJV: ‘Therefore the Lord himself shall give you a sign; Behold, a
virgin shall conceive, and bear a son, and shall call his name Immanuel’
(Karena itu, Tuhan sendiri akan memberimu suatu tanda; Lihatlah,
seorang perawan akan mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan
akan menamaiNya Immanuel).
E. J. Young:
“‘Behold!’
... It has also appeared in the texts from Ugarit. ... In Ugarit it had been used to announce the birth
of gods, nonexistent beings who were a part of that web of superstition which
covered the ancient pagan world. On Isaiah’s lips, however, this formula is
lifted from its ancient pagan context and made to introduce the
announcement of the birth of the only One who truly is God and King” (‘Lihatlah!’ ... Kata itu juga muncul dalam
text-text dari Ugarit.
... Di Ugarit kata itu telah digunakan untuk mengumumkan kelahiran allah-allah
/ dewa-dewa, makhluk-makhluk yang tidak mempunyai keberadaan yang merupakan
sebagian dari jaringan takhyul yang meliputi dunia kafir kuno. Tetapi di bibir
Yesaya, formula ini diangkat dari konteks kafir kunonya dan digunakan
untuk mengajukan pengumuman tentang kelahiran dari satu-satunya ‘Makhluk’ yang
sungguh-sungguh adalah Allah dan Raja) - ‘The Book of Isaiah’,
vol I, hal 284-285.
Kalau Yesaya boleh menggunakan kata yang berasal dari orang
kafir dalam urusan berhala mereka, dan menggunakannya untuk menubuatkan
kelahiran Kristus, mengapa kita harus menolak kata “EASTER” dengan alasan itu
berasal dari orang kafir / penyembah berhala?
4. Kata Yunani THEOS
(Allah) mungkin juga berhubungan dengan kekafiran.
Herman Bavinck: “Formerly
the Greek word THEOS was held to be derived from TITHENAI, THEEIN,
THEASTHAI. At present some philologists connect it with Zeus, Dios, Jupiter,
Deus, Diana, Juno, Dio, Dieu. So interpreted it would be identical with the
Sanskrit ‘deva,’ the shinning heaven, from ‘divorce’ to shine. Others,
however, deny all etymological connection between the Greek word THEOS and the
Latin Deus and connect the former with the root THES in THESSASTHAI to desire,
to invoke. In many languages the words ‘heaven’ and ‘God’ are used
synonymously; the oldest Grecian deity Uranus was probably identical with the
Sanskrit Varuna; the Tartar and Turkish word ‘Taengri’ and the Chinese word
‘Thian’ mean both heaven and God; and also in Scripture the words heaven and
God are sometimes used interchangeably; e.g., in the expression ‘kingdom of
heaven’ or ‘kingdom of God.’” (Dahulu dipercaya bahwa kata Yunani THEOS diturunkan dari TITHENAI,
THEEIN, THEASTHAI. Pada saat ini beberapa ahli bahasa menghubungkannya
dengan Zeus, Dios, Jupiter, Deus, Diana, Juno, Dio, Dieu. Ditafsirkan demikian,
maka kata itu menjadi identik dengan kata Sansekerta ‘deva’, ‘langit /
surga yang berkilau / bersinar’, dan berasal dari kata ‘div’ yang berarti
‘berkilau / bersinar’. Tetapi para ahli bahasa yang lain menyangkal semua
hubungan asal usul kata antara kata Yunani THEOS dan kata Latin DEUS dan
menghubungkan kata THEOS itu dengan akar kata THES dalam THESSASTHAI, yang
berarti ‘menginginkan’, ‘meminta / memohon’) - ‘The Doctrine of God’,
hal 98-99.
Memang dalam Kitab Suci kata Elohim, Theos,
dsb, dipakai, baik untuk menunjuk kepada Allah yang benar, maupun kepada
dewa-dewa / berhala-berhala kafir, bahkan kepada setan (1Sam 28:13 2 Kor 4:4).
1 Sam 28:13 : Maka berbicaralah raja kepadanya:
"Janganlah takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu
menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu
yang ilahi (Ibrani : ELOHIM) muncul
dari dalam bumi."
2 Kor 4:4 : yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang
pikirannya telah dibutakan oleh ilah
(Yun : THEOS) zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil
tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Note : Istilah ‘ilah
zaman ini’ tentu menunjuk kepada setan.
Nah, kalau begitu apakah kita harus membuang penggunaan
istilah itu? Padalah baik PL maupun PB menggunakan 2 kata itu untuk menunjuk
juga pada Allah yang benar.
5. Istilah dalam
Wah 1:4 yang digunakan untuk Allah juga mempunyai banyak kemiripan dengan
istilah-istilah yang digunakan terhadap dewa kafir.
Wah 1:4 - “Dari
Yohanes kepada ketujuh jemaat yang di Asia Kecil: Kasih karunia dan damai
sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang
ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, dan dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhtaNya”.
Barnes’ Notes
(tentang Wah 1:4): “It is
remarkable that there are some passages in pagan inscriptions and writings
which bear a very strong resemblance to the language used here by John
respecting God. Thus, Plutarch (De Isa. et Osir., p. 354.), speaking of a temple of Isis,
at Sais, in Egypt, says, ‘It bore this
inscription -- ‘I am all that was, and is, and shall be, and my vail no mortal
can remove’’ -- ... . So Orpheus (in Auctor. Lib. de Mundo), ‘Jupiter is the
head, Jupiter is the middle, and all things are made by Jupiter.’ So in
Pausanias (Phocic. 12), ‘Jupiter
was; Jupiter is; Jupiter shall be.’” [= Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa
ada beberapa text dalam prasasti-prasasti dan tulisan-tulisan kafir yang
mengandung suatu kemiripan yang sangat kuat dengan bahasa / ungkapan yang
digunakan oleh Yohanes di sini berkenaan dengan Allah. Sesuai dengan itu,
Plutarch (De Isa. et Osir., p 354.), berbicara tentang kuil dari Isis, di Sais, di Mesir, berkata:
‘Itu mengandung tulisan ini - ‘Aku adalah semua yang dahulu ada, dan sekarang
ada, dan yang akan datang, dan tidak seorangpun bisa menyingkirkan cadar(?)ku’’
- ... Demikian juga Orpheus (in Auctor. Lib. de Mundo), ‘Yupiter adalah kepala,
Yupiter adalah tengah-tengah, dan segala sesuatu dibuat oleh Yupiter’. Demikian
juga dalam Pausanias (Phocic. 12), ‘Yupiter
ada dahulu; Yupiter ada
sekarang; Yupiter akan ada’.]
- hal 1543.
6. Pada zaman dahulu
(Perjanjian Lama) banyak orang kafir menyembah benda-benda angkasa, termasuk
bintang.
2 Raja 23:5 - “Ia
memberhentikan para imam dewa asing yang telah diangkat oleh raja-raja Yehuda
untuk membakar korban di bukit pengorbanan di kota-kota Yehuda dan di sekitar
Yerusalem, juga orang-orang yang membakar korban untuk Baal, untuk dewa
matahari, untuk dewa bulan, untuk
rasi-rasi bintang dan untuk segenap tentara langit”.
Amos 5:26 - “Kamu akan mengangkut Sakut, rajamu, dan Kewan, dewa bintangmu, patung-patungmu yang telah kamu
buat bagimu itu”.
Kis 7:43 - “Tidak
pernah, malahan kamu mengusung kemah Molokh dan bintang dewa Refan,
patung-patung yang kamu buat itu untuk disembah. Maka Aku akan membawa kamu ke
dalam pembuangan, sampai di seberang sana Babel”.
Juga bintang dipakai sebagai alat meramal (horoscope).
Yes 47:13 - “Engkau
telah payah karena banyaknya nasihat! Biarlah tampil dan menyelamatkan engkau
orang-orang yang meneliti segala
penjuru langit, yang menilik bintang-bintang dan yang pada setiap bulan baru
memberitahukan apa yang akan terjadi atasmu!”.
Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘nature worship’, ‘Stars and constellations’: “True star worship existed
only among some ancient civilizations associated with Mesopotamia, where star
worship was practiced” (=
Penyembahan bintang yang sesungguhnya hanya ada di antara beberapa kebudayaan
kuno yang bersekutu dengan Mesopotamia, dimana
penyembahan bintang dipraktekkan).
Tetapi pada kelahiran Kristus, bintang dipakai oleh Allah
untuk memimpin orang-orang Majus untuk bisa menemukan Kristus.
Mat 2:2,7,9-10 - “(2)
dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk
menyembah Dia.’ ... (7) Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang
majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak. ... (9)
Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di
Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana
Anak itu berada. (10) Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka”.
Mengapa Allah mau menggunakan bintang, yang tadinya
merupakan ‘alat kafir’ ini, sebagai alat-Nya untuk menunjukkan Kristus kepada
orang-orang Majus?
7. Orang kristen
berbakti pada hari yang dalam bahasa Inggris disebut ‘Sunday’, yang berasal dari nama hari raya kafir.
Microsoft
Encarta Reference Library 2003: “‘Sunday,’ first day of the week. Its English name and its German name (
Sonntag) are derived from the Latin dies solis, ‘sun’s day,’ the name of a
pagan Roman holiday. In the New Testament (see Revelation 1:10)
it is called the Lord’s Day (Dominica
in the Latin version), from which the name of Sunday is derived in Romance
languages (French Dimanche; Italian Domenica; Spanish Domingo; Roman Duminica).
In the early days of Christianity, Sunday began to replace the Sabbath and to
be observed to honor the resurrection of Christ. Sunday was instituted as a day
of rest, consecrated especially to the service of God, by the Roman emperor
Constantine the Great” [= ‘Minggu’, hari pertama dari suatu minggu. Nama
bahasa Inggris dan bahasa Jermannya (Sonntag) diturunkan / didapatkan dari kata
bahasa Latin ‘dies solis’, ‘hari matahari’, nama dari hari raya Roma kafir.
Dalam Perjanjian Baru (lihat Wahyu 1:10) itu disebut ‘Hari Tuhan’ (‘Dominica’ dalam versi Latin), dari mana nama
‘Sunday’ didapatkan dalam bahasa-bahasa Romance (Perancis ‘Dimanche’; Italy
‘Domenica’; Spanyol ‘Domingo’; Romawi ‘Duminica’). Pada hari-hari awal dari
kekristenan, Minggu mulai menggantikan Sabat dan diperingati / dihormati untuk
menghormati kebangkitan Kristus. Hari Minggu ditetapkan sebagai hari istirahat,
dipersembahkan secara khusus untuk pelayanan / ibadah kepada Allah, oleh kaisar
Romawi Kontantin yang Agung].
Apakah kita tidak boleh berbakti pada hari itu, karena hari
itu berasal usul dari hari raya kafir? Atau apakah kita sebagai orang-orang
Kristen harus mengubah nama hari itu? Apakah orang Kristen tidak boleh
menggunakan istilah ‘Sunday School’ (Sekolah Minggu)?
Juga, semua nama hari dalam bahasa Inggris dan juga
nama-nama bulan seperti Januari, dan sebagainya, berasal dari nama-nama dewa
atau dari nama-nama kaisar Romawi yang didewakan. Apakah kita sebagai
orang-orang Kristen tidak boleh memakai nama-nama hari dan bulan itu?
8. Bahasa Yunani
juga merupakan bahasa bangsa kafir, tetapi lalu diambil dan digunakan sebagai
bahasa asli dari Kitab Suci.
Kesimpulan : Karena dunia ini dulunya seluruhnya kafir, adalah mustahil
bagi kita untuk menghindari hal-hal yang berasal dari kekafiran. Jadi selama
kekafiran itu bisa disaring / dibersihkan, tidak jadi soal dengan hal-hal yang
asal usulnya kafir itu.
Dari semua itu juga terlihat
bahwa bahwa suatu sebutan yang berlatar belakang kafir pun bisa digunakan orang
Kitab Suci / orang Kristen tetapi isi / konsepnya adalah konsep Alkitabiah /
Kristiani. Dengan kata lain Kitab Suci / orang Kristen telah melakukan
redefinisi terhadap istilah-istilah kafir itu.
KARENA ITU SEANDAINYA KATA “EASTER” ITU MEMANG BERLATAR BELAKANG KAFIR,
SAMA SEKALI TIDAK ADA MASALAHNYA KARENA ORANG KRISTEN MENGGUNAKAN KATA ITU
BUKAN UNTUK MENYEMBAH / MENGINGAT DEWA-DEWA KAFIR ITU MELAINKAN UNTUK MENGINGAT
JASA / PENGORBANAN TUHAN YESUS KRISTUS.
Demikian penjelasan saya!
SELAMAT PASKAH – HAPPY EASTER,
GOD BLESS U.
Saya juga baru posting dengan judul hampir serupa dengan artikel Anda, sama terinspirasinya dengan broadcast di BBM, he he. Happy Easter
BalasHapus