Mat 14:13-21 – (13) Setelah Yesus mendengar berita itu
menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke
tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan
mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. (14) Ketika Yesus mendarat, Ia
melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. (15) Menjelang
malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan
hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat
membeli makanan di desa-desa." (16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka:
"Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (17)
Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua
ikan." (18) Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." (19)
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima
roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu
memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu
murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. (20) Dan mereka
semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan
roti yang sisa, dua belas bakul penuh. (21) Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
K
|
isah yang baru saja kita baca ini
adalah kisah yang tidak asing lagi, bahkan boleh dikatakan sebagai kisah yang
terkenal. Kisah ini adalah satu-satunya cerita mujizat yang diceritakan di
dalam 4 Injil. Dan karenanya nanti dalam pembahasan kisah ini, saya tidak hanya
mengacu pada catatan Injil Matius saja yang sudah kita baca tetapi juga pada
catatan Injil-Injil yang lain. Ya, kisah
di mana Yesus memberi makan 5000 orang dengan menggunakan 5 roti dan 2 ikan.
Jumlah 5000 orang ini hanyalah jumlah laki-laki, tidak termasuk perempuan dan
anak-anak.
Mat 14:21 - Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Sehingga sudah pasti jumlah yang
makan melampaui itu. Barclay memperkirakan jumlah seluruhnya 12.000 orang. Saking
terkenalnya cerita ini sampai diciptakan lagu khusus tentangnya : “Lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus yang
memberkati. Dimakan 5000 orang, sisa 12 bakul”.
Memang ada juga orang yang
menafsirkan bahwa cerita ini bukanlah mujizat di mana Tuhan membuat 5 roti dan
2 ikan cukup untuk ribuan orang.
a. Barclay
mengatakan bahwa ada orang yang mengartikan cerita ini sebagai sebuah sakramen.
William Barclay - Banyak orang melihat dalam mukjizat ini suatu sakramen.
Mereka berpikir bahwa orang-orang yang hadir di sana waktu itu hanya menerima secuil
makanan, namun dapat menguatkan mereka untuk melanjutkan perjalanan mereka
dan merasa puas. Orang yang memandang begitu merasa bahwa ini bukanlah makanan
yang dapat memuaskan rasa lapar jasmani mereka, melainkan makanan rohani
Kristus yang mereka makan. Jika memang demikian, ini merupakan suatu mukjizat
yang diulang kembali setiap kali kita duduk pada meja perjamuan Tuhan kita;
karena pada saat itu kita menerima makanan rohani yang memampukan kita berjalan
dengan langkah yang lebih tegap dan dengan tenaga yang lebih kuat, guna
menempuh perjalanan hidup yang menuju kepada Allah. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius
11-28, hal. 165).
Keberatan :
1. Kalau
pun setiap orang hanya menerima secuil roti, tetap 5 roti tidak bisa mencukupi
kebutuhan 12.000 orang. Bandingkan ini dengan kata-kata Filipus.
Yoh 6:7 - Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan
cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.
Kalau roti
seharga 200 dinar saja tidak bisa mencukupi kebutuhan yang ada sekalipun setiap
orang hanya dapat secuil, bagaimana bisa 5 roti cukup? Kecuali roti raksasa. Apalagi
5 ekor ikan kecil? Kecuali ikan paus / hiu raksasa.
2. Dalam
ayat 20 dikatakan bahwa orang-orang itu makan sampai kenyang.
Mat 14:20 - Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…..
Jadi bukan hanya
secuil makanan.
b. Barclay
sendiri kelihatannya percaya bahwa ini adalah tindakan Yesus yang membuat
orang-orang mengeluarkan roti persediannya untuk dimakan bersama-sama.
William Barclay – Bayangkanlah kejadiannya. Ada orang banyak berkumpul, dan
hari sudah larut senja, dan mereka sudah lapar. Namun, apakah mungkin bahwa
orang banyak yang berkumpul di sekeliling danau itu sama sekali tidak punya
makanan? Tidakkah mereka membawa makanan, betapapun sedikitnya? Maka senja pun
tiba dan mereka mulai lapar. Namun, mereka sungguh egois. Tidak seorang
pun ingin memperlihatkan apa yang ia bawa, apalagi membagikannya kepada orang
lain sehingga dirinya sendiri akan kekurangan. Maka Yesus menjadi pelopor.
Makanan apa pun yang dimiliki Yesus dan para murid-Nya, Ia mulai saling berbagi
dengan ucapan berkat, tawaran, dan senyuman. Maka mereka pun mulai ikut
membagi-bagikan, dan sebelum mereka sadar akan apa yang sedang terjadi,
ternyata semuanya cukup, bahkan lebih dari cukup untuk semua orang.
Sesungguhnya bila ini yang terjadi, hal itu bukanlah mukjizat penggandaan roti
dan ikan; itu adalah mukjizat tentang perubahan hati manusia yang egois menjadi
murah hati karena sentuhan Kristus. Ini adalah mukjizat tentang lahirnya kasih
di dalam hati yang tidak rela memberi. Ini adalah mukjizat tentang laki-laki
dan perempuan yang diubah oleh sesuatu dari Kristus yang ada dalam hati mereka,
yang telah mengusir keegoisan mereka. Bila demikian, di dalam arti yang paling
nyata Kristus memberi mereka makan diri-Nya sendiri dan mengutus Roh-Nya untuk
tinggal di dalam hati mereka. Tidak menjadi persoalan bagaimana kita mengerti
mukjizat ini. Satu hal yang pasti: bila Yesus ada di sana, mereka yang letih
dapat beristirahat, dan mereka yang lapar jiwanya dikenyangkan. (Pemahaman
Alkitab Setiap Hari : Matius 11-28, hal. 165-166).
Keberatan :
1. Yoh 6:14
jelas menunjukkan bahwa ini adalah mujizat.
Yoh 6:14 - Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakanNya,
mereka berkata: ‘Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam
dunia.’
2. Juga
perhatikan argumentasi Wiersbe berikut ini :
Warren Wiersbe - Apakah Yesus benar-benar melakukan suatu mukjizat? Mungkin
kemurahan hati anak laki-laki itu hanya membuat malu orang lain sehingga mereka
mengeluarkan bekal makan siang yang mereka sembunyikan dan memberikannya kepada
orang-orang di dekat mereka? Bukan begitu kenyataannya. Yesus tahu hati manusia
(2:24; 6:61, 64, 70) dan Ia menyatakan bahwa orang-orang itu lapar. Ia tentu
akan tahu jika ada makanan yang disembunyikan. Selain itu, orang-orang
menyatakan bahwa ini adalah suatu mukjizat dan bahkan ingin menjadikan Yesus
sebagai raja (6:14-16). Seandainya peristiwa itu hanya suatu akibat dari
psikologi massa, orang-orang tidak akan memberi tanggapan seperti itu. Yohanes
tidak akan memilih peristiwa itu sebagai salah satu dari
"tanda-tanda" seandainya peristiwa itu bukan suatu mukjizat. (Hidup
di Dalam Kristus, hal. 95-96).
Jadi jelas bahwa ini benar-benar
adalah suatu mujizat penggandaan roti dan ikan dan kita tidak semestinya
meragukan apa yang diceritakan secara gamblang di sini.
Sebagaimana saya katakan di atas,
kalau ini bagian yang terkenal, saya yakin sudah banyak orang berkhotbah
tentang ini. Dan saudara juga pasti pernah mendengarkan khotbah dari kisah ini,
bahkan mungkin mendengarnya lebih dari satu kali. Tapi saya berharap bahwa itu
tidak menjadi halangan bagi kita untuk mendengarkannya sekali lagi karena
Firman Tuhan itu kaya. Dia bisa memberkati secara berlimpah dari kisah yang
sama. Ada banyak hal yang bisa disoroti dari kisah ini tapi pada kesempatan ini
saya hanya akan menyoroti apa yang dibuat oleh Yesus yang dapat menjadi teladan
bagi kita. Cerita ini memperlihatkan beberapa teladan dari Yesus yang dapat
kita tiru :
I. TELADAN DI
DALAM PELAYANAN.
Teladan Yesus
di dalam pelayanan ini nampak lewat beberapa fakta :
- Dia tidak menjadikan masalah pribadi-Nya sebagai alasan untuk mengabaikan pelayanan.
Sebelum
peristiwa mujizat 5 roti dan 2 ikan ini, Alkitab memberikan gambaran tentang
situasi yang terjadi berkaitan dengan Yesus. Matius memberikan keterangan bahwa
Yesus baru saja mendapatkan kabar tentang kematian Yohanes Pembaptis yang
dipenggal kepalanya oleh Herodes.
Mat 14:12 - Kemudian datanglah murid-murid Yohanes
Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya.
Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.
Sudah pasti
Yesus merasa sedih karena Yohanes Pembaptis adalah sepupu-Nya. Itulah sebabnya
Ia menyingkir dan mengasingkan diri.
Mat 14:13 - Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak
mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.
Berarti saat itu
Yesus sedang berada dalam keadaan dukacita dan Ia mau mengambil waktu
menyendiri.
Tapi ada situasi
yang lain yang digambarkan oleh Markus.
Mark 6:29-32 – (29) Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal
itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.
(30) Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan
kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. (31) Lalu Ia berkata kepada
mereka: "Marilah ke tempat yang
sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab
memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat.
(32) Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat
yang sunyi.
Jadi Markus
menceritakan ada banyak orang yang datang untuk dilayani oleh Yesus dan
murid-murid-Nya dan ini membuat mereka bahkan tidak sempat makan. Mereka sangat
lelah. Dan karena itu Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk beristrahat sejenak.
Note : Ini berarti para pelayan
Tuhan pun perlu waktu beristrahat dan refresing sejenak. Mungkin penting juga
gereja memikirkan pembiayaan bagi acara refresingnya para hamba Tuhan.
Dua situasi ini
tidak bertentangan karena dalam ayat 32 Markus juga memberikan keterangan
tentang kematian Yohanes Pembaptis. Bisa jadi sementara Yesus dan
murid-murid-Nya sibuk melayani sampai kelelahan, datanglah berita buruk bagi
Yesus bahwa sepupu-Nya Yohanes Pembaptis sudah dibunuh dan dikuburkan. Itu
berarti Yesus berada dalam situasi yang tidak bagus. Di satu sisi Ia dan
murid-murid-Nya sangat lelah, di sisi yang lain datang berita dukacita lagi.
Dan sangat wajar Yesus lalu mengajak murid-murid-Nya untuk mengasingkan diri,
menyendiri dan beristrahat. Bahkan bagi Yesus itu mungkin adalah waktu yang
penting untuk menenangkan diri dari perasaan dukacita-Nya. Tetapi apakah yang
terjadi?
Mat 14:13 – “…Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan
darat dari kota-kota mereka.
Mark 6:33-34 – (33) Tetapi pada waktu mereka bertolak
banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil
jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga
mendahului mereka. (34) Ketika Yesus
mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, ….
Coba bayangkan
situasi ini. Kalau saudara dalam posisi Yesus kira-kira bagaimana? Saudara baru
saja bekerja keras, melayani banyak orang sampai makan pun tidak sempat,
tahu-tahu datang berita duka dan saudara menjadi galau lalu mau menyendiri
sekalian beristrahat, ternyata belum juga beristrahat sudah datang begitu
banyak orang untuk dilayani. Apa reaksi saudara? Mungkin mood saudara akan
menjadi buruk, wajah menjadi cemberut, senyum menjadi hilang dan emosi tidak
stabil dan jengkel dengan situasi itu dan bahkan mengusir orang-orang itu. Tapi
perhatikan bagaimana reaksi Yesus? Dan apa yang Ia buat?
Mat 14:14 – “….maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Mark 6:34 – “… maka tergeraklah
hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba
yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka.
Luk 9:11 – “… Ia
menerima mereka dan berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah
dan Ia menyembuhkan
orang-orang yang memerlukan penyembuhan
Bahkan Ia melayani mereka sampai malam. (Mat
14:15; Mark 6:35; Luk 9:12). Dan itu berarti bahwa Ia dan murid-murid-Nya tidak
sempat makan siang padahal sebelumnya mereka sudah kelaparan. Mengapa Yesus mau
melakukan semua itu? Karena hatinya penuh kasih kepada orang banyak itu.
“Tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan”. Di sini kita melihat bahwa Yesus, sekalipun lelah, bahkan dalam
keadaan berduka, tetapi tidak menjadikan itu menjadi alasan untuk tidak
melayani atau menghindar dari pelayanan.
Sikap Yesus ini
seharusnya menjadi teladan bagi kita semua pelayan Tuhan. Betapa sering kita
enggan untuk melayani atau menghindar dari pelayanan kita dengan berbagai
alasan yang bahkan adalah alasan-alasan yang lebih remeh dibandingkan dengan
yang dialami Yesus. Pelayanan kita seringkali macet karena alasan-alasan
seperti sibuk, lelah, ada masalah, galau, mood tidak bagus, lagi bete, dll.
Tapi pikirkan ini. Kalau saudara bekerja di kantor, apakah saudara bisa tidak
masuk kantor karena alasan lagi sibuk? Apakah saudara bisa tidak masuk kantor
karena alasan lagi galau? Apakah saudara bisa tidak masuk kantor karena lagi
ada masalah? Apakah saudara bisa tidak masuk kantor karena alasan mood lagi
tidak bagus? Tidak bukan? Kalau untuk pekerjaan sekuler saja saudara tetap
melaksanakannya tidak peduli ada masalah, tidak peduli mood buruk, tidak peduli
lagi galau / bete, dsb, mengapa untuk pekerjaan Tuhan saudara bisa dengan
gampang mengabaikannya karena alasan-alasan yang demikian? Mungkin saudara
berkata karena memang saudara bekerja di sana dan makan dari sana. Jadi
wajarlah kalau saudara bersikap seperti itu. Tapi bukankah saudara juga
memperoleh keselamatan kekal dari Tuhan? Bukankah saudara mendapatkan
pengampunan dosa dari Tuhan? Bukanlah saudara mendapatkan nafas dari Tuhan?
Bukankah saudara mendapatkan kesehatan dari Tuhan? Bukankah saudara mendapatkan
keamanan dan kenyamanan dari Tuhan? Kenapa terlalu banyak alasan di dalam
pelayanan? Apalagi bagi mereka yang memang hidup dari pelayanan itu (seperti
pendeta dan evangelis), seharusnya alasan-alasan demikian bisa dikesampingkan
demi pelayanan. Saya sendiri sebagai manusia memiliki banyak persoalan dan
pergumulan yang kadang-kadang membuat perasaan menjadi sangat tidak nyaman atau
tidak enak. Saya juga bisa galau. Tetapi apakah saya harus menjadikan itu
menjadi alasan untuk menunda atau tidak melaksanakan pelayanan-pelayanan yang
ada? Kalau saya bertindak demikian, gereja ini bisa bubar. Jadi apa pun yang
saya alami, bagaimana pun perasaan saya, semua harus dikesampingkan dan
pelayanan harus lebih diutamakan. Jikalau
kita menyadari bahwa pelayanan adalah tanggung jawab sekaligus hutang kita di
hadapan Tuhan maka kita seharusnya mengesampingkan berbagai macam alasan yang
ada dan terus berjuang untuk melayani Tuhan.
- Dia melibatkan murid-murid di dalam pelayanan-Nya.
Dalam peristiwa
pemberian makan ribuan orang itu, sekalipun Yesus tentu sanggup melaksanakan
itu sendiri, tetapi Ia justru mau melibatkan para murid-Nya dalam pelayanan
itu.
Mat 14:16,19 – (16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka:
"Tidak perlu mereka pergi, kamu
harus memberi mereka makan. (19) Lalu disuruh-Nya orang banyak itu
duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah
ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya,
lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Luk 9:14-16
- (14)
“….Lalu Ia berkata kepada murid-muridNya: ‘Suruhlah mereka duduk
berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok.’ (15) Murid-murid
melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. (16) Dan
setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit,
mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-muridNya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak.
Jadi pelayanan
hari itu memang luar biasa dan Yesus menjadi yang utama tetapi para murid pun
semua aktif di dalam pelayanan itu karena Yesus melibatkan mereka. Ini memang
harus dicontoh oleh banyak gereja. Ada banyak gereja dan pelayanan yang hanya
digerakkan oleh orang-orang tertentu saja sedangkan yang lain hanya pasif. Ini
sesuatu yang salah! Saya sendiri sedang berpikir bagaimana caranya agar gereja
kita pun tidak hanya bergantung pada beberapa orang saja tetapi agar semua
jemaat mendapatkan kesempatan untuk melayani. Ini juga berarti bahwa Tuhan senang kalau semua orang Kristen terlibat
dalam pelayanan. Tuhan tidak senang kalau sebuah pelayanan hanya bergantung
pada orang-orang tertentu saja dan yang lain hanya menonton seperti pemirsa
televisi atau seperti dalam stadion sepakbola, ada ribuan orang di sana tetapi
yang main hanya 22 orang sedangkan mayoritas adalah penonton yang kadang-kadang
suka mengkritik dan merasa lebih pintar dari para pemain sendiri.
Yesus berulang kali mengajar Firman Tuhan kepada
murid-murid-Nya tetapi Ia juga melibatkan para murid di dalam pelayanan yang
ada. Ia tidak hanya mengajar mereka dan mereka tidak dilibatkan dalam
pelayanan. Sebaliknya Ia tidak hanya melibatkan mereka dalam pelayanan tetapi
tidak mewajibkan mereka untuk belajar Firman Tuhan. Jadi belajar Firman Tuhan
dan pelayanan adalah 2 hal yang yang tidak terpisahkan dari kehidupan
murid-murid Kristus. Karena itu jangan saudara hanya mau melayani tetapi tidak
mau belajar Firman Tuhan. Ini bisa sesat dan pelayanan jadi tidak karu-karuan.
Banyak orang Persekutuan Doa seperti ini sehingga dalam pelayanannya suka
melakukan yang aneh-aneh seperti mlarang orang melayat, melarang orang makan /
minum di tempat duka, praktek penyembuhan yang aneh-aneh, dll. Perhatikan
nasihat kitab Amsal.
Ams 19:2 - Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak
baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
Tetapi jangan juga hanya mau belajar Firman Tuhan
tetapi tidak mau melayani.
Di Israel ada laut yang namanya laut mati.
Keunikannya adalah orang bisa mengapung di atas laut itu. Dan lumpurnya
dipercaya mengandung zat obat yang bisa memuluskan kulit dan dari sana
dibuatlah banyak alat kosmetik dari lumpur. Sayangnya di laut ini tidak ada
kehidupan. Ikan-ikan maupun binatang laut satu pun tidak ada di sana. Karenanya
disebut laut mati. Mengapa? Karena kadar garam di laut ini begitu tinggi
sehingga tidak memungkinkan ada kehidupan. Lalu mengapa kadar garam begitu
tinggi? Karena laut ini sebenarnya seperti kolam luas yang hanya menerima air
dari sungai Yordan tetapi tidak pernah bisa menyalurkannya kemana-mana.
Banyak orang menggunakan gambaran ini untuk
menunjuk pada orang yang banya menerima berkat Tuhan tetapi tidak pernah
menyalurkannya bagi orang lain. Tetapi di sini saya katakan bahwa ini juga
berlaku bagi setiap kita yang hanya menerima Firman Tuhan tetapi tidak pernah
menyalurkannya kepada orang lain. Saudara menjadi tidak berguna untuk kehidupan
orang lain secara rohani. Demikian juga kalau saudara hanya menerima Firman
Tuhan terus tetapi tidak pernah menyalurkannya ke mana-mana maka saudara akan
menjadi seperti laut mati.
Dunia ini akan kacau kalau orang-orang yang giat
melayani justru tidak berpengetahuan sedangkan yang berpengetahuan justru tidak
melayani. Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya dengan belajar Firman
Tuhan dan juga dengan melayani. Maukah kita meneladani-Nya?
II.
TELADAN DI
DALAM MENYIKAPI BERKAT.
Berkat yang
saya maksudkan di sini adalah 5 roti dan 2 ikan itu yang didapatkan dari
seorang anak kecil berdasarkan keterangan Injil Yohanes.
Yoh 6:9 - "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan;
tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
Mendengar
tentang 5 roti dan 2 ikan itu. Yesus lalu memerintahkan agar itu dibawa
kepada-Nya.
Mat 14:18 - Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku.
Dan di tangan
Yesuslah 5 roti dan 2 ikan menjadi cukup untuk mengenyangkan ribuan orang itu.
Note : Ada perbedaan pandangan
apakah roti dan ikan itu menjadi banyak di tangan Yesus ataukah di tangan para
murid pada waktu membagi-bagikannya kepada orang banyak? Memang tidak ada
penjelasan eksplisit tetapi saya berpandangan itu terjadi di tangan Yesus dan
bukan di tangan murid-murid. Dasarnya adalah dari kata ‘memberikannya’ dalam Luk 9:16 (juga dalam Mark 6:41).
Luk 9:16 - Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua
ikan itu, ….lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya
dibagi-bagikannya kepada orang banyak
Kata “memberikannya” dalam ayat-ayat itu di
dalam bahasa aslinya ada dalam bentuk imperfect tense dan menunjukkan ‘he gave, and kept on giving’ (Ia memberikan, dan terus memberikan).
Ini menunjukkan bahwa mujizat itu terjadi di tangan Yesus.
Terlepas dari
masalah itu, yang ingin saya soroti adalah bagaimana sikap Yesus terhadap
berkat itu (roti dan ikan). Ada 2 hal yang perlu diperhatikan :
a. Dia
mengucap syukur untuk roti dan ikan itu.
Perhatikan :
Yoh 6:11 - Lalu
Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya
kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan
itu, sebanyak yang mereka kehendaki”.
Memang di dalam
Injil Matius, Markus dan Lukas tidak dikatakan mengucap syukur melainkan
mengucap berkat.
Mat 14:19 – “…. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan
dua ikan itu, Yesus menengadah ke
langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya
kepada orang banyak.
Ini sama dengan
Mark 6:41; Luk 9:16.
Tapi J.J de Herr
mengatakan :
J.J de Herr – Terjemahan LAI, bahwa Yesus “mengucap berkat” dapat menimbulkan
salah pengertian bahwa Yesus memberkati roti itu. Prof. W. Grundmann
menerjemahkan “Yesus mengucap syukur". Strack-Billerteck dan Prof. W.Beyer
dengan panjang lebar memperjuangkan terjemahan "Yesus mengucap
syukur" atau "mengucap pujian". (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal.287).
Jadi
kelihatannya terjemahan yang lebih tepat adalah mengucap syukur. Di sini Yesus
memberikan sebuah teladan penting bagi kita bahwa kita perlu bersyukur kepada
Tuhan untuk setiap makanan yang kita makan atau minuman yang kita minum serta meminta
berkat bagi makanan itu supaya bisa menguatkan kita secara jasmani. Dengan kata
lain Yesus mengajar kita untuk berdoa sebelum makan. Doa sebelum makan itu
adalah sebuah pengakuan bahwa segala makanan yang kita makan sumbernya adalah
dari Tuhan.
Warren Wiersbe - Perlu diperhatikan bahwa dua kali Yohanes menyebutkan Yesus mengucap syukur (6:11,23).
Matius, Markus, dan Lukas menyatakan
bahwa Yesus memandang ke langit pada waktu Ia mengucap syukur. Dengan tindakan itu, Ia mengingatkan
orang banyak yang lapar
bahwa Allah adalah sumber semua pemberian yang baik dan yang diperlukan. (Hidup di Dalam Kristus, hal. 98).
J.J de Herr – Orang Yahudi sangat mementingkan pengucapan syukur sebelum
makan. Mereka mengatakan bahwa tanpa pengucapan syukur itu "makanan
dicuri dari Tuhan". Dalam hal itu orang Yahudi merupakan teladan bagi
kita. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal.287).
Karena itu
selalulah berdoa setiap kali saudara hendak makan. Dan juga ajarkanlah kepada
anak-anakmu untuk selalu berdoa sebelum makan.
Ada seorang tua dari kampung yang berkunjung
ke kota. Di sebuah warung makan sebelum makan makanan yang dipesannya, ia
tunduk dan berdoa. Tapi di sampingnya datang beberapa pemuda berandalan. Sambil
mengolok-olok si orang tua mereka berkata : “Pak
tua, apakah di kampungmu semua orang yang hendak makan selalu berdoa?” Pak
tua itu pun dengan tenang menjawab : “Ya,
kecuali babi”. Jadi yang makan tetapi tidak berdoa itu sama seperti….. (isi
sendiri titik-titiknya).
Perhatikan bahwa
di tangan Yesus hanya ada 5 roti dan 2 ikan, suatu jumlah yang sangat sedikit
tetapi itu tidak menjadi penghalang bagi-Nya untuk mengucap syukur. Karena itu
juga selalulah mengucap syukur atas makananmu sesederhana / sesedikit apa pun.
Jangan mengucap syukur hanya kalau ada se’i babi, sate babi, babi kecap, dll.
Jangan hanya mengucap syukur kalau ada capcay, kwetiau, fu yung hai, siomai, cahkwe, bakso,
bakpau, bakmi, dll. Tetapi mengucap syukur juga walau hanya ada
sayur kangkung, sayur putih, sayur marungga (daun kelor), sayur pepaya, tahu
tempe dan “kurus (lombok) garam” alias “ikan tunjuk”.
Matthew Henry - Meskipun makanan kita sederhana dan hanya sedikit
jumlahnya, sekalipun kita tidak mempunyai banyak dan juga tidak mewah dan
indah, namun kita harus se-nantiasa mengucap syukur kepada Allah atas apa yang
kita miliki. (Injil Yohanes 1-11, hal.355)
Warren Wiersbe - Itu adalah
suatu pelajaran yang baik
bagi kita: daripada mengeluhkan apa yang tidak kita miliki, seharusnya kita bersyukur kepada Allah
untuk apa yang kita miliki, dan Ia akan membuatnya lebih baik. (Hidup
di Dalam Kristus, hal. 98).
Ya, yang
didoakan adalah mengucap syukur atas makanan tersebut, meminta agar Tuhan
memberkatinya dan tak lupa pula orang-orang yang telah berjerih lelah hingga
makanan itu ada di hadapan saudara. Perhatikan doa makan yang ditulis oleh Andar
Ismail dalam bukunya “Selamat Berteduh” hal. 47-48.
Nasi, Sayur Asem dan Ikan Asin
Bapa kami yang di sorga,
tiap hari kami berdoa:
Berikanlah kami pada hari ini
makanan kami yang secukupnya.
Kami mengakui makanan sebagai berkat llahi.
Demikian juga apa yang tersaji saat ini,
nasi, sayur asem dan ikan asin.
Kami mensyukuri nasi ini
serta kisah yang ada di baliknya.
Sekian bulan lalu pak tani membajak sawah,
berhari-hari berlelah.
Lalu istrinya menanam benih padi,
berbulan-bulan mengairi sawah
Kemudian mereka menuai,
lalu menumbuk beramai-ramai.
Mereka bekerja keras
untuk menghasilkan beras
sehingga kini tersaji nasi di piring ini.
Ajarlah kami menghargai karya mereka.
Kami mensyukuri sayur asem ini
serta kisah yang ada di baliknya.
Sekian bulan lalu para petani mencangkul,
menggemburkan dan menyuburkan tanah,
menanam jagung, labu, tomat, kacang, belinjo, nangka,
tiap hari mereka menyiram, memelihara kebun,
cemas-cemas harap
menunggu panen
yang menghasilkan sayur-mayur ini
sehingga tersajilah sayur asem ini.
Ajarlah kami menghargai karya mereka.
Kami mensyukuri ikan asin ini
serta kisah yang ada di baliknya.
Bulan lalu seorang nelayan melaut,
sepanjang malam diterpa angin dingin,
di tengah ombak dan kegelapan malam,
menjala ikan,
lalu kembali ke darat dengan selamat.
Anak dan istrinya membersihkan ikan itu
menggarami dan menjemurnya
sehingga kini tersaji ikan asin ini.
Ajarlah kami menghargai karya mereka.
Bapa, Allah yang rahmani,
terima kasih untuk nasi yang pulen ini,
sayur asem yang sedap ini
dan ikan asin yang gurih ini.
Kiranya para nelayan dan petani
serta anak dan istri
juga menerima rezeki
seperti kami pada saat ini.
Bapa sorgawi,
berikanlah kami,
termasuk keluarga nelayan dan petani,
pada hari ini
makanan kami yang secukupnya.
Amin.
Menarik bukan? Maukah saudara melakukannya?
b.
Dia
menyuruh mengumpulkan sisa-sisa roti itu.
Injil-Injil bercerita
bahwa setelah orang banyak itu makan sampai kenyang, ternyata roti dan ikan itu
masih ada sisanya. Mengapa bisa
ada sisa?
William
Barclay – Mengapa sisa-sisa? Di dalam pesta-pesta orang Yahudi selalu
ada kebiasaan untuk meninggalkan sisa makan para pelayan. Sisa makanan seperti
itu disebut Peah. Dan atas dasar kebiasaan itu tentulah orang banyak tadi telah
menyisihkan sebagian dari roti yang dimakannya untuk para pelayan yang melayani
mereka waktu itu. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Yohanes 1-7, hal. 346).
Lalu apa yang dilakukan terhadap roti dan
ikan sisa itu? Ternyata mereka mengumpulkannya dan ada sisa 12 bakul.
Mark 6:43 - Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua
belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.
Ini sama dengan penuturan Luk 9:17; Mat 14:20.
Tetapi Yohanes memberikan informasi yang
lebih jelas bahwa pengumpulan sisa-sisa itu adalah atas inisiatif Yesus.
Yoh 6:12 - Dan
setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-muridNya:
‘Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.’
Dan perhatikan bahwa tujuan Yesus menyuruh
mengumpulkan semua sisa itu adalah supaya tidak ada yang terbuang. Lalu
dikumpulkan untuk apa? Perhatikan bahwa sisa yang dikumpulkan adalah 12 bakul.
Dan murid Yesus ada 12 orang yang sangat mungkin sepanjang acara itu belum
makan karena sibuk melayani. Jadi 12 bakul itu adalah untuk 12 muridnya, 1
orang 1 bakul penuh. Tentu ini luar biasa dan indah karena Tuhan juga tahu
memperhatikan kebutuhan mereka yang sungguh-sungguh melayani. Tetapi poinnya di
sini adalah bahwa Tuhan menyuruh mengumpulkan sisa-sisa itu. Ia tentu saja bisa
membuat mujizat roti lagi khusus untuk 12 murid-Nya tetapi Ia tidak melakukan
itu karena nanti roti-roti yang sisa itu akan terbuang dengan percuma alias
mubazir. Di sini Yesus memberikan teladan bagi kita tentang bagaimana menghemat
dan tidak menghambur-hamburkan berkat yang ada karena ada orang lain
yang membutuhkan berkat-berkat itu.
Matthew Henry – "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih." Perhatikanlah, kita harus selalu berhati-hati sehingga
tidak memboroskan apa pun dari ciptaan Allah yang baik. Karena semua berkat
yang diberikan baik besar maupun kecil, diberikan dengan suatu syarat ini,
yaitu bahwa tidak boleh ada pemborosan. Kalau boros, Allah akan membuat
kita kekurangan akan hal-hal yang kita boroskan itu. Orang-orang Yahudi sangat berhati-hati
agar jangan sampai membuang-buang roti. Mereka tidak akan membiarkan roti jatuh
ke tanah untuk diinjak-injak. Qui panem contemnit in gravem incidit
paupertatem - Orang yang menghina roti akan jatuh miskin dan papah. Inilah
peribahasa mereka. Meskipun Kristus mampu mengadakan makanan jika Ia berkenan,
namun Ia lebih menghendaki agar mereka mengumpulkan potongan-potongan yang
lebih supaya tidak ada yang terbuang. (Injil Yohanes 1-11, hal.356).
Albert Barnes - ‘12
bakul penuh’.... Adalah
mungkin bahwa setiap rasul mempunyai satu bakul, dan semuanya penuh. Yohanes
(Yoh 6:12) mengatakan bahwa Yesus mengarahkan mereka untuk mengumpulkan
potongan-potongan ini, supaya tidak ada yang terbuang - suatu teladan dari
penghematan. Allah menciptakan semua makanan, dan karena itu makanan mempunyai
sifat kudus; itu semua dibutuhkan oleh orang-orang lain, dan karena itu tidak
ada yang boleh terbuang. (From e-Sword Bible Software).
Benar sekali!
Ini adalah pelajaran bagi kita untuk tidak menyia-nyiakan atau menghambur-hamburkan
semua berkat Tuhan yang ada pada kita. Ini termasuk makanan kita! Dan karenanya
jangan membuang-buang makanan terutama anak-anak. Dan saudara yang dewasa pun
harus mengajarkan hal ini pada anak-anak untuk menghargai semua makanan yang
mereka makan. Andar Ismail juga membuat doa tentang ini dalam bukunya yang sama
yang disebutkan di atas (hal. 53-54).
Tiap Butir
Nasi
Bapa kami dalam Kristus,
betapa mudah kami menundukkan kepala
dan begitu terbiasa untuk berdoa,
mengucapkan syukur bagi hidangan di meja.
Tidak disadari bahwa yang kami lakukan
sebetulnya adalah membuat pengakuan
bahwa semua makanan
adalah hasil ciptaan dan milik Tuhan.
Ajarlah kami menghargai makanan
dengan cara tidak menyia-nyiakan.
Biarlah tidak sebutir nasi pun tersisa,
terbuang dan tersia-sia.
Biarlah tidak ada sebatang toge atau kacang,
sehelai kangkung atau bawang,
sepotong pepaya atau pisang,
yang tersisa dan terbuang.
Tuhanlah yang empunya bumi
termasuk tiap butir nasi
yang patut kami hargai
dan syukuri.
Amin.
Tetapi ini
termasuk juga hal-hal lain selain makanan. Misalnya uang! Jangan bersikap boros
dan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang bukan merupakan kebutuhan
kita. Belilah barang-barang yang merupakan kebutuhan saudara dan jangan membeli
yang tidak saudara butuhkan.
Yes 55:2 - Mengapakah kamu belanjakan uang untuk
sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak
mengenyangkan? …”
Kalau ada
kelebihan makanan atau uang, ingatlah bahwa orang lain begitu membutuhkan hal
itu. Salurkanlan pada mereka daripada itu dihambur-hamburkan dengan sia-sia. Kiranya kita dapat belajar dari sikap
Yesus ini.
AMIN
Info : Versi videonya dapat dilihat di sini : YESUS TELADAN KITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)