Tampilkan postingan dengan label Nabi-Nabi Palsu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Nabi-Nabi Palsu. Tampilkan semua postingan

16 November 2012

NABI-NABI PALSU (PART 4)

By. Pdt. Budi Asali, M. Div

Bahan PA GKIN “REVIVAL” (4 April 2012)


II)  CIRI-CIRI DARI NABI PALSU / PENGAJAR SESAT.


1)   Buah yang tidak baik. (Baca di part 1)
2)   Nubuat yang meleset. (Baca di part 2)
3)   Pengajaran yang sesat. (Baca di part 3)

a)      Dasar kepercayaan / ajaran / prakteknya. (Baca di part 3)
b)   Isi ajarannya.

1.  Dari Ul 13:1-3 di atas terlihat bahwa adalah mungkin seseorang bisa melakukan tanda / mujijat, tetapi ajarannya sesat.
2.   Kesesatan hampir selalu berurusan dengan hal-hal doktrinal.
3.   Ajaran sesat tidak selalu harus diwujudkan dengan adanya sesuatu ajaran yang negatif / salah, tetapi bisa dengan absennya ajaran yang penting dari seluruh ajaran ‘hamba Tuhan’ itu.

Illustrasi: kalau saya mau membunuh seseorang dengan menggunakan makanan, saya bisa menggunakan 2 cara. Cara pertama, saya beri ia makan bercampur racun. Hadirnya / adanya sesuatu yang negatif (racun) akan membunuh orang itu. Tetapi saya bisa menggunakan cara lain, yaitu dengan memberikan makanan yang sebetulnya tidak membahayakan, tetapi secara terus menerus menahan / tidak memberikan makanan penting yang yang dibutuhkan orang itu. Misalnya, saya beri air dan nasi saja terus menerus. Orang itu membutuhkan daging / protein, sayur, buah-buahan, dsb, tetapi semua itu tidak saya berikan. Maka lambat tetapi pasti, kesehatan orang itu akan turun, dan akhirnya mati.

Ada banyak gereja yang ‘membunuh’ jemaatnya dengan cara seperti ini. Mereka hanya mengajar moral dan etika. Tak ada yang salah dengan ajaran-ajaran ini. Mereka mengajar harus kasih, rendah hati, jujur, hormat orang tua dan sebagainya. Tetapi karena mereka terus menerus mengajarkan hal-hal ini, dan tidak pernah mengajarkan hal-hal yang bersifat doktrin, dan juga tidak pernah memberitakan Injil kepada jemaatnya, maka jemaat tidak akan tahu bahwa mereka membutuhkan Yesus sebagai Juruselamat, dan mereka tidak akan percaya kepadaNya. Ini akhirnya menyebabkan jemaat itu masuk neraka! Yang seperti ini, banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan dan Katolik.

4.   Ajaran sesat bisa muncul dalam bentuk Injil yang diselewengkan.

a.  Social Gospel (= Injil sosial), dimana ‘penginjilan’ dilakukan dengan memberikan bantuan sosial, bukan dengan memberitakan Injil. Ini banyak terdapat dalam gereja-gereja Protestan yang liberal, dan mungkin juga Katolik. Mereka mempunyai komisi / departemen Pekabaran Injil, tetapi apa yang dilakukan oleh komisi / departemen Pekabaran Injil tersebut hanyalah mendatangi panti asuhan, tempat yang terkena bencana alam, dsb, dimana mereka lalu membagi-bagikan uang, makanan, pakaian, dan lalu pulang. Perlu diingat bahwa fungsi gereja bukanlah menjadi semacam sinterklaas, tetapi sebagai pemberita Injil / Firman Tuhan! Juga perlu diingat bahwa orang-orang yang dilayani dengan pelayanan seperti itu, sekalipun mereka merasa senang karena mendapatkan pertolongan yang bersifat jasmani dan sementara, tetapi pada akhirnya tetap akan masuk ke neraka, karena tidak percaya kepada Kristus, yang tidak pernah diberitakan kepada mereka!

b.  Yesus ditekankan sebagai dokter, pelaku mujijat, pemberi berkat, tetapi tidak sebagai Juruselamat dan Tuhan. Ini banyak terdapat dalam gereja Pentakosta / Kharismatik. Ingat bahwa kalau yang kurang penting terlalu ditekankan, maka yang terpenting akan diabaikan.

Illustrasi: round girl yang cantik akan menyebabkan orang yang menonton tinju tidak tahu ronde ke berapa yang sedang berlangsung. Mereka melihat gadis itu, bukan papan ronde yang dibawanya.

5.   Kesalahan ajarannya bisa berupa suatu ajaran yang menyenangkan orang, ajaran yang tidak menegur dosa, ajaran yang terus menerus memberitakan yang enak-enak saja.

Ingat bahwa nabi asli juga memberitakan hal-hal yang enak, misalnya kalau percaya Yesus dosa diampuni, kalau percaya Yesus bisa dapat damai dan sukacita, dan sebagainya. Jadi, yang salah bukanlah memberitakan hal-hal yang enak, tetapi memberitakan hal-hal yang enak terus menerus. Dengan kata lain, mereka takut memberitakan hal yang sekalipun benar dan penting, tetapi tidak enak didengar telinga.

2Taw 18:12 - “Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’”.

Yer 8:11 - “Mereka mengobati luka puteri umatKu dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.

Yer 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

1Yoh 4:5 - “Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka”.

Mengapa nabi-nabi palsu ini mengajarkan apa yang enak didengar telinga? Karena ingat bahwa mereka bukan mencari kemuliaan Tuhan. Mereka mata duitan. Jadi, mereka pikir, kalau mereka mengajar secara keras, tidak enak didengar telinga, maka jemaat mereka akan pindah ke gereja lain, dan mereka kehilangan persembahan dari jemaat tersebut. Karena itu, mereka memilih untuk berbicara tentang hal-hal yang enak kedengaran telinga. Mereka tidak menegur dosa, menyuruh orang bertobat, memikul salib / menderita bagi Kristus, dan sebagainya. Atau mereka menegur dosa, tetapi lalu menjadikan setan sebagai kambing hitam, dengan mengatakan bahwa jemaat berdosa karena adanya roh dusta, roh zinah, roh sombong dan sebagainya. Pendeta-pendeta seperti ini mungkin akan terus menerus memberitakan kasih Allah, berkat-berkat dari Tuhan dan sebagainya. Kepada orang yang sakit mereka menjanjikan kesembuhan, kepada orang-orang yang miskin mereka menjanjikan kekayaan, kepada orang yang punya problem mereka menjanjikan pembebasan / pertolongan dari Tuhan, dan sebagainya.

Bagaimana kalau nabi asli? Sekalipun nabi asli juga kadang-kadang memberitakan hal-hal yang enak, tetapi pada saat dibutuhkan, seorang nabi asli harus mau dan berani dan tanpa segan-segan memberitakan hal-hal yang tidak enak didengar telinga. Ia tidak akan peduli apakah orang-orang akan senang atau marah pada waktu mendengar apa yang ia beritakan. Ia memberitakan untuk menyenangkan Tuhan, bukan untuk menyenangkan manusia.

Gal 1:10 - “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.

2Kor 2:14-17 - “(14) Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana. (15) Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa. (16) Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas yang demikian? (17) Sebab kami tidak sama dengan banyak orang lain yang mencari keuntungan dari firman Allah. Sebaliknya dalam Kristus kami berbicara sebagaimana mestinya dengan maksud-maksud murni atas perintah Allah dan di hadapanNya.

2Kor 7:8-9 - “(8) Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu - kendatipun untuk seketika saja lamanya-, (9) namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami”.

1Kor 1:22-23 - “(22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.

1Raja 22:13-14 - “(13) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’”.

Celakanya, banyak orang lebih menyenangi nabi-nabi palsu ini karena berita yang enak-enak yang terus menerus mereka beritakan. Dan sebaliknya, mereka menolak nabi-nabi asli yang sering memberitakan hal-hal yang tidak enak didengar telinga itu!

Yes 30:9-11 - “(9) Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; (10) yang mengatakan kepada para tukang tilik: ‘Jangan menilik,’ dan kepada para pelihat: ‘Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, (11) menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel.’”.

Dan Paulus menubuatkan bahwa menjelang akhir jaman makin banyak orang yang menyenangi nabi-nabi palsu yang seperti ini, dan yang menolak nabi-nabi asli!

2Tim 4:3-4 - “(3) Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng”.

Nubuat ini pasti akan digenapi, dan bahkan sudah digenapi. Tetapi usahakanlah supaya jangan saudara yang menggenapinya!

Nabi-nabi asli bukan hanya ditolak pemberitaan Firman Tuhannya, tetapi dalam kasus ia berhadapan dengan orang gede / orang banyak, bisa saja ia dianiaya, dipenjarakan, dimusuhi, dan bahkan dibunuh!

1Raja 22:7-8,18 - “(7) Tetapi Yosafat bertanya: ‘Tidak adakah lagi di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?’ (8) Jawab raja Israel kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ ... (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat: ‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’”.

Pulpit Commentary: ‘Aku membencinya’. Siapa yang dibenci oleh Ahab? Mikha, nabi yang setia dari Tuhan. ... Mengapa Ahab membenci Mikha? ‘Sebab tidak pernah ia menubuat-kan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka’. Karena ia tidak memalsukan kebenaran Allah untuk menjilat aku. Karena ia tidak melakukan permainan setan untuk menyenangkan aku, seperti yang dilakukan oleh 400 orang ini) - hal 547.

Bandingkan dengan Pdt. Bambang Noorsena yang selalu membanggakan dirinya karena katanya ia diterima oleh orang-orang / tokoh-tokoh Islam. Saya hampir yakin bahwa andaikata ia hidup dan melayani pada jaman Ahab, ia juga akan diterima oleh Ahab! Ini bukanlah sesuatu yang membanggakan, tetapi menyedihkan!

Bdk. Luk 6:22,23,26 - “(22) Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. (23) Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. ... (26) Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

Kalau saudara membandingkan ajaran yang enak didengar telinga dengan ajaran yang tidak enak didengar telinga, maka ingat bahwa apa yang enak didengar belum tentu lebih bermanfaat dari pada yang tidak enak didengar telinga.

Contoh: saudara sakit dan pergi ke dokter. Dokter A memeriksa saudara, dan mendapati bahwa saudara terkena kanker. Ia lalu berkata dengan jujur dan kasar: ‘Kamu kena kanker, kalau tidak segera dioperasi, kamu akan mati’. Kata-kata ini sangat tidak enak, dan saudara lalu pergi ke dokter B untuk memeriksakan diri saudara. Dokter B juga mendapati saudara kena kanker dan sebetulnya memang harus dioperasi. Tetapi ia ingin menyenangkan saudara, dan tidak mau saudara terlalu banyak kepikiran tentang hal itu. Ia lalu berkata: ‘Tidak apa-apa, istirahat saja dan kamu akan sembuh’. Kata-kata ini menyenangkan anda karena enak didengar telinga.

Sekarang, yang mana yang lebih benar dan bermanfaat?

III) APA YANG HARUS KITA LAKUKAN?


1)   Percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara.

Kalau saudara adalah orang kristen yang sejati yang maka Tuhan menganggap saudara sebagai dombaNya, dan saudara akan dibimbingNya / dijaganya terhadap serigala-serigala / nabi-nabi palsu itu (Maz 23:1-4  Yoh 10:1-18,26-30). Kalau saudara hanya orang kristen KTP / kambing-kambing, tak ada jaminan apapun bahwa Dia akan membimbing saudara. Dia gembala domba, bukan gembala kambing!

2)   Saudara harus betul-betul mempunyai kerinduan terhadap kebenaran / Firman Tuhan dan banyak berdoa supaya Tuhan membimbing saudara untuk mengerti Firman Tuhan dengan benar.

Mat 5:6 - “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan”.

Memang ‘kebenaran’ di sini bukan menunjuk pada Firman Tuhan, tetapi pada kebenaran moral / kesucian. Tetapi ini tidak mungkin didapat tanpa Firman Tuhan, karena Tuhan menguduskan anak-anakNya menggunakan Firman Tuhan (Yoh 15:3  Yoh 17:17  Maz 119:9). Jadi, orang yang merindukan pengudusan diri, juga harus rindu Firman Tuhan. Dan kalau saudara merindukan hal-hal ini, maka Mat 5:6 itu menjamin bahwa saudara akan dipuaskan!

3)   Saudara harus meninggikan otoritas dari Kitab Suci / Firman Tuhan.

Siapapun yang mengajar tanpa dasar Kitab Suci, apalagi bertentangan dengan Kitab Suci, jangan saudara hiraukan. Sebaliknya, siapapun mengajar berdasarkan / sesuai dengan Kitab Suci / Firman Tuhan, harus saudara perhatikan.

Selalulah membandingkan ajaran setiap pengajar dengan Firman Tuhan.

Kis 17:11 - “Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya (seharusnya: ‘lebih mulia’) dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka men yelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Perhatikan bahwa yang memberitakan Firman Tuhan di sini adalah rasul Paulus, tetapi orang-orang Yahudi di Berea itu tetap memeriksa ajaran Paulus dengan Firman Tuhan. Ini menyebabkan mereka dipuji.

Kitab Suci / Firman Tuhan harus lebih diutamakan dari apapun / siapapun, apakah itu hukum pemerintah, hukum adat, tradisi / kebudayaan, ‘ilmu pengetahuan’, aliran gereja, kata-kata pendeta, dan sebagainya.


-o0o-




NABI-NABI PALSU (PART 3)

By. Pdt. Budi Asali, M. Div


Bahan PA GKIN “REVIVAL” (28 Maret 2012)

 

II)  CIRI-CIRI DARI NABI PALSU / PENGAJAR SESAT.


1)   Buah yang tidak baik. (Baca di part 1)
2)   Nubuat yang meleset. (Baca di part 2)
3)   Pengajaran yang sesat.

a)      Dasar kepercayaan / ajaran / prakteknya.

1.      Mengajar tanpa Kitab Suci.
2.   Mengajar menggunakan sesuatu yang lain sebagai dasar ajaran; dengan kata lain, mereka menambahi Kitab Suci.
3.      Nabi palsu juga bisa mengurangi Kitab Suci.
4.     Nabi palsu bisa mengajarkan berdasarkan ayat-ayat Kitab Suci, tetapi yang mereka tafsirkan secara kacau.

Beberapa point hermeneutics yang umum :

·         Suatu ayat harus ditafsirkan dengan memperhatikan semua ayat lain dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan ayat itu. Jadi, tidak boleh menafsirkan satu ayat sehingga menabrak ayat lain.

Misalnya :

§       Karena Abraham beriman dan kaya, maka orang Kristen yang beriman dan taat juga HARUS kaya. Ini jelas bertentangan dengan banyak ayat yang menunjukkan bahwa rasul-rasul tidak kaya (Kis 3:6), dan jemaat abad pertama banyak sekali yang sangat miskin (2Kor 8:1).

Kis 3:6 - Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"

2 Kor 8:2 - Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.

§   Banyak orang yang menggunakan ayat-ayat seperti Mat 7:7; Mark 11:23-24; Yoh 15:7b untuk mengajarkan bahwa asal kita betul-betul berdoa dengan iman, maka Tuhan pasti akan mengabulkan semua permintaan kita, apapun adanya permintaan itu.

Mat 7:7 - "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

Mark 11:23-24 – (23) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! Asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. (24) Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Yoh 15:7 - Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat seperti:

Mat 7:11 - Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Ayat ini mengatakan bahwa Tuhan hanya memberi yang baik kepada kita. Jelas bahwa yang dimaksud ‘baik’ adalah dari sudut Tuhan, bukan dari sudut kita.

 1 Yoh 5:14 - Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.

Bandingkan dengan Mat 6:10 dan Mat 26:39b di mana Yesus mengajar kita supaya menundukkan doa kita kepada kehendak Allah.

2 Kor 12:7-9 – (7) “….maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." …”

Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang seperti rasul Pauluspun doanya bisa tidak dikabulkan.

§     Banyak orang berdasarkan Mat 19:6 dan Mal 2:16 mengatakan bahwa orang Kristen mutlak tidak boleh bercerai.

Mat 19:6 - Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Mal 2:16 - Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel…”

Tetapi penafsiran ini dilakukan tanpa menghiraukan ayat-ayat seperti Mat 5:32 dan Mat 19:9 yang mengatakan secara jelas bahwa ada satu keadaan di mana seorang Kristen boleh menceraikan pasangannya, yaitu kalau pasangannya berzinah (perzinahan fisik). Bdk. Yer 3:8.

Mat 5:32 - Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Mat 19:9 - Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah."

Yer 3:8 - Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai; …”

§  dll.

·         Suatu ayat harus ditafsirkan dengan memperhatikan konteks dari ayat itu.

Misalnya :

§       Paulus mengucap syukur karena ia berbahasa roh lebih dari semua jemaat Korintus.

1Kor 14:18 - “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata2 dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua”. 

Karena itu lalu dikatakan bahwa bahasa Roh itu merupakan suatu karunia yang hebat dan harus dicari / diusahakan. Padahal dalam seluruh 1Kor 14, Paulus membandingkan karunia bernubuat dengan karunia bahasa Roh, dan ia meninggikan karunia bernubuat dan merendahkan karunia bahasa Roh! Kalau tidak percaya, baca sendiri seluruh 1Kor 14! Bagaimana dalam konteks seperti itu, tahu-tahu ayat 18 nya diartikan bahwa karunia bahasa Roh itu hebat dan harus dicari, merupakan suatu penafsiran yang keluar dari konteksnya!

§     Banyak orang menggunakan Mat 10:19-20 untuk mengatakan bahwa kalau pendeta mau berkhotbah ia tidak perlu mempersiapkan khotbah, karena Tuhan berjanji akan memberikan pimpinan dalam berkhotbah.

Mat 10:19-20 – (19) Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. (20) Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

Ini merupakan penafsiran yang out of context, karena kalau kita membaca Mat 10:17-18 maka kita akan melihat dengan jelas bahwa janji itu diberikan oleh Tuhan pada saat kita ditangkap dan diadili karena iman kita kepada Yesus. Jadi jelas bahwa janji ini tak berlaku untuk pendeta yang mau berkhotbah dalam kebaktian biasa.

·       Suatu kata yang merupakan simbol tidak boleh dihurufiahkan, dan sebaliknya, yang berarti hurufiah tidak boleh dianggap sebagai simbol.

Mat 16:5-12 - “(5) Pada waktu murid-murid Yesus menyeberang danau, mereka lupa membawa roti. (6) Yesus berkata kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ (7) Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: ‘Itu dikatakanNya karena kita tidak membawa roti.’ (8) Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: ‘Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Hai orang-orang yang kurang percaya! (9) Belum juga kamu mengerti? Tidak kamu ingat lagi akan lima roti untuk lima ribu orang itu dan berapa bakul roti kamu kumpulkan kemudian? (10) Ataupun akan tujuh roti untuk empat ribu orang itu dan berapa bakul kamu kumpulkan kemudian? (11) Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.’ (12) Ketika itu barulah mereka mengerti bahwa bukan maksudNya supaya mereka waspada terhadap ragi roti, melainkan terhadap ajaran orang Farisi dan Saduki”.

Contoh kesalahan seperti ini adalah pada waktu kasut Musa (Kel 3:5) ditafsirkan sebagai dosa. Jadi, mereka berkata bahwa kalau mau mendekati Tuhan harus membuang dosa. Pikirkan: apakah waktu Musa meninggalkan tempat itu, kasutnya ditinggal atau dipakai lagi? Jadi, waktu meninggalkan Tuhan, dosa boleh diambil kembali? Juga, mengapa ditafsirkan sebagai dosa. Apa dasarnya? Bagaimana kalau ditafsirkan sebagai istri? Jelas bahwa kasut di sini mempunyai arti hurufiah, dan sama sekali bukan simbol apa-apa!

·         Suatu cerita sejarah tak boleh dianggap sebagai hukum / rumus / norma.
Ini banyak contohnya seperti:
§  Rasul-rasul berbahasa Roh dalam Kis 2.
§  Yesus dibaptis selam (Mat 3:16).
§  Abraham, Ayub kaya.
§  Orang-orang sakit disembuhkan oleh Yesus.
§  Orang-orang yang mengalami mujizat.

a.  Nabi-nabi palsu bisa pura-pura mengerti bahasa asli Kitab Suci, dan lalu dengan menggunakan bahasa asli itu, mereka memutar-balikkan arti dari ayat-ayat Kitab Suci.

Contoh: Frans Donald.

Dalam buku ‘Allah dalam Alkitab dan Al-Quran’, hal 45-46, ia berkata sebagai berikut:

“Yohanes 1:1 ‘Pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah.’ ... Ada perbedaan makna yang sangat fatal jika kita telah meneliti makna yang sebenarnya dari aspek tata bahasa. Perhatikan bahwa dalam ayat tersebut di atas kata THEOS ada yang dilekati kata sandang TON, sementara ada yang berdiri sendiri. Secara tata bahasa, dilekati kata sandang berarti kata THEOS mengacu kepada satu hal yang pasti. Sama seperti the dalam bahasa Inggris. Sementara, kata THEOS yang tidak memperoleh kata sandang cenderung dimaknai sebagai kata sifat. Jadi, TON THEOS (dengan kata sandang) berarti ‘Sang Allah’, sedangkan THEOS (tanpa kata sandang) berarti ‘sifat ilahi’. Seperti istilah si hitam tidak sama dengan hitam, begitu juga TON THEOS berbeda dari THEOS. Yang pertama adalah kata benda, yang kedua adalah kata sifat. Maka menurut Penulis, terjemahan yang tepat untuk Yohanes 1:1 yaitu: Pada mulanya adalah Firman, Sang Firman itu bersama-sama dengan Sang Allah (TON THEOS) dan Sang Firman bersifat ilahi (THEOS)”.

Dalam perdebatan terbuka (kalau tak salah debat ke 6 atau ke 7), saya pernah menyerang illustrasi yang mereka pakai ini, yang pada waktu itu dimunculkan dalam debat oleh Benny. Cuma ia menggunakan bukan hitam / si hitam, tetapi kecil dan si kecil. Saya katakan: terus terang waktu saya pertama membaca buku Frans tentang si hitam dan hitam itu saya kaget. Saya pikir: kok bisa? Tetapi saya yakin mesti ada yang salah, dan lalu saya pikirkan berhari-hari. Akhirnya saya mendapatkan jawabannya. Saya tahu di mana kesalahan dari illustrasi itu. Ia memilih kata ‘hitam’ yang memang adalah kata sifat. Waktu ditambahi ‘si’ maka berubah menjadi kata benda (ini juga terjadi dalam bahasa Inggris, misalnya ‘dead’ dan ‘the dead’). Waktu ‘si’ itu dibuang, tentu kembali menjadi kata sifat. Tetapi ilustrasi itu tidak cocok sama sekali, karena kata THEOS yang dibicarakan dalam Yoh 1:1 itu bukanlah kata sifat tetapi kata benda. Jadi, ilustrasinya harus kata benda. Misalnya kita gunakan kata ‘raja’, maka tak terlalu ada perbedaan antara ‘raja’ dan ‘sang raja’. Pakai kata sandang atau tidak, keduanya tetap kata benda.

Mereka sama sekali tak bisa menjawab serangan ini, dan mengalihkan pembicaraan pada hal lain. Tetapi anehnya, lalu muncul buku baru dari Frans Donald, berjudul ‘Menjawab Doktrin Tritunggal’. Dan dalam buku baru ‘Menjawab Doktrin Tritunggal’ itu, hal 4-6, tentang ayat yang sama ia berkata sebagai berikut:

“Di bahasa Yunaninya, untuk ‘allah’ pada frase b) dan frase c) tertulis berbeda: ‘TON THEOS’ dan ‘THEOS’. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak. Dengan kata sandang dan tanpa kata sandang tentu keduanya memiliki kandungan makna yang bisa berbeda. Tampaknya bahasa Yunani ‘THEOS’ bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata sifat. ‘TON’ adalah kata sandang. Jadi ‘TON THEOS’ (di Yohanes 1:1b) berarti The God atau Sang Allah, mengacu pada Allah sejati. Akan tetapi, tanpa kata sandang ‘TON’ maka ‘THEOS’ (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu allah atau keilahian atau ‘sifat ilahi’ (a god / divine). Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti ‘si manis’ tidak sama artinya dengan ‘manis’. Tambahan kata sandang ‘si’ membuat ‘si manis’ bermakna sebagai kata benda, tetapi tanpa ‘si’ maka ‘manis’ mengacu pada kata sifat.

Beberapa hal yang ingin saya kemukakan :

a.   Orang ini jelas sekali sama sekali tak mengerti bahasa Yunani. Dari mana tahunya? Dari penggunaan kata Yunani TON THEOS berulang kali. Dalam bahasa Yunani tidak ada TON THEOS. Yang ada adalah HO THEOS atau TON THEON. Dalam bahasa Yunani kata benda berubah-ubah bentuknya tergantung tempatnya / posisinya dalam kalimat (case / kasusnya). Dan kata sandangnya juga berubah mengikuti perubahan kata bendanya.
b.   Illustrasi tentang si hitam / hitam, jelas tak berbeda dengan ilustrasi tentang manis / si manis, yang sudah saya buktikan salah, dan tidak bisa dia / mereka jawab, tetapi ternyata tetap dipakai dalam buku yang baru. Itu berarti orang brengsek yang terkutuk ini melakukan penyesatan secara sadar dan sengaja!
c.   Dalam buku barunya ia menambahkan kata-kata yang sangat kurang ajar dan lagi-lagi membuktikan penyesatan secara sengaja. Yaitu kata-kata yang saya beri garis bawah ganda: “Tampaknya bahasa Yunani ‘THEOS’ bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga sebagai kata sifat”. Mengatakan bahwa kata THEOS bisa bermakna sebagai kata sifat merupakan omong kosong, dusta, penipuan, dan penyesatan sengaja! THEOS adalah kata benda, bukan kata sifat. Kata sifatnya adalah THEIOS (= divine / ilahi).
d.   Kalau memang menjadi kata sifat, mengapa lalu ada kemungkinan diartikan sebagai ‘suatu allah’ atau ‘keilahian’? Bukankah keduanya adalah kata benda?

Jadi, hati-hati dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Yunani. Bukan berarti bahwa semua yang menafsir menggunakan bahasa Yunani adalah nabi palsu. Tetapi nabi-nabi palsu sering membohongi jemaat / pembaca dengan menggunakan bahasa asli, karena mereka tahu bahwa jemaat toh tidak akan tahu kalau dibohongi!

b)   Isi ajarannya.

Ul 13:1-3 - “(1) Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya, (3) maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu”.

2Pet 2:1 - “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.

Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

1 Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

2 Yoh 7-11 - “(7) Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. (8) Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya. (9) Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak. (10) Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya. Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat”.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1.  Dari Ul 13:1-3 di atas terlihat bahwa adalah mungkin seseorang bisa melakukan tanda / mujizat, tetapi ajarannya sesat.

Tadi dalam Ul 18:22 tadi kita melihat bahwa kalau seorang nabi bernubuat dan nubuatnya meleset (biarpun hanya 1 x), maka itu menunjukkan bahwa ia adalah nabi palsu. Sekarang, dalam Ul 13:1-3 dikatakan bahwa kalaupun nabi itu menubuatkan tanda / mujijat, yang lalu terjadi dengan tepat, itu belum bisa dijadikan jaminan bahwa itu adalah nabi asli. Masih ada lagi yang diperiksa, yaitu ajarannya. Biarpun nubuatnya terjadi, tetapi kalau ajarannya sesat, maka ia tetap adalah nabi palsu.

Bdk. Mat 7:22-23 - “(22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Perhatikan bahwa orang-orang dalam Mat 7:22 ini bernubuat, melakukan mujijat, dan mengusir setan, dan semuanya dilakukan dalam nama Yesus! Tetapi ternyata pada akhir jaman, Yesus berkata bahwa Ia TIDAK PERNAH mengenal mereka (Mat 7:23). Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang itu adalah nabi-nabi palsu!

Contoh: Yesaya Pariaji melakukan banyak mujijat, tetapi ia mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, ia menyembuhkan menggunakan minyak urapan, Perjamuan Kudus, baptisan, dan sebagainya. Ini semua dari Kitab Suci bagian mana? Bukan saja tak ada dasar Kitab Sucinya, tetapi bahkan bertentangan dengan Kitab Suci. Karena itu, saya tidak ragu-ragu menyebutnya sebagai nabi palsu!

Jadi, jangan terbuai / terpesona oleh orang-orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan dan bisa melakukan mujijat-mujijat yang hebat. Ingat, bahwa nabi palsu itu seperti serigala yang menyamar sebagai domba. Jadi, bisa saja semuanya mirip dengan domba / Kristen, tetapi sebetulnya sesat.

Bisa saja ia melakukan mujijat-mujijat dengan menggunakan kuasa gelap. Misalnya Toronto Blessing, nggeblak (tumbang dalam roh) dan sebagainya. Ini semua mujijat, tetapi pekerjaan siapa? Dalam agama-agama lainpun ada orang-orang yang punya kemampuan untuk menumpangkan tangan dan lalu menumbangkan orang, atau menyembuhkan orang!

2.   Kesesatan hampir selalu berurusan dengan hal-hal doktrinal.

Kalau saudara memperhatikan ayat-ayat di atas, dan juga fakta-fakta dalam sejarah maupun fakta-fakta di lapangan pada jaman sekarang, maka jelas bahwa kesesatan boleh dikatakan selalu berurusan dengan hal-hal yang sifatnya doktrinal. Dalam hal-hal praktis, jarang ada orang mengajarkan kesesatan, misalnya menganjurkan pembunuhan, pencurian, perampokan, perzinahan, pelacuran dan sebagainya. Tetapi dalam hal doktrin, banyak nabi-nabi palsu mengajarkan kesesatan, seperti:

a.   Tidak mempercayai doktrin Allah Tritunggal, seperti:
·         Unitarianisme / Saksi Yehuwa.
·         Sabelianisme. Contoh: Tjantana Jusman dalam buku ‘Rahasia Pribadi Allah’.
·         Gereja Orthodox Syria versi Bambang Noorsena. Ia mengatakan bahwa Allah itu esa, dan ada Rohnya dan ada FirmanNya. Ini bukan Allah Tritunggal! Kalau Yesus itu cuma Firman / kata-kata Allah, maka Ia bukan pribadi, dan itu sesat!
b.   Tidak mempercayai keilahian Yesus, seperti Saksi Yehuwa, Unitarianisme.
c.   Tidak mempercayai adanya neraka, seperti Saksi Yehuwa, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (ada neraka, tetapi tak selama-lamanya orang disiksa di sana, karena orangnya akan musnah).
d.   Ada penginjilan dalam dunia orang mati, atau ada second chance (kesempatan kedua). Ini diajarkan misalnya oleh Andereas Samudera dan Joachim Huang, dalam ajaran Penginjilan terhadap orang mati.
e.   Mengajarkan keselamatan karena perbuatan baik, atau karena iman + perbuatan baik. Ini yang sangat banyak! Gereja Roma Katolik, Gereja-gereja liberal, Saksi Yehuwa, dan sebagainya.

Yang dimaksudkan dengan ‘perbuatan baik’ bisa seadanya perbuatan baik, tetapi bisa juga ditekankan perbuatan baik tertentu, seperti penginjilan (Saksi Yehuwa), baptisan (Gereja Roma Katolik, Tjantana Jusman, Gereja Sidang Jemaat Kristus) dan pengakuan dosa.

f.    Adanya pengantara / penebus lain selain Yesus. Dalam Gereja Roma Katolik Maria dianggap sebagai ‘Mediatrix’, bentuk feminine / perempuan dari ‘Mediator’ (= pengantara). Juga pada waktu Maria menyaksikan Yesus disalib, ia menderita, dan dengan penderitaan itu ia ikut memikul dosa umat manusia. Ini jelas bertentangan dengan 1Tim 2:5.

1Tim 2:5  - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.

g.   Adanya jalan keselamatan lain selain Yesus. Dengan kata lain, Yesus bukan satu-satunya jalan ke surga. Ini banyak dalam Gereja Roma Katolik dan gereja-gereja protestan yang liberal, ajaran Pluralisme, dll.

Ini jelas bertentangan dengan:

Yoh 14:6 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.

Kis 4:12 - “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”.

h.   Dll.

Kalau saudara adalah orang yang tidak senang doktrin, sebetulnya tak jadi soal apakah saudara jadi orang Kristen, atau beragama lain, atau masuk sekte-sekte sesat. Mengapa? Karena dalam hal moral dan etika, semua hampir sama, perbedaannya sangat kecil. Tetapi begitu kita bicara tentang doktrin baru terlihat perbedaan menyolok antara kristen yang benar dengan agama-agama lain dan sekte-sekte.

Karena itu, kita harus mau belajar doktrin. Ini memang pada umumnya bersifat teoritis, dan sering tak berhubungan dengan tingkah laku / kehidupan sehari-hari, tetapi berhubungan dengan kepercayaan / iman kita. Kalau kita tidak mengerti doktrin, maka kita dengan mudah bisa disesatkan dalam iman / kepercayaan kita!