Tampilkan postingan dengan label Buku "SOLA SCRIPTURA". Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku "SOLA SCRIPTURA". Tampilkan semua postingan

24 September 2012

SOLI DEO GLORIA

Oleh : Pdt. Yonson G Dethan, M.Div




“SOLI DEO GLORIA". Kemuliaan hanya untuk Allah! Inilah teriakan perang rohani para Reformator di era Reformasi dahulu. Ya, dalam setiap doktrin, khotbah, perkuliahan, percakapan para reformator pada waktu itu, semuanya terarah pada kebenaran yang maha luar biasa ini, yaitu kemuliaan hanya untuk Allah saja (GLORY TO GOD ALONE). Slogan ini muncul dalam begitu banyak tulisan dan buku, sikap hidup orang percaya pada waktu itu, bahkan dalam alam raya di setiap detik sejarah reformasi pada waktu itu.

Ya, kemuliaan hanya untuk Allah saja (GLORY TO GOD ALONE). Namun bagaimana dengan kita pada era Reformasi ini ? Bagaimana dengan kita yang hidup di masa sekarang ini ? Bagaimana dengan gereja kita ? Bagaimana dengan keluarga dan teman-teman kita ? Bagaimana dengan bisnis kita ? Bagaiamana dengan kantor kita ? Bagaiamana dengan kerja kita ? Bagaimana dengan istri dan anak kita ? Bagaimana dengan diri kita sendiri?

Tidak lama lagi kita akan merayakan Hari Reformasi yang jatuh pada tanggal 31 Oktober ini. Apakah semangat teriakan "Soli Deo Gloria " itu masih terus keluar atau muncul dari mulut dan kerja kita ? Ataukah suara teriakan itu telah berubah menjadi "kemuliaan bagiku, gedung gerejaku, karya - kerjaku, organisasiku dan diriku sendiri ?"

Ya, tangal 31 Oktober adalah hari Reformasi. “Tapi pada tanggal itu juga adalah hari Halloween kan? Saya mau ke acara Halloween. Teman-temanku lagi bersiap-siap merayakan hari itu”. Rupa-rapanya hari Halloween pun telah menjadi sebuah trend baru yang datang dan mengganggu konsentrasi perayaan hari Reformasi itu. Apa lagi di sana sini orang makin mempromosikan hari Halloween lewat buku-buku, majalah, koran, telelvisi, radio bahkan toko-toko dan dari super market-super market, demi mencari keuntungan bisnis. Dengan demikian di satu pihak gereja dan orang Kristen serta anak-anak Kristen harus merayakan hari Reformasi yang berpusat hanya pada kemuliaan Allah, sementara di pihak lain juga ada sugguhan dari dunia dengan perayaan Halloween yang berpusat pada dunia dan manusia bahkan hantu-hantu dan setan.

Sebagai orang Kristen yang sejati kita diperhadapkan dengan paling sedikit dua bentuk perayaan yang saling bertentangan satu sama lain ini. Yang satunya berpusat pada Allah (theo-centris) sementara yang lainnya berpusat pada manusia (antropho-centris) dan pada dunia ini bahkan mengarah kepada penyembahan berhala. Pertanyaannya apakah yang harus kita buat? Merayakan hari Reformasi sebagaimana yang dikomandangkan oleh para Reformator? Atau merayakan hari Halloween? Atau merayakan keduanya? Atau kita memilih untuk diam saja alias abstain? Itu juga bisa menjadi suatu pilihan.

Saya berharap kiranya pada kesempatan ini, kita dapat bersama mengambil waktu untuk merenungkan kembali pentingnya gerakan Reformasi yang kerjakan oleh Tuhan kita lewat para Reformator seperti Luther, Calvin, Swingly demi gereja Tuhan dan umatNya. Semoga dengan tulisan yang sederhana ini kita dapat merayakan peristiwa gerejani tersebut dengan penuh syukur kepada Tuhan sebagai satu-satunya Allah (the only God) yang patut menerima semua pujian, hormat, syukur dan kemuliaan dan kejayaan dan kebesaran dari selama-lamanya sampai selama-lamanya (Soli Deo Gloria).

Arti Ajaran Soli Deo Gloria.

Sebelum kita melihat pada arti pentingnya slogan ini mungkin ada baiknya apabila kita secara ringkas melihat arti kelima slogan Reformasi itu. Salah seorang teman saya, Pak Michael Horton, (seorang Professor apologetics dan theology di Westminster Seminary California (Escondido, California) menyatakan bahwa kelima slogan/pilar Reformasi itu memiliki arti pendek sebagai berikut : Sola yang pertama “Sola Scriptura” menunjukkan kepada fondasi iman kita yang satu-satunya yaitu Firman Allah (Our Only Foundation). Sola yang kedua “Solus Christus” menunjukan bahwa Tuhan Yesus Kristus sebagai satu-satunya Mediator kita (Our Only Mediator). Sola yang ketiga adalah “Sola Gratia” menunjukan kepada satu-satunya methode bagi kita untuk diselamatkan yaitu oleh anugerah Allah (Our Only Method). Sola yang keempat adalah “Sola Fide” menunjukan kepada alat yang kita perlukan untuk menerima keselamatan yang diberikan oleh Allah dalam Tuhan Yesus Kristus yaitu iman (Our Only Means). Sola yang terakhir yaitu “Soli Deo Gloria” menunjuk kepada tujuan dan arah hidup kita yaitu untuk kemuliaan Nama Allah (Our Only Ambition).

Kelima sola/pilar/slogan yang mucul pada era Reformasi ini merupakan ringkasan dari semua dasar pengajaran theologi dari para reformator. Inilah yang menjadi lima dasar kepercayaan fundamental bagi kehidupan umat Kristiani. Sebagai orang Kristen yang sejati yang percaya pada Allah Tritunggal sebagai satu-satunya Pencipta (Creator), Penebus (Redemptor) dan Pengudus (Sanctifier) haruslah mendalami, memahami dan menerapkan arti ke lima slogan reformasi ini dalam hidupnya di era Reformasi ini. Dari kelima slogan itu kita akan memperhatikan slogan yang terakhir yaitu Soli Deo Gloria. Kata Sola atau soli berasal dari bahasa Latin yang berarti "hanya " ("alone" or "only" dalam bahasa Inggris), Kata Deo berarti "Allah " ("God" dalam bahasa Inggris) yang tentunya mengarah kepada Allah Tritunggal kita; Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Sementara kata Gloria berarti "kemuliaan". Jadi secara harafiah Sola Deo Gloria berarti kemuliaan hanya untuk Allah.

Dalam dunia modern ini, kita sangat terbiasa dengan kata kemuliaan (dalam bahasa Inggris: glory). Karena begitu terbiasa dengan kata ini maka apabila kita meminta setiap orang Kristen di antara kita untuk memberikan defmisi tentang kata kemuliaan ini, maka kita dapat menemukan banyak sekali defmisi yang diberikan. Tapi kalau kita perhatikan baik-baik kata mulia (glory), apabila dipakai untuk Tuhan Allah, maka kata ini hampir sama dengan kata hormat yang sekaligus mengarah kepada semua sifat Allah. Sifat-sifat Allah itu termasuk kebaikan-Nya, kuasa-Nya, kebenaran-Nya, keadilan-Nya, dan lain-lainnya. Semua sifat Allah ini menyatakan kemuliaan dan kehormatan Allah kita. Jadi tat kala kita menggunakan kata kemuliaan kepada Allah maka haruslah kita ingat akan semua sifat Allah yang maha luar biasa itu. Dengan demikian kita melihat betapa hebatnya Allah kita dibandingkan dengan kita manusia dan semua ciptaaan yang lainnya.

Selain dari itu kata mulia itu juga biasa dipakai sebagai kata kerja memuliakan (to glorify). Kata ini mengarah kepada sebuah deklarasi atau pernyataan pujian, hormat dan penyembahan yang tulus dan sangat tinggi kepada Allah Tritunggal kita. Ini juga merupakan sebuah pengakuan yang membedakan antara kita dan Allah kita. Dengan ini kita mengaku siapakah Allah kita itu dan siapakah kita ini. Hal ini menunjukan kepada kita bahwa semua yang Allah buat sunguh amat mulia dan luar biasa. Jadi dengan menggunakan kata mulia kita harus mengakui betapa hebat dan luar biasa dan agungnya Tuhan Allah Tritungal kita. Hanyalah yang patut menerima segala pujian dan hormat dan syukur dan kejayaan sampai selama-lamanya (Soli Deo Gloria).

Tujuan Ajaran Soli Deo Gloria.

Slogan Soli Deo Gloria muncul akibat keadaan dunia pada waktu itu penuh dengan berbagai kegelapan hidup. Bahkan gereja juga dipengaruhi oleh berbagai teologia yang berpusat pada manusia (man-centered theology), korupsi, abuse, dan berbagai skandal. Pada waktu itu gereja juga jatuh pada dosa kesombongan, mencari kemulian manusia, dan kemulian gedung-gedung megah. Semuanya itu mengarah pada pencurian kemuliaan Allah. Akibatnya gereja dan jemaat menjadi frustasi.

Tapi Tuhan kita luar biasa. Ia tidak meninggalkan gereja berjalan dalam kegelapan. Seperti tak kala Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, Tuhan datang dan mencari mereka dan memberikan jalan keluar agar mereka dapat diselamatkan (Kejadian pasal 3). Pada zaman Reformasi pun demikian Tuhan menggunakan Martin Luther, seorang biarawan, imam, dan profesor pada sebuah universitas untuk membawa perubahan (Reformasi) dalam Gereja Tuhan. Lewatnya Tuhan memberitahukan kepada umat-Nya untuk kembali ke Alkitab (Back to the Bile). Tuhan mengajar umat-Nya agar mereka bertobat dari kesombongan mereka.  Mereka harus sadar bahwa semua yang mereka peroleh adalah Kasih Karunia Allah semata-mata dan bahwa segala kemuliaan patut diarahkan hanya bagi Allah saja (all to the glory of God, soli Deo gloria).

Luther dan para Reformator lainnya menempatkan Firman Tuhan sebagai pusat kehidupan bergereja. Ya. Back to the Bible (Kembali ke Firman Allah). Mereka mengatakan bahwa kebenaran adalah Anugerah Allah (justification by grace alone, sola gratia). Untuk itu maka semua pusat aktivitas manusia dan gereja haruslah dipusatkan hanya untuk kemuliaan Allah bukan untuk kemuliaan manusia, bukan untuk kemuliaan gereja atau gedung-gedung gereja yang indah, besar, dan yang menjulang tinggi. Dengan slogan ini para Reformator ingin menyatakan kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita kerjakan harus terarah untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, bukan untuk kemuliaan dan kesombongan manusia. Jadi dengan Slogan Soli Deo gloria, sebagai orang Kristen yang sejati kita diajarkan bahwa apapun yang kita pikirkan, rencanakan dan kerjakan harus termotivasi dan terinspirasi dengan dasar pikiran hanya untuk kemuliaan nama Tuhan dan bukan untuk kemulian nama diri kita.

Kehadiran kita di dunia ini pun bukan karena kehebatan kita atau kebolehan orang tua kita atau oleh orang lain, tapi Firman Tuhan berkata manusia ada karena hasil pekerjaan Tuhan Allah -Allah Tritunggal (Kejadian 1,2). Begitu pula kita sebagai orang yang berdosa kita patut dibinasanakan, namun Firman Tuhan mengatakan bahwa karena kasih karunia Allah, kita diselamatkan dengan cuma-cuma dalam Kristus. (Roma 3:25), bahkan iman yang ada dalam hati kita pun diberikan dan dikerjakan oleh Roh Kudus ( Ef 2:8,9). Dengan demikian para Reformator mau memberitahukan kepada setiap orang percaya dengan mengaminkan Firman Tuhan bahwa semua yang kita peroleh adalah dari Allah, oleh Allah, dan kepada Allah. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamnya. Soli Deo Gloria (Roma 11:36)

Dasar-Dasar Alkitab untuk Ajaran Soli Deo Gloria.

Alkitab menyatakan kepada kita bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu dan Ia tidak mau kita menyembah hal atau oknum yang lain kecuali menyembah Dia saja sebagai satu-satunya Allah yang patut disembah dan dimuliakan. Jadi kita tidak boleh menggantikan Allah kita dengan diri kita sendiri, uang, benda, organisasi, atau makhluk apapun, sebagai tujuan atau sasaran pujian penyembahan kita agar kita tidak jatuh pada bentuk penyembahan berhala. Calvin dan murid-muridnya dalam Katekismus Heidelberg Minggu ke 34, Pertanyaan dan Jawab 95 mengatakan bahwa "Penyembahan berhala ialah: menggantikan Allah yang Esa dan benar, yang telah menyatakan diriNya dalam FirmanNya, atau mereka-reka dan mempunyai tempat kepercayaan lain di samping Allah, (band.l Taw. 16:26; Yes 44:16,17; Yoh 5:23; Gal. 4:8; Ef 2:12; Ef 5:5; Fil. 3:19; 1 Yoh. 2:23; 2 Yoh.9).

Ada banyak text dalam Alkitab yang menyatakan kepada kita untuk memuliakan Allah yang menunjukan kepada kita betapa penting dan benarnya slogan Soli Deo Gloria ini:

Why 1:6: Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya Amin.

Ef 3:21: Bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun temurun sampai selama-lamanya Amin.

Maz.l48:13: Biarlah semua makhlukmemuji-mujiTuhan. Sebab hanya namaNya saja yang tinggi luhur.

1 Kor 10:31: Aku menjawab: jika engkau makan ataujika engkau minum, ataujika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya untuk kemuliaan Allah.

I Pet 4:11: Kita harus menyampaikan firman Allah dengan kekuatan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.

Roma 16:27: Bagi Dia satu-satunya Allah yang penuh hikmat oleh Yesus Kristus segala kemuliaan sampai selama-lamanya.

1 Tim 1:17: Kita hams memberi hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal.

Yudas 25: Bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan, dan kuasa sebelum segala abat dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin

Why 15:4 : Sipakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan namaMu?

Mazmur 86:9-10: Semua bangsa akan memuliaan Dia.

1 Korintus 6:20: Kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita dengan menjadi kekudusan hidup sexual apakah masih single atau sudah menikah.

Efesus 1:11-12: Sebab Allah telah menentukan kita untuk diselamatkan oleh anugerah lewat iman dalam Kristus, Allah dimuliakan.

Roma 4:19-22. Kita harus memuliakan Dia lewat iman sebagaimana yang dibuat Abraham.

1 Pet. 2:12: Kita harus memiliki hidup yang penuh dengan perbuatan baik supaya tat kala orang yang tidak percaya membawa tuduhan yang palsu kepada kita, maka Allah akan dimuliakan.

Why 7:12 : Puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kuasa dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya!

Roma 11:36: Sebab segala sesuatu adalah dariDia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dialah kemualiaan sampai salama-lamanya.

Aplikasi Ajaran Soli Deo Gloria.

Dengan melihat semua ini maka, semua aktivitas kehidupan kita haruslah diarahkan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Sebagaimana kata Pengakuan Iman Westminster Shorter Catechism : Apakah tujuan hidup dari manusia? Tujuan hidup manusia adalah untuk kemuliaan Tuhan dan menikmati kehadirannya dalam hidup kita selamanya. Prinsip inilah yang menjadi tujuan hidup dari orang Kristen yang hidup pada abat 16 dan 17 dalam rangka mereformasikan gereja Tuhan berdasarkan Firman Tuhan. Para Reformator melihat bahwa seluruh hidup mereka harus diserahkan pada pimpinan dan tuntunan Kristus dan bahwa seluruh aktivitas hidup dan kerja kita sebagai orang Kristen haruslah dikuduskan untuk kemuliaan nama Tuhan saja.

Berhubungan dengan hal ini patut kita catat juga bahwa para Reformator pada waktu itu tidak membuat perbedaan antara aktivitas kerja/hidup yang rohani (spiritual) dan aktivitas hidup yang bukan rohani (temporal), yang kudus (sacred) dan yang tidak kudus (secular). Jadi mereka tidak memisahkan antara kedua aspek kehidupan itu sebagai dua hal yang berbeda atau bertentangan. Mereka percaya bahwa Allah telah menciptakan kita untuk menjadi pekerja-pekerja-Nya. Jadi bukan aktivitas gerejani saja yang membawa kemuliaan nama Tuhan, tetapi semua aktivitas hidup kita haruslah untuk kemuliaan nama Tuhan. Dengan demikian apakah kita sebagai pelayan di mimbar atau petani di ladang atau pekerja di dapur atau sopir di bemo atau pegawai di kantor atau nelayan di laut dan sebagainya haruslah dikerjakan untuk kemuliaan nama Tuhan. Karena semua yang kita kerjakan dalam iman akan membawa kemuliaan bagi Allah (Yesaya 60:21).

Menyadari akan ajaran Alkitabiah ini maka ada sekian banyak orang Kristen termasuk Johann Sebastian Bach dan George Frideric Handel, komposer-komposer musik yang terkenal menggunakan slogan Soli Deo Gloria ini sebagai motto hidup dan kerja mereka. Di akhir dari setiap manuskripnya (hasil kerja musik dan liriknya) selalu mereka akhiri dengan tulisan kependekan (initials) "SDG" yang berarti Soli Deo Glory. Dengan ini mereka mau memberitahukan kepada siapa saja yang membaca, menggunakan atau menyanyikan hasil karya musiknya harus mereka ingat bahwa ini adalah hanya untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan (SDG = Soli Deo Gloria).

Dalam merayakan hari Reformasi ini, kita harus melihat diri kita sendiri, gereja kita sendiri, hidup kita sendiri. Apa bila kita percaya bahwa gereja harus selalu bereformasi (semper reformanda - always reforming -) maka kita haruslah melihat bagaimana Tuhan Allah menggunakan kita untuk menjadi reformator dalam hidup bergereja dan bermasyarakat. Hal ini mengingatkan kita akan betapa benarnya kata-kata John Calvin, yang juga merupakan Bapa Teologia Reformasi yang dalam bukunya Institutes of the Christian Religion tentang hubungan antara mengenal Allah dan mengenal diri kita sendiri (relationship between knowing God and knowing ourselves). Kita dipangggil untuk memuliakan Tuhan secara penuh dalam hidup kita sehari-hari.

Hari Reformasi haruslah menjadi sebuah hari yang mereformasikan kita dari jiwa kita, membawa pembaruan dalam hubungan kita dengan Allah sebagai Bapak kita yang setiawan. Jadi hal yang paling penting dalam merayakan hari Refomasi ini, haruslah kita ingat bagaimana para Reformator memusatkan segala kerja dana hidup mereka pada kemuliaan Allah. Hari Reformasi adalah sebuah reklamasi dan re-affirmasi (reclamation and a re-affirmation of) dari soli Deo gloria. Peristiwa Reformasi adalah sebuah pelajaran berharga yang harsus kita pegang dan sampaikan kepada anak-anak dan turunan kita agar kita tidak terjebak dengan mencari kemuliaan dan kehormatan diri kita atau gereja kita atau organisasi kita atau nama keluarga kita dan lain sebagainya, tetapi kita harus mencari kemuliaan nama Tuhan .

Kesimpulan.

Dengan semangat Reformasi, marilah kita merayakan hari Reformasi ini sambil melihat dan menilai, apakah di gereja-gereja kita sementara hidup dalam ketaatan kepada Kristus ataukah sementara hidup danberpusat pada manusia dan dunia? Bagaimana dengan pelayan kita, majelis kita, jemat kita, suami kita, istri kita, kakak adik kita, teman- teman sekerja kita, pegawai dan majikan atau kepala kantor kita, pemimpin-pemimpin kita dalam pemerintahan dan dalam organisasi di mana kita berada? Apakah kita semua memang mencintai dan mengikuti Kristus secara tulus dan hidup berpusat pada Tuhan? Ataukah kita dan gereja kita sementara jatuh dalam berbagi penyembahan berhala. Man kita berdoa dan meminta hikmat dari pada Tuhan agar kita menjadi bijaksana dan menjadi reformator-reformator di abad millenium ini. Biarlah semua yang kita pikirkan, rancangkan, dan lakukan, kita tujukan untuk hormat dan kemuliaan nama Allah sebagai ucapaka syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan Allah kita sebagai sember segala sumber berkat dan hidup dan keselamatan.

Akhir kata, dengan semangat Reformasi, marilah kita mengisi waktu kita yang ada, dengan dasar Alkitab (back to the Bible), dengan kesadaran bahwa kita bukanlah yang terhebat, terbaik atau yang terbesar, tetapi oleh Anugerah Tuhan dalam Tuhan Yesus Kristus dan oleh persekutuan Roh Kudus, kita mau menjadikan hidup kita menj adi hidup untuk kemuliaan nama Tuhan saj a (Soli Deo Gloria = SDG).





SOLA FIDE


Oleh : James Lola, S.Th




Sadar atau tidak sadar, Kekristenan berkembang oleh karena adanya banyak persolan yang muncul entah itu persoalan yang datang dari luar kekristenan maupun persoaln yang muncul dalam internal Kekristenan. Persoalan yang muncul dari luar kekristenan kebanyakan lebih menyerang atau merongrong eksistensi kekristenan sebagai sebuah agama, sedangkan yang muncul dari dalam lebih banyak merongrong persoalan esensi kekristenan sebagai sebuah iman yang teguh yang mengakui percaya kepada Allah Tritunggal, kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan juga terhadap Alkitab yang dipercaya sebagai pemyataan Allah yang mutlak tidak dapat salali (Innerancy dan Infalibility)

Sejarah memperlihatkan, sejak kekristenan menjadi agama Negara atau lepas dari penganiayaan kekaisaran Romawi yaitu sejak Kaisar Konstantinus memerintah sebagai Kaisar Romawi pada tahun 312, maka pada saat itu juga persoalan internal mengenai kepercayaan dan ajaran kekristenan (dogmatika) mulai juga merebak. Dimulai dengan persolan mengenai kedua Kristus yang disulut oleh seorang uskup Aleksandria yaitu Arius dan dilawan oleh Athanasius yang pokok persoalannya adalah apakah Kristus adalah Allah seutuhnya dan juga manusia seutuhnya, menyusul pada persoalan mengenai kedua natur-Nya, apakah kedua natur itu bercampur menjadi satu atau terpisah.

Eksistensi Yesus sebagai Tuhan terus dipertanyakan sepanjang abad mula-mula hinggapada tahun 1095 sebelumPerang salib diserkan oleh Paus Urbanus II , tercatat ada begitu banyak konsili (pertemuan) yang diadakan untuk membahas mengenai keberadaan Kristus sebagai Tuhan, tetapi sejarah terus meperlihatkan bahwa Iman yang sejati akan tetap bertahan sekalipun terus diserang. Mengutip pernyatan Pdt. Dr. Stephen Tong bahwa kebenaran akanmembuktikan dirinya sendiri benar tanpaperlu dibantu.

Pada tahun 1095, ketika perang salib didengungkan maka konsentrasi kekristenan bukan lagi pada persoalan mengenai Kristus tetapi lebih kepada eksistensi Gereja dan Paus sebagai pemimpin tertinggi dan juga sebagai pengambil keputusan bagi semua umat manusia bahkan sebagai lembaga yang dapat mengampuni dosa manusia. Hal inilah yang pada akhimya nanti melahirkan sebuah gerakan reformasi di dalam Gereja yang dimulai oleh seorang bernama Marthin Luther (1483-1546) dengan lima seruannya yang terkenal yaitu Sola Gratia (hanya Karena anugerah, manusia diselamatakan), Sola Fide (hanya karena Iman manusia dibenarkan), Sola scriptura (hanya Alkitab wahyu Allah yang sejati), Sola Christo (hanya Kristus sumber keselamatan manusia) dan Soli Deo Gloria (segala kemuliaan hanya bagi Allah).

Berbicara tentang Sola Fide (hanya karena Iman) pada saat ini menimbulkan begitu banyak pertahyaan yang cukup pelik dalam iman Kristen karena defenisi iman (baca sola Fide) Martin Luther pada saat ini dianggap tidak relevan lagi bagi sebagian umat Kristen karena konsep sola Fide (pembenaran oleh iman) dianggap menimbulkan banyak kontroversi dan hanya menimbulkan perpecahan dalam persepsi dan kepercayaan iman kristen.

Persoalan pertama yang muncul dalam membicarakan tentang konsep sola fide Martin Luther adalah Apa itu iman? Pertanyaan ini muncul karena bagi sebagian orang konsep iman tidak lebih dari sekedar sebuah pelarian dari ketidakmampuan intelektual untuk mendefenisikan dan menjelaskan tentang semua fenomena yang terjadi di dalam dunia ini seperti konsep David Hume yang menganggap bahwa iman atau kepercayaan kepada Tuhan hanyalah hanya sebuah pelarian dari usaha manusia yang sia-sia karena ketidakmampuan memahami beberapa persoalan, atau dari keahlian takhayul rakyat yang karena tidak dapat membela diri secara terbuka. Hume menyebut usaha atau kepercayaan terhadap Allah ini sebagai suatu usaha menanam semak berduri yang merintangi kemampuan manusia dan yang menutup dan melindungi semua kelemahan manusia.

Persoalan kedua yang muncul ketika berbicara tentans; pembenaran oleh iman adalah Iman seperti apakah yam membenarkan manusia dihadap an Allah? Karenajika ditilik dengai kasat mata maka semua manusia dan semua agama mengakui bahw; mereka juga memiliki iman yang benar sehingga kita perlu meliha semua konsep iman tersebut dan di komparasikan dengan kebenarai dan bukti Alkitab bahwa iman Kristen berbeda dan unik dari semu; konsep iman yang berada di luar kekristenan. Persoalan ketig; adalah apakah iman dapat selaras dengan pemikiran logika manusia'.

A.    Pengertian Iman.

Apakah arti dari iman itu? Di dalam kebudayaan kita seringkali diartikan secara salah, yaitu sebagai kepercayaan yang membabi-buta atau percaya pada sesuatu yang tidak masuk akal. Apabila kita menyebut iman Kristen sebagai suatu "iman yang membabi-buta", hal ini bukan saja merendahkan orang Kristen tetap suatu penghinaan terhadap Allah. Pada waktu Alkitab berkatt tentang kebutaan, istilah itu digunakan untuk menggambarkan orang yang oleh karena dosa, orang itu berjalan di dalam kegelapan. Kekristenan mengeluarkan orang dari kegelapan, bukan ke dalam kegelapan. Iman merupakan lawan dari kebutaan, bukan penyebab dari kebutaan.

Akar dari istilah iman adalah "percaya." Percaya kepada Allah bukan merupakan suatu tindakan yang berdasarkan pada kepercayaan yang tidak beralasan. Allah menyatakan Diri-Nya sendiri sebagai Pribadi yang patut dipercayai. Dia memberikan alasan yang cukup bagi kita untuk mempercayai-Nya. Dia membuktikan bahwa Dia setia dan layak untuk mendapatkan kepercayaan kita.

Ada perbedaan yang sangat besar antara iman dan kesediaan untuk mempercayai walaupun tidak cukup meyakinkan. Kesediaan untuk mempercayai walaupun tidak cukup alasan untuk mempercayainya merupakan suatu hal yang bersifat takhyul dan spekulatif. Iman dibangun di atas dasar alasan yang sudah dipikirkan dengan matang, koheren, konsisten, dan bukti empiris yang absah. Petrus menulis : "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dari kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai Raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya." (2Petrus 1:16).

Kekristenan tidak didasarkan pada mitos dan dongeng, tetapi atas dasar kesaksian dari mereka yang melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan telinga mereka sendiri. Kebenaran dari Injil didasarkan pada peristiwa-peristiwa sejarah. Apabila kejadian dari peristiwa-peristiwa itu tidak dapat dipercayai, maka pada dasarnya iman kita itu sia-sia saja. Tetapi, Allah tidak meminta kita untuk mempercayai sesuatu berdasarkan suatu mitos.

Dalam bahasa Yunani kata iman" menggunakan kata Yunani pistis yang artinya kesetiaan {fidelity) atau conviction of the truth of anything (pendirian/keyakinan akan kebenaran sesuatu). Ibrani memberikan definisi tentang iman: "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1) Iman merupakan esensi dari pengharapan kita akan masa yang akan datang. Hal itu berarti bahwa kita percaya kepada Allah untuk masa yang akan datang berdasarkan iman kita pada apa yang telah dicapai oleh Allah pada masa lampau. Untuk percaya bahwa Allah akan terus dapat dipercaya, bukanlah merupakan suatu iman yang didasarkan pada kemurahan kita. Ada alasan yang kuat bagi kita untuk percaya bahwa Allah akan setia untuk menggenapi janji-janji-Nya sama dengan kesetiaan-Nya di masa yang lalu. Ada alasan, yaitu suatu alasan yang pasti, bahwa pengharapan itu sudah pasti akan kita dapatkan.

Iman sebagai bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat memiliki keutamaan tetapi bukan suatu referensi eksklusif untuk masa yang akan datang. Tidak ada seorang pun yang memiliki sebuah bola kristal yang dapat bekerja dengan baik. Kita semua berjalan ke masa yang akan datang dengan iman, bukan dengan penglihatan. Kita dapat berencana dan membuat proyeksi-proyeksi, tetapi ramalan kita yang paling baik pun pada dasarnya di dasarkan pada prakiraan yang telah kita pelajari. Tidak ada seorang pun di antara kita mempunyai pengetahuan berdasarkan pengalaman di masa yang akan datang. Kita memandang saat ini dan dapat mengingat kembali masa yang lalu. Kita adalah ahli pengetahuan berdasarkan pada pengalaman yang telah terj adi. Satu-satunya bukti yang kuat untuk masa depan kita terdapat pada j anji-j anji Allah. Di sini iman menawarkan bukti untuk segala sesuatu yang tidak terlih'at. Kita percaya kepada Allah untuk hari esok.

Kita juga percaya bahwa Allah ada. Dan meskipun Allah sendiri tidak kelihatan, Firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa Allah yang tidak terlihat ini telah menyatakan diri-Nya melalui apa yang dapat dilihat (Roma 1:20). Meskipun Allah tidak dapat dilihat oleh kita, kita percaya bahwa Dia ada oleh karena Dia telah menyatakan diri-Nya dengan jelas di dalam ciptaan dan di dalam sejarah. Iman mencakup percaya di dalam Allah. Namun, iman yang demikian tidaklah patut dipuji. Yakobus menulis: "Engkau percaya bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar." (Yakobus 2:19). Hal ini merupakan tulisan yang cukup tajam dari Yakobus. Untuk percaya pada keberadaan Allah, hanya dapat disamakan dengan kepercayaan iblis. Adalah satu hal kita percaya kepada Allah, dan merupakan hal lain untuk mempercayai Allah. Percaya kepada Allah, berarti mempercayakan seluruh aspek kehidupan kita kepada Dia, ini merupakan esensi dari iman Kristen.

Jadi dalam hal ini konsep iman bukanlah hanya sekedar pelarian dari ketidakmampuan intelektual melainkan justru sebaliknya konsep pembenaran hanya oleh Iman (sola Fide) merupakan pemenuhan dan jawaban yang final terhadap semua persoalan yang terj adi dalam kehidupan.

B.     Iman Seperti Apa yang membenarkan manusia?

Luther melandasi pemikirannya bahwa manusia di benarkan oleh iman yang diberikan oleh Allah karena manusia telah mengalami kerusakan total (Total Depravity) sehingga manusia tidak dapat lagi memperoleh keselamatan, manusia hanya dapat memperoleh keselamatan dari Tuhan yaitu melalui iman yang dianugerahkan Allah. Tetapi konsep Martin Luther ini mendapat begitu banyak tantangan apa dengan iman saja sudah cukup membuat manusia dapat dibenarkan, dan bagaimana relasi antara konsep pembenaran oleh iman Martin Luther ini yang diambil dari konsep Rasul Paulus dapat disejajarkan dengan konsep perbuatan menurut Yakobus bahwa manusia dibenarkan oleh karena perbuatan? (Yakobus 2:24).

Bahkan menurut paham Roma-Katolik konsep pembenaran hanya oleh iman Martin Luther ini agak sedikit dipaksakan karena menurut mereka Alkitab sendiri melarang konsep Sola Fidenya Martin Luther. Sehingga pertanyaan iman seperti apakah yang menyelamatkan manusia menjadi begitu urgensi untuk mempertahankan kepercayaan Iman Kristen yang sejati bahwa manusia sesungguhnya manusia sebelum dilahirkankembali adalah manusia yang tidak dapat berbuat apa-apa karena original sin (dosa asal) telah membuat semua keinginan yang ada dalam diri manusia hanyalah keinginan untuk berbuat dosa saja, bahkan dapat dikatakan bahwa semua perbuatan baik manusia yang dilakukan diluar Kristus dipehitungkan sebagai dosa.

Sejak Martin Luther mengajarkan dan menyerukan bahwa pembenaran hanya berdasarkan iman, dan bahwa iman merupakan suatu kondisi yang diperlukan untuk keselamatan, maka merupakan suatu keharusan bagi kita untuk mengerti apa yang dimaksudkan dengan iman yang menyelamatkan itu. Yakobus menjelaskan dengan jelas apa yang bukan iman yang menyelamatkan: "Apakah gunanya saudara-saudara, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?" (Yakobus 2:14). Di dalam ayat ini Yakobus membedakan antara iman yang diakui dengan realitas dari iman itu sendiri. Siapa saja dapat mengatakan bahwa ia memiliki iman. Memang kita diperintahkan untuk mengakui iman kita secara terbuka, namun pengakuan semata-mata tidak akan menyelamatkan siapa pun. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa seseorang mampu memuliakan Kristus dengan mulut mereka, tetapi pada saat yang sama hatinya jauh dari Dia. Pengakuan yang hanya dibibir saja, tanpa adanya manifestasi  dari buah iman, bukan merupakan iman yang menyelamatkan.

Iman bukanlah sesuatu yang berhenti pada konsep, ide dan gagasan; iman mesti membuah dalam tindakan. Paulus dan Yakobus telah melihat iman dalam konteks dan perpektif yang khas, sehingga mereka seolah-olah dipersepsi sebagai tokoh-tokoh yang membuat dikotomi antara iman dan perbuatan. Keduanya sebenarnya ingin memberi jawab secara kontekstual terhadap masalah yang dihadapi, sebab itu tidak boleh membawa kita yang hidup sekarang ini terj atuh pada sikap dikotomis antara iman dan perbuatan. Iman mesti berbuah dalam perbuatan dan perbuatan mesti berakar pada iman. Iman dan perbuatan adalah sesuatu yang inheren dan integral. Manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatan mereka bukan hanya karena iman (Yak. 2:24)".

Teologi protestan mengakui bahwa iman merupakan alat yang menyebabkan pembenaran, dengan demikian iman merupakan alat dimana karya Kristus teraplikasi di dalam diri kita. Teologi Roma Katolik mengajarkan bahwa baptisan merupakan penyebab utama untuk pembenaran dan bahwa sakramen pengakuan dosa merupakan penyebab kedua, dalam kaitan dengan pemulihan. (Teologi Roma Katolik melihat pengakuan doa sebagai tingkat kedua dari pembenaran bagi mereka yang telah menghancurkan jiwa mereka, yaitu mereka yang telah kehilangan anugrah pembenaran karena melakukan dosa yang fatal, seperti membunuh). Sakramen pengakuan dosa menuntut usaha pemuasan dimana umat manusia mencapai usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pembenaran. Pandangan Roma Katolik menerima bahwa pembenaran berdasarkan iman, tetapi menyangkali bahwa pembenaran itu hanya berdasarkan iman. Dengan kata lain, perbuatan- perbuatan baik perlu ditambahkan untuk dapat dibenarkan.

Iman yang membenarkan adalah iman yang hidup, bukan iman pengakuan yang kosong. Iman merupakan kepercayaan yang bersifat pribadi yang bergantung kepada Kristus saja untuk keselamatan. lman yang menyelamatkan juga merupakan iman pertobatan yang menerima Kristus sebagai Juruselamat dari Tuhan. Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dibenarkan oleh karena perbuatan- perbuatan baik kita, tetapi dengan apa yang diberikan kepada kita berdasarkan iman, yaitu kebenaran Kristus. Sebagai sintesis, sesuatu yang baru ditambahkan pada sesuatu yang dasar. Pembenaran kita merupakan sintesis, oleh karena kita memiliki kebenaran Kristus yang ditambahkan kepada kita. Pembenaran kita adalah berdasarkan imputasi (pelimpahan), yang artinya Allah memindahkan kebenaran Kristus kepada kita berdasarkan iman. Ini bukan merupakan "legal yang bersifat fiksi." Allah telah melimpahkan kepada kita karya Kristus yang nyata, dan sekarang kita telah menerima karya-Nya. Ini merupakan pelimpahan yang nyata. Iman Kristen adalah iman yang lahir dari Allah bukan karena hasil usaha manusia, Iman Kristen juga bukan hanya sekedar Iman yang mengaku di mulut saja tetapi justru merupakan Iman yang menyelamatkan karena Iman tersebut ditunjukkan melalui perbuatan sehari-hari atau dengan kata lain iman yang berbuah dalam perbuatan.

C.    Iman yang selaras dengan logika manusia

Iman tidak hanya berarti mempercayakan diri, jadi iman sejati berarti mempercayakan diri kepada Kristus. Apakah iman hanya meliputi unsur mempercayakan diri saja ? tiga unsur iman sejati yakni,

1.      Mengandung unsur kognitif/pengetahuan.

Banyak orang Kristen mengira bahwa iman tidak memerlukan rasio, karena rasio bertentangan dengan iman dan begitu sebaliknya. Tetapi benarkah demikian ? Unsur iman pertama ini jelas-jelas menentang konsep tersebut. Iman tidak meniadakan rasio. Di dalam iman ada rasio. Pdt. Dr. Stephen Tong pernah mengajarkan bahwa iman adalah penundukkan/pengembalian rasio kepada Kebenaran Allah. Jadi, sangat tepatlah perkataan dua tokoh theolog besar ini, yaitu, Bapa Gereja Augustinus yang mengajarkan bahwa karena/melalui iman, saya dapat mengerti (Latin : credo ut intelligam) dan theolog Reformed, Dr. Francis A. Schaeffer, "I do what I think and I think what I believe." (saya melakukan apa yang saya pikir dan saya berpikir apa yang saya percaya) yang berarti iman membentuk pemikiran kita dan pemikiran kita akhirnya membentuk cara tindakan kita. Iman sejati yang bertumbuh bukan hanya bertumbuh di dalam kualitas kesucian, tetapi juga bertumbuh teras-menerus di dalam pengenalan akan Firman Allah (Efesus 4:13, "sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,").

Kedewasaan iman dapat diukur salah satunya dari keseriusan seseorang mempelajari dan menggali kebenaran Firman Allah (Alkitab) secara serius, teliti dan bertanggungjawab. Apakah ini berarti iman hanya mengandalkan rasio dan bukan pada afeksi, dll ? TIDAK. Iman perlu menggunakan logika/rasio, tetapi tidak memberhalakannya.

2.      Mengandung unsur persetujuan (approval).

Apakah iman hanya mengandung unsur kognitif atau menguasai rasio saja? TIDAK! Selain rasio, iman melangkah lebih dalam lagi yaitu meliputi unsur persetujuan (persetujuan terhadap sesuatu yang bersifat supranatural). Apa yang disetujui ? Persetujuan bahwa : pertama, ada Allah. Kedua, manusia yang telah diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya telah jatuh ke dalam dosa. Ketiga, Allah yang mengasihi manusia dengan mengutus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya. Keempat, Roh Kudus melahirbarukan umat pilihan-Nya sehingga mereka dapat menerima Kristus. Kelima, Roh Kudus yang sama memakai Alkitab sebagai satu-satunya Kebenaran yang memimpin iman kita semakin sempurna seperti Kristus. Kelima poin inilah yang harus disetujui oleh iman sejati. Ketika kelima poin ini tidak ada atau salah satunya tidak ada, maka itu bukan iman sejati.

3.      Mengandung unsur kepercayaan  /mempercayakan diri (trust).

Apakah iman sejati hanya cukup memikirkan hal-hal yang supranatural saja ? TIDAK! Iman sejati juga mengandung unsur mempercayakan diri. Inilah reaksi terakliir dari iman sejati. Iman bukan hanya menguasai rasio dan hal-hal supranatural, melainkan iman juga menuntut tindakan mempercayakan diri yang berkorban sebagai wujud kita benar-benar beriman. Kalau ada orang "Kristen" mengaku di dalam mulut bibir kita bahwa dirinya beriman di dalam Kristus, tetapi tidak ada kerinduan untuk mau mempercayakan diri kepada-Nya, menyangkal diri dan berkorban bagi-Nya (Matius 16:24 ; 10:38), maka orang tersebut tidak layak disebut Kristen, karena Tuhan Yesus bersabda, "Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku." (Matius 10:38). Saya membagi hal ini menjadi dua macam sebagai syarat mengikut Kristus.

Pertama, mempercayakan diri. Pengikut Kristus sejati harus mempercayakan diri di dalam-Nya (Amsal 3:5). Mengapa ? Karena mereka mengerti benar bahwa status mereka adalah pengikut Kristus yang mengakui bahwa tidak ada pemerintah atau raja atau tuan lain di dalam hidupnya kecuali hanya satu, yaitu Kristus! Mempercayakan diri kepada dan di dalam-Nya inilah yang disebut oleh Pdt. Sutjipto Subeno sebagai men-Tuhan-kan Kristus, artinya menjadikan Kristus sebagi satu-satunya Penguasa, Pemerintah, Raja dan Tuhan yang memerintah dan menguasai hidup kita. Dengan kata lain, mereka yang sungguh-sungguh adalah pengikut Kristus akan menyuarakan kebenaran, keadilan, kesungguhan, kejujuran, kesetiaan, dll kepada dunia sebagai wujud Kristus bertahta di dalam hati mereka.

Kedua, mengikut Kristus juga berarti berkorban bagi-Nya. Wujud dari mempercayakan diri kepada dan di dalam-Nya adalah kita mau berkorban bagi-Nya. Perhatikanlah kalimat paradoks dari Tuhan Yesus ini, "Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akanmemperolehnya." (Matius 10:39). Maksud dari kalimat ini adalah kita diperintahkan untuk tetap taat, setia dan berhati-hati, ketika kita hams menderita, karena memang itulah seharusnya menjadi tanggungan kita yang telah mengikut Kristus. Ingatlah, Kristus tak pernah menjanjikan jalan yang lancar/lurus, kehidupan yang kaya, dll ! Barangsiapa yang mengajarkan "Kristus" yang demikian, itu jelas bukan Kristus yang Alkitab beritakan, tetapi "kristus-kristus" lain dan dapat disebut "injil-injil lain" yang diberitakan, sama seperti situasi yang terjadi di dalam jemaat Galatia ketika Paulus menuliskan suratnya (Galatia 1:6-10). Kepada mereka, Paulus memperingatkan dengan keras, "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).

Jadi dalam hal ini konsep Martin Luther Pembenaran oleh Iman adalah suatu konsep yang bukan dibuat untuk kepentingan diri sendiri tetapi merupakan sebuah konsep yang lahir dari Alkitab sendiri. Dan Luther sebenarnya tidak mengajarkan hanya sebuah kebenaran yang parsial dari doktrin Alkitab karena konsep pembenaran hanya karena Iman (Sola Fide) Martin Luther adalah sebuah doktrin utuh yang diperoleh dari keseluruhan pengajaran Alkitab bahwa manusia dibenarkan hanya oleh Iman, dan Iman yang membenarkan manusia harus menghasilkan buah yang baik. Manusia yang ada di dalam Kristus adalah manusia yang benar secara status tetapi juga harus terus menerus dibenarkan dalam kehidupannya.

Pembenaran dibuktikan oleh kesucian hidup orang. "Sebab siapa yang telah mati (harfiah: dibenarkan), ia telah bebas dari dosa" (Rm. 6:7). Kita telah dibebaskan dari dosa, sehingga dosa tidak lagi menguasai diri kita. Pembenaran di hadapan pengadilan Allah ditujukkan dengan kesucian hidup di dunia ini dihadapan pengadilan manusia. Inilah yang dimaksudkan Yakobus ketika dia menuliskan bahwa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatan kita (Yak. 2:24). Iman yang tidak menghasilkan buah yang baik bukanlah iman yang sejati. Karena itu, keberadaan kita di dalam Kristus akan terlihat melalui keberadaan kita di depan orang. Salam Reformasi...!!! Sola Fide.