Tampilkan postingan dengan label Artikel Natal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel Natal. Tampilkan semua postingan

20 Desember 2012

ASAL USUL POHON NATAL

By. Esra Alfred Soru


Sekarang ini Natal nyaris tidak dapat dipisahkan dari “Christmas Tree” (Pohon Natal). Pohon Natal ini disebut juga sebagai “Pohon Terang” bahkan  ada orang yang menciptakan lagu khusus untuk pohon ini :

“Pohon terang (2x) sungguh indah rupamu.... Masa-masa t’rus berganti warna hijaumu abadi....Pohon terang (2x) sungguh indah rupamu....Sungguh indah cahayamu menerangi duniaku… dst”

Dalam versi aslinya yang berbahasa Jerman, lagu “Pohon Terang” itu aslinya berjudul “O Tannenbaum” dan dibuat versi Inggrisnya dengan judul “O Christmas Tree”.



Ya, pohon Natal kelihatannya begitu penting dalam perayaan berbagai perayaan Natal kita. Natal seolah kehilangan makna kalau tidak ada pohon Natal. Bagaimana pun merayakan Natal harus ada pohon Natalnya. Kita sukar membayangkan hadir dalam sebuah perayaan Natal tetapi tidak nampak ada pohon Natal di sana. Kita mungkin bertanya ”Ini Natalan atau bukan?”. Pada waktu saya duduk di SMP dan aktif dalam kegiatan-kegiatan Pramuka, grup Pramuka kami itu karena sesuatu dan lain hal masih berada di areal perkemahan pada tanggal 25 Desember (di pulau Rote) dan karenanya malam itu juga kami merayakan Natal di sana. Karena berpikir bahwa pohon Natal begitu penting dan ketika mencari-cari pohon cemara dan tidak menemukannya maka kami dengan terpaksa memakai pohon kapuk sebagai ganti pohon cemara. Kami lebih memilih pohon kapuk sebagai pohon Natal daripada tidak ada pohon Natal sama sekali. Ini adalah pengalaman saya. Mungkin ada banyak orang mempunyai pengalaman-pengalaman yang unik di sekitar pohon Natal. Itu semua memberi gambaran kepada kita bahwa perayaan-perayaan Natal kita sepertinya mustahil dipisahkan dari kehadiran pohon Natal. Menariknya, di dalam cerita Natal di Alkitab, kita tidak menemukan adanya kisah tentang pohon Natal. Lalu dari mana pohon Natal ini muncul dan tiba-tiba sudah menjadi bagian yang hampir tak ter-pisahkan dari perayaan Natal ?

Sesungguhnya kita tidak dapat mengetahui dengan pasti dari mana munculnya pohon Natal ini karena sejarahnya bersifat kontroversial. Minimal ada 2 pandangan di sekitar sejarah pohon Natal ini.

1.  Ada yang mengatakan bahwa pohon Natal berhubungan dengan kekafiran dan penyembahan berhala.

Pendapat dan argumentasi seperti ini biasa datang dari kaum anti Natal seperti sekte Saksi Yehovah dan beberapa gereja Kristen lainnya yang juga tidak merayakan Natal. Mereka mengatakan bahwa tradisi pohon Natal berasal dari kepercayaan orang-orang Eropa sebelum mereka menjadi Kristen di mana suku bangsa Celtic dan Teutonic sangat menghormati pohon-pohon ini pada perayaan musim dingin sebagai simbol kehidupan kekal. Pohon ini disembah sebagai janji akan kembalinya sang matahari yang merupakan lambang kehidupan bagi para penyembah berhala.

Versi lainnya mengatakan bahwa pada zaman dahulu bangsa Romawi menggunakan pohon cemara untuk perayaan Saturnalia di mana mereka menghiasi pohon cemara dengan hiasan-hiasan kecil dan topeng-topeng kecil, karena pada tanggal 25 Desember ini adalah hari kelahiran dewa matahari yang bernama Mithras, yang asal mulanya dari dewa matahari Iran yang kemudian dipuja di Roma.


Jadi ada hubungan antara pohon cemara dalam perayaan Saturnalia dan pohon Natal dalam perayaan Natal. Mereka akhirnya berkesimpulan bahwa merayakan Natal dan memakai pohon Natal adalah sesuatu praktek yang bersifat berhala atau kafir.

2.  Pohon Natal sama sekali tidak ada hubungan dengan berhala dan kekafiran.

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi sebenarnya dimulai dari Jerman. Pohon cemara dipakai sebagai  pohon Natal pada abad 16. Penggunaan pohon yang terus menerus hijau/tidak terpengaruh oleh musim dingin dilihat sebagai simbol dari kehidupan yang kekal. Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas tree’ mengatakan bahwa :

“Tetapi Pohon Natal modern, berasal usul dari Jerman Barat. Alat atau barang utama yang diperlukan di panggung dari suatu sandiwara populer abad pertengahan tentang Adam dan Hawa adalah suatu pohon semacam cemara yang digantungi buah-buah apel (pohon Firdaus) menggambarkan Taman Eden. Orang-orang Jerman mendirikan atau memasang suatu pohon Firdaus di rumah mereka pada tanggal 24 Desember, hari raya agamawi dari Adam dan Hawa”.

Tetapi bagaimana sampai muncul tradisi semacam ini? Ini juga tidak jelas! Ada yang mengaitkan tradisi ini dengan pengalaman Santo Bonifacius, seorang rohaniawan Inggris bernama yang memimpin beberapa gereja di Jerman dan Perancis.



Suatu hari dalam perjalanannya dia bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon oak. Untuk menghentikan perbuatan jahat mereka, maka Bonifacios merobohkan pohon oak tersebut dan anak yang akan dikorbankan itu tetap hidup. Selanjutnya Bonifacius mengambil sebuah pohon cemara dan diberikan kepada anak itu sebagai lambang kehidupan.

Cerita lain mengaitkan pohon Natal ini dengan tokoh reformator Kristen, Martin Luther.


Diceritakan bahwa saat Martin Luther sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam, ia sangat terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan. Martin Luther lalu menebang sebuah pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, ia lalu memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut. Kalau salah satu saja dari 2 cerita ini benar maka jelas bahwa pohon Natal tidak ada kaitan sama sekali dengan kekafiran dan penyembahan berhala.

Jadi ada 2 pandangan tentang sejarah pohon Natal. Sebagian mengaitkannya dengan kekafiran dan penyembahan berhala tetapi sebagian mengatakan sama sekali tidak ada kaitannya dengan penyembahan berhala. Yang mana yang benar? Apakah pohon Natal berhubungan dengan kekafiran atau tidak? Ini menjadi bahan kontroversi di Jerman juga sehingga pemerintah Jerman pernah mengeluarkan peraturan denda bagi setiap orang yang kedapatan memasang pohon Natal di rumah atau gereja. Peraturan tersebut akhirnya di-hapus ketika Pangeran Albert dan isterinya Ratu Victoria dari Inggris mempopulerkan penggunaan pohon tersebut sebagai pohon Natal. Pendapat saya terhadap dua pandangan di atas adalah kedua-duanya bisa saja benar. Bisa benar bahwa pohon Natal yang kuno memiliki hubungan dengan penyembahan kafir terhadap dewa matahari dan bisa juga benar bahwa pohon Natal yang modern tidak ada kaitan sama sekali dengan kekafiran / penyembahan berhala.

Kalau pohon Natal mungkin saja memiliki hubungan dengan kekafiran dan penyembahan berhala, lalu apakah itu berarti bahwa memasang atau memakai pohon Natal adalah suatu praktek kafir? Tidak ! Jawaban saya adalah :

1.  Pohon Natal modern bisa jadi tidak memiliki hubungan sama sekali dengan kekafiran.

2.  Bahwa pohon Natal yang kuno memiliki hubungan dengan kekafiran dan penyembahan dewa matahari harus dipahami lebih dalam dengan cara mencari tahu latar belakangnya. Untuk jelasnya saya kutipkan kembali tulisan saya pada tahun 2004 yang lalu, meskipun yang dibahas bukanlah masalah pohon Natal melainkan masalah tanggal 25 Desember yang dikaitkan dengan kekafiran :

“Harus diingat bahwa perayaan Natal yang bertepatan dengan perayaan kafir itu bukan berarti bahwa umat Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa kafir. Sebaliknya justru mereka ingin menjauhkan diri dari kekafiran. Perhatikan kata-kata Herlianto : “Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival Saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Meng-hadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran mata-hari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain”. (www.yabina.org). Herlianto melanjutkan : “Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari, dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman. Karenanya Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘from church year Christmas’ menulis : “...hari raya tentang kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’ (Mal 4:2) ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai suatu saingan Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak terkalahkan pada titik balik matahari....” Demikianlah asal usul perayaan Natal pada tanggal 25 Desember. (Esra Alfred Soru; Kapan Sesungguhnya Yesus Dilahirkan?; Timex, 23 Desember 2004).

Dengan penjelasan di atas maka jelas bahwa kesamaan-kesamaan yang terjadi di antara penyembahan dewa matahari dan perayaan Natal semata-mata hanyalah upaya untuk menghindarkan umat Kristen dari penyembahan berhala. Para penyembah kafir memperingati hari lahirnya dewa matahari sedangkan umat Kristen memperingati hari kelahiran Kristus yang adalah terang dunia. Para penyembah dewa matahari memasang lilin-lilin pada pohon cemara untuk mengingat dewa matahari sebagai pemberi terang, tetapi umat Kristen memasang lilin-lilin pada pohon cemara untuk memperingati datau menyimbolkan Kristus sebagai terang yang sesungguhnya. Dengan demikian maka penggunaan pohon Natal dalam perayaan-perayaan Natal bukanlah sesuatu yang berbau kekafiran atau penyembahan berhala apalagi ditambah dengan adanya kemungkinan bahwa sejarah pohon Natal modern tidak ada kaitan-nya dengan penyembah-an berhala.

Nah, jika penggunaan pohon Natal dalam perayaan Natal kita bukanlah sesuatu yang salah atau berbau kekafiran dan penyembahan berhala, lalu mengapa saya mengatakan pohon Natal sebagai salah satu fokus yang salah dalam merayakan Natal? Ingat, saya tidak bersikap anti terhadap penggunaan pohon Natal tetapi bagi saya ada hal-hal tertentu yang tidak pas dengan pohon Natal, terutama hiasan-hiasannya, seperti misalnya hiasan Santa Claus. Menurut saya semua hiasan Santa Claus itu harus dibuang / tidak dipakai. (nanti dijelaskan pada bagian selanjutnya). Demikian juga dengan hiasan-hiasan yang tidak sesuai fakta seperti salju-saljuan pada pohon Natal. Dengan memberikan salju-saljuan, maka itu menunjukkan bahwa seolah-olah Natal terjadi pada musim dingin. Padahal boleh dikatakan tidak mungkin Natal terjadi pada musim dingin, mengingat bahwa para gembala berada di luar / di padang pada malam hari, pada saat mereka mendapat berita Natal dari malaikat-malaikat (Luk 2:8-11). Jadi mungkin hiasan salju-saljuan itu harus dibuang, untuk lebih menyesuaikan dengan fakta. Juga lagu seperti ‘White Christmas’ sepertinya juga tidak perlu dipakai karena tidak sesuai dengan fakta. Yang lebih penting daripada itu adalah pohon Natal tidak boleh menjadi fokus dalam perayaan Natal. Meskipun memakai pohon Natal tidak salah tetapi kita harus berhati-hati agar tidak memberi penekanan yang berlebihan terhadap pohon Natal. Mengapa saya katakan berlebihan? Karena bagi banyak orang, pohon Natal menjadi sesuatu yang mutlak harus ada. Kalau tidak ada pohon Natal maka seolah-olah itu bukan Natal. Dengan demikian bagi banyak orang Kristen, pohon Natal menjadi hakikat dari Natal, padahal sebetulnya, kalau mau berbicara secara strict, maka Natal sama sekali tidak berurusan dengan pohon Natal. Apa bahayanya kalau pohon Natal itu menjadi terlalu penting? Bahanya adalah itu bisa menggeser apa yang seharusnya merupakan hal terpenting dalam Natal, yaitu Yesus Kristus sendiri. Earl Rainey berkata :

“The Christmas tree has taken the place of the altar in too much of our modern Christmas observance” (Pohon Natal telah mengambil tempat di altar dalam terlalu banyak dari perayaan Natal modern kita) - ‘The Encyclopedia of Religious Quotations’, hal 113-114.

Ini sama seperti ‘Round girl’ (wanita pembawa papan petunjuk ronde dalam pertandingan tinju) yang terlalu cantik dan seksi dan menyebabkan kita tidak memperhatikan papan bertuliskan ronde ke berapa yang sedang ia bawakan. Kita justru asyik melihat kecantikan dan keseksian dari ‘round girl’nya. Saya tidak mengharuskan untuk membuang pohon Natal secara total; itu rasanya tidak mungkin. Tetapi setidaknya kita harus mengurangi penekanan yang berlebihan pada pohon Natal ini, supaya jangan pohon Natal, yang sebetulnya tidak ada hubungannya dengan Natal, mengaburkan / menggeser fokus yang sebenarnya dari Natal.


- AMIN -

15 Desember 2012

VIRGIN BIRTH OF JESUS CHRIST

By. Esra Alfred Soru


Mat 1:18-23 – (18) Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. (19) Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. (20) Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. (21) Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.


Sebuah peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan setiap kali kita merayakan Natal adalah kelahiran Kristus yang ajaib yakni dari seorang perawan (Virgin Birth of Jesus Christ). Alkitab menyaksikan ini secara jelas dalam bacaan kita di atas. Bandingkan :

Luk 1:31, 35 – (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Ini juga yang kita ucapkan berulang-ulang dalam Pengakuan Iman Rasuli setiap minggu : “…Dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria...”. Ini berarti bahwa fakta ini adalah sesuatu yang sangat penting bagi Kristologi kita dan kekristenan kita. Sayangnya doktrin ini mulai ditinggalkan oleh banyak teolog dan pendeta liberal dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak penting bahkan dongeng.

D. James Kennedy : Dari semua mujizat-mujizat dan misteri dalam Alkitab, mujizat kelahiran Yesus Kristus melalui perawan Maria sudah mengalami serangan yang paling galak. Anehnya, serangan-serangan yang paling bersikap memusuhi datang dari mereka yang menganggap dirinya sebagai ahli teologia dan pelayan-pelayan Injil. Dengan mengaku bahwa mereka hanya ingin membersihkan semua yang berbau “mistik” dan “dongeng” dari kisah-kisah dalam Injil…” (Solving Bible Mysteries; hal. 69-70).

Semua penolakan ini berakar dari otak kotor teolog liberal Rudolf Bultmann yang menulis sebuah buku “New Testament Theology” yang mengatakan bahwa ada banyak mitos dan dongeng di dalam cerita-cerita Alkitab lalu ia menawarkan program “demythologization” untuk mengeluarkan dongeng-dongeng tersebut dari dalam Alkitab.


Salah satu dongeng di dalam Alkitab menurut Bultmann adalah kelahiran Kristus dari perawan. Hasilnya adalah pada tahun 1923 sekitar 1300 pelayan Presbyterians menandatangani yang disebut “Auburn Affirmation” yang isinya menyangkal kelahiran perawan, kebangkitan dan lain sebagainya.

Di abad modern ini, penolakan terhadap doktrin kelahiran Kristus dari perawan ini digemakan kembali oleh seorang pendeta dari gereja megah di New York “Riverside Church” yakni Harry Emerson Fosdick. (Pemimpin aliran teologi liberal di Amerika Serikat).

Harry Emerson Fosdick - Aku ingin meyakinkan anda saat ini juga bahwa aku tidak percaya pada kelahiran melalui seorang perawan dan aku harap anda semua juga tidak.  Doktrin ini mengalihkan perhatian dari kenyataan rohani-Nya kepada persoalan yang sekedar biologis saja. (The Man from Nazaret as His Contemporaries Saw Him, hal. 158-160).

Sejak itu kata-kata Fosdick tersebut selalu bergema di semua gereja liberal di seluruh Amerika dan banyak orang tidak percaya kisah ini lagi. Ini menunjukkan betapa banyak orang tidak menghargai lagi kesaksian Kitab Suci tetapi bagi kita yang percaya, doktrin ini adalah sesuatu yang sangat penting. Berkaitan dengan ini, saya akan membahas 4 hal penting :

I.   INI ADALAH JAWABAN TERHADAP NUBUATAN.

Pertama-tama harus kita sadari bahwa kelahiran Kristus dari seorang perawan ini bukanlah sebuah peristiwa dadakan yang tanpa direncanakan oleh Allah. Allah telah merancangkan peristiwa ini jauh di dalam kekekalan dan dinyatakan di dalam sejarah sesaat setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Ketika Allah memberitakan hukumannya kepada iblis di taman Eden, Ia juga memberikan sebuah janji di dalamnya :

Kej 3:15 - Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Dalam ayat ini terlihat adanya suatu janji tentang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepala dari setan. Dan kita percaya bahwa keturunan perempuan yang dimaksud di sana adalah Kristus.

Ibr 2:14 - “…maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;…’

Wycliffe Bible Commentary – Janji Allah bahwa kepala ular itu akan diremukkan menunjuk kepada kedatangan Mesias dan kemenangan yang dijamin. (Vol. I, hal. 40).

The New Bible Commentary – “…yang dimaksudkan dengan ‘nya” (tumitnya) itu juga bukan benih perempuan secara kolektif  tapi juga adalah perorangan (Kristus) – (Vol. I, hal. 86) 

Jika keturunan perempuan yang dimaksud di dalam ayat ini adalah Kristus, maka kita perlu memperhatikan sebuah keterangan penting dalam ayat tersebut yakni Ia (Kristus) disebut “keturunan perempuan”. Sebenarnya ini adalah ungkapan yang tidak biasa di dalam budaya paternalistik Ibrani. Dengan demikian kata “keturunanmu” dalam Kej 3:15 rasanya aneh kalau ditujukan pada seorang perempuan. Bahkan dalam budaya seperti itu, tidak biasa kalau dikatakan bahwa perempuan memperanakkan melainkan laki-laki.

Kej 5:3 – Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.

Kej 5:21 - Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Metusalah.

Kej 5:32 - Setelah Nuh berumur lima ratus tahun, ia memperanakkan Sem, Ham dan Yafet.

Tentu yang dimaksud di sini adalah isteri-isteri mereka yang memperanakkan dan bukan mereka sendiri. Jadi perempuan tidak disebutkan tetapi penyebutan laki-laki sudah tercakup di dalamnya perempuan. Tetapi dalam Kej 3:15 disebut “keturunanmu” (perempuan) maka jelas ini tidak menunjukkan adanya keterlibatan laki-laki di dalamnya dan dengan demikian ini hanya menunjuk pada keturunan dari perempuan saja. Dan ini pasti adalah nubuatan tentang kelahiran Kristus dari perawan.

Adam Clarke – Siapakah keturunan perempuan ini? Seorang yang datang melalui seorang perempuan, dan melalui dia saja tanpa persetujuan seorang laki-laki. Oleh karena itu, ini tidak menunjuk pada Adam dan Hawa tetapi Hawa saja, dan itu menunjuk pada tujuan Allah bahwa Yesus Kristus akan dilahirkan dari seorang perawan.

Di sini kita melihat bahwa kelahiran Kristus dari seorang perawan sudah direncanakan oleh Allah sejak mulanya dan diberitakan kepada Hawa. Planning ini juga disampaikan kepada nabi Yesaya :

Yes 7:14 - Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

Terjemahan “perempuan muda” di sini kelihatannya tidak menunjukkan bahwa ini adalah seorang perawan tetapi kata Ibrani yang dipakai di sini adalah “ALMAAH” yang harusnya diterjemahkan “perawan”,

Gleason L. Archer : Kata “anak dara” muncul 7 kali dalam PL (Ibr : almaah) tidak pernah ditujukan kepada seorang perempuan yang telah kehilangan keperawanannya (Encyclopedia of Bible Difficulties; hal. 266-268).

Tetapi kalau demikian, ayat ini menjadi sukar sekali untuk ditafsirkan karena Yesaya sebenarnya menujukan kalimat ini kepada raja Ahas (lihat Yes 7:12). Jadi raja Ahas akan mendapat sebuah tanda bahwa seorang perempuan perawan akan mengandung dan melahirkan seorang anak. Ini berarti bahwa pada zaman Ahas dan Yesaya ada perempuan perawan yang juga hamil secara ajaib (tanpa persetubuhan dengan seorang laki-laki) dan itu menjadi tanda bagi Ahas. Dan dengan demikian maka nubuatan Yesaya ini mempunyai penggenapan ganda.
Charles Ryrie – Siapakah gadis tersebut dalam zaman Yesaya? ….Lagi-lagi ada 3 jawaban. (a) Istri Ahas (b) Seorang gadis tak dikenal di antara orang Israel (c) Istri kedua Yesaya yang belum dinikahinya ketika nubuat itu diberikan. Jika (a) benar maka puteranya adalah Yehezkiel. Jika (b) benar maka puteranya tak diketahui. Jika (c) benar maka puteranya mungkin Maher-Syalal Hash-Bas (Yes 8:3) atau putera Yesaya yang lain yang tidak disebutkan. (Basic Theology, hal. 328)

Tetapi kalau ini yang terjadi maka berarti Maria bukan satu-satunya perawan yang mengandung tanpa hubungan seks dan dengan demikian juga Yesus bukan satu-satunya orang yang lahir dari perawan.

Esra Alfred Soru - Bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perawan adalah salah satu keunikan Yesus yang tidak dimiliki tokoh manapun juga di bawah kolong langit ini. (Keunikan Yesus Kristus, hal. 23)

Stephen Tong – Tetapi seorang anak dara, seorang yang tidak menikah dan tidak pernah bersetubuh dengan laki-laki, bisa melahirkan seorang anak laki-laki, itu adalah mujizat. Ini hanya boleh terjadi satu kali di sepanjang sejarah umat manusia. Inilah tanda yang tidak bisa terulang kembali dan tidak seorang pun yang bisa berbuat hal yang sama. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia, hal. 77).

Tetapi kalau kita mau katakan bahwa nubuatan Yesaya itu hanya mempunyai satu penggenapan yakni kepada Maria, lalu bagaimana relevansi tanda itu bagi raja Ahas? Terus terang ini memusingkan semua teolog dan penafsir Alkitab termasuk saya. (Saya cenderung menolak adanya penggenapan ganda ini karena implikasi dan konsekuensi teologisnya berat sekali). Tapi lepas dari semuanya itu, yang pasti nubuatan itu digenapi oleh Kristus.

Mat 1:22-23 – (22) Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: (23) "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.

Jadi sekali lagi, kelahiran Kristus dari seorang perawan itu menggenapi nubuatan-nubuatan di dalam Perjanjian Lama. Tergenapinya nubuatan-nubuatan ini menunjukkan bahwa Alkitab memang benar-benar adalah Firman Tuhan. Jangan pernah saudara ragukan ini!  

II.  PENTINGNYA KRISTUS DILAHIRKAN DARI PERAWAN.

Mungkin anda bertanya, mengapa Kristus harus lahir dari perawan? Memangnya kalau lahir normal atau wajar saja mengapa? Saya akan membahas hal ini tapi biarlah saya katakan bahwa Kristus Sang Juruselamat itu tidak boleh lahir secara wajar seperti semua kita. Mengapa demikian?

a.  Kalau Dia lahir sebagai hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan, maka Dia tidak bisa menjadi Allah-Manusia.

Kekristenan yang Injili percaya bahwa Yesus adalah Allah-Manusia. Dia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia.

Yes 9:5 - Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

Yoh 1:1, 14 – (1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, …”

Perhatikan, kalimat-kalimat yang berwarna merah semuanya menunjukkan keallahan Yesus sedangkan yang berwarna biru menunjuk pada kemanusiaan-Nya. Jadi Yesus adalah Allah dan manusia.
Status ini penting demi penebusan kita.

John Wesley Brill : Oleh sebab Ia manusia, dapatlah Ia mengadakan pendamaian. Oleh sebab Ia Allah maka pendamaian itu sangat berharga. Seorang juruselamat yang hanya manusia tidak dapat mendamaikan kita dengan Allah. (Dasar Yang Teguh; 1996 : 92).

Charles Ryrie - Ia harus menjadi manusia agar Ia bisa mati dan ia harus tetap Allah agar menjadikan kematian itu sebagai pembayaran lunas atas dosa. (Basic Theology, hal. 23).

Kita dilahirkan sebagai hasil persetubuhan antara laki-laki (ayah kita) dan perempuan (ibu kita) maka kita benar-benar adalah manusia dan hanya manusia saja. Jikalau Kristus harus lahir sebagai hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan, lalu apa bedanya Dia dan kita? Dia akan menjadi manusia saja seperti kita. Tetapi Alkitab berkata bahwa Dia adalah Allah yang menjelma menjadi manusia maka Dia adalah Allah – Manusia dan karena itu Ia perlu dilahirkan secara ajaib melalui seorang perempuan tanpa seorang laki-laki. Jadi Dia harus lahir tanpa laki-laki supaya Dia tetap Allah tetapi harus dari perempuan supaya Dia manusia. Tanpa laki-laki tetapi harus perempuan maka tidak bisa tidak Ia harus lahir dari seorang perempuan perawan. Jadi kelahiran Kristus dari perawan berguna untuk status-Nya yang unik sebagai Allah-Manusia di mana status ini berguna bagi penebusan kita.

b.  Kalau Dia lahir sebagai hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan, maka Dia tidak bisa menjadi Juruselamat manusia.

Mengapa Ia tidak bisa menjadi Juruselamat manusia kalau Ia lahir sebagai hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan? Ingat, bahwa syarat Sang Juruselamat adalah tanpa dosa. Karena kalau Sang Juruselamat itu berdosa, bagaimana ia mau menebus dosa orang lain sedangkan dia sendiri berdosa? Jadi Kristus harus lahir tanpa dosa. Masalahnya adalah sejak kejatuhan Adam dan Hawa, maka semua keturunannya otomatis menjadi orang berdosa.

Rom 5:12,18a,19a - (12) Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. ... (18a) Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, ... (19a) Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa”.

Tidak ada keturunan manusia yang bisa menjadi manusia tanpa dosa  Ini sama seperti macan itu binatang buas. Kalau dia melahirkan anaknya, otomatis anak itu menjadi binatang buas/carnivora juga. (Tidak ada macam makan tempe dan tahu). Nah kalau Yesus lahir secara wajar (hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan), maka Dia otomatis mewarisi sifat dosa ini dan dengan demikian Dia layak menjadi penebus dosa. Karena itu maka Dia tidak boleh lahir sebagai hasil persetubuhan laki-laki dan perempuan. Tetapi bukankah Dia juga tetap lahir dari perempuan (Maria) yang adalah orang berdosa? Dan dengan demikian Dia mewarisi sifat dosa dari Maria? Ya! Itulah yang seharusnya terjadi tetapi untuk itulah kita melihat peranan Roh Kudus di mana Roh Kudus berperanan untuk menyucikan Yesus sejak dari dalam kandungan. (Dikandung dari Roh Kudus). Orang Katholik gagal melihat ini dan akhirnya menjadikan Maria sebagai orang suci yang tak bisa berdosa demi kesucian Kristus. Pekerjaan Roh Kudus inilah yang akhirnya membuat Yesus terlahir sebagai seorang manusia yang tanpa dosa dan dengan demikian Dia layak menjadi Juruselamat kita.

Inilah pentingnya kelahiran Kristus dari seorang perawan.

III. APAKAH INI TIDAK MASUK DI AKAL?

Kita sudah melihat data Alkitab, juga urgensi dari kelahiran Kristus yang ajaib ini tetapi sebagaimana sudah saya katakan di bagian pendahuluan bahwa kaum liberal sama sekali tidak percaya hal ini. Biasanya keberatan yang paling populer adalah anggapan bahwa kisah ini tidak masuk di akal dan bertentangan dengan hukum alam.  Bagi mereka, mana mungkin seorang perempuan bisa hamil tanpa hubungan dengan seorang laki-laki? Ini adalah suatu hal yang tidak masuk di akal. Sebenarnya akar dari pandangan semacam ini adalah ketidakpercayaan terhadap mujizat.

D. James Kennedy - Jadi mengapa begitu banyak gereja dan hamba-hamba Tuhan yang menolak kelahiran melalui perawan? Alasan pertama adalah bahwa adanya kerancuan (bias) yang anti supernatural, yaitu kerangka pemikiran naturalistik yang sama sekali menolak tentang adanya mujizat. Jelas kalau anda tidak percaya kepada mujizat, anda tidak akan bisa percaya tentang kelahiran melalui seorang perawan”. (Solving Bible Mysteries; hal. 77).

Josh Mc Dowell & Don Steward - Yang menjadi masalah utama bagi banyak orang berkenaan dengan kelahiran dari anak dara itu ialah bahwa kejadian itu suatu mujizat. Kitab Suci tidak membicarakan peristiwa ini sebagai suatu kejadian yang biasa  saja, melainkan sebagai perbuatan Allah yang adikodrati. Mujizat kelahiran dari anak dara ini seharusnya tidak menjadi masalah jika orang mengakui kemungkinan terjadinya mujizat”. (Jawaban Bagi Pertanyaan Orang Yang Belum Percaya; hal. 72).

Jadi kalau kita percaya bahwa Allah adalah Allah yang berada di atas alam semesta maka tidak ada yang mustahil bagi Allah. Ia dapat melakukan apa saja yang Ia kehendaki termasuk memasukkan Yesus ke dalam dunia ini melalui seorang perawan. Ingat, percakapan Maria dan Malaikat :

Luk 1:34,35,37 – (34) Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (35) Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. (37) Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

Mannford G. Gutzke - “Kelahiran dari seorang perawan sama sekali bukan masalah bagi Tuhan. Kalau memang ada Allah yang menciptakan alam semesta, kalau Ia melemparkan galaksi-galaksi dari ujung-ujung jari-Nya, kalau Ia menghiasi langit malam dengan kilauan Bima Sakti, maka bagi Dia adalah hal yang amat kecil untuk menciptakan sebuah benih mungil dan menanamkannya dalam rahim seorang perawan Yahudi muda”. (Solving Bible Mysteries; hal. 78).

Bahkan sebenarnya kalau kita mau berbicara secara logika (yang mempercayai kemahakuasaan Allah), maka peristiwa kelahiran Kristus dari perawan ini sangat logis. Allah pernah menciptakan manusia dengan 4 cara :

Tanpa laki-laki tanpa perempuan = Adam
Dengan laki-laki tanpa perempuan = Hawa
Dengan laki-laki dengan perempuan = Kita Semua
Tanpa laki-laki dengan perempuan = Yesus Kristus.

Dengan demikian kita bisa melihat bahwa sebenarnya kelahiran dari anak dara adalah sesuatu yang masuk akal dan bukannya tidak masuk di akal.

Stephen Tong - Allah tidak boleh dibatasi oleh pemikiran dan kehendak manusia. Allah yang sanggup menciptakan manusia tanpa lelaki dan tanpa perempuan, juga adalah Allah yang sanggup menciptakan manusia dengan memakai laki-laki dan perempuan, Allah yang menciptakan Adam, juga adalah Allah yang menciptakan Hawa. Dan Allah yang menjadikan kita semua dengan memakai laki-laki dan perempuan juga adalah Allah yang bisa memakai perempuan tanpa laki-laki untuk melahirkan Yesus Kristus”. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia; hal. 78).

Percayakah saudara?

IV.  MELIHAT ALLAH DI BALIK KISAH INI.

Ada satu terminologi teologis di dalam kekristenan yakni “Wahyu”. Wahyu adalah penyingkapan diri Allah dan kekristenan percaya akan adanya wahyu umum dan wahyu khusus. Wahyu khusus adalah penyingkapan diri Allah lewat pribadi Yesus Kristus dan lewat Kitab Suci dan karena itu maka kisah kelahiran Kristus dari perawan yang diceritakan dalam Kitab Suci saya percaya juga mengungkapkan kepada kita tentang Allah. Lalu Allah seperti apakah yang ditampilkan lewat kisah kelahiran Kristus dari perawan ini?  Allah yang ditampilkan dalam kisah kelahiran Kristus dari perawan ini adalah “ALLAH YANG MAHA KUASA”. Karena kemahakuasaan inilah membuat Ia sanggup melakukan mujizat Natal (kelahiran Kristus dari perawan) ini.

Stephen Tong – Jikalau saudara sempat mempelajari ilmu biologi, saudara akan mengetahui bahwa dalam sel telur wanita ada kandungan gen XX dan tidak mengandung unsur Y sama sekali, sementara di dalam sperma pria ada kandungan gen XY. Maka dari sini kita melihat bagaimanapun juga perempuan tidak mungkin melahirkan anak laki-laki dengan cara apa pun jika tidak mendapat benih dari laki-laki yang mempunyai kandungan Y. (Yesus Kristus Juruselamat Dunia; hal. 75-768).

Toni Evans - Para perawan tidak bisa hamil, kecuali secara adikodrati. (Allah Kita Maha Agung; hal. 347).

Inilah yang harus kita sadari ketika kita merayakan Natal bahwa kita berjumpa dengan Allah yang Mahakuasa. Mahakuasa berarti bahwa kuasa-Nya tidak terbatas, dan dengan demikian maka Ia sanggup melakukan apa saja yang Ia kehendaki. Tidak ada satu perkara pun yang membuat Allah sulit menyelesaikannya. Ia sanggup menyelesaikan perkara besar sama mudahnya dengan menyelesaikan perkara kecil.

Esra Alfred Soru : Sebuah gunung dan sebutir pasir sama ringannya di hadapan Tuhan. Sebuah planet dan sebuah kerikil sama ringan juga bagi Tuhan. Ia bisa dengan mudah mencampakkan sebuah gunung ke laut sama seperti engkau mencampakkan pasir dari tanganmu. Ia bisa melemparkan sebuah galaxy sama mudah dengan engkau melemparkan sebuah kerikil.  

Nabi Yeremia berkata :

Yer 32:17 - Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apa pun yang mustahil untuk-Mu!

Yesus juga pernah berkata : 

Mat 19:26 - Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."

Karena itu maka kata “tidak mungkin” atau “tidak bisa” atau “mustahil” atau “sukar” tidak ada dalam kamus-Nya Allah.

Jikalau Allah adalah Allah yang Mahakuasa maka apa bagaimana seharusnya kita bersikap? Yang harus kita lakukan adalah jangan pernah membatasi Allah dengan pikiran kita yang sempit. Sebagai manusia kita memang lemah dan terbatas tetapi kelemahan dan keterbatasan kita tidak boleh kita pakai atau menjadi alasan bagi kita untuk membatasi Allah. Tetapi ini justru yang sering terjadi. Keterbatasan dan kelemahan kita seringkali membuat kita lupa bahwa kita memiliki Allah yang tidak terbatas dan Mahakuasa.

Dalam persoalan yang sementara dihadapi oleh gereja kita, mungkin saudara merasa takut, kuatir, cemas, bimbang, apakah kita akan mendapat tempat berkati atau tidak? Saya ingatkan kita, jangan pernah batasi Allah dengan pikiran kita yang sempit. Kita tidak punya uang tapi Dia kaya dan memiliki seluruh alam semesta ini. Kita tidak punya koneksi tetapi Dia menguasai semua manusia. Kita mungkin habis akal tetapi Dia punya 1001 jalan. Lalu untuk apa takut? Untuk apa cemas? Untuk apa bimbang? Marilah di Natal kali ini kita sungguh-sungguh melihat kemahakuasaan Allah kita dan bukan kelemahan dan keterbatasan kita.


 - AMIN -

24 Desember 2009

INJIL YANG MENGGELIKAN

By. Pdt. Budi Asali, M. Div


Note : Alangkah baiknya sebelum anda membaca tulisan ini, anda membaca Alkitab terlebih dahulu yakni Injil Luk 2:1-20

I. KEDATANGAN YESUS

Kedatangan Yesus adalah sesuatu yang menggelikan!

Apanya yang menggelikan? Ayat 7 mengatakan ‘palungan’. Luk 2:7 : dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. Ini menunjukkan bahwa Yesus dilahirkan di suatu tempat untuk hewan (tidak mesti kandang, tetapi bisa juga sebuah gua). Bayangkan! Yesus dikatakan sebagai Allah, Mesias, Juruselamat, Raja dsb. Tetapi ketika Ia dilahirkan, ternyata Ia dilahirkan di tempat hewan! Adakah sesuatu yang lebih menggelikan dan lebih tidak masuk akal dari hal ini? Tetapi perlu saudara ketahui bahwa Allah memang sering menolong / menyelamatkan orang dengan menggunakan jalan / hal-hal yang menggelikan dan tidak masuk akal. Contohnya peristiwa ular tembaga (Bil 21:4-9). Cara supaya sembuh dari gigitan ular berbisa adalah memandang pada patung ular tembaga! Apakah itu bukan sesuatu yang menggelikan? Kalau saudara jadi orang yang digigit ular, maukah saudara memandang pada patung ular tembaga itu? Lalu peristiwa Naaman (2Raja-raja 5). Cara supaya sembuh dari penyakit kusta adalah mandi 7 kali di Sungai Yordan! Kalau saudara terkena penyakit kusta, maukah saudara disuruh mandi 7 kali di sungai? Lalu garam untuk menyehatkan air (2Raja-raja 2:19-22) dan juga tepung untuk menetralkan makanan beracun (2Raja-raja 4:38-41). Tetapi, karena jalan yang tidak masuk akal dan menggelikan ini diberikan oleh Allah, maka itu adalah jalan / cara yang benar dan mujarab! Karena itu, janganlah saudara tidak mau percaya kepada Yesus hanya karena saudara melihat bahwa kelahiranNya di tempat hewan adalah sesuatu yang menggelikan dan tidak masuk akal!

Kedatangan Yesus adalah untuk saudara!

Ayat 11: ‘bagimu’. Luk 2:11 : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Ini adalah sesuatu yang harus ditekankan / diperhatikan secara khusus! Kecuali saudara sadar dan percaya bahwa Yesus datang di dunia bagi saudara, maka Natal sama sekali tidak berguna untuk saudara! Banyak orang menyadari dan mempercayai bahwa Yesus datang ke dunia untuk semua orang berdosa, tetapi mereka lupa bahwa diri mereka sendiri termasuk di dalam grup orang berdosa itu! Karena itu, renungkanlah! Sadarkah saudara bahwa saudara adalah orang berdosa yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka? Sadarkah / percayakah saudara bahwa Yesus datang ke dunia untuk mati bagi dosa saudara, baik dosa yang lalu, yang sekarang, maupun yang akan datang?

II. SIKAP / TANGGAPAN TERHADAP KRISTUS.

Bagi Orang yang Belum Percaya.

Bagi anda yang belum percaya pada Yesus, terimalah Yesus sebagai Juruselamat saudara (ay 11). Dalam ay 10-14, para gembala mendengar Injil dari malaikat. Setelah malaikat itu pergi, mereka cepat-cepat datang kepada Yesus! (ay 15-16). Mereka tetap datang kepada Yesus sekalipun kelahiran Yesus adalah sesuatu yang menggelikan. Bandingkan ini dengan 1 Kor 1:21 yang berbunyi: “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil”. Sikap para gembala ini berbeda sekali dengan sikap Herodes dalam Mat 2. Ia mendengar tentang Yesus, dan ia menyelidiki lebih banyak tentang Yesus, tetapi semua itu tidak mengubah dia. Ia tidak mau datang kepada Yesus, dan ia bahkan ingin membunuh Yesus. Sikap para gembala itu juga berbeda dengan sikap para imam dan ahli Taurat dalam Mat 2. Mereka mengerti banyak tentang Yesus / Mesias, dan mereka bahkan bisa mengajarkannya kepada orang lain, tetapi mereka sendiri bersikap acuh tak acuh terhadap Yesus dan mereka tidak mau pergi untuk mendapatkan Yesus. Tirulah sikap dari para gembala itu, dan terimalah Yesus sebagai Juruselamat saudara! Sekarang ada banyak orang yang menekankan Yesus sebagai dokter, penyembuh penyakit, pembuat mujijat, penolong, pemberi berkat, pemberi kekayaan, teladan dsb. Tetapi ingat, bahwa yang terpenting adalah menerima Dia sebagai Juruselamat! Ingat bahwa malaikat menyuruh Yusuf memberi nama Anak itu ‘Yesus’ “karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa mereka” (Mat 1:21b). Ada seorang yang memberikan syair ini: “Be my Example and my Guide; My Friend, yea everything beside; But first, last, best, whate’er betide; Be thou to me my Savior” (= Jadilah Teladanku dan Pembimbingku; Temanku, ya segala sesuatu yang lain; Tapi, pertama, terakhir, terbaik, apapun yang terjadi; Jadilah Engkau bagiku Juruselamatku).

Setelah menerima Kristus sebagai Juruselamat, saudara juga harus menerima Dia sebagai Tuhan (ay 11). Luk 2:11 : Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Banyak orang yang menganggap bahwa mereka bisa menerima Yesus hanya sebagai Juruselamat, dan tidak sebagai Tuhan. Orang-orang seperti ini biasanya bisa bersukacita dan memuji Tuhan karena mereka menganggap bahwa dosa mereka telah diampuni, tetapi hidup mereka sama sekali tidak mengalami perubahan! Orang-orang seperti ini, pada hakekatnya, belum sungguh-sungguh menerima Yesus sebagai Juruselamat! (bdk. Yak 2:17,26). Kalau saudara adalah orang yang seperti itu, perhatikanlah ay 11 yang berbunyi: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud”. Dari ay 11 ini terlihat bahwa dalam pemberitaan Injil yang pertama yang dilakukan oleh para malaikat, Kristus diberitakan sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan! Dua hal itu sudah dipersatukan oleh Tuhan, dan karena itu, jangan saudara berani memisahkan! Orang yang betul-betul menerima Yesus sebagai Juruselamat, harus juga menerima Dia sebagai Tuhan! Menerima Yesus sebagai Tuhan berarti menjadikan Yesus pemimpin, penguasa, dan pemilik hidup kita! Dengan kata lain, kita harus hidup mentaati Dia. Bandingkan dengan ayat-ayat di bawah ini. Mat 7:21 : “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga”. Luk 6:46 : “Mengapa kamu berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?”. 2 Tim 2:19b : “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan”.

Bagi Orang yang Sudah Percaya.

Bagi saudara yang sudah percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bersukacitalah (ay 10-11). Luk 2:10-11 : (10) Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: (11) Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Ayat 10 mengatakan bahwa kelahiran Yesus itu adalah suatu ‘kesukaan besar / great joy’! Banyak orang kristen terlalu menyoroti lagu Natal, kartu Natal, pohon Natal dsb. Karena itu, sukacita mereka tergantung pada hal-hal tersebut. Ini salah! Seharusnya kita bukan menyoroti pohon, kartu, lagu dsb, tetapi menyoroti Yesusnya! Sekalipun tidak ada pohon Natal, kartu Natal, lagu Natal, tetapi kalau saudara merenungkan / percaya bahwa Natal menunjukkan bahwa Yesus sudah datang, maka saudara bisa bersukacita! Kalau saudara tidak bisa bersukacita pada Natal ini, cobalah bayangkan, apa yang terjadi andaikata Kristus tidak datang? Pernahkah saudara bayangkan hal itu? Dalam suatu buku saat teduh ada suatu cerita sebagai berikut : Seorang pendeta tertidur di ruang kerjanya, pada pagi hari, di suatu hari Natal, dan ia bermimpi tentang dunia di mana Yesus tidak pernah datang. Dalam mimpinya, ia melihat-lihat dalam rumahnya, dan ia tidak menjumpai hiasan-hiasan Natal. Ia lalu berjalan-jalan di jalan raya, tetapi tidak ada gereja-gereja. Ia kembali ke ruang belajarnya dan ia menjumpai bahwa semua buku-buku tentang Juruselamat sudah hilang. Tiba-tiba ada bel, dan seorang utusan memintanya untuk mengunjungi seorang ibu yang sedang sekarat. Ia cepat-cepat pergi ke rumah itu, dan ia berkata kepada anak dari ibu yang sedang sekarat itu: “Aku mempunyai sesuatu disini yang akan menghibur kamu”. Ia membuka Alkitabnya untuk mencari ayat-ayat hiburan yang sudah biasa ia gunakan, tetapi Alkitabnya berhenti pada Maleakhi, dan di sana tidak ada Injil maupun janji tentang pengharapan dan keselamatan dan ia hanya bisa menundukkan kepalanya dan menangis bersama anak itu di dalam keputusasaan yang pahit. Dua hari setelah itu, ia berdiri di sebelah peti mati ibu itu dan memimpin kebaktian penguburan, tetapi disana tidak ada berita penghiburan, tidak ada firman tentang kebangkitan yang mulia, tidak ada surga yang terbuka, tetapi hanya ada “engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” dan suatu perpisahan yang panjang dan kekal. Akhirnya ia menyadari bahwa Kristus tidak datang, dan ia menangis dengan pahit dalam mimpinya yang menyedihkan itu. Tiba-tiba ia terbangun, dan ia mendengar nyanyian Natal dari paduan suara gereja yang membuatnya sadar bahwa sebetulnya Kristus sudah datang! - ‘Streams in the Desert’, vol I, tanggal 25 Desember. Bukankah kita semua harus bersukacita, karena kenyataannya Kristus sudah datang dalam dunia ini? Calvin berkata : “Until men have peace with God, and are reconciled to him through the grace of Christ, all the joy that they experience is deceitful, and of short duration” (= Sampai manusia mempunyai damai dengan Allah, dan diperdamaikan kepadaNya melalui kasih karunia Kristus, semua sukacita yang mereka alami adalah bersifat menipu, dan hanya untuk jangka waktu yang pendek). Calvin berkata lagi : “If there be none to make peace between them and God, the hidden stings of conscience must produce fearful torment” (= Jika tidak ada memperdamaikan mereka dengan Allah, sengat yang tersembunyi dari hati nurani pasti menghasilkan siksaan yang menakutkan). Dari kedua kutipan ini terlihat bahwa Calvin beranggapan bahwa tanpa iman kepada Kristus, seseorang tidak mungkin mengalami sukacita yang sejati. Apakah selama ini saudara mempunyai hati yang selalu sumpek, gelisah, kuatir, kosong, dan tidak damai / sukacita? Apakah selama ini saudara hanya bisa mengalami kesenangan / kebahagiaan yang bersifat lahiriah, semu dan sementara? Kalau ya, datanglah dan percayalah kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, maka saudara akan mengalami sukacita yang sejati.

Selain bersukacita, saudara pun harus mengucap syukur, memuji dan memuliakan Tuhan! Luk 2:13-14, 20 : (13) Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: (14) "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (20) Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. Dalam ayat 13-14 kita melihat para malaikat memuji Tuhan. Dan dalam ayat 20 kita melihat para gembala memuji / memuliakan Tuhan. Sebetulnya, kalau saudara betul-betul bisa bersukacita pada Natal ini, saudara pasti akan secara otomatis bersyukur, memuji, dan memuliakan Tuhan!

Hal lain yang dapat saudara lakukan adalah memberitakan Injil. Natal tidak akan ada gunanya kalau tidak diberitakan. Karena itulah maka para malaikat memberitakannya kepada para gembala (ay 8-11). Tetapi dalam ay 10 dikatakan bahwa itu adalah untuk ‘seluruh bangsa’, yang jelas menunjuk kepada bangsa Yahudi. Tetapi, setelah kematian dan kebangkitan Kristus, maka tembok pemisah antara Yahudi dan non Yahudi telah dihancurkan (Ef 2:14), sehingga sekarang, Injil harus diberitakan kepada semua orang (Ef 2:12,17). Pada saat itu, hanya gembala yang mendengar berita itu. Tetapi berita itu untuk seluruh bangsa. Karena itu mereka memberitakan Injil (ay 16-17). Luk 2:16-17 : (16) Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. (17) Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. Maukah saudara meniru para gembala itu? Saat ini saudara sudah mendengar berita Natal / Injil. Tetapi berita itu sebetulnya ditujukan untuk semua umat manusia. Maukah saudara memberitakan berita Natal / Injil itu kepada orang-orang di sekitar saudara?

Kesimpulan:

Jangan menanggapi / merayakan Natal hanya dengan sekedar berpesta dan berhura-hura! Rayakanlah Natal dengan percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan saudara, bersukacita, bersyukur dan memuji Tuhan dan memberitakan Injil! Maukah saudara?

23 Desember 2009

MENGENAL ALLAH LEWAT NATAL

By. Esra Alfred Soru


Alkitab berkata : “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah…” (Hos 4:6). Itu berarti bahwa mengenal Allah adalah sesuatu yang sangat penting. Jika tidak maka akibatnya adalah kebinasaan. Jadi manusia harus bisa mengenal Tuhan Allah. Problemnya adalah mungkinkah manusia mengenal Allah? Ayub 11:7-9 berkata : “Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? Tingginya seperti langit -- apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati -- apa yang dapat kau ketahui? Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”. Ayub 36:26 berbunyi : “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahun-Nya tidak dapat diselidiki”. Demikian juga Ayub 37:22-23 : “Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya”. Semua ayat ini membuktikan bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah.

Lalu bagaimana agar manusia bisa mengenal Allah? Caranya adalah Allah sendiri yang memperkenalkan diriNya kepada manusia. Di dalam Kristen ini disebut sebagai wahyu. Dan Kristen mengenal 2 macam wahyu yakni Wahyu umum di mana Allah memperkenalkan diri lewat penciptaan dan pemeliharaan alam semesta maupun hati nurani manusia dan Wahyu Khusus di mana Ia memperkenalkan diri lewat Kitab Suci dan pribadi Kristus. Jikalau Kristus adalah wahyu khusus dari Allah maka tentu kita dapat mempelajari/mengenal Allah lewat kehadiran Kristus ke dalam dunia termasuk lewat kelahiranNya (Natal). Ada banyak sifat Allah yang nampak di dalam Natal di antaranya adalah kasih Allah (Yoh 3:16), kemahakuasaan Allah sebagaimana nampak lewat Virgin kelahiran Kristus dari seorang perawan maupun mujizat bintang Betlehem. Kita juga bisa melihat sifat kesucian Allah dan sifat-sifat lainnya. Tetapi lewat tulisan ini saya hanya akan mengangkat 2 hal saja. Natal memperlihatkan kepada kita seperti apakah Allah kita :

I. ALLAH ADALAH ALLAH YANG SETIA

Allah yang dapat kita lihat dari peristiwa Natal adalah Allah yang setia. Itu berarti bahwa ketika kita merayakan Natal, sebenarnya kita sementara berjumpa dengan Allah yang setia itu. Kesetiaan Allah nampak lewat janji-janji tentang kedatangan Mesias di dalam PL. Janji yang pertama diberikan pada zaman Adam dan Hawa (sekitar 4000 tahun SM). Kej 3:15 : “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Jadi ada janji bahwa akan ada seorang keturunan perempuan yang akan meremukkan kepada iblis. Ini disebut proto Evangelium (Injil yang pertama). Sebagian orang menyebutnya sebagai “The gospel of Genesis” (Injil Kejadian). Bahwa ini menunjuk pada Kristus terlihat dari Ibr 2:14 : “…maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;…’

Janji selanjutnya diberikan pada Abraham. Kej 12:3 : “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Jelas bahwa Abraham tidak menjadi berkat bagi semua kaum di muka bumi. Yang menjadi berkat bagi seluruh bumi adalah keturunan dari Abraham yakni Yesus. Perhatikan Kis 3:25-26 : (25) “…Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. (26) Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu." Juga Gal 3:14, 16 : (14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu. (16) Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus. Janji yang sama diulangi pada Ishak (Kej 26:4-5) dan Yakub (Kej 28:14).

Janji selanjutnya diberikan kepada Musa. Kej 49:10 : “Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa”. Ini adalah nubuatan dari Musa bahwa akan datang seorang raja dari suku Yehuda. Yang dimaksudkan di sana tentulah adalah Yesus. Lihat Ibr 7:14 : ‘Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apa pun tentang imam-imam.

Janji ini juga diberikan kepada Daud. 2 Sam 7:16 : “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya." Kalau memang nubuatan ini bagi Daud secara pribadi, lalu di mana takhta Daud sekarang? Sudah tidak ada kan ? Jelas ini adalah nubuatan tentang Kristus yang disebut sebagai Anak Daud. Luk 1:31-33 : (31) Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. (32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, (33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

Selanjutnya janji ini juga diberikan kepada para nabi. Misalnya Yesaya. Yes 7:14 : “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Janji ini diberikan juga kepada nabi Yeremia. Yer 23:5-6 : (5) Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. (6) Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN--keadilan kita". Juga diberikan kepada nabi Mikha. Mikha 5:1 : “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala”. Janji ini juga diberikan kepada nabi-nabi yang lain seperti Yehezkiel, Hosea, Amos, Obaja, Nahum, Zefanya, Habakuk, Daniel, Hagai, Yoel, Zakharia, dan Maleakhi. Ini semua membawa kita pada kesimpulan bahwa nubuatan tentang kedatangan Yesus ini diberikan dalam seluruh Kitab Suci. Luk 24:27 : “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Nah dengan adanya begitu banyak janji tentang kedatangan Yesus, lalu kalau Yesus tidak jadi datang berarti Allah adalah penipu paling besar karena Ia menipu manusia sepanjang sejarah. Tetapi Ia tidak demikian! Gal 4:4 berkata : “Tetapi setelah genap waktunya, (BIS : saat yang tepat) maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat”. Jadi Allah tidak ingkar janji. Ia adalah yang setia kepada janji-janji-Nya. Maz 12:7 : “Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah”. Kita bersyukur karena lewat Natal kita bisa melihat Allah yang setia kepada janji-janji-Nya.

Di dalam dunia ini kita banyak mengalami kekecewaan karena seringkali kita mendapati banyak janji yang diingkari. Janji teman untuk membayar hutang, janji pacar, janji suami/isteri (janji nikah), janji orang tua, janji anak-anak, janji boss/atasan, dll. Saya sendiri pernah menjadi korban dari banyak janji seperti janji untuk membiayai kuliah pasca sarjana saya di Skotlandia, Belanda, Amerika, dll yang sampai hari ini tidak ada realisasinya. Tapi kalau kita menaruh percaya kita dan harapan-harapan kita kepada Allah maka kita tidak akan pernah kecewa karena Ia adalah Allah yang setia. Memang ada orang yang kecewa dengan Allah (mungkin karena doa yang tak terjawab) tetapi biasanya disebabkan karena kesalahpahaman terhadap Allah atau tidak memahami rencana-rencana Allah. Tetapi bagi setiap orang yang memahami firman-Nya akan menemukan bahwa Ia adalah Allah yang setia. Berharaplah kepada Tuhan karena Ia adalah Allah yang setia.

II. ALLAH ADALAH ALLAH YANG MERENDAHKAN DIRI

Natal juga memperlihatkan kepada kita bahwa Allah adalah Allah yang merendahkan diri. Perhatikan Fil 2:5-8 : (5) …Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. Teks ini secara eksplisit mengatakan bahwa Ia (Yesus) ada dalam rupa Allah dan setara dengan Allah. Berarti Ia benar-benar adalah Allah dalam pengertian setinggi-tingginya. Tetapi Ia lalu mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa hamba, menjadi sama dengan manusia, merendahkan diri-Nya dan taat hingga mati di atas kayu salib. Bayangkan bahwa Allah menjadi manusia, Allah menjadi hamba. Allah itu pencipta sedangkan manusia adalah ciptaan. Berarti saat itu pencipta sementara mengambil posisi dari ciptaan. Allah tak terbatas sedangkan manusia terbatas. Berarti saat itu yang tak terbatas menjadi terbatas. Ini benar-benar sebuah perendahan diri yang luar biasa. Memang istilah ‘mengosongkan diri’ (Yun. Kenosis) tidak boleh diartikan bahwa Ia berhenti menjadi Allah karena Allah tidak bisa menjadi bukan Allah walau untuk sementara waktu namun bagaimanapun juga adalah sebuah perendahan diri yang luar biasa ketika Ia tidak menggunakan atribut-atribut-Nya sebagai Allah.

Saya ingin fokuskan perhatian kita kepada masalah kebesaran Allah. Dan untuk mengetahui seberapa besarnya Allah, kita perlu membandingkannya dengan besarnya alam semesta ini. Perhatikan ukuran bumi dan bintang-bintang. Bumi kita ini sebenarnya tidak seberapa besar. Ia hanya berdiameter 12.760 km. Suatu ukuran yang tidak apa-apanya jika dibandingkan dengan matahari yang berdiameter 1.376.000 km. Tapi matahari juga rupanya masih kecil kalau dibandingkan dengan sebuah bintang bernama Antares yang berdiameter 240 juta km. Tapi Antares pun masih kalah besar dari bintang lain bernama IRS 5 yang berdiameter 15 milyard km. Perbandingan keempatnya (bumi, matahari, Antares, IRS 5) adalah 1 : 108 : 18.750 : 1.171.875. Jadi jika bumi kita ini digambarkan berukuran 1 mm maka matahari berukuran 10,8 cm, Antares 18,75 m dan IRS 5 1,2 km. Di sini kita bisa melihat betapa besarnya benda-benda angkasa ini. Bahkan besarnya dapat juga dilihat dari daya tampungnya di mana matahari bisa menampung sekitar 1.300.000 buah bumi, Antares bisa menampung sekitar 5.260.000 buah matahari dan IRS 5 bisa menampung sekitar 244.000 Antares. Wow, luar biasa besarnya.

Selain itu bumi kita ini terletak dalam tata surya dengan 9 buah planet. Jarak bumi kita ke bulan hanyalah 384.000 km atau 1,3 detik cahaya. (Note : Kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Jadi seandainya kita bisa membuat pesawat dengan kecepatan cahaya, maka untuk sampai ke bulan, pesawat itu hanya membutuhkan waktu 1,3 detik). Sedangkan jarak bumi ke matahari adalah 150 juta km (500 detik cahaya) dan jarak Pluto (planet terjauh dalam tata surya kita) ke matahari adalah 5,9 milyar km (5,5 jam cahaya). Di alam semesta ini ada milyaran tata surya dan milyaran tata surya tergabung ke dalam 1 galaxy. Galaxy itu berbentuk seperti cakram dengan diameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan volumenya 1 milyar kali lebih besar dari volume tata surya. Galaxy kita itu berisi sekitar 200 milyar bintang dan bintang terdekat adalah Alpha Centauri yang berjarak 4,5 tahun cahaya. Dan di alam semesta ini ada milyaran galaxy.

Sekarang bayangkanlah berapa besar alam semesta ini ? Tentu besar sekali ! Tapi sekarang mari bandingkan semuanya itu dengan ayat 1 Raj 8:27 : “… Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, …” Juga Yer 23:24 : ‘…Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi? demikianlah firman TUHAN. Bahkan seluruh alam semesta ini hanyalah 1 titik di dalam tangan Allah. Kalau begitu Allah sebesar apa? Allah sangat-sangat besar, tidak dapat dibayangkan! Tapi apakah yang terjadi saat Natal ? Allah menjadi manusia dalam rupa bayi Natal yang beratnya kira-kira 3 kg saja dan setelah Ia besar mungkin beratnya hanya 70 atau 80 kg. Bukankah ini sesuatu yang aneh dan tidak masuk dalam pikiran manusia ? Tapi itulah yang terjadi di dalam Natal. Ia adalah Allah yang merendahkan diri.

Lalu untuk apa Dia harus merendahkan diri seperti itu? Jawabannya adalah Ia dapat menjadi pengganti manusia berdosa dan bisa mati demi saudara dan saya. Karena itu bersyukurlah kepada Tuhan karena Ia begitu mencintai saudara hingga rela merendahkan diri seperti itu. Belajarlah merendahkan diri (jangan sombong) karena Ia telah memberikan teladan kepada kita dalam hal ini. Fil 2:3-8 : (3) ‘…hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”. Kiranya Tuhan memberkati kita semua. Selamat Hari Natal!

10 Juni 2009

MENJAWAB PERTANYAAN- PERTANYAAN SEPUTAR NATAL (1)

Esra Alfred Soru


Selama mengasuh Program Tanya Jawab Iman Kristen “KUTAHU YANG KUPERCAYA”, baik saat masih disiarkan di Radio Madika maupun juga saat ini di RRI (Programa 2), saya telah menerima begitu banyak pertanyaan seputar peristiwa Natal. Walaupun pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah saya jawab melalui siaran radio, namun demi penjangkauan yang lebih luas, saya memandang perlu untuk menjawabnya secara tertulis agar dapat menjadi pengetahuan bagi lebih banyak orang Kristen terutama berkaitan dengan momen Natal yang ada di depan kita sekalian. Lewat tulisan ini saya akan menjawab sejumlah pertanyaan seputar peristiwa Natal.

Pertanyaan 1 : Darimana asal kata “Natal”? Dan apa arti kata tersebut?

Jawab : Kata “Natal” berasal dari bahasa Latin yang artinya adalah “hari kelahiran”. Itulah sebabnya hari ulang tahun sebuah organisasi/lembaga sering disebut sebagai “Dies Natalis”. Jadi setiap hari kelahiran dapat disebut sebagai hari Natal. Itu berarti bahwa semua orang mempunyai hari Natalnya sendiri-sendiri. Jika anda lahir pada tanggal 12 April maka Natal anda adalah 12 April. Jika anda lahir 8 Agustus maka Natal anda adalah 8 Agustus. Kata tersebut akhirnya mengalami penyempitan makna sehingga saat ini jika kita mendengar atau menyebut kata “Natal” biasanya dikaitkan dengan hari kelahiran dari Yesus Kristus.

Pertanyaan 2 : Kapan sebenarnya Yesus dilahirkan? Benarkah Ia dilahirkan tanggal 25 Desember?

Jawab : Kapan sebenarnya Yesus dilahirkan? Apakah Ia memang dilahirkan tanggal 25 Desember? Jawabannya adalah Tidak! Tidak ada satu sumber pun yang mengacu pada tanggal tersebut. Kalau kita membaca Alkitab dengan seksama maka kita mempunyai satu acuan yang baik yakni dalam Luk 2:8 : “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”. Jadi waktu Yesus dilahirkan bertepatan dengan saatnya para gembala tinggal di padang untuk menjaga kawanan ternak. Dari fakta ini rasanya sulit untuk mengatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada bulan Desember. Mengapa? Karena bulan Desember adalah musim dingin di Israel. (Catatan : Israel terletak pada garis lintang yang sejajar dengan Jepang dan Korea Selatan). Herlianto dalam website Yayasan Bina Awam (www.yabina.org) berkata :  

“Kelihatannya bulan dan tanggal itu (25 Desember) tidak tepat, soalnya pada bulan Desember – Januari, di Palestina, iklimnya cukup dingin dengan beberapa tempat bersalju, sehingga agaknya tidak mungkin ada bintang terang di langit dan para gembala bisa berada di padang Efrata dalam keadaan musim demikian (Luk.2:8), demikian juga tentunya kaisar Agustus tidak akan mengeluarkan kebijakan sensus dan menyuruh penduduk Yudea melakukan perjalanan jauh dalam suasana dingin yang mencekam sehingga Maria yang hamil mesti melakukannya”. 

Dengan demikian Yesus tidak mungkin lahir pada bulan Desember. Klemens dari Alexandria juga pernah mengatakan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon (20 Mei) namun ini juga bukan suatu kepastian. Lalu bulan apa? Kita memiliki data lain dari Alkitab yakni waktu ketika Zakharia masuk ke Bait Allah dan bertugas di sana. Waktu itu berkisar bulan Siwan (Mei – Juni) dan dengan memperhitungkan lama kandungan Elizabeth dan Maria, maka diperkirakan kelahiran Yesus terjadi pada sekitar Hari Raya Pondok Daun yakni di bulan Tishri (September – Oktober). Bulan ini sepertinya lebih dapat diterima daripada bulan Desember meskipun ini bukanlah suatu kepastian.

Kalau memang waktu kelahiran Yesus bukanlah di bulan Desember, lalu mengapa atau darimana munculnya tradisi Natal yang dirayakan tanggal 25 Desember ini? Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘Christmas’mengatakan : 

“Alasan mengapa Natal sampai dirayakan pada tanggal 25 Desember tetap tidak pasti, tetapi paling mungkin alasannya adalah bahwa orang-orang Kristen mula-mula ingin tanggal itu bertepatan dengan hari raya kafir Romawi yang menandai ‘hari lahir dari matahari yang tak terkalahkan’ ...; hari raya ini merayakan titik balik matahari pada musim dingin, di mana siang hari kembali memanjang dan matahari mulai naik lebih tinggi di langit. Jadi, kebiasaan yang bersifat tradisionil yang berhubungan dengan Natal telah berkembang dari beberapa sumber sebagai suatu akibat dari bertepatannya perayaan kelahiran Kristus dengan perayaan kafir yang berhubungan dengan pertanian dan matahari pada pertengahan musim dingin. ... Tanggal 25 Desember juga dianggap sebagai hari kelahiran dari dewa misterius bangsa Iran, yang bernama Mithra, sang Surya Kebenaran”.

Lalu kalau begitu apakah perayaan Natal ini berbau kekafiran seperti dituduhkan oleh beberapa golongan belakangan ini? (Catatan : Beberapa gereja menolak merayakan Natal karena beranggapan bahwa Natal bersumber dari tradisi kafir). Tentu saja tidak! Harus diingat bahwa perayaan Natal yang bertepatan dengan perayaan kafir itu bukan berarti bahwa umat Kristen waktu itu menyembah dewa-dewa kafir. Sebaliknya justru mereka ingin menjauhkan diri dari kekafiran. Perhatikan kata-kata Herlianto :  

“Pada tahun 274, di Roma dimulai perayaan hari kelahiran matahari pada tanggal 25 Desember sebagai penutup festival saturnalia (17-24 Desember) karena diakhir musim salju matahari mulai menampakkan sinarnya pada hari itu. Menghadapi perayaan kafir itu, umat Kristen umumnya meninggalkannya dan tidak lagi mengikuti upacara itu, namun dengan adanya kristenisasi masal di masa Konstantin, banyak orang Kristen Roma masih merayakannya sekalipun sudah mengikuti agama Kristen. Kenyataan ini mendorong pimpinan gereja di Roma mengganti hari perayaan ‘kelahiran matahari’ itu menjadi perayaan ‘kelahiran Matahari Kebenaran’ dengan maksud mengalihkan umat Kristen dari ibadat kafir pada tanggal itu dan kemudian menggantinya menjadi perayaan ‘Natal.’ Pada tahun 336, perayaan Natal mulai dirayakan tanggal 25 Desember sebagai pengganti tanggal 6 Januari. Ketentuan ini diresmikan kaisar Konstantin yang saat itu dijadikan lambang raja Kristen. Perayaan Natal kemudian dirayakan di Anthiokia (375), Konstantinopel (380), dan Alexandria (430), kemudian menyebar ke tempat-tempat lain”. (www.yabina.org).

Herlianto melanjutkan :  

“Dari kenyataan sejarah tersebut kita mengetahui bahwa Natal bukanlah perayaan dewa matahari, namun usaha pimpinan gereja untuk mengalihkan umat Roma dari dewa matahari kepada Tuhan Yesus Kristus dengan cara menggeser tanggal 6 Januari menjadi 25 Desember, dengan maksud agar umat Kristen tidak lagi mengikuti upacara kekafiran Romawi. Masa kini umat Kristen tidak ada yang mengkaitkan hari Natal dengan hari dewa matahari, dan tanggal 25 Desember pun tidak lagi mengikat, sebab setidaknya umat Kristen secara umum merayakan hari Natal pada salah satu hari di bulan Desember sampai Januari demi keseragaman.

Karenanya Encyclopedia Britannica 2000 dengan topik ‘from church year Christmas’ menulis :  

“...hari raya tentang kelahiran Kristus, hari lahir dari ‘surya kebenaran’ (Mal 4:2) ditetapkan di Roma, atau mungkin di Afrika Utara, sebagai suatu saingan Kristen terhadap hari raya kafir dari surya yang tak terkalahkan pada titik balik matahari. ...” 

 Demikianlah asal usul perayaan Natal pada tanggal 25 Desember tersebut.

Pertanyaan 3 : Tanggal kelahiran Yesus tidaklah pasti. Apa itu tidak berarti bahwa Allah memang tidak menghendaki kita merayakan Natal?

Jawab : Jika memang tanggal kelahiran Yesus tidak pasti, apakah itu sebagai bukti bahwa Allah tidak menghendaki kita merayakan Natal seperti ang dikatakan kaum anti Natal? Menurut saya tidak! Kita memang tidak tahu kapan persisnya Yesus dilahirkan. Tidak ada orang yang tahu dengan pasti tanggal dan bulan kelahiran Kristus, dan mungkin bahkan tahun kelahiran-Nya. Tetapi itu belum bisa dijadikan suatu bukti bahwa Ia tidak menghendaki kita merayakan/memperingati kelahiran Kristus tersebut. Memang kadang-kadang Allah mengatur sesuatu supaya tidak diketahui oleh manusia, dan Ia melakukan ini karena Ia tidak menghendaki manusia untuk berurusan dengan hal itu. Misalnya dalam persoalan kubur dari Musa. Ini sengaja disembunyikan, karena mungkin Allah tahu bahwa seandainya bangsa Israel tahu tempat itu, mereka mungkin akan melakukan penyembahan terhadapnya. Tetapi tidak selalu seperti itu. Dalam PL Allah memperkenalkan nama-Nya kepada Musa (Kel 3:14-15), dan ini jelas menunjukkan bahwa pada saat itu Allah menghendaki orang-orang Israel untuk menggunakan nama itu asal tidak dengan sembarangan. Tetapi Allah mengatur sehingga zaman sekarang tidak ada orang yang tahu bagaimana mengucapkan nama Allah tersebut. Akibatnya, zaman sekarang orang Kristen menyebut-Nya sebagai TUHAN, LORD, YEHOVAH, YAHWEH, dsb, yang merupakan sebutan-sebutan yang belum tentu benar. Sebenarnya, tanpa dijelaskanpun, ‘fakta sudah berbicara sendiri’ bahwa Natal memang tidak terjadi pada tanggal 25 Desember. Fakta zaman sekarang di mana banyak orang sudah merayakan Natal pada awal Desember, dan ada orang-orang yang masih merayakan Natal pada bulan Januari dan bahkan Februari, sudah menunjukkan kepada siapapun yang tidak membutakan dirinya, bahwa Kristus tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember, dan bahwa kita tidak mengetahui tanggal kelahiran-Nya. Tetapi kalau itu dirasa kurang cukup, maka dalam merayakannya, kita bisa menjelaskan hal itu kepada jemaat dan khususnya anak-anak Sekolah Minggu, bahwa itu sebetulnya bukan tanggal kelahiran yang sebenarnya, dan dengan demikian kita bukan mendustai orang sebagaimana tuduhan Brian Schwertley salah seorang yang anti Natal. Kita mungkin sering mendengar tentang orang kuno yang tidak mengetahui tanggal kelahirannya sendiri, dan karena itu keluarganya menciptakan tanggal kelahiran baginya, dan merayakannya setiap tahun pada tanggal tersebut. Apakah ini merupakan dusta? Mengapa keluarga tersebut tetap merayakan hari ulang tahun dari orang itu padahal mereka tidak mengetahui tanggal sebenarnya? Saya kira, karena kecintaan mereka terhadap orang itu, sehingga mereka ingin menunjukkan kasih yang khusus terhadap orang itu sedikitnya satu kali setahun. Hal ini tidak terlalu berbeda dengan Natal! Yang penting bukan saat kelahiran Kristus, tetapi fakta bahwa Ia sudah lahir untuk kita. Kita ingin membalas kasih-Nya sedikitnya sekali setahun, dengan merayakan hari kelahiran-Nya, pada hari yang kita sendiri tentukan. Luk 1:13-14 mengatakan : Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Jika banyak orang bisa bersukacita atas kelahiran Yohanes Pembaptis yang hanyalah seorang utusan, mengapa tidak kita bersukacita atas kelahiran Dia yang dibicarakan dan disaksikan Yohanes yang olehnya Yohanes berkata membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak?

Pertanyaan 4 : Pada tanggal 25 desember umat Kristen merayakan hari kelahiran Yesus. Waktu kelahiran Yesus Herodes membunuh anak-anak di bawah 2 tahun karena ia takut kedudukannya sebagai raja digantikan. Berarti 25 desember kita merayakan kelahiran Yesus dan merayakan kematian bayi-bayi yang dibunuh Herodes. Mohon tanggapan bapak!

Jawab : Tentang Yesus tidak dilahirkan 25 Desember (telah dijelaskan di atas). Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa pembunuhan anak-anak oleh Herodes dan kelahiran Yesus tidak terjadi pada waktu yang sama. Dasarnya adalah :

(1) Herodes menyuruh membunuh anak-anak di bawah 2 tahun. Artinya, dalam perhitungan Herodes, Yesus sudah dilahirkan sekitar 2 tahun yang lalu. Jika waktunya bertepatan pasti Herodes akan menyuruh membunuh anak-anak yang berumur 1 atau 2 hari bukan 2 tahun.

(2) Sebelum membunuh anak-anak itu, Herodes mendapat informasi kelahiran Yesus dari para Majus sedangkan para Majus sendiri bertemu dengan Yesus bukan pada hari Yesus dilahirkan tetapi sudah lewat mungkin beberapa bulan bahkan mungkin 1 tahun. Ini nampak dari Mat 2:11 yang berkata : Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mengapa di rumah dan bukan di kandang? Jika mereka menjumpai Yesus pada hari di mana Ia dilahirkan, tentunya mereka akan menemukan Dia dalam kandang seperti yang dialami para gembala. Mereka bertemu di Yesus di rumah sebagai bukti bahwa mereka tidak bertemu Yesus pada hari di mana Ia dilahirkan tetapi sudah lewat beberapa saat karena tentu Yusuf dan maria tidak tetap tinggal di kandang. Mereka harus pindah ke rumah. Selain itu dari segi bahasa, Mat 2:11 berkata : Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu..” Kata ”Anak” di sini memakai bahasa Yunani ”Paidion” yang berarti ”the young child” (KJV, ASV, BBE), ”the child” (DRB, ESV, CEV) atau ”The little child” (Darby). Jadi sepertinya kata itu menunjuk pada anak yang sudah cukup besar (1-5 tahun). Ini jelas berbeda dengan yang dijumpai oleh para gembala. Luk 2:16 : ”Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi (bukan anak/child) itu, yang sedang berbaring di dalam palungan”. Kata ”bayi” di sini memakai bahasa Yunani ”brephos” (bukan paidion) yang oleh ALT, ESV, ISV diterjemahkan sebagai ”baby”, oleh KJV, Bishops, LITV diterjemahkan sebagai ”Babe” dan oleh Alkitab Bahasa Indonesia Sehari-hari diterjemahkan sebagai ”bayi” yang jelas menunjuk pada anak yang baru lahir.

Itu berarti bahwa para Majus tidak tidak menjumpai Yesus pada saat Yesus dilahirkan. Dan dengan demikian maka jelas Herodes yang membunuh anak-anak setelah mendengar informasi dari para Majus tidak membunuh mereka tepat pada hari kelahiran Yesus. Maka kita yang merayakan hari kelahiran Kristus tidak dapat dianggap juga merayakan kematian bayi-bayi itu karena harinya berbeda. Tetapi andaikata itu terjadi pada saat yang sama pun, bagi saya yang kita rayakan adalah hari kelahiran Kristusnya bukan merayakan kematian anak-anak itu. Saya berikan contoh untuk memperjelasnya. Tanggal 25 Desember beberapa tahun yang lalu, saat orang Kristen merayakan Natal, terjadilah tsunami di aceh. Apakah itu berarti bahwa kita merayakan hari kelahiran Kristus dan juga merayakan tsunami? Tentu tidak! Kita bersedih dan berduka karena tsunami tetapi sukacita dalam natal tidak boleh dianggap bersukacita juga atas para korban tsunami. Jadi andaikata peristiwa kelahiran Kristus dan pembunuhan anak-anak terjadi pada hari yang sama, tetap tidak bisa dianggap kita merayakan kematian anak-anak itu. Apalagi kalau harinya memang beda.

Pertanyaan 5 : Berapakah jumlah orang majus yang datang mencari Yesus? Banyak yang bilang 3 orang tetapi saya baca di Alkitab, tidak dijelaskan berapa jumlah mereka. Mohon penjelasan!

Jawab : Mat 2:1 mengatakan bahwa : Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem”. Dari ayat ini jelas bahwa Alkitab tidak mengatakan jumlah dari orang majus itu. Tetapi dari penggunaan bentuk jamak “orang-orang majus” berarti jumlah mereka lebih dari satu. Banyak orang menafsirkan jumlah orang-orang majus ini 3 orang berdasarkan jumlah persembahan (mas, mur dan kemenyan) tetapi jelas jumlah persembahan tidak menentukan jumlah pemberi. Apakah jika di suatu tempat kedukaan terpampang 1 buah krans bunga saja dari sebuah instansi membuktikan bahwa instansi itu hanya terdiri dari 1 orang? Jelas tidak bukan? Apakah 10 orang tidak bisa bersama-sama memberikan 1 buah persembahan? Apakah 100 orang tidak bisa memberikan 10 buah persembahan secara bersama-sama? Jadi jumlah pemberian tidak membuktikan jumlah pemberi. Karena itu mas, mur dan kemenyan tidak bisa dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa jumlah orang majus yang mencari Yesus adalah 3 orang. Dari banyak sumber dapat diketahui bahwa orang majus ini berjalan berkelompok dengan jumlah anggota antara 3-12 orang. Karena Alkitab tidak memberitahu kita berapa jumlah mereka maka kita tidak tahu. Mungkinkah mereka berjumlah 3 orang? Mungkin saja tetapi tidak ada kepastian.

Pertanyaan 6 : Siapakah nama orang-orang majus itu? Mengapa Alkitab tidak memberitahu kita nama-nama mereka?

Jawab : Saya pun tidak tahu siapa nama mereka karena memang Alkitab tidak memberitahu hal itu. Lalu mengapa Alkitab tidak memberitahukan nama mereka, saya juga tidak tahu. Memang ada tradisi-tradisi tertentu yang menyebutkan nama-nama mereka. Tradisi abad 6 mengatakan bahwa ada 3 orang Majus dan nama mereka adalah Bithisarea, Melichior, dan Gathaspa. Tradisi Armenia abad 14 mengatakan bahwa ketiga orang Majus itu adalah 3 orang raja, masing-masing bernama Gasper (raja Arab), Melkhior (raja Persia) dan Balthazar (raja India). Tetapi ini hanya tradisi. Alkitab tidak mengatakan siapa nama-nama mereka. Jadi jawaban paling aman adalah ”Tidak tahu!” Bersambung….

MENJAWAB PERTANYAAN- PERTANYAAN SEPUTAR NATAL (2)

Esra Alfred Soru


Pertanyaan 7 : Sebenarnya orang-orang majus itu berasal dari daerah mana dan siapakah mereka sesungguhnya?

Jawab : Tidak banyak keterangan dari Alkitab tentang orang-orang majus ini kecuali informasi bahwa mereka berasal dari Timur (Mat 2:1). Banyak penafsir setuju bahwa “Timur” di sini menunjuk kepada bagian timur dari Yudea yang menunjuk kepada daerah Persia dan Arabia (Kej 25:6). Sebagian menganggapnya daerah Mesopotamia dan Babilonia. Kata “Majus” ini adalah kata yang sulit dipahami dalam pengertian kita saat ini. Alkitab-Alkitab bahasa Inggris menyebutnya ‘wise man’ (orang bijaksana). Kata ini dalam bahasa Yunaninya adalah ‘magoi’. Dalam perkembangan di kemudian hari kata ini sering dihubungkan dengan kata ‘magician’ yang dapat berarti tukang sihir. Namun sesungguhnya arti kata ini tidaklah sesempit pengertian masa kini. J.J. de Heer berkata : “Pada aslinya kata itu berarti imam-imam di Persia, ... ‘. (Tafsiran Alkitab Injil Matius; hal. 22). Homer A. Kent, Jr juga memberikan keterangan : “Orang-orang Majus (magoi) aslinya merupakan kasta imamat di kalangan orang Persia dan Babilonia (band. Dan 2:2, 48; 4:6-7; 5:7). Nama ini kemudian oleh orang Yunani dikenakan pada semua ahli sihir atau dukun (Kis 8:9; 13:8). Matius menggunakan kata ini dalam arti yang lebih baik untuk mengacu pada tokoh-tokoh terhormat dari agama Timur”. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25). Dalam Albert Barnes’ Notes on the Bible juga dicatat bahwa : “Orang-orang ini adalah ahli-ahli filsafat, imam-imam atau ahli-ahli perbintangan. Mereka hidup terutama di daerah Persia dan Arabia. Mereka adalah orang-orang terpelajar di daerah timur yang mahir dalam astronomi, agama dan obat-obatan. Dengan demikian kita mengerti bahwa orang-orang Majus ini adalah para imam, orang-orang terpelajar/terhormat, orang-orang kaya dan berkedudukan tinggi yang sangat pandai dalam hal-hal agama, pengobatan dan perbintangan. Perhatikan juga keterangan William Barclay berikut ini : “Para Majus adalah orang-orang yang mengetahui filsafat, ilmu kedokteran dan ilmu alam. Mereka juga mampu menafsirkan mimpi serta meramalkan hal-hal yang akan terjadi….orang Majus adalah orang yang baik dan suci, yang selalu berusaha mencari kebenaran”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari- Matius; hal. 40). Selanjutnya Herodotus memberikan keterangan lebih rinci tentang orang-orang Majus ini bahwa : “Mereka aslinya berasal dari sebuah suku bangsa Medi. Bangsa Medi adalah sebagian dari kekaisaran Persia. Bangsa Medi pernah mencoba untuk menggulingkan kuasa Persia dan menggantikannya dengan kuasa Media. Usaha ini gagal. Sejak saat itu bangsa Majus tidak pernah lagi mempunyai keinginan atau ambisi untuk memiliki kekuasaan dan Prestise. Dan selanjutnya mereka memilih menjadi imam saja. Di tengah-tengah bangsa Persia para Majus tersebut berfungsi persis sama seperti fungsi orang-orang Lewi di tengah-tengah bangsa Israel. Mereka menjadi guru dan pembimbing para raja Persia. Di Persia tidak ada persembahan yang dapat dipersembahkan kecuali kalau ada orang Majus yang hadir dalam upacara itu. Jadi orang Majus dianggap sebagai orang suci dan orang yang bijaksana” (ibid : 39). Orang-orang Yahudi percaya bahwa mereka adalah imam-imam dalam kerajaan Syeba dan Arabia yang adalah keturunan Abraham dari Ketura dan mereka mengajar atas nama Allah yang telah mereka terima dari tradisi lisan Abraham (Kej 25:6). Sangat mungkin mereka ini sudah memiliki hubungan dengan orang-orang Yahudi dalam pembuangan, atau dengan nubuat dan pengaruh Daniel, sehingga mereka memiliki nubuat-nubuat Perjanjian Lama mengenai Mesias. (The Wycliffe Bible Commentary; hal. 25).

Pertanyaan 8 : Sebenarnya bintang apakah yang dilihat oleh orang-orang majus itu sehingga mereka mengikutinya dan membawa mereka sampai bertemu dengan Yesus?

Jawab : Sudah terdapat banyak usaha untuk menjelaskan bintang Natal/bintang Betlehem ini secara ilmiah. (1) Ada yang berkata bahwa ini adalah konyungsi planet yakni situasi dimana beberapa planet berada dalam satu garis dengan bulan yang terlihat dari bumi sehingga terlihat beda dengan bintang-bintang pada umumnya. Namun persoalannya adalah karena konyungsi planet bersifat tetap untuk jangka waktu lama, tentu agak kurang cocok dengan apa yang dilihat orang majus. (2) Kepler pernah mengatakan bahwa bintang ini adalah “Supernova”. Supernova adalah planet yang meledak dan kehabisan energi sampai akhirnya meredup. Ini terjadi pada tanggal 10 Oktober 1604 di mana sementara Kepler, mengamat-amati hubungan Jupiter dan Saturnus yang terdapat dalam konstelasi Sagitarius di langit, tiba-tiba muncul sebuah bintang secerah Jupiter, yang tampak di antara Jupiter dan Saturnus. Kepler menghitung bahwa kejadian ini terjadi setiap hampir 800 tahun sekali. Berarti 2 kejadian sebelumnya terjadi sekitar tahun 7 SM. Ia lalu menulis sebuah buku berjudul De Stella Nova in Pede Serpentarti dan menghubungkan supernova ini dengan tahun kelahiran Kristus seperti perhitungan Laurence Suslyga bahwa Kristus lahir di tahun 4 SM. Tahun 1614 Kepler mempublikasikan kesimpulannya bahwa supernova yang kelihatan tahun 1604 juga adalah supernova yang tampak di tahun 7 atau 6 SM dan dikenal sebagai bintang Betlehem. Kepler percaya bahwa supernova itu sengaja "ditempatkan" Tuhan untuk memimpin orang-orang Majus untuk berjumpa dengan Yesus. Terhadap pendapat ini Herlianto berkata bahwa : “Kelihatannya supernova juga tidak cocok, karena supernova sekalipun bisa meledak dan kelihatan sangat terang dan bisa berlangsung beberapa minggu, data Alkitab tidak menunjukkan adanya bintang yang sinarnya sangat terang, kecuali bahwa bintang itu seakan-akan petunjuk arah”. (www.yabina.org) (3) Ada juga yang berkata bahwa bintang itu adalah sebuah meteor yakni benda langit yang juga mengelilingi matahari, tetapi ketika dekat dengan bumi ia bisa tertarik gaya tarik bumi sehingga ketika memasuki atmosfir bumi ia terbakar karena gesekan dengan udara dan terlihat seperti bola api. Ada yang berkeberatan dengan pandangan semacam ini dengan alasan bahwa meteor biasa jatuhnya cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang Majus yang seakan-akan berhenti di atas Betlehem. (4) Pandangan lain tentang bintang Betlehem ini yang paling banyak diterima adalah bahwa itu adalah sebuah komet yang kemudian hari disebut komet Halley berdasarkan penemunya yakni Edmond Halley. Tentang ini Herlianto memberi penjelasan :“Komit adalah benda langit yang mengelilingi matahari melalui lintas edar berbentuk parabola, dan bila sedang mendekati bumi maka akan kelihatan berekor (bintang berekor) dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komit bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama beberapa minggu. Kemungkinannya, komitlah yang dilihat orang majus, apalagi kala itu kehadiran komit dipercaya sebagai pertanda adanya peristiwa besar di bumi, seperti bencana atau kelahiran atau kematian orang besar. Pada waktu Julius Caezar meninggal tercatat terlihat komit selama seminggu. Kemungkinan bintang itu komet memang besar, karena dalam Matius 2:1-10, terlihat bahwa bintang itu menunjuk suatu arah, berpindah tempat dan terlihat selama beberapa hari”. (ibid). Herlianto melanjutkan : “Komit itu muncul pada akhir tahun 1758 sampai Maret 1759. Komit itu mulai tercatat oleh astronom Cina pada tahun 239sM (Encarta), dan terakhir terlihat pada tahun 1986. Dari beberapa kehadiran komit yang kemudian dinamakan Halley itu lamanya berkisar 75 sampai 79 tahun. Dengan mengambil median 77, dihitung dari tahun 239sM, kemungkinan besar pada tahun-tahun sekitar 8 SM komit Halley mendekati dan terlihat di bumi dan berada di atas Yudea di hari kelahiran Yesus. Namun juga ada yang menolak dugaan ini dengan alasan bahwa : “Catatan mengenai penampakan komet tidak cocok dengan kelahiran Tuhan. Misalnya, Komet Halley tampak pada tahun 11 S.M., tetapi hari Natal yang pertama terjadi sekitar tahun 7 sampai 5 SM”. (Artikel ©Hx'02). Kalau begitu bintang apakah yang dilihat orang-orang Majus itu? Kita memang tidak dapat mengetahuinya dengan pasti dan itu tidaklah penting. Satu hal yang pasti adalah apa pun bintang itu, Allah telah memakainya sedemikian rupa untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dalam artikel ©Hx'02 kembali dikatakan bahwa : “Tuhan telah sering menggunakan cahaya surgawi yang istimewa untuk membimbing umat-Nya, seperti kemuliaan yang memenuhi Kemah Suci (Keluaran 40:34-38) dan Bait Suci (1 Raja-raja 8:10) dan cahaya yang menyinari Rasul Paulus (Kisah Para Rasul 9:3). Tanda-tanda yang menunjukkan kehadiran Tuhan seperti itu dikenal sebagai Kemuliaan Shekinah, atau tempat tinggal Tuhan. Cahaya istimewa ini adalah manifestasi yang tampak dari keagungan Tuhan. Beberapa penjelasan para ahli astronom di atas mengenai Bintang Betlehem sangat bermacam-macam, tetapi semuanya itu menuju kepada satu kesimpulan saja. Satu hal yang dapat kita simpulkan bahwa munculnya Bintang Betlehem tersebut adalah salah satu kasih karunia Allah untuk menyambut datangnya Juruselamat dunia yang turun ke bumi untuk menyelamatkan umat manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus”.

Pertanyaan 9 : Mungkinkah dalam zaman modern ini ada orang yang lahir dari seorang perawan lagi seperti Yesus?

Jawab : Tidak mungkin ! Peristiwa kelahiran yang ajaib seperti Yesus itu hanya bisa terjadi 1 kali dalam sejarah. Sebelum Yesus tidak ada, dan setelah Yesus tidak akan ada. Kalau anda bertanya pada saya mengapa tidak mungkin ada lagi? Saya akan mengajukan pertanyaan kembali pada anda “untuk apa perlu ada lagi kelahiran seperti Yesus? Jelas Yesus lahir dari perawan karena berkaitan dengan rencana penyelamatan manusia. Ia harus menjadi Juruselamat manusia dan karenanya Ia harus terbebas dari dosa asal yang diturunkan dari hasil perkawinan seorang laki-laki dan perempuan. Karenanya Ia perlu lahir dari seorang perawan saja. Spurgeon berkata : Tidak ada jalan lain tentang kelahiranNya; karena seandainya Ia ada dari seorang ayah yang berdosa, bagaimana Ia bisa mempunyai hakekat yang tak berdosa? Ia dilahirkan dari seorang perempuan, supaya Ia bisa menjadi manusia; tetapi bukan oleh laki-laki, supaya Ia bisa tidak berdosa (‘A Popular Exposition to the Gospel According to Matthew’, hal 15). Nah kalau ada orang yang lahir dari perawan saat ini, kita bertanya, untuk kepentingan apa? Jelas kelahiran dari perawan, sepanjang konsep Alkitab, berkaitan dengan masalah dosa asal. Tidak ada alasan lain selain itu. Karena Alkitab menyaksikan bahwa semua orang berdosa dan Kristus adalah satu-satunya manusia yang tak berdosa dan itu penting bagi pekerjaan penyelamatan-Nya dan pekerjaan itu sudah selesai, maka saya yakin tidak akan ada lagi kasus kelahiran dari perawan seperti yang dialami oleh Yesus.

Pertanyaan 10 : Saya pernah membaca di majalah bahwa ada seorang perempuan perawan yang hamil tanpa pernah berhubungan seks sama sekali dengan seorang laki-laki. Bagaimana hal ini dilihat dalam kaitan dengan kelahiran Kristus? Tidakkah fakta itu menghancurkan keunikan dari kelahiran Kristus?

Jawab : Saya akui bahwa seorang perempuan perawan bisa saja hamil tanpa berhubungan seks. Apa ini bertentangan dengan penjelasan saya sebelumnya? Tidak! Pertanyaan sebelumnya kan berbunyi “Mungkinkah dalam zaman modern ini ada orang yang lahir dari seorang perawan lagi seperti Yesus? Jadi penekanan pertanyaan sebelumnya adalah “seperti Yesusnya”. Kalau seperti Yesus, saya yakin tidak mungkin ada tapi kalau sekedar hamil tanpa hubungan seks mungkin bisa saja terjadi. Saya juga pernah membaca sebuah majalah yang menceritakan tentang seorang perempuan muda pernah hamil tanpa pernah melakukan hubungan seks. Penelitian para dokter menjelaskan bahwa itu terjadi di kolam renang. Seorang pria melepaskan spermanya dan spermanya bergerak dengan cepat dan masuk melalui alat kelamin si wanita dan terjadilah pembuahan sehingga wanita itu jadi hamil. Jadi dia hamil memang tanpa hubungan seks tetapi tetap terjadi pembuahan (pertemuan sperma dan sel telur). Ini berbeda dengan kasus Yesus. Alkitab berkata bahwa Maria mengandung dari Roh Kudus. Ini bukan berarti bahwa Roh Kudus membuahi Maria (tidak ada pertemuan sperma dan sel telur) melainkan Roh Kudus membuat sebuah mujizat sehingga terjadi kehamilan tanpa proses biologis. Dengan demikian kehamilan Maria tetap adalah satu-satunya peristiwa di dalam sejarah dan karena itu keunikan Kristus dalam hal kelahirannya tetap dipertahankan.

Pertanyaan 11 : Di Mat 1:18 dikatakan bahwa Yusuf dan Maria masih bertunangan tetapi di ayat 19 dikatakan bahwa Yusuf adalah suami Maria dan karenanya Yusuf mau menceraikan Maria isterinya itu. Tidakkah ini saling bertentangan? Jadi yang benar mereka adalah tunangan ataukah suami isteri?

Jawab : Baiklah kita perhatikan ayat-ayat ini. Mat 1:18 : Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Jadi Yusuf dan Maria dikatakan masih bertunangan. Sekarang perhatikan Mat 1:19 : Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Jadi Yusuf dikatakan sebagai suami Maria. 2 ayat ini kelihatannya bertentangan namun sebenarnya ini bisa dimengerti dan diharmoniskan kalau kita mengerti tradisi di tempat itu pada jaman itu. Dalam tradisi mereka ada beberapa tahap menuju pernikahan (1) Pertunangan I (engagement). Pertunangan I ini terjadi pada waktu dua orang yang diper­tunangkan itu masih kecil, di mana mereka dipertunangkan oleh orang tua mereka, dan mereka belum saling kenal. Pertunangan I ini bisa dibatalkan. (2) Pertunangan II (bethrotal). Pertunangan II ini terjadi setelah dua orang tadi sudah cukup umur. Pada saat pertunangan II ini mereka sudah disebut ‘suami istri’, tetapi mereka belum tinggal bersama dan mereka belum boleh melakukan hubungan seks. Bandingkan dengan ayat-ayat berikut. Ul 20:7 - “Dan siapa telah bertunangan dengan seorang perempuan, tetapi belum mengawininya? Ia boleh pergi dan pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengawininya”. Ul 22:23-24 - “(23) Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan - jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, (24) maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kau hapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”. Perhatikan bahwa dalam ay 23nya disebutkan ‘bertunangan’ tetapi dalam ay 24nya disebut sebagai ‘istri’. Dalam tradisi Yahudi saat itu, pemutusan pertunangan II ini dianggap sebagai perceraian dan dianggap sebagai dosa. Pertunangan II ini hanya berlangsung 1 tahun. (3) Pernikahan. Nah, pada saat itu, Yusuf dan Maria ada pada masa pertunangan II jadi mereka dapat disebut sebagai suami-isteri. Karena itu ay 18 tidak bertentangan dengan ay 19 maupun ayat 20 dan 24.

Pertanyaan 12 : Darimana asal usul Santa Claus dan apa hubungannya dengan Natal? Bolehkah perayaan Natal diisi dengan acara Santa Claus?

Jawab : Sekarang ini Natal hampir-hampir diidentikkan dengan Santa Claus. Di mana-mana (toko, jalan, mall, TV, dll) orang-orang dengan kostum Santa Claus bermunculan. Bahkan tidak jarang dihadirkan dalam gereja. Ada juga radio Kristen tertentu yang membuat acara khusus jumpa Santa Claus. Siapakah Santa Claus ini? Dia tidak pernah muncul di Alkitab dalam cerita-cerita Natal. Tetapi mengapa begitu populer? Encyclopedia Britannica 2000 mengatakan bahwa : ‘Santa Claus’ berasal dari St. Nicholas, yang keberadaannya tidak dibuktikan oleh dokumen sejarah manapun. Jadi tidak ada yang pasti yang kita ketahui tentang hidupnya. Menurut tradisi, ia dilahirkan di kota Lycia pelabuhan kuno di Patara (Asia Kecil), dan waktu muda berkelana ke Palestina dan Mesir. dan sekembalinya ke Myra menjadi uskup Lycia (abad-4). Ia dipenjara pada masa pemerintahan kaisar Diocletian, tetapi lalu dibebaskan pada masa pemerintahan kaisar Konstantine yang Agung, dan menghadiri Sidang Gereja Nicea (tahun 325 M.). Setelah kematiannya ia dikuburkan di Myra, dan pada tahun 1087M seseorang mencuri jenazahnya dan membawanya ke Bari, Italia. Ini menjadikan dia populer di Eropa dan Bari menjadi tempat yang dipenuhi oleh orang-orang yang berziarah. Mengapa Nicholas kemudian terkenal dan melegenda? Nicholas terkenal sebagai menggambarkan uskup yang ramah yang suka menolong anak dan orang miskin dengan membagikan hadiah-hadiah. Reputasi Nicholas berkenaan dengan kedermawanan dan kebaikannya menyebabkan munculnya dongeng-dongeng berkenaan dengan mujizat-mujizat yang dilakukannya terhadap orang-orang yang miskin/tidak bahagia, bahkan mujizat kebangkitan orang mati. Legenda ini kemudian menyebar ke seluruh Eropa dan lebih terkenal di Belanda dengan nama SINTERKLAAS. Di Belanda, cerita tentang Sinterklaas ini akhirnya berkembang sehingga lebih berbau takhyul dan dongeng. Sinterklaas digambarkan sebagai orang tua berjanggut putih panjang berpakaian uskup menaiki kuda yang bisa terbang ke atap rumah dibantu budaknya Swarte Piet (Pit Hitam). Sinterklaas datang pada tanggal 5 Desember malam ke rumah-rumah untuk memberi hadiah bagi anak-anak yang baik melalui cerobong asap. Cerita Sinterklaas ini makin menjadi-jadi ketika bercampur baur dengan dongeng ‘pemberi hadiah’ kafir yang sudah ada sebelumnya, seperti Befana (Roma), Berchta & Knecht Ruprecht (Jerman), Odin (Norwegia) yang memiliki kekuatan sihir yang menghukum anak-anak nakal & menghadiahi anak-anak yang baik, dan biasa menaiki kereta terbang yang ditarik rusa kutub hingga Sinterklaas akhirnya sering digambarkan naik kereta terbang ditarik rusa kutub (dongeng kafir). Legenda Nicholas/Sinterklaas ini kemudian dibawa pada abad-17 ke koloni baru di New Amsterdam (sekarang New York) di benua Amerika dan kemudian dikenal sebagai Santa Claus yang merupakan orang gemuk berjanggut putih memakai mantel dan kerpus berwarna merah yang menaiki kereta ditarik 8 rusa kutub yang bisa terbang. Legenda Santa Claus ini mencapai bentuknya pada abad-19 yang kemudian dirayakan dengan pemberian hadiah di malam Natal (24 malam). Legenda Santo Nicholas ini di dirayakan sebagai Pere Noel di Perancis, Julenisse di Skandinavia, Father Christmas di Inggris. Figur rusa ke-9 dinamakan Rudolph yang memiliki hidung merah mengkilat diperkenalkan pada tahun 1939. Dari semua ini kita bisa melihat bahwa cerita SINTERKLAAS atau SANTA CLAUS ini jelas-jelas merupakan sesuatu yang salah, karena bukan hanya tidak ada urusannya sama sekali dengan Natal, tetapi bahkan bersifat dusta / takhyul / dongeng. Ir. Herlianto berkata : “Sekalipun Santa Klaus dianggap sebagai lambang semangat memberi hadiah khususnya untuk anak-anak, namun karena sifat pencampurannya dengan cerita-cerita magis kafir, misalnya kehadiran Santa Klaus yang penuh mujizat & naik kereta ditarik rusa terbang, dan peri bertongkat sihir dalam perayaan ‘Magic Christmas’, banyak juga yang mempersoalkannya sebagai tidak sesuai dengan semangat Natal dan mempromosikan ketamakan dan komersialisasi yang telah dimanipulasikan oleh para pengusaha mainan anak-anak, makanan & minuman, dan hiburan. (www.yabina.org). Ia melanjutkan : “Gambaran ‘Sinterklaas’ yang juga populer di Indonesia juga bukan contoh baik bagi anak-anak karena dinilai banyak orang sebagai rasist, Orang tua kulit putih yang pengasih dan budak kulit hitam yang kejam yang suka mencambuki anak-anak nakal. Karena sejarah kehidupan Nicholas tidak jelas, Paus Paulus VI menanggalkan perayaan Santo Nicholas dari kalender resmi gereja Roma Katolik pada tahun 1969. (www.yabina.org). Melihat cerita Santa Claus seperti ini maka menurut saya Santa Claus / Sinterklaas, baik gambarnya, patung / bonekanya, beserta lagu-lagunya, harus disingkirkan dari perayaan Natal. Gereja atau lembaga Kristen tidak boleh memasukan dongeng Santa Claus ini dalam perayaan Natal. Tidak perlu berpakaian Santa Claus dalam perayaan Natal, tidak perlu membuat drama Natal yang menghadirkan tokoh Santa Claus, tidak perlu mengadakan acara-acara SBSC (“SEMALAM BERSAMA SANTA CLAUS”) atau “JUMPA SANTA CLAUS” untuk anak Sekolah Minggu (apalagi dipungut tiket). Bagi para orang tua, saran saya tidak perlu mengantar anak saudara untuk hadir dalam acara-acara seperti itu. Semua itu hanya mendidik anak Sekolah Minggu atau anak saudara untuk mempercayai dongeng yang tidak ada kaitan dengan Natal. Ini semua adalah praktek yang salah harus dibuang dari perayaan Natal. Ini fokus yang salah dalam perayaan Natal.

Pertanyaan 13 : Apakah salah jika kita mengajarkan kepada anak tentang Santa Claus? Intinya adalah pesan moral yang mau disampaikan kepada anak agar rajin berdosa, rajin sekolah dan baik dengan teman, dll?

Jawab : Sudah saya jelaskan bahwa cerita tentang Santa Claus yang hadir pada saat Natal hanyalah dongeng yang telah bercampur dengan berbagai cerita dongeng kafir lainnya. Karenanya bagi saya tetaplah salah kalau kita mengajar anak kita tentang Santa Claus. Memang pelajaran moral bisa saja ditarik dari sebuah kisah dongeng sekalipun seperti cerita tentang Malin Kundang, Sampuraga dan cerita-cerita rakyat lainnya tetapi melihat pengaruhnya yang sangat besar dan sering dihadirkannya Santa Claus dalam perayaan Natal tentu saja dapat membuat anak yakin seolah-olah Santa Claus itu memang benar-benar ada. Jika ingin memberikan pelajaran moral kepada anak saudara, mengapa harus dari Santa Claus? Bukankah Alkitab penuh dengan cerita-cerita yang sarat pelajaran moralnya? Jadikanlah kisah-kisah Alkitab sebagai pelajaran moral bagi anak-anak saudara. Saya kira itu jauh lebih baik daripada cerita Santa Claus.

Pertanyaan 14 : Apa artinya mas, kemenyan dan mur yang dipersembahkan orang Majus kepada bayi Yesus.

Jawab : Banyak orang menafsirkan mas, kemenyan dan mur ini secara alegori. (Catatan : Alegori adalah suatu bentuk penafsiran yang mencoba merohanikan segala sesuatu di dalam Alkitab yang sebenarnya tidak mempunyai makna rohani). Mereka lalu mengatakan bahwa mas sering diartikan sebagai simbol kerajaan. Jadi ini menyatakan bahwa Yesus adalah Raja. Mur sering digunakan untuk merempah-rempahi orang mati dan karenanya menyatakan bahwa Yesus datang untuk mati. Kemenyan sering dipakai oleh imam dan dengan demikian menyatakan Yesus sebagai imam. Tafsiran seperti ini kelihatannya menarik tetapi jelas tidak tepat. Cerita tentang orang majus adalah sebuah historical narrative (cerita sejarah) dan karenanya tidak boleh dialegorikan seperti itu. Kalau begitu bagaimana kita harus menafsirkan mas, mur dan kemenyan dari para majus itu? Tafsiran yang benar adalah bahwa mas, mur dan kemenyan merupakan hasil-hasil terbaik dari negeri Timur (tempat asal orang-orang majus) itu. Jadi mereka datang mencari Yesus dengan mempersembahkan hasil-hasil terbaik dari negeri mereka untuk raja yang baru lahir itu. Bersambung….