Tanggapan Untuk Julius Sangguwali (JS)
Oleh:Esra Alfred Soru
Dalam tulisan sebelumnya saya sudah membahas maksud dari kata-kata Dr. Eben Nuban Timo yang saya kira salah dipahami oleh JS. Yang dimaksudkan Dr. Eben sama sekali lain daripada yang dipahami JS. Karena ketidakpahaman inilah makanya JS mengeluarkan kalimat ngawur : ‘Jadi ‘karena tuntutan zaman’, berarti penyebabnya bukan dari dalam (tuntutan Alkitab), sebaliknya tuntutan (faktor) dari luar Alkitab.
Mengapa bukan tuntutan Alkitab? Karena Alkitab tidak pernah menulis tentang jati diri Allah Tritunggal/Trinitas’ dan juga kalimat ngawur lainnya : ‘Secara tidak langsung menunjukkan ajaran Trinitas telah mengalami desakan supaya sejalan dengan kecenderungan zaman (trend) memiliki sejarah yang panjang.
Hanya orang yang tidak mengerti Kitab Suci yang menganggap bahwa dasar dari doktrin Tritunggal bukanlah Alkitab melainkan tuntutan zaman. Kalau memang karena tuntutan zaman seperti yang dipahami JS, saya ingin bertanya, sekarang zaman sudah berubah, lalu mengapa doktrin itu tetap? Sedikit catatan untuk Dr. Eben Nuban Timo : Dr. Eben, saya rasa JS telah salah memahami apa yang pak Doktor katakan. Tapi yang tahu persis adalah pak Doktor sendiri sebagai penulisnya.
Kalau apa yang saya katakan ini benar, tolong pak Doktor mengklarifikasi dan meluruskan jalan pikiran si Saksi Yehuwa yang sok tahu ini. Tapi seandainya yang pak Doktor maksudkan memang seperti kesimpulan JS, maka saya menganggap bahwa pak doktor dan JS sama parahnya, sama kacaunya. Kembali ke persoalan tentang progressive revelation, saya sudah buktikan itu dari Kitab Suci. Dengan kata lain apa yang saya katakan ini ada dasar Kitab Sucinya.
Tetapi mana dasar Kitab Suci dari keberatan JS? Tidak ada? Jadi anda hanya memakai logika saja tanpa Kitab Suci? Masih ingat teori anda di awal tulisan anda agar kita membandingkan ayat-ayat dan mempertimbangkan artinya? Teori anda itu bagus sekali tapi pelaksanaannya nol besar (nol kaboak). Ungkapan yang cocok bagi kesenjangan antara teori anda dan pelaksanannya adalah : “Bagaikan Bumi dan Langit” atau boleh juga “Indah Kabar Dari Rupa” atau boleh juga “Jauh Panggang Dari Api”. Ha…ha…ha… Karena itu kata-kata Frans Donald sebagaimana yang anda kutip : “Bagi saya cukup jelas, sejarah tidak bisa disangkal lagi, Trinitas yang menyatakan Yesus sebagai Allah sejati adalah berasal dari alam pikir filsafat Yunani.
Filsafat Yunani memang sangat sesuai untuk kebudayaan debat (Apologet) dan adu filosofi karena memiliki multi tafsir dalam pemaknaannya. Dengan filsafat Yunani, hitam bisa dibilang putih, putih bisa dibilang hitam. Tiga bisa dibilang satu, satu dibilang tiga. Sangat berbeda dengan konsep Yahudi, tiga ya tiga, satu ya satu….” adalah kata-kata yang ngawur. Frans Donald sok mengerti Yunani dan Ibrani. Coba suruh dia beri contoh dari kata-katanya di atas. Jangan asal bicara!
Terhadap kata-kata Frans Donald itu JS menulis di bawah judul kecil “Fundamentalis-buta” : Pendapat FD yang bernuansa sejarah ini, senada dengan ENT yang adalah penganut Trinitas/Tritunggal, tetapi mengapa EAS bersikap tidak jujur dan membantah? Dalam tanggapan baliknya (Timex, Jumat, 25/1/2007:4), EAS menulis, “Apa yang dituduhkan oleh FD ini mirip sekali dengan tuduhan murahan aliran Saksi Yehovah....FD berkata ‘sejarah telah membuktikan?’ Mana sejarahnya? Coba buktikan! Jangan cuma ngomong dong!” Aneh pendapat EAS ini.
Sudah ada bukti sejarah yang menumpuk bahwa adanya ajaran Tritunggal ‘karena tuntutan zaman’ (pendapat Dr ENT) sebagai faktor luar (bukan Alkitab), tapi meminta bukti yang bagaimana lagi? Jelas ini mengada-ada. Hanya orang-orang fundamentalis-buta yang memang sering bersikap tidak masuk akal. He…he… maaf saya hanya bisa tertawa untuk hal ini karena sudah saya jawab di atas maupun dalam tulisan sebelumnya terutama tentang pandangan Dr. Eben Nuban Timo.
Seandainya memang yang dimaksudkan Dr. Eben Nuban Timo seperti yang anda maksudkan, itu hanya menunjukkan bahwa pandangan semacam itu adalah pandangan yang sangat konyol dan tak layak disebut sebagai bukti sejarah. Seandainya memang yang dimaksud Dr. Eben Nuban Timo seperti yang anda maksudkan sehingga anda pegang kata-katanya sebagai dasar, saya justru hendak bertanya.
Layakkah anda percaya pada kata-kata orang yang tidak percaya Alkitab sepenuhnya adalah Firman Allah? (Saya bisa buktikan bahwa Dr. Eben memang tidak percaya Alkitab sepenuhnya adalah Firman Allah). Layakkah anda percaya pada kata-kata orang yang menganggap bahwa Yesus bisa keliru? (Beberapa waktu lalu Dr. Eben menulis bahwa Yesus bisa keliru menilai orang).
Layakkah kata-kata dari orang seperti itu anda jadikan sebagai dasar pijakan dan menganggapnya sebagai bukti sejarah? Betapa menyedihkannya! Masih pada bagian yang sama JS berkata : “Pencetus doktrin Tritunggal/Trinitas adalah agama Katolik Roma, melalui New Catholic Encyclopedia, 1967:299, Volume 14, mengakui dengan terus terang, ‘Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti tidak dilebur sepenuhnya dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4.
Namun tepatnya rumus inilah yang pertama-tama mendapat nama dogma Tritunggal. Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak ada bahkan sedikit pun yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu” (Catatan : Kutipan dari bahasa Inggrisnya saya hilangkan demi menghemat tempat). Sdr. JS, kalau saya mengaku sebagai presiden haruskah orang percaya bahwa saya adalah presiden? Hai JS, anda percaya karena anda mau percaya.
Anda percaya karena itu mendukung pandangan anda. Sekarang pikirkan, pada abad ke 4 itu belum ada Gereja Roma Katolik! Lalu bagaimana Gereja Roma Katolik bisa merupakan pencetusnya? Istilah PAUS saja baru mulai ada pada awal abad ke 7, sekalipun lalu digunakan secara surut, sehingga bishop Roma pada abad-abad sebelumnya lalu juga disebut Paus.
Anda mengatakan : “Jadi, pencetusnya sendiri (pemegang hak cipta) mengakui dengan jujur berdasarkan sejarah tentang asal-usul doktrin Tritunggal”. He…he…dari mana anda menyimpulkan mereka mengakui dengan jujur? Yang mana yang anda setujui dan tidak setujui, semua tergantung presupposition (pra anggapan) anda! Itu menunjukkan anda orang subyektif dan tidak jujur!
Jelas ada!
Dalam tulisan saya (Timex, 12 Des 2008) yang lalu saya katakan bahwa : “Kaum Trinitarian sendiri bukannya tidak tahu bahwa kata ‘Tritunggal’ tidak terdapat di dalam Alkitab. Walaupun kata tersebut tidak ada di dalam Alkitab, itu tidak berarti bahwa konsepnya juga tidak ada? Konsepnya jelas ada!” Nah, rupanya JS mempersoalkan kata “jelas” yang saya pakai ini dan berkomentar sebagai berikut : “Jika demikian, batasan dari kata-kata begitu jelas atau konsepnya jelas ada, sampai seberapa jauh? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2001:465 mencatat kata jelas (dalam definisi pertama) sebagai, “terang; nyata; gamblang”.
Perhatikan kata nyata yang diapit dengan dua kata terang dan gamblang. Dari definisi ini, doktrin Tritunggal/Trinitas sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai hal yang terang, nyata dan gamblang, karena memang istilah itu tidak ada secara tersurat di antara ayat-ayat Alkitab.
Karena sedang mewacanakan jati diri Allah, maka dalam perspektif ini, Allah sejati dari Alkitab dapat dipastikan bukan Allah Tritunggal/Trinitas. Komentar saya untuk kata-kata JS ini sebagai berikut : Pertama, Untuk mencari tahu arti kata “jelas”, JS menggunakan KBBI. Di bagian yang lain JS mengatakan bahwa : ‘Memang EAS sendiri menjawabnya (Timex, Sabtu, 27/1/2007:4, kolom pertama dan kedua) dengan mengutip panjang-lebar dari buku Westminster Confession of Faith dan juga dari buku Allah Tritunggal karya junjungan EAS, Stephen Tong. Dengan mengacu pada dua buku karangan manusia (jangan lupa ini hanya sumber data tambahan)”. Sekarang saya tanya pada JS, pada saat anda pakai KBBI, kok anda tidak bilang buku itu ditulis / dikarang manusia? Waktu anda mengutip Will Durant, kok anda tak bilang buku itu ditulis/dikarang manusia ? Mengikuti cara berpikir anda, saya juga bisa katakan “jangan lupa ini hanya sumber data tambahan”.
Kedua, konsep tentang Tritunggal jelas atau tidak, terang atau tidak, tergantung siapa yang melihat. Bagi kami (kaum Trinitarian), doktrin Allah Tritunggal sungguh-sungguh jelas dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi bagi orang yang buta / membutakan diri, itu pasti lain lagi. Saya tentu tidak memaksudkan ‘jelas/terang bagi orang yang buta / membutakan diri! Kalimat anda di atas : Karena sedang mewacanakan jati diri Allah, maka dalam perspektif ini, Allah sejati dari Alkitab dapat dipastikan bukan Allah Tritunggal/Trinitas” menunjukkan kesimpulan yang muncul dari pikiran yang begitu dangkal.
Lagi-lagi rumus dari mana? Kalau anda cukup punya nyali, saya tantang anda untuk debat tentang doktrin Tritunggal dari Kitab Suci. Apakah Alkitab memang mengajarkan doktrin Tritunggal atau tidak? Bukankah anda sendiri berkata bahwa : “Harus diingat, semua data sebagai dasar argumen, jika itu hanya samar-samar “atau indikasi yang mengarah”, bukanlah sumber primer (terilham), melainkan data tambahan (subsider). Jika sumber data tambahan dibalik atau dijadikan sebagai data primer, akan terjadi reduksi pemaknaan terhadap apa yang ditafsirkan”.
Itu berarti sejarah termasuk di dalamnya pandangan bapa-bapa gereja bukanlah sumber primer. Selain itu para penulis sejarah seringkali memberikan data sejarah yang berbeda bahkan bertentangan satu sama lainnya tergantung presuposisinya. Karenanya anda bisa mengungkapkan data sejarah yang menolak doktrin Tritunggal dan saya bisa mengungkapkan data sejarah yang mendukung doktrin Tritunggal. Jadi bagaimana kalau debatnya dari sumber primer saja yakni Kitab Suci dan kita akan lihat doktrin Trinitarian saya atau Unitarian anda yang akan tumbang. Bagaimana? Terima tantangan saya?
Tanggapan-Tanggapan Lepas
Mengingat banyaknya komentar JS yang agak sukar disistematiskan dalam tulisan saya ini, baiklah saya akan kutipkan kata-kata JS dan memberikan komentar saya atasnya.
JS menulis : Pasti tumbang! Jika dipermasalahkan lagi, konsep “berakar kuat” itu yang seperti apa? Lha istilah Tritunggal/Trinitas saja tidak ada, lalu bagaimana bisa disebut berakar kuat? Apa bedanya dengan pengakuan sebelumnya yang telah diuraikan pada bagian pertama bahwa konsep ajaran Tritunggal adalah “sangat jelas” ada dalam Alkitab? Tetapi kenyataan (bukti), bangunan itu dibangun di atas pasir yang tidak stabil. Boleh saja EAS dkk secara bombastis menyatakan sebagai berakar kuat, tetapi jika akarnya tumbuh di atas pasir yang rapuh, lambat atau cepat, pasti tumbang! Semua ini menunjukkan doktrin Tritunggal, “berakar” pada gagasan khayalan, bagaikan mimpi di siang hari bolong.
Tanggapan saya : He..he…orang ini lagi mimpi kali ye???? Dalam sejarah justru yang tumbang adalah Unitarian bukan Trinitarian!
JS menulis : “Dengan demikian, saya ingin tertawa membaca ungkapan selanjut EAS, ‘…supaya manusia tidak jatuh pada politeis.’ Artinya di luar dari doktrin Tritunggal, menurut EAS, ‘orang pasti jatuh pada politeis!’ Nah, pertanyaannya, apakah Patriakh Abraham yang sama sekali tidak mengenal doktrin Tritunggal/Trinitas, dan bahkan Allah Tritunggal/Trinitas, adalah termasuk politeis? Biarlah EAS menjawabnya sendiri.
Tanggapan saya : Ya iyalah masa iya dong!!! (ha..ha..) Saya akan jawab sendiri! Bahwa Abraham tidak jadi politeis, tak berarti kecenderungan seperti itu tak ada. Dia dipilih, sehingga otomatis dicerahi secara khusus. Mayoritas, bahkan hampir semua orang zaman Perjanjian Lama adalah politeis! Cara argumentasi anda ini sama dengan kalau ada orang mengatakan bahwa semua orang condong pada dosa, dan anda lalu tidak setuju dengan menunjukkan Yesus sebagai contoh orang yang tidak condong pada dosa. Di samping itu penekanan saya adalah bahwa dalam Perjanjian Lama yang ditekankan monoteismenya, dan ‘kejamakan’nya hanya samar-samar. Sedang dalam Perjanjian Baru, ‘kejamakan’nya menjadi jelas. Lagi-lagi, ‘jelas’ itu hanya bagi yang tidak buta / membutakan diri.
JS menulis : “…EAS berangkat dari “bawah”, kondisi riil yang mengikuti arus trend duniawi. Tidak usah heran jika banyak orang yang berhati tulus seperti Prof JB Banawiratma, Romo Tom Jacobs, dan Hortensius F. Mandaru serta Frans Donald, yang belakangan berbalik pendapat bahwa Yesus bukan Allah Anak, tetapi Putra/Anak Allah. Ya, ternyata Yesus memiliki iman kepada Allah Yahweh!
Tanggapan saya : Anda mengatakan tulus??? Setelah Frans Donald memberikan kutipan-kutipan yang dimanipulasi sebagaimana sudah saya buktikan dalam tanggapan saya kepadanya anda masih mengatakan dia tulus? He…he…he. Kelihatannya anda tak bisa bedakan antara tulus dan licik. Benar-benar “jauh panggang dari api” bahkan jauh sekali panggangnya dari apinya. (Ha…ha...ha…). Sdr. JS, bahkan seandainya mereka tulus, anda harus ingat bahwa orang bisa sesat dengan hati yang tulus! Mau bukti? Saya berikan dari Alkitab! Amsal 14:12 : ‘Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut’. Bandingkan juga dengan Yoh 16:1-3 : "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.
Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tidakkah “menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” menunjukkan adanya ketulusan hati? Roma 9:30-10:3 : Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. Perhatikan ayat ini dengan baik. Israel jelas tersesat. Dikatakan bahwa mereka “mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu”, “mereka tersandung pada batu sandungan” dan karenanya Paulus berdoa kepada Tuhan agar mereka diselamatkan. Tetapi bukankah hati mereka tulus sebagaimana dikatakan “mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah”? Lalu mengapa bisa demikian? Jawabnya adalah karena ketulusan mereka itu tak diimbangi dengan “pengertian yang benar”.
Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang bisa tersesat dengan hati yang tulus. Karena itu sekalipun Prof JB Banawiratma, Romo Tom Jacobs, dan Hortensius F. Mandaru serta Frans Donald adalah orang yang tulus, itu tak bisa menjamin bahwa mereka tidak tersesat. Kalau kondisi itu bisa dialami oleh Israel, tidakkah itu terjadi pada mereka yang tulus? Apalagi saya sama sekali tidak percaya bahwa Frans Donald tulus.
Ia telah bertindak licik dengan memberikan kutipan-kutipan yang telah dimanipulasi. Yang tulus saja bisa sesat apalagi yang licik? (He..he…). Sdr. JS, apa yang saya katakan ini ada dasar Kitab Sucinya. Lalu mana dasar Kitab Suci dari teori-teori anda? Atau teori-teori itu anda karang sendiri sewaktu tidur? Ah… “Jauh Panggang Dari Api”!!! Bahkan jauh sekali panggangnya dari apinya”!!!
JS menulis : Sejarah menunjukkan, tidak lama setelah kematian rasul-rasul Kristus, wajah “Kekristenan” yang sesungguhnya mulai berubah, tepat seperti yang Alkitab nubuatkan (Mat. 13:24-30, 37-43; Kis. 20:30). Seperti yang Yesus singkapkan melalui perumpamaan tentang lalang dan gandum, dan melalui ilustrasi tentang jalan yang lebar dan jalan yang sempit (Mat. 7:13, 14). Kekristenan asli akan terus dipraktekkan oleh sedikit orang saja dari zaman ke zaman. Akan tetapi, mereka seolah-olah tertelan oleh mayoritas orang yang seperti lalang, yang memperkenalkan diri dan ajaran sebagai wajah asli Kekristenan.
Tanggapan saya : Saya setuju bahwa mayoritas adalah lalang, tetapi perlu diingat bahwa ada banyak gereja dan golongan / aliran, baik yang besar maupun yang kecil. Baik yang besar maupun yang kecil bisa saja termasuk lalang. Jadi, Unitarian / Saksi Yehuwa jangan mentang-mentang kecil, lalu merasa dirinya pasti adalah gandum!
JS menulis : ‘Tetapi justru itulah kenyataannya yang terjadi pada sekitar abad ketiga dan keempat, pemimpin-pemimpin agama tertentu yang cukup berpengaruh, yang begitu gandrung pada ajaran trinitas dari filsuf kafir asal Yunani, Plato, mulai memodifikasi paham tentang Allah agar sesuai dengan rumus Trinitas. Catatan sejarah yang ternoda ini tidak dapat dipungkiri karena tersebar di berbagai literatur. Bagi orang yang berhati jujur yang ingin mencari kebenaran, tidak pantaskah ia bertanya, “Mungkinkah mereka telah melampaui perkara-perkara yang tertulis?”
Tanggapan saya : He…he… lalu mengapa dalam soal tuntutan zaman dan filsafat Yunani, anda tidak minta bukti tapi langsung percaya dan anggap sebagai kebenaran? Sungguh tidak konsisten !
Bersambung….
* Penulis adalah Gembala Jemaat “REVIVAL MINISTRY” (Jl. Pipit Kel. LLBK; Belakang Terminal Kota Kupang)
Oleh:Esra Alfred Soru
Dalam tulisan sebelumnya saya sudah membahas maksud dari kata-kata Dr. Eben Nuban Timo yang saya kira salah dipahami oleh JS. Yang dimaksudkan Dr. Eben sama sekali lain daripada yang dipahami JS. Karena ketidakpahaman inilah makanya JS mengeluarkan kalimat ngawur : ‘Jadi ‘karena tuntutan zaman’, berarti penyebabnya bukan dari dalam (tuntutan Alkitab), sebaliknya tuntutan (faktor) dari luar Alkitab.
Mengapa bukan tuntutan Alkitab? Karena Alkitab tidak pernah menulis tentang jati diri Allah Tritunggal/Trinitas’ dan juga kalimat ngawur lainnya : ‘Secara tidak langsung menunjukkan ajaran Trinitas telah mengalami desakan supaya sejalan dengan kecenderungan zaman (trend) memiliki sejarah yang panjang.
Hanya orang yang tidak mengerti Kitab Suci yang menganggap bahwa dasar dari doktrin Tritunggal bukanlah Alkitab melainkan tuntutan zaman. Kalau memang karena tuntutan zaman seperti yang dipahami JS, saya ingin bertanya, sekarang zaman sudah berubah, lalu mengapa doktrin itu tetap? Sedikit catatan untuk Dr. Eben Nuban Timo : Dr. Eben, saya rasa JS telah salah memahami apa yang pak Doktor katakan. Tapi yang tahu persis adalah pak Doktor sendiri sebagai penulisnya.
Kalau apa yang saya katakan ini benar, tolong pak Doktor mengklarifikasi dan meluruskan jalan pikiran si Saksi Yehuwa yang sok tahu ini. Tapi seandainya yang pak Doktor maksudkan memang seperti kesimpulan JS, maka saya menganggap bahwa pak doktor dan JS sama parahnya, sama kacaunya. Kembali ke persoalan tentang progressive revelation, saya sudah buktikan itu dari Kitab Suci. Dengan kata lain apa yang saya katakan ini ada dasar Kitab Sucinya.
Tetapi mana dasar Kitab Suci dari keberatan JS? Tidak ada? Jadi anda hanya memakai logika saja tanpa Kitab Suci? Masih ingat teori anda di awal tulisan anda agar kita membandingkan ayat-ayat dan mempertimbangkan artinya? Teori anda itu bagus sekali tapi pelaksanaannya nol besar (nol kaboak). Ungkapan yang cocok bagi kesenjangan antara teori anda dan pelaksanannya adalah : “Bagaikan Bumi dan Langit” atau boleh juga “Indah Kabar Dari Rupa” atau boleh juga “Jauh Panggang Dari Api”. Ha…ha…ha… Karena itu kata-kata Frans Donald sebagaimana yang anda kutip : “Bagi saya cukup jelas, sejarah tidak bisa disangkal lagi, Trinitas yang menyatakan Yesus sebagai Allah sejati adalah berasal dari alam pikir filsafat Yunani.
Filsafat Yunani memang sangat sesuai untuk kebudayaan debat (Apologet) dan adu filosofi karena memiliki multi tafsir dalam pemaknaannya. Dengan filsafat Yunani, hitam bisa dibilang putih, putih bisa dibilang hitam. Tiga bisa dibilang satu, satu dibilang tiga. Sangat berbeda dengan konsep Yahudi, tiga ya tiga, satu ya satu….” adalah kata-kata yang ngawur. Frans Donald sok mengerti Yunani dan Ibrani. Coba suruh dia beri contoh dari kata-katanya di atas. Jangan asal bicara!
Terhadap kata-kata Frans Donald itu JS menulis di bawah judul kecil “Fundamentalis-buta” : Pendapat FD yang bernuansa sejarah ini, senada dengan ENT yang adalah penganut Trinitas/Tritunggal, tetapi mengapa EAS bersikap tidak jujur dan membantah? Dalam tanggapan baliknya (Timex, Jumat, 25/1/2007:4), EAS menulis, “Apa yang dituduhkan oleh FD ini mirip sekali dengan tuduhan murahan aliran Saksi Yehovah....FD berkata ‘sejarah telah membuktikan?’ Mana sejarahnya? Coba buktikan! Jangan cuma ngomong dong!” Aneh pendapat EAS ini.
Sudah ada bukti sejarah yang menumpuk bahwa adanya ajaran Tritunggal ‘karena tuntutan zaman’ (pendapat Dr ENT) sebagai faktor luar (bukan Alkitab), tapi meminta bukti yang bagaimana lagi? Jelas ini mengada-ada. Hanya orang-orang fundamentalis-buta yang memang sering bersikap tidak masuk akal. He…he… maaf saya hanya bisa tertawa untuk hal ini karena sudah saya jawab di atas maupun dalam tulisan sebelumnya terutama tentang pandangan Dr. Eben Nuban Timo.
Seandainya memang yang dimaksudkan Dr. Eben Nuban Timo seperti yang anda maksudkan, itu hanya menunjukkan bahwa pandangan semacam itu adalah pandangan yang sangat konyol dan tak layak disebut sebagai bukti sejarah. Seandainya memang yang dimaksud Dr. Eben Nuban Timo seperti yang anda maksudkan sehingga anda pegang kata-katanya sebagai dasar, saya justru hendak bertanya.
Layakkah anda percaya pada kata-kata orang yang tidak percaya Alkitab sepenuhnya adalah Firman Allah? (Saya bisa buktikan bahwa Dr. Eben memang tidak percaya Alkitab sepenuhnya adalah Firman Allah). Layakkah anda percaya pada kata-kata orang yang menganggap bahwa Yesus bisa keliru? (Beberapa waktu lalu Dr. Eben menulis bahwa Yesus bisa keliru menilai orang).
Layakkah kata-kata dari orang seperti itu anda jadikan sebagai dasar pijakan dan menganggapnya sebagai bukti sejarah? Betapa menyedihkannya! Masih pada bagian yang sama JS berkata : “Pencetus doktrin Tritunggal/Trinitas adalah agama Katolik Roma, melalui New Catholic Encyclopedia, 1967:299, Volume 14, mengakui dengan terus terang, ‘Perumusan ‘satu Allah dalam tiga Pribadi’ tidak ditetapkan dengan tegas, dan pasti tidak dilebur sepenuhnya dalam kehidupan Kristen dan pengakuan imannya, sebelum akhir abad ke-4.
Namun tepatnya rumus inilah yang pertama-tama mendapat nama dogma Tritunggal. Di antara Bapa-Bapa Rasuli, tidak ada bahkan sedikit pun yang mendekati sikap atau pandangan seperti itu” (Catatan : Kutipan dari bahasa Inggrisnya saya hilangkan demi menghemat tempat). Sdr. JS, kalau saya mengaku sebagai presiden haruskah orang percaya bahwa saya adalah presiden? Hai JS, anda percaya karena anda mau percaya.
Anda percaya karena itu mendukung pandangan anda. Sekarang pikirkan, pada abad ke 4 itu belum ada Gereja Roma Katolik! Lalu bagaimana Gereja Roma Katolik bisa merupakan pencetusnya? Istilah PAUS saja baru mulai ada pada awal abad ke 7, sekalipun lalu digunakan secara surut, sehingga bishop Roma pada abad-abad sebelumnya lalu juga disebut Paus.
Anda mengatakan : “Jadi, pencetusnya sendiri (pemegang hak cipta) mengakui dengan jujur berdasarkan sejarah tentang asal-usul doktrin Tritunggal”. He…he…dari mana anda menyimpulkan mereka mengakui dengan jujur? Yang mana yang anda setujui dan tidak setujui, semua tergantung presupposition (pra anggapan) anda! Itu menunjukkan anda orang subyektif dan tidak jujur!
Jelas ada!
Dalam tulisan saya (Timex, 12 Des 2008) yang lalu saya katakan bahwa : “Kaum Trinitarian sendiri bukannya tidak tahu bahwa kata ‘Tritunggal’ tidak terdapat di dalam Alkitab. Walaupun kata tersebut tidak ada di dalam Alkitab, itu tidak berarti bahwa konsepnya juga tidak ada? Konsepnya jelas ada!” Nah, rupanya JS mempersoalkan kata “jelas” yang saya pakai ini dan berkomentar sebagai berikut : “Jika demikian, batasan dari kata-kata begitu jelas atau konsepnya jelas ada, sampai seberapa jauh? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2001:465 mencatat kata jelas (dalam definisi pertama) sebagai, “terang; nyata; gamblang”.
Perhatikan kata nyata yang diapit dengan dua kata terang dan gamblang. Dari definisi ini, doktrin Tritunggal/Trinitas sama sekali tidak memenuhi syarat sebagai hal yang terang, nyata dan gamblang, karena memang istilah itu tidak ada secara tersurat di antara ayat-ayat Alkitab.
Karena sedang mewacanakan jati diri Allah, maka dalam perspektif ini, Allah sejati dari Alkitab dapat dipastikan bukan Allah Tritunggal/Trinitas. Komentar saya untuk kata-kata JS ini sebagai berikut : Pertama, Untuk mencari tahu arti kata “jelas”, JS menggunakan KBBI. Di bagian yang lain JS mengatakan bahwa : ‘Memang EAS sendiri menjawabnya (Timex, Sabtu, 27/1/2007:4, kolom pertama dan kedua) dengan mengutip panjang-lebar dari buku Westminster Confession of Faith dan juga dari buku Allah Tritunggal karya junjungan EAS, Stephen Tong. Dengan mengacu pada dua buku karangan manusia (jangan lupa ini hanya sumber data tambahan)”. Sekarang saya tanya pada JS, pada saat anda pakai KBBI, kok anda tidak bilang buku itu ditulis / dikarang manusia? Waktu anda mengutip Will Durant, kok anda tak bilang buku itu ditulis/dikarang manusia ? Mengikuti cara berpikir anda, saya juga bisa katakan “jangan lupa ini hanya sumber data tambahan”.
Kedua, konsep tentang Tritunggal jelas atau tidak, terang atau tidak, tergantung siapa yang melihat. Bagi kami (kaum Trinitarian), doktrin Allah Tritunggal sungguh-sungguh jelas dinyatakan dalam Kitab Suci, tetapi bagi orang yang buta / membutakan diri, itu pasti lain lagi. Saya tentu tidak memaksudkan ‘jelas/terang bagi orang yang buta / membutakan diri! Kalimat anda di atas : Karena sedang mewacanakan jati diri Allah, maka dalam perspektif ini, Allah sejati dari Alkitab dapat dipastikan bukan Allah Tritunggal/Trinitas” menunjukkan kesimpulan yang muncul dari pikiran yang begitu dangkal.
Lagi-lagi rumus dari mana? Kalau anda cukup punya nyali, saya tantang anda untuk debat tentang doktrin Tritunggal dari Kitab Suci. Apakah Alkitab memang mengajarkan doktrin Tritunggal atau tidak? Bukankah anda sendiri berkata bahwa : “Harus diingat, semua data sebagai dasar argumen, jika itu hanya samar-samar “atau indikasi yang mengarah”, bukanlah sumber primer (terilham), melainkan data tambahan (subsider). Jika sumber data tambahan dibalik atau dijadikan sebagai data primer, akan terjadi reduksi pemaknaan terhadap apa yang ditafsirkan”.
Itu berarti sejarah termasuk di dalamnya pandangan bapa-bapa gereja bukanlah sumber primer. Selain itu para penulis sejarah seringkali memberikan data sejarah yang berbeda bahkan bertentangan satu sama lainnya tergantung presuposisinya. Karenanya anda bisa mengungkapkan data sejarah yang menolak doktrin Tritunggal dan saya bisa mengungkapkan data sejarah yang mendukung doktrin Tritunggal. Jadi bagaimana kalau debatnya dari sumber primer saja yakni Kitab Suci dan kita akan lihat doktrin Trinitarian saya atau Unitarian anda yang akan tumbang. Bagaimana? Terima tantangan saya?
Tanggapan-Tanggapan Lepas
Mengingat banyaknya komentar JS yang agak sukar disistematiskan dalam tulisan saya ini, baiklah saya akan kutipkan kata-kata JS dan memberikan komentar saya atasnya.
JS menulis : Pasti tumbang! Jika dipermasalahkan lagi, konsep “berakar kuat” itu yang seperti apa? Lha istilah Tritunggal/Trinitas saja tidak ada, lalu bagaimana bisa disebut berakar kuat? Apa bedanya dengan pengakuan sebelumnya yang telah diuraikan pada bagian pertama bahwa konsep ajaran Tritunggal adalah “sangat jelas” ada dalam Alkitab? Tetapi kenyataan (bukti), bangunan itu dibangun di atas pasir yang tidak stabil. Boleh saja EAS dkk secara bombastis menyatakan sebagai berakar kuat, tetapi jika akarnya tumbuh di atas pasir yang rapuh, lambat atau cepat, pasti tumbang! Semua ini menunjukkan doktrin Tritunggal, “berakar” pada gagasan khayalan, bagaikan mimpi di siang hari bolong.
Tanggapan saya : He..he…orang ini lagi mimpi kali ye???? Dalam sejarah justru yang tumbang adalah Unitarian bukan Trinitarian!
JS menulis : “Dengan demikian, saya ingin tertawa membaca ungkapan selanjut EAS, ‘…supaya manusia tidak jatuh pada politeis.’ Artinya di luar dari doktrin Tritunggal, menurut EAS, ‘orang pasti jatuh pada politeis!’ Nah, pertanyaannya, apakah Patriakh Abraham yang sama sekali tidak mengenal doktrin Tritunggal/Trinitas, dan bahkan Allah Tritunggal/Trinitas, adalah termasuk politeis? Biarlah EAS menjawabnya sendiri.
Tanggapan saya : Ya iyalah masa iya dong!!! (ha..ha..) Saya akan jawab sendiri! Bahwa Abraham tidak jadi politeis, tak berarti kecenderungan seperti itu tak ada. Dia dipilih, sehingga otomatis dicerahi secara khusus. Mayoritas, bahkan hampir semua orang zaman Perjanjian Lama adalah politeis! Cara argumentasi anda ini sama dengan kalau ada orang mengatakan bahwa semua orang condong pada dosa, dan anda lalu tidak setuju dengan menunjukkan Yesus sebagai contoh orang yang tidak condong pada dosa. Di samping itu penekanan saya adalah bahwa dalam Perjanjian Lama yang ditekankan monoteismenya, dan ‘kejamakan’nya hanya samar-samar. Sedang dalam Perjanjian Baru, ‘kejamakan’nya menjadi jelas. Lagi-lagi, ‘jelas’ itu hanya bagi yang tidak buta / membutakan diri.
JS menulis : “…EAS berangkat dari “bawah”, kondisi riil yang mengikuti arus trend duniawi. Tidak usah heran jika banyak orang yang berhati tulus seperti Prof JB Banawiratma, Romo Tom Jacobs, dan Hortensius F. Mandaru serta Frans Donald, yang belakangan berbalik pendapat bahwa Yesus bukan Allah Anak, tetapi Putra/Anak Allah. Ya, ternyata Yesus memiliki iman kepada Allah Yahweh!
Tanggapan saya : Anda mengatakan tulus??? Setelah Frans Donald memberikan kutipan-kutipan yang dimanipulasi sebagaimana sudah saya buktikan dalam tanggapan saya kepadanya anda masih mengatakan dia tulus? He…he…he. Kelihatannya anda tak bisa bedakan antara tulus dan licik. Benar-benar “jauh panggang dari api” bahkan jauh sekali panggangnya dari apinya. (Ha…ha...ha…). Sdr. JS, bahkan seandainya mereka tulus, anda harus ingat bahwa orang bisa sesat dengan hati yang tulus! Mau bukti? Saya berikan dari Alkitab! Amsal 14:12 : ‘Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut’. Bandingkan juga dengan Yoh 16:1-3 : "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah.
Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tidakkah “menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” menunjukkan adanya ketulusan hati? Roma 9:30-10:3 : Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.
Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan, seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah. Perhatikan ayat ini dengan baik. Israel jelas tersesat. Dikatakan bahwa mereka “mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu”, “mereka tersandung pada batu sandungan” dan karenanya Paulus berdoa kepada Tuhan agar mereka diselamatkan. Tetapi bukankah hati mereka tulus sebagaimana dikatakan “mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah”? Lalu mengapa bisa demikian? Jawabnya adalah karena ketulusan mereka itu tak diimbangi dengan “pengertian yang benar”.
Jadi ayat ini menunjukkan bahwa orang bisa tersesat dengan hati yang tulus. Karena itu sekalipun Prof JB Banawiratma, Romo Tom Jacobs, dan Hortensius F. Mandaru serta Frans Donald adalah orang yang tulus, itu tak bisa menjamin bahwa mereka tidak tersesat. Kalau kondisi itu bisa dialami oleh Israel, tidakkah itu terjadi pada mereka yang tulus? Apalagi saya sama sekali tidak percaya bahwa Frans Donald tulus.
Ia telah bertindak licik dengan memberikan kutipan-kutipan yang telah dimanipulasi. Yang tulus saja bisa sesat apalagi yang licik? (He..he…). Sdr. JS, apa yang saya katakan ini ada dasar Kitab Sucinya. Lalu mana dasar Kitab Suci dari teori-teori anda? Atau teori-teori itu anda karang sendiri sewaktu tidur? Ah… “Jauh Panggang Dari Api”!!! Bahkan jauh sekali panggangnya dari apinya”!!!
JS menulis : Sejarah menunjukkan, tidak lama setelah kematian rasul-rasul Kristus, wajah “Kekristenan” yang sesungguhnya mulai berubah, tepat seperti yang Alkitab nubuatkan (Mat. 13:24-30, 37-43; Kis. 20:30). Seperti yang Yesus singkapkan melalui perumpamaan tentang lalang dan gandum, dan melalui ilustrasi tentang jalan yang lebar dan jalan yang sempit (Mat. 7:13, 14). Kekristenan asli akan terus dipraktekkan oleh sedikit orang saja dari zaman ke zaman. Akan tetapi, mereka seolah-olah tertelan oleh mayoritas orang yang seperti lalang, yang memperkenalkan diri dan ajaran sebagai wajah asli Kekristenan.
Tanggapan saya : Saya setuju bahwa mayoritas adalah lalang, tetapi perlu diingat bahwa ada banyak gereja dan golongan / aliran, baik yang besar maupun yang kecil. Baik yang besar maupun yang kecil bisa saja termasuk lalang. Jadi, Unitarian / Saksi Yehuwa jangan mentang-mentang kecil, lalu merasa dirinya pasti adalah gandum!
JS menulis : ‘Tetapi justru itulah kenyataannya yang terjadi pada sekitar abad ketiga dan keempat, pemimpin-pemimpin agama tertentu yang cukup berpengaruh, yang begitu gandrung pada ajaran trinitas dari filsuf kafir asal Yunani, Plato, mulai memodifikasi paham tentang Allah agar sesuai dengan rumus Trinitas. Catatan sejarah yang ternoda ini tidak dapat dipungkiri karena tersebar di berbagai literatur. Bagi orang yang berhati jujur yang ingin mencari kebenaran, tidak pantaskah ia bertanya, “Mungkinkah mereka telah melampaui perkara-perkara yang tertulis?”
Tanggapan saya : He…he… lalu mengapa dalam soal tuntutan zaman dan filsafat Yunani, anda tidak minta bukti tapi langsung percaya dan anggap sebagai kebenaran? Sungguh tidak konsisten !
Bersambung….
* Penulis adalah Gembala Jemaat “REVIVAL MINISTRY” (Jl. Pipit Kel. LLBK; Belakang Terminal Kota Kupang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)