Mat 3:13-17 – (13) Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk
dibaptis olehnya. (14) Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang
perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" (15) Lalu Yesus
menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun
menuruti-Nya. (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada
waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atas-Nya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
T
|
eks kita tidak menceritakan prosesi pembaptisan Yesus
oleh Yohanes Pembaptis melainkan hanya memberikan informasi setelah ia
dibaptis. Itu pun dengan sangat singkat. Ayat 16 berkata : Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air…”. Ini menimbulkan
pertanyaan bagi kita dengan cara apakah atau cara bagaimanakah Yesus dibaptis? Kita akan mempelajari pandangan-pandangan seputar cara
Yesus dibaptis ini.
I. YESUS DIBAPTIS
SELAM.
Ini adalah pandangan dari orang-orang Pentakosta /
Kharismatik atau pemegang paham baptisan selam. Berdasarkan informasi yang
singkat dalam ayat ini, mereka mengatakan dengan yakin bahwa Yesus dibaptis
dengan cara selam. Lalu bagian manakah
dari teks kita yang mereka tafsirkan sebagai baptisan selam?
a.
Ada istilah
“keluar dari air”.
Mat 3:16 - Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari
air…”
Adanya kata-kata “keluar
dari air” ini mereka artikan sebagai sebelumnya Yesus ditenggelamkan dalam
air dan dengan demikian Ia dibaptis dengan cara selam. Perhatikan
kutipan-kutipan berikut :
Derek Prince - Sesudah dibaptis Yesus segera keluar dari air…
Berdasarkan logika sederhana, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ketika Ia
dibaptiskan, Yesus terlebih dahulu turun ke dalam air, kemudian keluar lagi
dari air itu. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.30).
Discover
Online (Pelajaran 19) - Kristus
dibenamkan saat pembaptisan-Nya; Ia tidak hanya dipercikkan dengan air. Yohanes
membaptis Dia di Sungai Yordan "sebab di situ banyak air" (Yoh.
3:23). Ketika Yesus dibaptis, Ia turun ke dalam air, dan "sesudah dibaptis
(dibenamkan, Yunani), Yesus segera “keluar dari air" (Mat 3:16). (Memasuki
Kehidupan Kristen : http://languages.bibleschools.com).
Fu
Xie - Ada cukup banyak
petunjuk yang jelas tentang cara baptisan dalam Alkitab. Pada waktu Yesus
dibaptis, dikatakan dalam Alkitab : "Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari air (Matius 3:16)." Kalau
dikatakan "Yesus keluar dari air," berarti pada saat dibaptis Dia
masuk ke dalam air. Kalau hanya dipercik atau diguyur saja, tentunya tidak
perlu seorang harus masuk ke dalam air. (Baptisan Air :
www.betha.or.id).
Jadi Yesus pasti dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dengan
cara diselamkan.
b.
Arti dari kata “baptis” itu sendiri.
Menurut orang-orang
Pentakosta-Kharismatik atau pemegang paham baptisan selam, kata “baptis” itu
sendiri hanya mempunyai satu arti yakni diselam / ditenggelamkan / dibenamkan. Perhatikan juga kutipan-kutipan berikut :
Jeremia Rim
& Team - Kita melihat adanya berbagai macam
cara pembaptisan. Namun sebenarnya Alkitab hanya mengajarkan satu macam
cara pembaptisan, yaitu dengan cara diselamkan ke dalam air. Kata baptis sendiri
dalam bahasa Gerika baptw = bapto, artinya ditenggelamkan. (Pelajaran Alkitab : Dasar Kekristenan yang Kokoh, hal.16).
John Wesley
Brill - Kebanyakan para ahli bahasa Yunani berpendapat bahwa
“baptizo” hanya berarti baptisan selam. Demikian pula banyak ahli dan
guru-guru besar mengakui bahwa baptisan yang sah yaitu baptisan selam. (Dasar Yang Teguh, hal.
278).
Derek Prince – Kata Yunani “baptizo” selalu mempunyai arti yang sama, yang tidak
pernah berubah sepanjang masa. Mulai dari bahasa Yunani klasik sampai pada
bahasa Yunani Perjanjian Baru. Kata itu tidak pernah berubah maknanya, yaitu : “membiarkan sesuatu dicelupkan”, “membenamkan sesuatu di bawah permukaan air
atau cairan yang lain”. (Dari Sungai
Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.15).
Karena arti kata “baptis” berarti
diselamkan maka Fu Xie mengatakan demikian :
Fu Xie - Kata "Baptis" berasal dari kata Yunani yaitu
"Bapto". Kata "Bapto" ini berarti:
"ditenggelamkan" atau "diselamkan." Jadi, sewaktu Tuhan
Yesus memberikan Amanat Agung yang dicatat dalam Matius 28:19, ayat tersebut
dalam pengertian orang-orang saat itu berbunyi: "jadikanlah semua bangsa muridKu dan selamkanlah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus". (Baptisan Air : www.betha.or.id).
Karena itu kalau dikatakan bahwa Yesus dibaptis seperti teks Mat 3:16 :
Mat 3:16 - Sesudah dibaptis,
Yesus segera keluar dari air…”
Sudah tentu artinya adalah Yesus
diselamkan / ditenggelamkan di bawah air.
Derek Prince – Apabila kita mengingat arti
harafiah dari kata kerja “baptis” maka kita tidak sedikitpun meragukan bahwa
Yesus membiarkan diri-Nya dibenamkan seluruhnya dalam air sungai Yordan. (Dari
Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta, hal.30).
Itulah 2 dasar dari orang-orang
Pentakosta-Kharismatik dan pemegang paham baptisan selam untuk mengatakan bahwa
Yesus dibaptis dengan cara selam. Karena Yesus dibaptis dengan cara selam maka
bagi mereka, orang Kristen juga seharusnya dibaptis dengan cara yang sama
dengan cara baptisan Yesus yakni diselam.
Derek Prince - Mari kita perhatikan kata “demikianlah”, atau “dengan
cara itu”. Melalui teladan yang diberikan-Nya itu Yesus menetapkan cara
atau metode baptisan yang harus ditempuh. (Dari Sungai Yordan Sampai Hari Pentakosta,
hal.29).
Orang Kristen yang tidak dibaptis dengan cara Yesus dibaptis
ini pada hakikatnya belum dibaptis dan karena itu perlu dibaptis dengan cara
selam.
Catatan : Bagi kita itu adalah baptisan ulang tetapi mereka itu
bukan baptisan ulang karena mereka tidak pernah mengakui percik sebagai
baptisan.
II. TANGGAPAN UNTUK
PANDANGAN BAHWA YESUS DIBAPTIS SELAM.
Apakah benar bahwa Yesus dibaptis selam? Apakah 2
argumentasi yang mereka kemukakan di atas benar? Kita akan mengujinya satu per
satu.
a.
Persoalan istilah
“keluar dari air”.
Untuk ini saya mempunyai 3 jawaban :
1. Istilah ini secara
logis tidak serta merta menunjukkan bahwa seseorang diselamkan / ditenggelamkan
di dalam / di bawah air.
Apakah benar kalau dikatakan bahwa Yesus “keluar dari air” berarti sebelumnya Ia
ada di dalam air? Benar! Pasti! Tetapi apakah benar “berada di dalam air” berarti tenggelam di dalam / di bawah air?
Belum tentu! Karena seseorang bisa berada di dalam air tanpa tenggelam di dalam
air itu. Perhatikan gambar-gambar ini :
Apakah bayi tersebut dapat dikatakan “berada di dalam air”? Ya! Tetapi apakah bayi ini “tenggelam di dalam / di bawah air”? Tidak! Itu berarti seseorang
bisa berada di dalam air tanpa tenggelam di dalam / di bawah air. Dan ini bisa
terjadi pada Yesus di mana Ia masuk ke dalam air sungai Yordan dan berdiri di
sana dengan air sedalam lutut / pinggang dan dia dibaptis dengan cara percik
dan pada waktu dia meninggalkan sungai Yordan itu dikatakan Dia “keluar dari air”.
Budi Asali - Kata-kata ‘keluar dari air’ tidak harus berarti
bahwa Yesus direndam dalam air lalu keluar dari air. Kata-kata itu bisa
berarti bahwa Yesus berdiri di sungai (hanya kaki-Nya yang terendam), lalu
keluar dari air / sungai. (Exposisi
Injil Matius : Jilid 1, hal.56).
2.
Perbandingan
istilah ini dengan penggunaannya di dalam ayat yang lain.
Kalau benar bahwa istilah “keluar dari air” diartikan bahwa sebelumnya pihak yang dibaptis
berada di dalam air dalam arti diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah
air, maka perhatikan ayat berikut :
Kis 8:36, 38-39 – (36)
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air.
Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika
aku dibaptis?" (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta
itu, dan keduanya turun ke dalam air,
baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar
dari air,…”
Catatan : Ayat ini bercerita tentang Filipus membaptis Sida-Sida
dari Ethiopia.
Perhatikan bahwa dalam ayat 38 ada istilah “turun ke dalam air” dan ayat 39 ada
istilah “keluar dari air”, persis
seperti istilah yang digunakan dalam Mat 3:16. Siapa yang “turun ke dalam air” dan “keluar
dari air”?
Kis 8:38-39 - (38)
Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik
Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39) Dan setelah mereka keluar dari air,…”
Berarti yang “turun
ke dalam air” adalah Filipus dan Sida-Sida itu. Dan yang “keluar dari air” juga adalah Filipus
dan Sida-Sida itu. Nah, mengikuti logika kaum baptis bahwa “keluar dari air” artinya orangnya diselamkan / ditenggelamkan
berarti baik Filipus dan Sida-Sida karena keduanya “turun
ke dalam air” dan “keluar dari air” berarti
keduanya diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air. Kalau keduanya
diselamkan / ditenggelamkan di dalam / di bawah air, lalu siapa yang membaptis
siapa? Ini jelas lelucon yang tidak masuk akal! Sebenarnya sederhana bahwa
ketika dikatakan keduanya “turun ke dalam
air” berarti keduanya menuju ke air / masuk ke air tanpa tenggelam. Dan
kalau dikatakan mereka “keluar dari air” artinya
keduanya meninggalkan air itu. Itu saja! Karena itu kalau dikatakan setelah
dibaptis Yesus segera “keluar dari air” itu
tidak bisa secara otomatis diartikan bahwa Yesus dibaptis selam.
3.
Analisa kata Yunani
yang dipakai dalam teks ini.
Kata Yunani yang diterjemahkan “keluar dari” dalam Mat 3:16 adalah “apo”.
Kata “apo” ini bisa diartikan “keluar
dari” tetapi bisa juga diartikan “dari”.
Mayoritas diartikan “dari” daripada
“keluar dari”. Dan perlu diketahui
bahwa kata “apo” ini tidak selamanya
berarti “keluar dari” dalam
pengertian sebelumnya sementara berada di bawah sesuatu darimana ia keluar.
Contohnya dalam Luk 2:4 :
Luk 2:4 - Demikian juga Yusuf pergi dari
kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem
Jika “apo” berarti sebelumnya diselam / tenggelam maka kalau dikatakan
Yusuf pergi “apo” kota Nazaret
berarti Yusufnya mula-mula nongol dari dalam tanah kota Nazaret (karena
sebelumnya tenggelam di sana) dan meninggalkan kota itu. Jelas ini tidak masuk
akal! Di sini kata “apo” yang
dikaitkan dengan kata sebelumnya hanya berarti bahwa Yusuf pergi meninggalkan
kota Nazaret.
Dengan demikian jika dikatakan Yesus “apo tou hudatos” (keluar dari air), itu
tidak harus berarti sebelumnya Yesus diselam / ditenggelamkan di bawah air. Itu
bisa berarti Yesus pergi meninggalkan air itu. Itu saja! Dengan demikian gugurlah argumentasi pertama dari kaum
baptis selam ini.
b.
Persoalan arti
kata “baptis”.
Tadi kita sudah melihat sejumlah kutipan dari kaum baptis
selam bahwa arti kata “baptis” yang dalam bahasa Yunaninya “bapto” (kata kerjanya “baptizo”
berarti menyelamkan / menenggelamkan). Dan itu adalah satu-satunya arti dari kata itu. Benarkah
demikian? Jawabannya harus datang dari Kitab Suci sendiri! Suatu studi yang
cermat terhadap kata Yunani “bapto”
dan “baptizo” ini menunjukkan arti
yang beragam / bervariasi. Contoh :
· Mark 7:4 - dan kalau pulang dari pasar mereka juga
tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan
perkakas-perkakas tembaga.
Perhatikan bahwa di dalam ayat ini kata “membersihkan” diterjemahkan dari kata
Yunani “baptizo” sedangkan kata “mencuci” diterjemahkan dari “baptismous” yang keduanya berasal dari
kata dasar yang sama yakni “bapto”. Dengan
demikian kata “baptis” itu bisa berarti membersihkan / mencuci.
Mungkin penganut baptisan selam masih bisa berkata bahwa
mencuci di sana dilakukan dengan menenggelamkan obyek yang dicuci. Itu mungkin
bisa saja untuk cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga dalam ayat 7b tetapi
tidak mungkin untuk diri di dalam ayat 7a. Kalau itu dipaksakan maka ayat itu
menjadi tidak masuk di akal :
Mark 7:4 - dan kalau
pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan (menyelamkan)
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (menyelamkan) cawan,
kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
·
Luk 11:38 - Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia
heran, karena Yesus tidak mencuci
tangan-Nya sebelum makan.
Kata “mencuci” dalam ayat ini menggunakan kata Yunani “baptizo”. Berarti kata “baptis” dalam ayat ini berarti mencuci. Tetapi ini terjemahan yang kurang tepat. Kita harus mengetahui bagaimana tradisi orang Yahudi dalam mencuci tangan sebelum makan. Ini bukanlah mencuci tangan untuk kesehatan melainkan untuk penyucian.
William
Barclay - Menurut hukum itu sebelum makan tangan harus dicuci
dengan hukum-hukum yang sangat mendetail. Dengan sengaja disimpan air khusus
untuk keperluan tersebut sebab air biasa dikuatirkan tidak bersih. Air yang dipakai paling kurang sebanyak satu perempat dari batang
bambu. Pertama-tama air itu harus dituangkan ke atas tangan dimulai
dari jari kelingking dan terus sampai ke pergelangan. Kemudian telapak tangan
haruslah dibersihkan dengan menggosokkan genggam yang satu kepada yang lainnya.
Akhirnya sekali lagi air dituangkan ke atas tangan, kali ini dimulai dari
pergelangan dan berakhir pada ujung-ujung jari” (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Injil Lukas, hal.
224).
Dari cara mencuci tangan seperti ini
maka lebih tepat dikatakan bahwa kata “baptis” di sini berarti tuang atau
menuangkan.
· Mat 26:23 - Ia menjawab: "Dia
yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan
tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku.
Di sini kata “mencelupkan” diterjemahkan dari bata “embapto” yang kata dasarnya adalah “bapto”. Berarti kata “baptis” bisa berarti celup / mencelupkan.
Apakah ini berarti bahwa pencelupan seluruhnya seperti ditenggelamkan? Jelas
tidak! Karena yang dicelupkan adalah tangan. Bagaimana bisa seluruh tangan
dicelupkan dalam arti ditenggelamkan di dalam sebuah pinggan?
Mat 26:23 - Ia menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan
ini, dialah yang akan menyerahkan Aku
Ingat bahwa kata-kata Yesus ini
diucapkan tentang Yudas saat terjadi perjamuan malam di mana Yesus dan
murid-murid-Nya makan roti dan minum anggur perjamuan. Karena itu pencelupan
yang dimaksudkan di sini adalah pencelupan roti yang dipegang oleh tangan.
BIS - Yesus menjawab, "Orang yang mencelup
roti ke dalam mangkuk bersama-sama-Ku, dialah yang akan mengkhianati
Aku.
Tetapi pikirkan, apakah roti yang
dicelupkan itu ditenggelamkan seluruhnya sehingga berada di bawah anggur? Jelas
tidak! Tentu ada sebagian kecil dari roti itu yang tidak tercelup pada anggur
yakni bagian yang dipegang oleh tangan si pencelup. Dengan demikian arti kata
“baptis” di sini adalah mencelup tetapi tidak seluruhnya dalam arti
ditenggelamkan / dibenamkan.
· Ibr 9:10 – karena semuanya itu, di
samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan,
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai
tibanya waktu pembaharuan.
Kata “pembasuhan” dalam ayat ini diterjemahkan dari kata Yunani “baptismous” yang kata dasarnya adalah “bapto”. Karena itu ada terjemahan
Alkitab yang menggunakan kata “baptis” dalam ayat ini.
YLT - only in
victuals, and drinks, and different baptisms,
and fleshly ordinances--till the time of reformation imposed upon them.
Maka di sini dapat dikatakan bahwa kata “baptis” bisa
berarti basuh / membasuh. Konteks ayat ini menunjuk pada pelbagai macam pembasuhan
/ pembaptisan dalam hukum Taurat. Nah, pembasuhan / pembaptisan macam apakah
yang dibicarakan dalam ayat ini? Ini terlihat dalam ayat-ayat selanjutnya yakni
ayat 13,19 dan 21.
Ibr 9:13,19,21 – (13)
Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis,
sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (19) Sebab sesudah Musa
memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil
darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop,
lalu memerciki kitab itu
sendiri dan seluruh umat, (21) Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya secara demikian
dengan darah.
Perhatikan bahwa 3 ayat ini semuanya berbicara tentang pemercikan dan bukan penyelaman / penenggelaman. Tetapi itu disebut sebagai baptisan dalam ayat 10.
Perlu diketahui bahwa ide tentang penyelaman /
penenggelaman adalah ide yang asing dalam penyucian / pembasuhan menurut hukum
Taurat. Sebaliknya, ide yang nampak adalah pemercikan. Jadi percikan darah, air
dan abu dalam ayat-ayat ini yang dimaksudkan dengan pembasuhan / pembaptisan
dalam ayat 10 maka dapat dikatakan bahwa kata “baptis” dalam ayat-ayat itu
berarti percik / memerciki.
· 1 Kor 10:1-2 – (1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara,
bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. (2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua
telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut.
Dalam ayat 1 dikatakan bahwa nenek moyang Israel berada di
bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Ini jelas
menunjuk pada 2 peristiwa dalam kitab Keluaran yakni tiang awan dan
penyeberangan laut Teberau. Menariknya dalam ayat 2 dikatakan bahwa mereka
dibaptis dalam awan dan dalam laut. Jikalau kata “baptis” berarti diselamkan /
ditenggelamkan, lalu kapan orang Israel diselamkan / ditenggelamkan dalam awan
dan laut? Awan bahkan tidak menyentuh mereka sama sekali. Mereka juga tidak
tenggelam di dalam laut. Mereka berjalan di tanah kering.
Kel 14:21-22 – (21)
“….semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur
yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu.
(22) Demikianlah orang Israel
berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan
di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.
Catatan : Yang diselamkan justru tentara Mesir yang mengejar mereka.
Dengan demikian kata “baptis” di sini
tidak bisa diartikan diselamkan / ditenggelamkan.
Albert Barnes – Teks ini adalah teks yang sangat
penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman
seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak
menyentuh mereka.
Lalu apa arti kata baptis di dalam
ayat ini? Tidak perlu dibahas di sini karena itu masalah lain. Yang pasti tidak
mungkin berarti diselamkan / ditenggelamkan.
Dari contoh-contoh yang saya berikan
jelas bahwa kata Yunani “bapto” dengan
kata kerjanya “baptizo” mempunyai
pengertian yang jamak atau bervariasi. Kata itu bisa berarti diselam (seperti
pandangan kaum baptis), tetapi juga bisa berarti membersihkan / mencuci,
menuang, mencelup, membasuh, memercik.
Dengan demikian pandangan kaum baptis
selam bahwa kata “bapto” atau “baptizo” hanya berarti menyelamkan /
menenggelamkan adalah keliru. Menyelamkan / menenggelamkan hanyalah salah satu
arti dari kata “baptis”, bukan satu-satunya arti. Karena itu jangan terlalu
silau kalau kaum baptis berbicara dengan anda memakai bahasa Yunani segala.
Biasanya mereka tidak mendalami itu dan hanya mengikuti kata para pemimpin
mereka saja yang juga kurang belajar. Ini sama juga dengan penganut Saksi-Saksi
Yehuwa yang sering berargumentasi dengan menggunakan bahasa Yunani / Ibrani
padahal mereka sendiri mungkin tidak tahu abjad Yunani – Ibrani.
Semua yang sudah saya jelaskan ini
membuktikan bahwa Yesus belum tentu dibaptis selam. Tetapi kalau Yesus belum
tentu dibaptis selam berada masih ada kemungkinan Yesus memang dibaptis selam.
Betul sekali! Bisa saja Yesus dibaptis selam mengingat salah satu arti kata
“baptis” adalah menyelam / menenggelamkan. Tetapi
kita tidak bisa memastikan itu mengingat argumentasi-argumentasi yang saya
berikan.
III. YESUS DIBAPTIS
PERCIK.
Setelah menanggapi argumentasi-argumentasi dari kaum
baptis, sekarang saya akan mengemukakakan argumentasi-argumentasi saya yang
menguatkan kemungkinan bahwa Yesus dibaptis dengan cara percik. Saya akan
berikan 2 argumentasi :
- Cara dari baptisan Yohanes Pembaptis.
Yang mau dibicarakan di sini adalah
sewaktu Yohanes Pembaptis melayani dan membaptis banyak orang, dengan cara
baptisan apakah ia membaptis orang banyak itu?
·
Mari perhatikan Mat
3:11 :
Mat 3:11 - Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api.
KJV - I indeed baptize you with water unto repentance. but he that cometh after me is mightier than I, whose shoes I am not worthy to bear: he shall baptize you with the Holy Ghost, and with fire:
Coba pikirkan, dari ayat di atas, kira-kira Yohanes
membaptis orang banyak dengan cara apa? Kalau Yohanes membaptis orang-orang
dengan cara selam, kalimatnya akan berbunyi: “Aku menyelamkan kamu dengan air”. Apakah ini cocok? Jelas
tidak! Kalau Yohanes membaptis dengan cara selam seharusnya ayat itu
berbunyi “Aku menyelamkan kamu dalam air (in water)” bukan “dengan air”. Tapi kalau Yohanes
membaptis dengan cara percik / tuang maka kata-katanya menjadi cocok. “Aku memercik kamu dengan air”.
Kata Yunani yang diterjemahkan “dengan” dalam
ayat itu adalah “en” yang memang bisa
diterjemahkan “dengan” tetapi bisa
juga diterjemahkan “dalam”. Tetapi
bagian paralelnya dalam Luk 3:16 menggunakan kata “hudati” yang berarti “dengan
air” dan bukan “dalam air”. Dengan
demikian Mat 3:11 lebih tepat diterjemahkan “dengan
air” daripada “dalam air”. Jadi
dari kata-kata yang digunakan kelihatannya Yohanes membaptis dengan cara percik
dan bukan selam.
· Perhatikan juga bahwa
Yohanes membaptis dengan air. Mengapa baptisan harus menggunakan air? Karena
air berfungsi untuk membersihkan. Sehingga sebenarnya baptisan dengan air itu
melambangkan pembersihan / penyucian dosa karena pertobatan. Bahwa baptisan
dengan air ini berkaitan dengan penyucian terlihat dari ayat berikut ini :
Yoh 3:23,25 – (23)
Akan tetapi Yohanes pun membaptis
juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, (25) Maka timbullah
perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian.
Tentu saja penyucian yang dimaksudkan di sini adalah penyucian orang Yahudi menurut hukum Taurat. Lalu bagaimana sebenarnya upacara penyucian menurut hukum Taurat? Menarik sekali bahwa berbagai upacara penyucian itu tidak pernah dikaitkan dengan cara penyelaman / penenggelaman melainkan dengan pemercikan.
Im 14:6-7 – (6)
“…bersama-sama dengan burung itu semuanya harus dicelupkannya ke dalam darah
burung yang sudah disembelih di atas air
mengalir itu. (7) Kemudian ia harus memercik
tujuh kali kepada orang yang akan ditahirkan dari kusta itu…”
Bil 8:7 – Beginilah
harus kaulakukan kepada mereka untuk mentahirkan mereka: percikkanlah kepada mereka air penghapus dosa, kemudian
haruslah mereka mencukur seluruh tubuhnya dan mencuci pakaiannya dan dengan
demikian mentahirkan dirinya.
Bil 19:18 – Kemudian
seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas
kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan
ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang,…”.
Dengan demikian kalau baptisan Yohanes berkaitan dengan
upacara penyucian menurut aturan Yahudi (hukum Taurat), maka itu pasti
dilakukan dengan cara percik dan bukan selam.
· Hal lain lagi adalah
baptisan Yohanes dengan air ini dikaitkan dengan baptisan Yesus dengan Roh
Kudus di akhir ayat itu.
Mat 3:11 - Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang
kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu
dengan Roh Kudus dan dengan api.
Dan baptisan Roh Kudus itu terjadi pada hari Pentakosta (Kis 2). Pada hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan ke atas murid-murid dan bukan murid-murid diselamkan / ditenggelamkan dalam Roh Kudus. Itu disebut baptisan Roh Kudus.
Kis 2:3 - dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada
mereka masing-masing.
Jikalau baptisan dengan Roh Kudus
bukanlah murid-murid diselamkan / ditenggelamkan di dalam Roh Kudus melainkan
Roh Kudus yang dicurahkan ke atas murid-murid, maka baptisan Yohanes juga
seharusnya bukan orang-orang yang diselamkan / ditenggelamkan ke dalam air melainkan
air yang dicurahkan ke atas orang-orang.
Esra Alfred Soru - Perhatikan baik-baik bahwa cara yang dipakai dalam
baptisan Roh Kudus adalah Roh Kudus yang
dicurahkan ke atas murid-murid dan bukan
murid-murid yang ditenggelamkan atau diselamkan ke dalam Roh Kudus. Jika
kita sepakat seperti prinsip sebelumnya bahwa cara yang terdapat di dalam
baptisan Roh Kudus haruslah merupakan cara yang dipakai di dalam baptisan air,
maka cara baptisan air yang sesungguhnya bukanlah
orang percaya yang ditenggelamkan di dalam air melainkan air (lambang Roh Kudus itu) yang di curahkan ke atas kepala orang
percaya. (Kontroversi Seputar Masalah Baptisan Air, hal. 6)
Dengan demikian boleh dipastikan bahwa
Yohanes membaptis orang-orang pada saat itu dengan cara dituang / dipercik dan
bukan diselam.
·
Alkitab juga berkata :
Mat 3:5-6 – (5) Maka
datanglah kepadanya penduduk dari
Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan.
(6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka
dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan
Dari ayat ini terlihat bahwa dalam kurun waktu 6 bulan itu
Yohanes telah membaptis banyak orang. Robert G. Rayburn memperkirakan ada
sekitar 2 juta orang yang dibaptis oleh Yohanes dalam waktu 6 bulan itu. Kalau
ini benar maka sekurang-kurangnya Yohanes harus membaptis lebih dari 300 ribu
orang per bulan. Dan itu berarti per hari ia membaptis 1000 orang per
hari. Sekarang pikirkan, apakah jumlah
itu memungkinkan untuk membaptis secara selam? Jelas tidak! Yang paling mungkin
adalah baptisan percik.
Nah sekarang pikirkan ini, jikalau setiap
hari Yohanes membaptis orang dengan cara percik, dan pada salah satu dari
hari-hari itu muncullah Yesus meminta dibaptis, kira-kira Yohanes membaptis
Yesus dengan cara apa? Saya yakin ia membaptis Yesus dengan cara percik juga!
Atau sekurang-kurangnya jauh lebih besar kemungkinan ia membaptis dengan
baptisan percik daripada dengan baptisan selam.
- Kesesuaian dengan cara pentahbisan imam dalam hukum Taurat.
Perlu diketahui bahwa pembaptisan Yesus sebenarnya
adalah penyamaan diri-Nya dengan upacara pentahbisan imam di dalam Perjanjian
Lama.
Kel 29:4-9 – (4) Lalu
kausuruhlah Harun dan anak-anaknya datang ke pintu Kemah Pertemuan dan haruslah
engkau membasuh mereka dengan air.
(5) Kemudian kauambillah pakaian itu, lalu kaukenakanlah kepada Harun kemeja,….
(7) Sesudah itu kauambillah minyak
urapan dan kautuang ke atas kepalanya, dan kauurapilah dia….(9) … maka
merekalah yang akan memegang jabatan imam; itulah suatu ketetapan untuk
selama-lamanya. Demikianlah engkau harus mentahbiskan Harun dan anak-anaknya.
Jikalau dalam pentahbisan imam itu Musa membasuh Harun dan
anak-anaknya dengan air, dan itu disejajarkan Yohanes membaptis Yesus dengan
air, rasanya aneh kalau Yesus diselamkan / ditenggelamkan di dalam air.
Penyelaman / penenggelaman Yesus di dalam air justru menciptakan perbedaan yang
menyolok dengan pembasuhan para imam dengan air. Karena itu menurut saya
baptisan Yesus harus dilakukan dengan cara yang mirip dengan pembasuhan imam dengan
air. Dan cara yang mirip dengan itu adalah penuangan / pemercikan.
Demikianlah 2 argumentasi yang mendukung pandangan bahwa
Yesus dibaptis dengan cara percik.
*********
Setelah
kita mempelajari semua argumentasi ini secara mendalam, terlihat bahwa posisi baptisan percik dalam
kaitan dengan cara baptisan Yesus tidak dapat diremehkan kalau tidak mau
dikatakan sebagai yang paling benar. Dan apabila mengikuti cara berpikir kaum
baptis bahwa cara baptisan Yesus harus menjadi cara baptisan kita maka seharusnya
cara baptisan kita adalah percik dan bukan selam! Meskipun demikian saya tidak
mau mengambil sikap ekstrim semacam ini. Bagaimanapun juga diselam /
ditenggelamkan adalah salah satu arti dari kata “bapto” dan karena itu penyelaman / penenggelaman juga harus
dianggap sebagai baptisan yang sah. Bahkan saya beranggapan bahwa cara baptisan
Yesus tidak harus menjadi cara baptisan kita. Artinya adalah seandainya Yesus
dibaptis selam, itu bukan keharusan bagi kita untuk dibaptis selam. Sebaliknya
seandainya Yesus dibaptis percik, itu bukan keharusan bagi kita untuk dibaptis
percik. Ingat bahwa tidak semua hal yang dilakukan / dialami oleh Yesus harus
kita teladani. Yesus puasa 40 hari, apakah kita harus meneladani-Nya? Yesus
tidak pacaran / kawin, apakah kita harus mengikuti-Nya? Yesus tidak pernah naik
mobil, sebaliknya naik keledai waktu masuk ke Yerusalem. Apakah kita harus
meneladani-Nya? Yesus hanya mempunyai
murid 12 orang, apakah gereja / sekolah teologia harus meneladani-Nya? Yesus
pernah berjalan di atas air. Apakah kita harus meneladani-Nya? Yesus mati di
kayu salib, apakah kita harus mengikuti-Nya? Waktu Yesus mati, mayat-Nya tidak
dimasukkan di peti mati. Apakah kita harus meneladani-Nya? Tentu tidak! Kita
harus membandingkan semua itu dengan Kitab Suci barulah kita memutuskan apakah
tindakan Yesus atau apa yang dialami-Nya itu dapat diteladani atau tidak.
Hal-hal yang saya sebutkan di atas, sekalipun dilakukan ./ dialami oleh Yesus
tetapi tidak ada perintah Kitab Suci untuk melakukan / mengalami hal yang sama.
Dan karena itu dalam hal-hal itu Yesus tidak perlu diteladani. Tapi dalam
hal-hal yang lain di mana Kitab Suci memerintahkan itu, maka Yesus harus
diteladani. Misalnya, Yesus memberitakan Injil. Dan Kitab Suci memerintahkan
kita memberitakan Injil. Berarti dalam pemberitaan Injil, Yesus harus menjadi
teladan kita. Yesus mengampuni orang yang bersalah kepada-Nya. Dan Kitab Suci
mengajarkan kita untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Karena itu
Yesus harus menjadi teladan bagi kita dalam hal mengampuni. Yesus peduli dan
memperhatikan orang-orang yang susah dan sengsara. Dan Kitab Suci memang
memerintahkan kita untuk melakukan hal itu. Karena itu dalam hal itu Yesus
harus menjadi teladan kita. Yesus berani menegor orang yang ahli-ahli Taurat
yang bersalah. Dan Kitab Suci memerintahkan kita untuk menegur mereka yang
bersalah. Dalam hal ini Yesus menjadi teladan kita. Jadi apa yang dilakukan /
dialami oleh Yesus harus dibandingkan dengan seluruh Kitab Suci barulah kita
memutuskan apakah dalam hal itu Yesus perlu diteladani atau tidak. Demikian
juga dengan baptisan. Apakah Kitab Suci pernah menyuruh kita dibaptis dengan
cara Yesus dibaptis? Tidak! Karena itu bagi saya tidak peduli Yesus dibaptis
dengan cara apa pun, itu tidak harus kita ikuti / teladani sepanjang apa yang
kita lakukan masih merupakan baptisan yang sah menurut Kitab Suci. Tapi
seandainya kaum baptis selam tidak setuju dan mau mengharuskan kita meneladani
Yesus dalam cara baptisan-Nya, maka sudah saya buktikan bahwa posisi baptisan
percik justru jauh lebih kuat daripada baptisan selam. Juga kalau tetap
bersikeras bahwa Yesus dibaptis selam dan kita harus mengikuti-Nya, maka jangan
ikuti sebagian saja. Ikutilah semuanya termasuk dibaptisnya harus di sungai
Yordan dan harus Yohanes Pembaptis yang melaksanakannya. Bisa?
Apa
yang saya kemukakan ini bukan untuk menyalahkan praktek baptisan selam tetapi
untuk membuktikan bahwa baptisan percik juga adalah benar / sah dan memiliki
dasar Alkitab yang kuat. Kalau memang Yesus sangat mungkin dibaptis dengan cara
percik, dan juga baptisan percik adalah baptisan yang sah, maka kita seharusnya
yakin dengan baptisan percik yang sudah kita terima dan tidak perlu terpengaruh
dengan propaganda-propaganda murahan yang menyuruh kita dibaptis ulang lagi
dengan cara selam. Apalagi kalau itu dikaitkan dengan keselamatan dengan
berkata “Jikalau tidak dibaptis selam
maka tidak akan selamat” yang adalah kata-kata / ajaran yang sesat!
Budi Asali – Baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang
sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang,
jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis
ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang,
saudara menghina baptisan yang pertama! (Baptisan
Selam atau Non Selam?, hal.49).
Dan ini
adalah dosa! Apabila saudara sudah terlanjur baptisan ulang maka saudara perlu
memohon pengampunan dari Tuhan atas dosa itu. Tidak boleh dibaptis ulang ini tidak
hanya berlaku dari baptisan percik ke baptisan selam, tetapi sebaliknya dari
baptisan selam ke baptisan percik juga. Seorang yang sudah dibaptis percik
jangan lagi mau dibaptis selam. Dan seorang yang sudah dibaptis selam, jangan
lagi mau dibaptis percik dengan alasan apa pun sepanjang baptisan yang pertama
itu sah. Mungkin hanya ada 3 kasus di mana baptisan harus diulang yakni apabila
baptisan itu tidak dilakukan dalam nama Tritunggal, baptisan itu dilakukan oleh
gereja yang secara doktrinal tidak percaya doktrin Tritunggal (misalnya Saksi-Saksi
Yehuwa) dan baptisan itu tidak menggunakan air (misalnya menggunakan bendera
seperti gereja Bala Keselamatan). Selain
itu, semua cara baptisan sebagaimana kandungan arti dari kata “bapto” atau “baptizo” harus dianggap sah.
Jikalau gereja kita melaksanakan baptisan percik, itu
bukan karena kita menganggap percik adalah cara yang paling benar di mana cara
yang lain adalah salah. Kita percaya cara percik adalah Alkitabiah sebagaimana
juga cara selam dan cara yang lainnya tetapi alasan praktis membuat kita lebih
memilih praktek baptisan percik. Ingat bahwa baptisan hanyalah tanda / simbol
penyucian dosa dan ini sama sekali tidak menyelamatkan. Hanya iman yang
menyelamatkan seseorang. Dibaptis dengan cara apapun dan berapa banyak kali
pun, sepanjang orangnya tidak sungguh-sungguh beriman, dia tetap tidak akan
selamat / masuk neraka. Kiranya pelajaran ini dapat memperkuat pemahaman kita
seputar cara baptisan dan tidak mudah dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang
ekstrim bahkan sesat terkait dengan baptisan ini.
*******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)