10 Agustus 2012

BAPTISAN SELAM ATAU NON SELAM?

Dr. Steven Liauw Vs Pdt. Budi Asali, M. Div


Dalam tanggapannya terhadap Pdt. Budi Asali yang menyerang ajaran ayahnya, Dr. Steven Liauw berusaha membela ajaran ayahnya yang juga adalah ajarannya tentang baptisan selam. Tanggapan ini ditanggapi balik lagi oleh Pdt. Budi Asali. Berikut ini adalah pandangan Steven Liauw dan tanggapan balik dari Pdt. Budi Asali.

Keterangan :

Warna hijau = Ajaran Dr. Suhento Liauw dalam seminar di Surabaya.
Warna Biru = tanggapan Pdt. Budi Asali terhadap ajaran Dr. Suhenlo Liauw.
Warna hitam = tanggapan balik Steven Liauw terhadap serangan Pdt. Budi Asali terhadap Suhento Liauw
Warna Merah = sanggahan balik Pdt. Budi Asali atas serangan Steven Liauw.


**************
6.      Baptisan harus selam, kalau tidak seperti Kain yang beri persembahan hasil bumi dan bukan binatang. Kata Yunani BAPTIZO artinya dicelup / direndam. Jadi, orang yang dibaptis percik sama saja dengan belum dibaptis! (ajaran Suhento Liauw dalam seminar Eskatologi di Surabaya, tanggal 1 Juni 2012)

Tanggapan Budi Asali:

Dalam seminar itu mula-mula ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang hakiki untuk keselamatan, tetapi anehnya pada waktu menekankan keharusan baptisan selam, ia mengatakan bahwa orang yang menggunakan baptisan percik adalah seperti Kain, yang bukannya mempersembahkan binatang tetapi mempersembahkan tanaman. Bukankah ia menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat hakiki / mutlak untuk keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajarannya di bagian depan.

Tanggapan Steven Liauw :

Ajaran Baptis dari dulu adalah bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Tetapi kaum Baptis serius menanggapi perintah Tuhan untuk membaptiskan! Bukan memercikkan atau menuangkan, atau mengibarkan bendera atas, atau mengelap badannya, atau yang lainnya! Dr. Suhento Liauw telah membuat jelas di awal bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Lalu dia membandingkan baptisan percik dengan Kain yang mengubah binatang menjadi tanaman. Oleh Budi Asali ini dilihat sebagai pertentangan, karena Kain tidak selamat.

Tanggapan balik Budi Asali:

Tidak, pada awalnya Suhento Liauw mengatakan bahwa Kain salah dalam memberi persembahan, karena bukan binatang. Habel yang benar, beri binatang, jadi ada darah. Jadi, kesalahan Kain sifatnya hakiki!

Lalu Suhento Liauw memutlakkan baptisan selam, dan menyamakan dengan tindakan Kain, berarti ia menjadikan cara / mode baptisan sebagai sesuatu yang hakiki!

Baik Suhento Liauw, maupun Dji Ji Liong, maupun anda saat ini, tak bisa mengharmoniskan hal itu. Kalian berusaha menyimpangkannya! Jangan harap lakukan hal seperti itu dalam debat tanggal 24 Agustus nanti!

Ini karena dia melihat analoginya terletak pada kondisi keselamatannya. Padahal dalam suatu perbandingan akan dua hal, tidak semua aspek dibandingkan. Nah, apa yang sama antara baptisan percik dengan korban Kain? 1. Keduanya semestinya menggambarkan keselamatan. Baptisan menggambarkan kematian dan kebangkitan bersama Yesus (Roma 6:3-4). Korban domba (binatang) menggambarkan pengorbanan Yesus. 2. Keduanya menyelewengkan gambaran ini. Pemercikan tidak menggambarkan mati dan bangkit bersama Yesus. Tanaman yang dikorbankan Kain juga tidak menggambarkan Yesus Kristus. Inilah letak persamaannya, dan inilah aspek yang diperbandingkan oleh Dr. Suhento Liauw. Sayang sekali, perjudice Budi Asali membuat dia gagal melihat hal ini. Bukannya dia menafsirkan pengajaran Dr. Suhento Liauw berdasarkan pernyataannya yang awal, dia malah mencari kesalahan. Dengan asumsi dan teknik yang sama inilah banyak kritik “menemukan” pertentangan dalam Alkitab. Tetapi kalau kita tidak berprasangka, kita bisa mengharmonisasikannya.

Tanggapan balik Budi Asali:

Ro 6:3-4 sama sekali tak berurusan dengan baptisan, apalagi selam, percik atau apapun! Baca kalimat dari ayat itu baik-baik!

Ro 6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.

Merupakan suatu penafsiran yang dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat ini sebagai ayat yang mendukung baptisan selam. Ayat ini hanya memaksudkan bahwa baptisan (tentu saja harus didahului dengan iman yang sejati kepada Kristus) mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur dengan Dia, dan bangkit dengan Dia.

Charles Hodge: The reference is not to the mode of baptism, but to its effect. Our baptism unites us to Christ, so that we died with him, and rose with him” (= Ini tidak menunjuk pada cara baptisan, tetapi akibat / hasilnya. Baptisan kita mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dan bangkit dengan Dia) - ‘Romans’, hal 300.

Tafsiran anda tentang text ini gugur, dan dengan demikian gugur juga seluruh kata-kata anda di atas.

Tak ada prejudice (= prasangka) dari pihak saya. Bahkan dalam seminar itu ada juga seorang pemuda yang bertanya tentang hal yang sama. Dia juga prejudice? Kok bisa 2 orang kebetulan punya prejudice yang sama? Saya percaya, yang punya prejudice itu adalah anda! Pertanyaan kami berdua sangat logis, dan sah, dan seharusnya dijawab. Mengapa Suhento Liauw menghindari pertanyaannya dengan membahas panjang lebar tentang baptisan selam? Kalau memang seminar itu ada rekamannya, dengarkan!

Andaikata baptisan percik memang salah, dan selam adalah satu-satunya yang benar, saya tanya: kalau seseorang, karena yakin bahwa percik sudah cukup, dan tidak diselam, tetapi ia percaya Yesus dengan sungguh-sungguh dan dengan benar, ia selamat atau tidak???


Kata Yunani BAPTIZO memang bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’, tetapi tidak harus berarti seperti itu! Akan saya buktikan dari penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri.

1.       Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.

KJV: ‘And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).

Kata-kata ‘and of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.

2.       Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci (EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
3.       1Kor 10:2 - dibaptis dalam awan dan dalam laut’.

Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.

Dua hal yang harus diperhatikan:
a.   Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
b.   Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

Barnes’ Notes“This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

4.       Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macampembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macampersembahan. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian).
KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

Tanggapan Steven Liauw :

Untuk membuktikan makna baptizo sebenarnya tidak terlalu sulit bagi mereka yang terbuka pikirannya, bukan sekedar mempertahankan praktek gerejanya. Baiklah, saya akan kutipkan saja dari lexicon (kamus). Kita mulai dengan lexicon Liddell and Scott. Mengapa Liddell and Scott? Karena Liddell and Scott adalah lexicon Yunani klasik. Artinya, tidak seperti banyak lexicon lain yang bersifat religius (dan oleh karena itu berpotensi terdapat bias karena sebagian ditulis oleh pendukung 'pemercikan'), Liddell and Scott (disingkat LS), terutama mengkaji arti kata Yunani secara sekuler. Memang PB mereka masukkan juga dalam pertimbangan, tetapi mereka melihat secara luas ke tulisan-tulisan Yunani klasik. Lexicon ini memberitahu kita apa arti baptizo bagi orang di jalanan Yunani pada zaman Yesus.

Dalam Bibleworks, LS memberikan definisi berikut:







LS hanya memberikan dua poin. Poin nomor 2-nya tidak banyak menolong untuk kita, karena sekedar memberitahu bahwa kata ini muncul juga dalam PB, dan diterjemahkan “to baptize.” Namun yang ingin kita tahu adalah arti literal dari baptizo. Orang-orang berbahasa Yunani di zaman Yesus, ketika membaca kata baptizo, apakah yang mereka tangkap? LS hanya memberikan satu: Arti literal dari baptizo bagi orang Yunani adalah: “to dip” (mencelupkan).

Ada pengertian metafor, itu jelas. Semua kata dalam bahasa apapun bisa dipakai secara figuratif. LS memberi contoh dalam tulisan Plato (tercelup dalam anggur) dan Plutarch (terbenam dalam hutang).Dalam Perjanjian Baru, LS memberikan sekedar “to baptize,” yang tidak lebih dari transliterasi. Jadi,orang-orang di zaman Yesus yang berbahasa Yunani, ketika mendengarkan kata “baptizo,” mengerti kata itu sebagai “to dip,” atau “to immerse” (mencelupkan, membenamkan, menyelamkan).

Tanggapan balik Budi Asali:

Saya punya kamus / lexicon Liddell dan Scott, dan kamus itu menurut saya relatif cukup tipis, dan khususnya pemberian arti juga sangat ringkas. Dalam kata BAPTIZO, pemberian arti dalam kamus LS itu hanya 6 baris!

Saya sangat sering mengutip dari buku kutipan-kutipan dalam bahasa Inggris dan lalu menterjemahkannya menggunakan Kamus. Kalau kamus tipis yang digunakan, biasanya hanya arti-arti yang umum yang diberikan. Tetapi kamus tebal, seperti Webster, maka arti-arti yang tidak umumpun juga diberikan.
Jadi, mengingat Kamus LS itu tipis, jelas ia tidak memberikan semua arti dari BAPTIZO, tetapi memberikan arti utama saja dari BAPTIZO.

Tetapi dalam Lexicon dari Walter Bauer (hal 131), yang jauh lebih lengkap dari kamus LS, ia memberikan penjelasan / arti tentang kata BAPTIZO dalam kira-kira 152 baris (hal 131-132), lebih dari 1 halaman penuh!

Di sana diberikan arti lain selain ‘immersion’ (pencelupan), yaitu ‘wash’ (mencuci). Juga dihubungkan dengan ‘Jewish ritual washing’ (pencucian ritual Yahudi), dan diberi contoh ayat seperti yang saya gunakan, yaitu Mark 7:4 dan Luk 11:38.

Anda mengatakan bahwa Kamus LS itu sekuler??? Terus terang saya baru tahu sekarang. Tetapi saya bertanya-tanya ‘kalau sekuler mengapa pada point ke 2 ia menghubungkan dengan Perjanjian Baru’?

Saya berpendapat, mengingat kita sedang membicarakan sesuatu yang rohani, dan bukan sekuler, justru adalah sangat tidak tepat untuk menggunakan kamus sekuler!

Contoh: kamus Inggris - Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily, jelas adalah kamus sekuler. Kalau kita mencari arti dari kata yang rohani, seperti ‘grace’, dalam kamus itu, apa yang kita dapatkan? ‘gaya yang lemah gemulai, keanggunan, keapikan’, lalu ‘perpanjangan waktu’, lalu ‘doa kecil’. Bagus sekali bukan? Tak ada arti ‘kasih karunia’ sama sekali!
Cari lagi kata ‘gracious’ dalam kamus itu, dan arti yang diberikan adalah ‘sangat ramah’. Hebat sekali!

Sekarang kembali pada Ibr 9:10 itu. Di situ jelas digunakan kata Yunani BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’. Kalau BAPTIZO memang harus berarti ‘pencelupan’ / ‘perendaman’, mengapa di sini tak ada satu versi Alkitabpun yang menterjemahkan demikian? Kitab Suci Indonesia menterjemahkan ‘pembasuhan’, dan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan ‘washings’ (= pencucian / pembasuhan), atau ‘ablutions’ (= pembersihan / pencucian)!

Mau bukti lebih banyak lagi dari buku tafsiran, lexicon, dictionary, encyclopedia?

James Strong, A Concise Dictionary: wash. (Libronix).

Barclay M. Newman, Jr. (A Concise Greek - English Dictionary of the New Testament): baptize, wash.

Vincent (tentang Mark 7:4): In Classical Greek the primary meaning is "to immerse." Thus, Polybius (i., 51, 6), describing a naval battle of the Romans and Carthaginians, says, "They SANK ‎ebaptizon ‎many of the shiPs." Josephus ("Jewish War," iv., 3, 3), says of the crowds which flocked into Jerusalem at the time of the siege, "They OVERWHELMED ‎ebaptisan ‎the city." In a metaphorical sense Plato uses it of drunkenness: DROWNED in drink (‎bebaptismenoi‎, "Symposium," 176); of a youth OVERWHELMED ‎baptizomenon ‎with the argument of his adversary ("Euthydemus," 277). In the Septuagint the verb occurs four times: Isa 21:4, "Terror hath frighted me." Septuagint, "Iniquity baptizes me" ‎baptizei‎; 2 Kings 5:15, of Naaman's DIPPING himself in the Jordan river. ‎ebaptisato‎; Jdt 12:7, Judith WASHING herself ‎ebaptizeto ‎at the fountain; Ecclus 31:25, being BAPTIZED ‎baptizomenos ‎from a dead body. The New Testament use of the word to denote submersion for a religious purpose, may be traced back to the Levitical washings. See Lev 11:32 (of vessels); Lev 11:40 (of clothes); Num 8:6-7 (sprinkling with purifying water); Ex 30:19,21 (of washing hands and feet). The word appears to have been at that time the technical term for such washings (compare Luke 11:38; Heb 9:10; Mark 7:4), and could not therefore have been limited to the meaning of "immerse." Thus, the washing of pots and vessels for ceremonial purification could not have been by plunging them in water, which would have rendered impure the whole body of purifying water. The word may be taken in the sense of washing or sprinkling. "The Teaching of the Apostles" (see the notes at Matt 10:10) throws light on the elastic interpretation of the term, in its directions for baptism. "Baptize-in living (i.e., running) water. But if thou hast not living water, baptize in other water; and if thou canst not in cold, then in warm. But if thou hast neither, pour water upon the head thrice into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit" (Chapter VII) (= ).

Easton’s Bible Dictionary (tentang ‘baptism’): The words "baptize" and "baptism" are simply Greek words transferred into English. This was necessarily done by the translators of the Scriptures, for no literal translation could properly express all that is implied in them. The mode of baptism can in no way be determined from the Greek word rendered "baptize." Baptists say that it means "to dip," and nothing else. That is an incorrect view of the meaning of the word. It means both (1) to dip a thing into an element or liquid, and (2) to put an element or liquid over or on it. Nothing therefore as to the mode of baptism can be concluded from the mere word used. The word has a wide latitude of meaning, not only in the New Testament, but also in the LXX. Version of the Old Testament, where it is used of the ablutions and baptisms required by the Mosaic law. These were effected by immersion, and by affusion and sprinkling; and the same word, "washings" (Heb 9:10,13,19,21) or "baptisms," designates them all. In the New Testament there cannot be found a single well-authenticated instance of the occurrence of the word where it necessarily means immersion. Moreover, none of the instances of baptism recorded in the Acts of the Apostles (2:38-41; 8:26-39; 9:17,18; 22:12-16; 10:44-48; 16:32-34) favours the idea that it was by dipping the person baptized, or by immersion, while in some of them such a mode was highly improbable. The gospel and its ordinances are designed for the whole world, and it cannot be supposed that a form for the administration of baptism would have been prescribed which would in any place (as in a tropical country or in polar regions) or under any circumstances be inapplicable or injurious or impossible. Baptism and the Lord's Supper are the two symbolical ordinances of the New Testament. The Supper represents the work of Christ, and Baptism the work of the Spirit. As in the Supper a small amount of bread and wine used in this ordinance exhibits in symbol the great work of Christ, so in Baptism the work of the Holy Spirit is fully seen in the water poured or sprinkled on the person in the name of the Father, Son, and Holy Ghost. That which is essential in baptism is only "washing with water," no mode being specified and none being necessary or essential to the symbolism of the ordinance. The apostles of our Lord were baptized with the Holy Ghost (Matt 3:11) by his coming upon them (Acts 1:8). The fire also with which they were baptized sat upon them. The extraordinary event of Pentecost was explained by Peter as a fulfilment of the ancient promise that the Spirit would be poured out in the last days (2:17). He uses also with the same reference the expression shed forth as descriptive of the baptism of the Spirit (33). In the Pentecostal baptism "the apostles were not dipped into the Spirit, nor plunged into the Spirit; but the Spirit was shed forth, poured out, fell on them (11:15), came upon them, sat on them." That was a real and true baptism. We are warranted from such language to conclude that in like manner when water is poured out, falls, comes upon or rests upon a person when this ordinance is administered, that person is baptized. Baptism is therefore, in view of all these arguments "rightly administered by pouring or sprinkling water upon the person." (= ).

Catatan: satu hal ingin saya tekankan dari kutipan di atas ini. Murid-murid Yesus dibaptis dengan Roh Kudus. Dengan cara bagaimana? Direndam dengan Roh Kudus? Nonsense! Roh Kudus dalam bentuk seperti nyala api hinggap di atas mereka (Kis 2:3) dan Roh Kudus turun ke atas orang-orang percaya, dan itu oleh Petrus dianggap sama seperti waktu Roh Kudus turun ke atas mereka (Kis 11:15).

Kis 11:15 - “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita”.

McClintock and Strong Encyclopedia (tentang ‘baptism’): Baptism. A rite of purification or initiation, in which water is used; one of the sacraments (q.v.) of the Christian Church. The word baptism is simply an Anglicized form of the Greek ‎baptismo/$‎, a verbal noun from ‎bapti/zw ‎(likewise Anglicized "baptize"), and this, again, is a derivative from ‎ba/ptw‎, the predominant signification of which latter is to whelm or "dye," Lat. tingo. Not being a verb implying motion, ‎bapti/zw ‎is properly followed in Greek by the preposition ‎e)n‎, denoting the means or method (with the "instrumental dative"), which has unfortunately, in the Auth. Engl. Vers., often been rendered by the ambiguous particle "in," whereas it really (in this connection) signifies only with or by, or at most merely designates the locality where the act is performed. The derivative verb and noun are sometimes used with reference to ordinary lustration, and occasionally with respect to merely secular acts; also in a figurative sense. In certain cases it is followed by the preposition ‎ei)$‎, with the meaning "to," "for," or "unto," as pointing out the design of the act, especially in phrases (comp. ‎pisteu/ein ei)$‎) expressive of the covenant or relation of which this rite was the seal. (In Mark 1:9, the ‎ei)$ ‎depends upon ‎h@lqen ‎preceding; and in Mark 14:20, there is a constructio praegnans by which some other verb of motion is to be supplied before the preposition.) On these and other applications of the Greek word, see Robinson's Lex. of the N. T. s.v.; where, however (as in some other Lexicons), the statement that the primary force of the verb is "to dip, immerse," etc., is not sustained by its actual usage and grammatical construction. This would always require ‎e)n‎, "into," after it; which occurs in 15 examples only out of the exhaustive list (175) adduced by Dr. Conant (Meaning and Use of Baptizein, N. Y. 1860); and a closer and more critical examination will show that it is only the context and association of the word that in any case put this signification upon it, and it is therefore a mere gloss or inference to assign this as the proper sense of the term. The significations "plunge," "submerge," etc., are here strictly derived, as cognates, from the more general and primitive one of that complete envelopment with a liquid which a thorough wetting, saturation, or dyeing usually implies. In like manner, Dr. E. Beecher (in a series of articles first published in the Am. Bib. Repos. during 1840 and 1841) has mistaken the allied or inferential signification of purification for the primitive sense of the word, whereas it is only the result expected or attendant in the act of washing. See further below. As preliminary to the theological discussion of this subject, it will be proper here to discuss, more fully than can be conveniently done elsewhere, the classical and Biblical uses of the word, and some subordinate topics, reserving the controverted points for later consideration. I. Philological Usage of the Word ‎bapti/zein. ‎— 1. By Classical Writers. — No instance occurs in these writers of the use of ‎ba/ptisma‎, and only one in a very late author (Antyllus) of the use of its equivalent ‎baptismo/$‎; but the verb occurs frequently, especially in the later writers. It is used to designate: (1.) The washing of an object by dipping it into water, or any other fluid, or quasi-fluid, for any purpose whatever: as ‎ba/ptison seauto\n ei)$ qa/lassan‎, "bathe yourself by going into the sea" (Plut. Maor. p. 166 A.); ‎bapti/zein to\n Dio/nuson pro\$ th\n qa/lattan ‎(Ibid. p. 914). (2.) The plunging or sinking of an object: as ‎Ou)de\ ga\r toi=$ a)kolu/mboi$ bapti/zesqai sumbai/nei cu/lwn tro\pon e)pipola/zousi‎, where ‎bapti/zesqai‎, in the sense of "submersed," is contrasted with ‎e)pipola/zousi‎, in the sense of "float;" ‎e)n u%dasi gene/sqai th\n porei/an sune/bh, me/xri o)mfalou= baptizome/nwn‎, being in water up to the navel (Strabo, Geogr. xiv, p. 667); ‎mo/li$ e%w$ tw=n mastw=n o%i pezoi\ baptizo/menoi die/bainon ‎(Polyb. in). So Pindar says (Pyth. 2:145), ‎a)ba/ptisto/$ ei)mi, fello\$ w%$‎, where the cork of the fisherman is. styled unbaptized, in contrast with the net which sinks into the water. From this, by metonomy of cause for effect, is derived the sense to drown, as ‎e)ba/ptis) ei)$ to\n oi@non‎, "I whelmed him in the wine" (Julian AEgypt. Anacreont.). (3.) The covering over of any object by the flowing or pouring of a fluid on it; and metaphorically (in the passive), the being overwhelmed or oppressed: thus the Pseudo-Aristotle speaks of places full of bulrushes and sea-weeds, which, when the tide is at the ebb, are not baptized (i. e. covered by the water), but at full tide are flooded over (Mirabil. Auscult. § 137, p. 50, in Westermann's edit. of the Script. Rer. Mir. Gr.); Diodorus Siculus (bk. 1) speaks of land animals being destroyed by the river overtaking them (‎diafqei/retai baptizo/mena‎); Plato and Athenaeus describe men in a state of ebriety as baptized (Sympos. p. 176 B.; and Deipnos.v.); and the former says the same of a youth overwhelmed with sophistry (Euthyd. 277 D.); Plutarch denounces the forcing of knowledge on children beyond what they can receive as a process by which the soul is baptized (De Lib. educ.); and he speaks of men as baptized by debts (Galbae, c. 21); Diodorus Siculus speaks of baptizing people with tears (bk. 1, c., 3); and Libanius says, "He who hardly bears what he now bears, would be baptized by a little addition" (Epist. 310), and "I am one of those baptized by that great wave" (Ep. 25). (4.) The complete drenching of an object, whether by aspersion or immersion; as ‎ )Asko\$ bapti/zh|, du=nai de\ toi ou) qe/mi$ e)sti‎, "As a bladder thou shalt be washed (i. e. by the waves breaking over thee), but thou canst not go down" (Orac. Sibyll. de Athenis, ap. Plutarch, Thesei). From this it appears that in classical usage ‎bapti/zein ‎is not fixed to any special mode of applying the baptizing element to the object baptized; all that is implied by the term is, that the former is closely in contact with the latter, or that the latter is wholly in the former. 2. By the Septuagint. — Here the word occurs only four times, viz. 2 Kings 5:14: "And Naaman went down and baptized himself (‎e)bapti/sato‎) seven times in the river Jordan," where the original Hebrew is lB)f=y!w^‎, from lb^f*‎, to dip, plunge, immerse; Isa 21:4,6 Iniquity baptizes me" (‎h( a)nomi/a me bapti/zei‎), where the word is plainly used in the sense of overwhelm, answering to the Hebrews tu^B*‎, to come upon suddenly, to terrify; Jdt 12:7, "She went out by night . . . and baptized herself (‎e)bapti/zeto‎) at the fountain;" and Ecclus 31:30, [Ecclus 1:34], "He who is baptized from a corpse" (‎baptizome/no$ a)po\ nekrou=‎), etc. In these last two instances the word merely denotes washed, without indicating any special mode by which this was done, though in the former the circumstances of the case make it improbable that the act described was that of bathing (comp. Num 19:19). In the Greek, then, of the Sept., ‎bapti/zein ‎signifies to plunge, to bathe, or to overwhelm. It is never used to describe the act of one who dips another object into a fluid, or the case of one who is dipped by another. 3. In the New Testament. — Confining our notice here simply to the philology of the subject, the instances of this usage may be classified thus: (1.) The verb or noun alone, or with the object baptized merely: as ‎baptisqh=nai‎, Matt 3:13,14; ‎baptisqei/$‎, Mark 16:16; ‎bapti/zwn‎, Mark 1:4; ‎bapti/swntai‎, 7:4; ‎bapti/cei$‎, John 1:25; ‎e)ba/ptisa‎, 1 Cor 1:14, etc.; ‎ba/ptisma au)tou=‎, Matt 3:7; ‎e^n ba/ptisma‎, Eph 4:5; ‎ba/ptisma‎, Col 2:12; 1 Peter 3:21, etc.; ‎baptismou\$ pothri/wn‎, Mark 7:4,8; ‎baptismw=n didaxh=$‎, Heb 6:2; ‎diafo/roi$ baptismoi=$‎, 9:10. (2.) With addition of the element of baptism: as ‎e)n u%dati‎, Mark 1:8, etc.; ‎e)n pneu/mati a(gi/w| kai\ puri/‎, Matt 3:11, etc.; ‎u%dati‎, Luke 3:16, etc. The force of ‎e)n ‎in such formulse has by some been pressed, as if it indicated that the object of baptism was in the element of baptism; but by most the ‎e)n ‎is regarded as merely the nota dativi, so that ‎e)n u%dati ‎means no more than the simple ‎u%dati‎, as the ‎e)n ploi/w| ‎of Matt 14:13, means no more than the ‎ploi/w| ‎of Mark 6:32. (See Matthiae, sec. 401, obs. 2; Kuhner, sec. 585, Anm. 2.) Only in one instance does the accusative appear in the N. T., Mark 1:9, where we have ‎ei)$ to\n  )Iorda/nhn‎, and this can hardly be regarded as a real exception to the ordinary usage of the N. T., because ‎ei)$ ‎here is local rather than instrumental. In connection with this may be noticed the phrases ‎katabai/nein ei)$ to\ u%dwr‎, and ‎a)pobai/nein e)k ‎or ‎a)po\ tou= u%dato$‎. According to some, these decisively prove that the party baptized, as well as the baptizer, went down into the water, and came up out of it. But, on the other hand, it is contended that the phrases do not necessarily imply more than that they went to (i. e. to the margin of) the water and returned thence. (3.) With specification of the end or purpose for which the baptism is effected. This is usually indicated by ‎ei)$‎: as ‎bapti/zonte$ ei)$ to\ o&noma‎, Matt 28:19, and frequently; ‎e)bapti/sqhmen ei)$ Xristo/n . . . ei)$ to\n qa/naton au)tou=‎, Rom 6:3, al.; ‎ei)$ to\n Mwush=n e)bapti/sqhsan‎, 1 Cor 10:3; ‎ei)$ e%n sw=ma e)bapti/sqhmen‎, 12:13; ‎baptisqh/tw e%kasto$ . . . ei)$ a&fesin a(martiw=n‎, Acts 2:38, etc. In these cases ‎ei)$ ‎retains its proper significancy, as indicating the terminus ad quem, and tropically, that for which, or with a view to which the thing is done, modified according as this is a person or a thing. Thus, to be baptized for Moses, means to be baptized with a view to following or being subject to the rule of Moses; to be baptized for Christ means to be baptized with a view to becoming a true follower of Christ; to be baptized for his death means to be baptized with a view to the enjoyment of the benefits of his death; to be baptized for the remission of sins means to be baptized with a view to receiving this; to be baptized for the name of any one means to be baptized with a view to the realization of all that the meaning of this name implies, etc. In one passage Paul uses ‎u(pe\r ‎to express the end or design of baptism, ‎baptizo/menoi u(pe\r tw=n nekrw=n‎, 1 Cor 15:29; but here the involved idea of substitution justifies the use of the preposition. Instead of a preposition, the genitive of object is sometimes used, as ‎ba/ptisma metanoi/a$ ‎Luke 3:3, al.= ‎ba/ptisma ei)$ metanoi/an‎, the baptism which has ‎metanoi/a ‎as its end and purpose. (4.) With specification of the ground or basis on which the baptism rests. This is expressed by the use of ‎e)n ‎in the phrases ‎e)n o)no/mati ti/no$‎, and once by the use of ‎e)pi/ ‎with the dative, Acts 2:38: "to be baptized on the name of Christ, i. e. so that the baptism is grounded on the confession of his name" (Winer, p. 469). Some regard these formulae as identical in meaning with those in which ‎ei)$ ‎is used with ‎o&noma‎, but the more exact scholars view them as distinct. The two last-mentioned usages are peculiar to the N. T., and arise directly from the new significancy which its writers attached to baptism as a rite. II. Non-ritual Baptisms mentioned in the N. T. — These are: 1. The baptism of utensils and articles of furniture, Mark 7:4,8. 2. The baptism of persons, Mark 7:3,4; Luke 11:38, etc. These are the only instances in which the verb or noun is used in a strictly literal sense in the N. T. and there may be some doubt as to whether the last instance should not be remanded to the head of ritual baptisms. These instances are chiefly valuable as bearing on the question of the mode of baptism; they show that no special mode is indicated by the mere use of the word baptize, for the washing of cups, of couches, and of persons is accomplished in a different manner in each case: in the first by dipping, or immersing, or rinsing, or pouring, or simply wiping with a wet cloth; in the second by aspersion and wiping; and in the third by plunging or stepping into the bath. 3. Baptism of affliction, Mark 10:38,39; Luke 12:50. In both these passages our Lord refers to his impending sufferings as a baptism which he had to undergo. Chrysostom, and some others of the fathers, understand this objectively, as referring to the purgation which his sufferings were to effect (see the passages in Suicer, Thes. s.v. ‎ba/ptisma‎, 1:7); but this does not seem to be the idea of the speaker. Our Lord rather means that his sufferings were to come on him as a mighty overwhelming torrent (see Kuinol on Matt 20:22,23; Blomfield, ibid.). Some interpreters suppose there is an allusion in this language to submersion as essential to baptism (see Olshausen in loc.; Meyer on Mark 10:38); but nothing more seems to be implied than simply the being overwhelmed in a figurative sense, according to what we have seen to be' a common use of the word by the classical writers. 4. Baptism with the Spirit, Matt 3:11; Mark 1:8; Luke 3:16; John 1:33; Acts 1:5; 11:16; 1 Cor 12:13. In the first of these passages it is said of our Lord that he shall baptize with the Holy Spirit and with fire. Whether this be taken as a hendiadys = the Spirit as fire, or as pointing out two distinct baptisms, the one by the Spirit, the other by fire; and whether, on the latter assumption, the baptism by fire means the destruction by Christ of his enemies, or the miraculous endowment of his apostles, it does not concern us at present to inquire. Respecting the intent of baptism by the Spirit, there can be little room for doubt or difference of opinion; it is obviously a figurative mode of describing the agency of the Divine Spirit given through and by Christ, both in conferring miraculous endowments and in purifying and sanctifying the heart of man. By this Spirit the disciples were baptized on the day of Pentecost, when "there appeared unto them cloven tongues of fire, and it sat upon each of them; and they were all filled with the Holy Ghost, and they began to speak with tongues as the Spirit gave them utterance" (Acts 2:3,4); by this Spirit men are saved when they are "born again of water and of the Spirit" (John 3:5); when they receive "the washing of regeneration and renewing of the Holy Ghost" (Titus 3:5); and when there is the putting away from them of the filth of the flesh, and they have the answer of a good conscience toward God (1 Peter 3:21); and by this Spirit believers are baptized for one body, when through his gracious agency they receive that Spirit, and those impulses by which they I are led to realize their unity in Christ Jesus (1 Cor 12:11). Some refer to the Spirit's baptism also, the apostle's expression, ‎e^n ba/ptisma‎, Eph 4:5; but the common and more probable opinion is that the reference here is to ritual baptism as the outward sign of that inner unity which the ‎ei)$ Ku/rio$ ‎and the ‎mi/a pi/sti$ ‎secure and produce (see Alford, Ellicott, Meyer, Matthies, etc. etc. in loc.). In this figurative use of the term "baptism" the tertium comparationis is found by some in the Spirit's being viewed as the element in which the believer is made to live, and in which he receives the transforming influence; while others find it in the biblical representation of the Spirit as coming upon men, as poured upon them (Isa 32:15; Zech 12:10; Joel 2:28; Acts 2:17), and as sprinkled on them like clean water (Ezek 36:25). 5. Baptism for Moses. — In 1 Cor 10:2, the apostle says of the Israelites, "And they all received baptism ('the middle voice is selected to express a receptive sense,' Meyer) for Moses (‎ei)$ to\n Mwush=n e)bapti/santo‎) in (or by, ‎e)n‎) the cloud, and in (or by) the sea." In the Syr. ‎ei)$ ‎r. M. is translated "by the hand of Moses;" and this is followed by Beza and others. Some render una cum Mose; others, aupiciis Mosis; others, in Mose, i. e. "sub ministerio et ductu Mosis" (Calvin), etc. But all these interpretations are precluded by the proper meaning of ‎ei)$. ‎and the fixed significance of the phrase ‎bapti/zein ei=$ ‎in the N. T. The only rendering that can be admitted is "for Moses," i. e. with a view to him, in reference to him, in respect of him. "They were baptized for Moses. i. e. they became bound to fidelity and obedience, and were accepted into the covenant which God then made with the people through Moses" (Ruckert in loc.; see also Meyer and Alford on the passage). (= ).

Nelson’s Bible Dictionary (tentang ‘baptism’): The Form of Baptism. The final major issue is the method or form of baptism-whether by immersion, pouring, or sprinkling. On this issue, Christian groups organize into two major camps-those which insist upon the exclusive use of immersion, and those which permit and practice other forms. The immersionist position-This group insists that immersion is the only valid form of baptism. One of their strongest arguments revolves around the Greek word for baptism in the New Testament. Its predominant meaning is "to immerse" or "to dip," implying that the candidate was plunged beneath the water. But there are also other arguments that strongly suggest that immersion was the form of baptism used in the early church. The Didache, a manual of Christian instruction written in  A.D. 110-120, stated that immersion should be used generally and that other forms of baptism should be used only when immersion was not possible. In addition, the circumstances involved in some of the biblical descriptions of baptism imply immersion. Thus, John the Baptist was baptizing in Aenon near Salim, "because there was much water there" (John 3:23). Jesus apparently went down into the water to be baptized by John (Matt 3:16). The Ethiopian said, "See, here is water. What hinders me from being baptized?" (Acts 8:36). The symbolism involved in baptism also seems to argue that immersion was the biblical mode, according to those groups that practice immersion exclusively. Rom 6:4-6 identifies baptism with the believer's death (and burial) to sin and resurrection to new life, as well as the death and resurrection of Christ. Only immersion adequately depicts this meaning, according to the immersionist position. The pluralistic position - Holders of this view believe that immersion, pouring, and sprinkling are all appropriate forms of baptism. They point out that the Greek word for baptism in the New Testament is sometimes ambiguous in its usage. While its most common meaning in classical Greek was to dip, to plunge, or to immerse, it also carried other meanings as well. Thus, the question cannot be resolved upon linguistic grounds. These groups also argue from inference that immersion must not have been the exclusive method used in New Testament times. For example, could John have been physically capable of immersing all the persons who came to him for baptism? Did the Philippian jailer leave his jail to be baptized? If not, how would he have been immersed? Was enough water for immersion brought to Cornelius' house? Or, did the apostle Paul leave the place where Ananias found him in order to be immersed? Those groups that use sprinkling or pouring also point out that immersion may not be the best form for showing what baptism really means. They see the major meaning of baptism as purification. They point out that the various cleansing ceremonies in the Old Testament were performed by a variety of means-immersion, pouring, and sprinkling (Mark 7:4; Heb 9:10). Others note the close association between baptism and the outpouring of the Holy Spirit, which was from above. Thus, in their view, true baptism requires the symbolism of pouring rather than immersion (= ).

Fausset’s Bible Dictionary (tentang ‘baptism’): Figuratively, death is called a "baptism" (Matt 20:22; Mark 10:38; Luke 12:50). The Greek word does not necessarily mean immersion of the whole body: compare Mark 7:3-4; Luke 11:38; Heb 9:10) (= ).


TIDAK ADA SATU LEXICON-pun yang memberikan arti “to sprinkle” (memercik) kepada kata baptizo.

Tanggapan balik Budi Asali:

Lucu sekali, siapa pernah bilang bahwa kata BAPTIZO bisa berarti ‘memercik’? Saya tak pernah punya pikiran seperti itu. Saya hanya menekankan bahwa sekalipun arti utama dari BAPTIZO adalah ‘menyelam, merendam, mencelup’, tetapi juga ada arti lain, seperti ‘mencuci’, yang tidak harus dilakukan dengan merendam / mencelup!

Tetapi bagaimana kalau rumus anda di atas saya terapkan kembali kepada anda di sini? Anda berkata boleh menafsir sesuatu yang tak ada dalam textv Alkitab, asal textnya tidak menentang hal itu. Sekarang lexicon tak memberi arti ‘sprinkle’ tetapi kan juga tak mengatakan bahwa BAPTIZO artinya bukan ‘sprinkle’??? Berdasarkan rumus anda sendiri, itu sah-sah saja, bukan????

Seorang anggota jemaat kami pernah jalan-jalan ke Yunani. Dia bertanya di situ kepada orang lokal, apa kata yang dipakai untuk mengindikasikan penyelaman. Jawabannya adalah: baptizo. Kalau untuk pemercikan? Rantizo. Sebenarnya ini hal yang bisa dikonfirmasi langsung ke kedutaan Yunani hari ini!

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, dia bertanya secara salah, atau setidaknya bertanya secara kurang lengkap. Seharusnya setelah tanya itu, ia tanya lagi, apakah itu adalah satu-satunya arti dari BAPTIZO, dan tidak ada arti lain? Kalau jawabannya tetap ‘ya’ maka, atau orang itu bodoh, atau Alkitab salah. Mau yang mana? Soalnya Alkitab, seperti sudah saya beri 4 contohnya, pernah menggunakan kata BAPTIZO bukan dalam arti ‘menyelam / merendam / mencelup’!

Kalau anda mengatakan orang Yunani semua pinter Yunani, pikirkan apakah orang Indonesia semua pinter bahasa Indonesia? Apakah semua orang Amerika pinter bahasa Inggris? Mereka sering berkata “He don’t ...”, “I don’t know nothing”, “Long time no see”, dsb!!! Kedutaan Yunani pasti sama saja!

Kalau Budi Asali tidak mau percaya kepada saya, kedutaan Yunani, ataupun Liddell dan Scott, mungkin dia mau percaya kepada Calvin, salah satu panutannya. Calvin berkata, “The word baptize, signifies to immerse; and the rite of immersion was observed by the ancient church.” (Institutes of Christian Religion, book iv, ch. 15). Terjemahan: “Kata membaptis berarti menyelamkan; dan ritus penyelaman dilakukan oleh gereja mula-mula.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, saya bukan menjadikan Calvin panutan saya sebagaimana anda dan orang-orang di gereja anda menjadikan Suhento Liauw panutan kalian! Baca buku-buku saya, atau tanyakan kepada jemaat saya, dan anda akan tahu bahwa saya sering tidak setuju dan bahkan menyalahkan Calvin. Memang dalam doktrin-doktrin besar, seperti predestinasi dsb, kalau saya tak setuju dengan dia, saya tidak bisa dan tidak boleh menyebut diri saya sebagai Calvinist. Tetapi kalau hanya penafsiran tentang hal kecil-kecil, saya sering tidak setuju dengan dia, dan saya tetap adalah Calvinist!

Juga anda tidak menunjukkan bahwa sebelum kalimat itu Calvin mengatakan bahwa baptisan boleh dilakukan dengan cara apapun, dalam arti tidak harus selam (sekalipun ia menganggap bahwa BAPTIZO artinya menyelam / merendam).

Calvin: But whether the person being baptized should be wholly immersed, and whether thrice or once, whether he should only be sprinkled with poured water - these details are of no importance, but ought to be optional to churches according to the diversity of countries. Yet the word ‘baptize’ means to immerse, and it is clear that the rite of immersion was observed in the ancient church (= ) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book IV, ch 15, no 19.

Apakah ia tidak konsisten dalam hal ini? Tidak. Dia tahu / menganggap bahwa baptisan hanya simbol. Kalau simbol maka tak harus dilakukan persis seperti yang disimbolkan. Karena baptisan merupakan simbol / tanda penyucian dosa, maka dengan percikpun boleh. Sebaliknya kalau kalian mau persis, maka seharusnya kalian bukan hanya menyelam orang, karena kalau demikian hanya bagian luar yang bersih. Apa gunanya hanya bagian luarnya yang bersih, tetapi dalamnya tidak? Kan seperti kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa mereka seperti kuburan yang luarnya bersih tetapi dalamnya penuh dengan tulang yang membusuk! Jadi, kalian juga harus memasukkan air ke mulutnya, atau beri obat urus-urus / garam Inggris, dan juga melakukan ‘colon hydro therapy’ (pembersihan usus dengan air melalui dubur) kepadanya!

Juga mengapa tuntutan ‘harus persis’ tidak diterapkan pada Perjamuan Kudus / Perjamuan Tuhan? Bukankah Perjamuan Kudus menyimbolkan tubuh Kristus yang dihancurkan dan darah Kristus yang dicurahkan? Saya tanya, bagaimana anda membuat roti jadi kecil-kecil? Dengan pisau? Itu salah! Kristus dihancurkan tubuhnya dengan cambuk Romawi! Jadi, kalau ‘mau persis’, hancurkan rotinya dengan cambuk Romawi, lalu gunakan dalam Perjamuan Kudus, itu baru cocok! Juga darah Kristus dicurahkan dengan cambuk Romawi, paku-paku, dan tombak. Jadi kalau mau Perjamuan Kudus, jangan botol anggur dituangkan. Itu salah dan tidak Alkitabiah! Botol anggur harus dicambuki dengan cambuk Romawi, lalu dipaku, lalu ditusuk tombak! Hehehe, pasti heboh Perjamuan Tuhan, yang kalian lakukan!
Jelas bukan, bahwa kalau cuma / tanda / simbol, tak perlu dan bahkan tak mungkin semuanya dibuat persis! Kalau semua dibuat persis, akan menjadi lelucon, atau lebih tepat, kegilaan!

Juga, apakah Calvin memang menganggap bahwa satu-satunya arti dari BAPTIZO adalah merendam / mencelup? Kelihatannya tidak, karena dalam tafsirannya tentang Luk 11:38 ia berkata sebagai berikut:

Calvin: God had prescribed in his Law certain kinds of washings, that by means of them he might train his people usefully to the consideration of true purity. The Jews, not satisfied with this moderate portion had added many other washings, and more especially, that no person should partake of food till he had been washed with the water of purification, as Mark relates more minutely, (7:3,4,) and as is also evident from John, (2:6.).

Jadi, baik dalam Luk 11:38 maupun Mark 7:4 (ini 2 dari 4 ayat yang saya gunakan di atas) Calvin mengartikan BAPTIZO sebagai ‘washing’ (= pembasuhan / pencucian)!

Luther: “The term baptism, is a Greek word. It may be rendered a dipping, when we dip something in water, that it may be entirely covered with water. And though the custom be quite abolished among the generality (for neither do they entirely dip children, but only sprinkle them with a little water,) nevertheless they ought to be wholly immersed, and presently to be drawn out again; for the etymology of the word seems to require it” (dalam karyanya De Sacramento Baptismi dikutip dari karya Dr. Du Veil tentang Kis. 8:38). Terjemahan: “Istilah baptisan, adalah kata Yunani. Ia dapat diterjemahkan suatu pencelupan, [seperti] ketika kita mencelupkan sesuatu ke dalam air, sehingga seluruhnya tertutup oleh air. Dan walaupun kebiasaan ini sudah hampir hilang pada umumnya (karena mereka tidak mencelupkan anak-anak sepenuhnya, tetapi hanya memercik mereka dengan sedikit air,) namun mereka seharusnya sepenuhnya diselamkan, dan segera ditarik keluar lagi; karena etimologi kata ini kelihatannya mengharuskan demikian.”

Beza: “Christ commanded us to be baptized; by which word it is certain immersion is signified . . . . Nor does baptizein signify to wash, except by consequence: for it properly signifies to immerse . . . To be baptized in water, signifies no other than to be immersed in water, which is the external ceremony of baptism” (Epistola II. ad Thom. Tilium, [apud Spanhem. Dub. Evang. Pars iii. Dub. 24] Annotat. in Marc. vii. 4. Acts xix. 3; Matt. Iii. 11., dikutip dalam Abraham Booth, Paedobaptism Examined, vol 1. hal. 42). Terjemahan: “Kristus memerintahkan kita untuk dibaptis; dengan kata ini sudah pasti penyelaman yang dimaksudkan . . . . Dan baptizein tidak berarti mencuci, kecuali sebagai konsekuensi [dari penyelaman]: karena tepatnya dia berarti menyelamkan . . . Dibaptis dalam air berarti tidak lain dari diselamkan di dalam air, yang adalah seremoni eksternal baptisan.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Kalau Calvin saja saya tak setujui dalam hal ini, apalagi Luther dan Beza!

Ingat bahwa Luther, Calvin, Beza, hidup di zaman ketika semua orang di Universitas harus belajar Yunani! Jadi, mereka ini orang-orang yang sangat kenal bahasa Yunani, bukan seperti banyak spekulan hari ini. Lebih lanjut lagi, mereka bukanlah orang Baptis! Mereka tidak punya incentif untuk mendukung posisi Baptis. Justru karena itulah kesaksian mereka semakin berharga! Para reformator ini, dalam praktek bergereja mereka, memang melakukan pemercikan. Tetapi mereka tidak membenarkan tindakan mereka atas dasar arti kata baptizo.” Mereka satu suara bersaksi bahwa “baptizo” berarti “menyelamkan, mencelupkan” dan tidak berarti “memercik.” Kiranya anak cucu rohani mereka mau sejujur mereka!

Tanggapan balik Budi Asali:

Mereka mengerti Yunani, ya? Tetapi ingat bahwa penyelidikan tentang bahasa Yunani terus berkembang dan dimunculkan hukum-hukum bahasa Yunani dsb yang belum ada pada saat itu. Ini menyebabkan mereka sering salah menafsir dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum yang baru keluar setelah jaman mereka! Saya bisa memberikan contohnya kalau anda minta, khususnya dari Calvin (karena saya banyak gunakan buku2nya, sedangkan saya jarang menggunakan buku-buku Luther, apalagi Beza), tetapi saya kira ini menyimpang terlalu jauh.

Tak usah repot-repot mengutip kata-kata siapapun dalam hal ini, karena saya lebih percaya Alkitab / Firman Tuhan dari pada kata-kata orang manapun, termasuk Calvin! Dan Alkitab menggunakan BAPTIZO, sedikitnya 4 x, dalam arti ‘bukan selam’!

Hmm, mereka anda anggap jujur ya???? Saya akan pegang kata-kata anda ini! Ini berlaku untuk kata-kata / pengajaran mereka yang lain???

Anda sok jujur, dan menganjurkan para Calvinist untuk jujur. Sekarang saya mau jujur saja dengan anda: saya tidak menganggap anda, maupun Suhento Liauw, sebagai orang jujur! Kalian pendusta dan pemfitnah! Dan saya sudah membuktikannya! Anda senang dengan kejujuran saya? Atau anda menghendaki saya berdusta dan bersikap munafik?

Para reformator ini kelihatannya membenarkan praktek pemercikan mereka karena mayoritas orang di zaman mereka melakukannya, dan mereka tidak menggangap mempertahankan cara “baptisan” sebagai sesuatu yang penting. Di poin ini, saya tidak setuju dengan mereka, karena Tuhan memerintahkan untuk “membaptis,” sehingga kalau kita tidak“membaptis,”melainkan “memercik,” itu berarti kita belum melakukan perintah Tuhan.

Tanggapan balik Budi Asali:

Nonsense! Tuhan memang memerintahkan untuk membaptis, tetapi tidak ada petunjuk apapun bahwa Ia mengharuskan itu dilakukan dengan selam! Juga BAPTIZO artinya bukan hanya ‘selam’!

Selain para reformator, ada saksi-saksi lain: bapa-bapa gereja. Epistle of Barnabas menggambarkan baptisan sebagai turun ke dalam, lalu keluar lagi dari air. Shepherd of Hermas, dengan bahasa yang figuratif yang tinggi, menggambarkan baptisan sebagai batu yang menggelinding masuk air (dia pakai batu dalam konteks batu sebagai pembangun gereja). Clemens dari Alexandria menggambarkan baptisan seperti lahir dari air, seperti kelahiran dari seorang ibu. Irenaeus menggambarkan baptisan seperti Naaman yang mencelupkan diri ke sungai Yordan (semua di atas dari Norman Fox, The Rise and Use of Pouring and Sprinkling for Baptism, dicetak ulang oleh Vance Publications, 2001, hal. 487).

Tanggapan balik Budi Asali:

Tradisi maupun bapa-bapa gereja bukan tolok untuk kebenaran!

Di gereja Katolik , penyelaman dilakukan hingga abad ke-13. Oleh sebab itu, Thomas Aquinas, yang hidup di pertengahan abad 13, masih berkata: “It is safer to baptize by immersion, because this is the common practice.” (dikutip oleh H. Harvey, Dale's Theory of Baptism, hal. 158, dicetak ulang oleh Vance Publication 2001).

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, mengutip hanya sebagian! Licik sekali. Ini kata-kata lengkapnya.

Schaff: “Thomas Aquinas (d. 1274) says, that although it may be safer to baptize by immersion, yet pouring and sprinkling are also allowable [= Thomas Aquinas (mati tahun 1274) berkata, bahwa sekalipun adalah lebih aman untuk membaptis dengan penyelaman, tetapi penuangan dan pemercikan juga diijinkan] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 250 (footnote).

Sebagai tambahan saya beri satu kutipan lagi.
Schaff: In Ireland aspersion seems to have been practiced very early along with immersion. ‘Trine immersion, with the alternative of aspersion, is ordered in the earliest extant Irish Baptismal Office, in the composition of which, however, Roman influence is strongly marked.’ F. E. Warren, The Liturgy and Ritual of the CeItic Church, Oxford (Clarendon Press), 1881, p. 65 [= Di Irlandia pemercikan kelihatannya telah dipraktekkan sangat awal bersama-sama dengan penyelaman. ‘Tiga kali pencelupan / penyelaman, dengan alternatif pemercikan, diperintahkan dalam sisa yang paling awal dari Kantor Baptisan orang Irlandia, tetapi yang dalam penyusunannya pengaruh Roma sangat terlihat jejaknya’. F. E. Warren, The Liturgy and Ritual of the CeItic Church, Oxford (Clarendon Press), 1881, p. 65] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 250 (footnote).

Brunner, seorang sejarahwan Katolik, menulis tentang sejarah Roma Katolik: “Seribu tiga ratus tahun, baptisan biasanya dan rutinnya adalah penyelaman seseorang di bawah air, dan hanya dalam kasus luar biasa pemercikan atau penuangan dengan air; yang terakhir ini (percik dan tuang), lebih lanjut, diperdebatkan sebagai suatu cara baptisan; ya bahkan dilarang.” (Ibid.) Perubahan Gereja Roma dari selam kepada percik bukan karena mereka mendapatkan arti baru dari kata baptizo, tetapi karena theolog Roma percaya Gereja punya kuasa untuk mengubah bentuk sakramen. Gereja-gereja Yunani, hingga hari ini menolak pemercikan! Kalau Katolik di Barat, yang menggunakan Latin, lambat laun bergeser, gereja-gereja yang berbahasa Yunani (contoh Ortodoks Yunani), hingga hari ini menolak pemercikan, dan tidak mengakuinya sebagai baptisan. Menurut mereka kata baptizo tidak mengizinkan pemercikan! Saya rasa gereja-gereja yang berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti bahasa mereka sendiri.

Tanggapan balik Budi Asali:

Saya tanya: kamus apapun, komentar penafsir manapun, termasuk Calvin, dibandingkan dengan Alkitab sendiri dalam menggunakan kata itu, yang mana yang lebih kuat??? Jawab ini, Steven! Jadi, ayat-ayat yang saya gunakan, itu jauh lebih menentukan dari pada semua yang lain.

Juga kalau dikatakan bahwa gereja Katolik melakukan baptisan selam sampai 1300 tahun, saya sangat meragukan. Ada bukti? Kata-kata Thomas Aquinas bukan  bukti. Memangnya dia Paus? Dan bahwa Didache yang ditulis pada abad ke 2 sudah menyetujui baptisan non selam, menunjukkan betapa tak masuk akalnya kalau baptisan hanya dilakukan dengan selam sampai 1300 tahun. Nanti di bawah bisa dilihat bahwa pada jaman Cyprian (abad ke 3 sudah ada baptisan non selam. Dan pada waktu hal itu diserang, Cyprian menulis untuk mempertahankan / membela baptisan non selam itu (Schaff, vol II, hal 249-250).

Saya akan beri kutipan dari ‘Catechism of the Catholic Church’ yang dikeluarkan tahun 1992, yang pada point 1239 berbunyi sebagai berikut: The essential rite of the sacrament follows: Baptism properly speaking. It signifies and actually brings about death to sin and entry into the life of the Most Holy Trinity through configuration to the Paschal mystery of Christ. Baptism is performed in the most expressive way by triple immersion in the baptismal water. However, from ancient times it has also been able to be conferred by pouring the water three times over the candidate's head.

Saya hanya terjemahkan bagian yang saya garis-bawahi: “Tetapi, dari jaman kuno itu juga telah bisa diberikan dengan penuangan air tiga kali atas kepala sang kandidat / calon (orang yang akan dibaptis)”.

Bahwa kata-kata ‘dari jaman kuno’ menunjuk pada tahun 1300, menurut saya adalah mustahil!

Schaff: The ‘Teaching of the Twelve Apostles’ (ch. 7,) enjoins baptism, after catechetical instruction, in these words: ‘Baptize into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost in living (running) water. But if thou hast not living water, baptize into other water; and if thou canst not in cold, then in warm. But if thou hast neither, pour water upon the head thrice, into the name of the Father, Son, and Holy Ghost’ (Matt 28:19) [= The Teaching of the Twelve Apostles (ch 7) memerintahkan baptisan, setelah pengajaran katekisasi, dengan kata-kata ini: ‘Baptislah dalam nama dari Bapa, dan dari Anak, dan dari Roh Kudus di / dalam air hidup (mengalir). Tetapi jika engkau tak punya air hidup, baptislah ke dalam air yang lain; dan jika engkau tidak bisa dalam air dingin, maka dalam air panas. Tetapi jika engkau tak punya yang manapun, Tuangkanlah air ke atas kepala tiga kali, dalam nama dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat 28:19)] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 247.

Encyclopedia Britannica 2009 (dengan entry ‘didache’): the oldest surviving Christian church order, probably written in Egypt or Syria in the 2nd century. (= hukum / pengaturan tertua yang masih ada dari gereja Kristen, mungkin ditulis di Mesir atau Syria pada abad ke 2).

Jadi, ‘DIDACHE’ atau ‘The Teaching of the Twelve Apostles’ yang sudah ada pada abad ke 2, sudah mengijinkan baptisan tuang / non selam!

Dalam kalimat terakhir anda mengatakan “Gereja-gereja Yunani, hingga hari ini menolak pemercikan! Kalau Katolik di Barat, yang menggunakan Latin, lambat laun bergeser, gereja-gereja yang berbahasa Yunani (contoh Ortodoks Yunani), hingga hari ini menolak pemercikan, dan tidak mengakuinya sebagai baptisan. Menurut mereka kata baptizo tidak mengizinkan pemercikan! Saya rasa gereja-gereja yang berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti bahasa mereka sendiri”.

Anda pakai kata ‘rasa’? Anehnya di bawah pada waktu saya mengatakan ‘rasanya’, anda berkata ‘jangan pakai rasa’! Usiamu baru 30an dan anda sudah pikun? Baca ayat-ayat ini!

Ro 2:1 - “Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama”.

Mat 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.

Ingat bahwa pada waktu Romawi menundukkan Yunani, justru bahasa Yunani menjadi bahasa umum dari orang-orang Romawi dan lalu otomatis di seluruh kekaisaran Romawi. Jadi, jangan anggap orang Yunani sebagai yang paling mengerti bahasa Yunani!

Juga jangan pikir bahwa orang yang lebih mengerti bahasa asli Alkitab, pasti lebih bagus pengertiannya. Sekalipun saya tidak meremehkan bahas asli, tetapi saya yakin bahwa sekalipun seseorang menguasai bahasa asli Alkitab, tak ada jaminan sama sekali bahwa ia bisa mengerti isi Alkitab dengan baik! Mengapa? Karena bahasa asli bukan satu-satunya faktor yang dibutuhkan untuk mengerti Alkitab! Buktinya orang-orang Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) pada jaman Yesus mengerti bahasa asli Alkitab, baik Ibrani, Aram, Yunani, tetapi bagaimana pengertian mereka? Mereka sesat, menolak Yesus, dan bahkan membunuh Dia!

Bagaimana dengan ayat-ayat yang dikutip oleh Budi Asali?

1.      Markus 7:4 “... hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga dan meja-meja” (saya memang percaya kata “meja-meja” ada pada orisinal, karena saya percaya Textus Receptus adalah teks yang dipelihara).

LAI menerjemahkan baptismois (yang sebenarnya berbeda dari baptizo, namun cognate/satu akar) dengan mencuci di sini. Beza mengatakan (kutipan di atas) bahwa baptizo tidak berarti “mencuci” kecuali sebagai konsekuensi dari suatu penyelaman/pencelupan. Lexicon Thayer setuju, dan dalam definisinya tentang baptizo: “1. properly, to dip repeatedly, to immerge, submerge (of vessels sunk, Polybius 1, 51, 6; 8, 8, 4; of animals, Diodorus 1, 36). 2. to cleanse by dipping or submerging, to wash, to make clean with water.”

Setelah memberikan arti utama baptizo sebagai “menyelamkan,” Thayer memberikan arti kedua: membersihkan dengan cara mencelupkan atau menaruh di dalam air. Jadi jelas, bahwa baptizo berarti menyelamkan, tetapi dalam konteks bisa berarti mencuci, tetapi tetap mempertahankan arti utamanya: mencelupkan/memasukkan ke dalam air. Dalam hal ini Thayer setuju dengan Beza. Dengan kata lain, baptizo tidak bisa berarti “mencuci dengan cara dipercik” atau “mencuci dengan cara dilap,” tetapi “mencuci dengan memasukkan ke dalam air / mencelup.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Mengatakan BAPTISMOIS berbeda dengan BAPTIZO sama dengan mengatakan bahwa dalam bahasa Inggris kata ‘go’ berbeda dengan ‘going’! Jangan mengada-ada, seakan-akan saya orang tolol! Beda bagaimanapun tak masalah, yang penting kata dasarnya sama!

Perhatikan baik-baik point ke 2 yang saya garis-bawahi itu. Dalam point 2 itu ia memberikan 3 arti. Yang anda bicarakan itu hanya arti pertama. Arti kedua (to wash) dan arti ketiga (to make clean with water) tak ia katakan dengan mencelupnya!

Mencuci tangan dengan mencelup? Kelihatannya anda tidak membaca (atau pura-pura tidak membaca) tanggapan balik saya terhadap murid anda yang bernama Dji Ji Liong itu. Saya kutipkan di sini untuk anda.

Lagi2 logikanya, org yg hrs hemat air tentu tak mencuci tangan dg merendam. Disamping itu, William Barclay, yg jago dlm urusan tradisi, latar belakang dsb, mengatakan sbb dlm tafsirannya ttg Mark 7:1-4 (yg juga membicarakan ttg cuci tangan yg sama spt dlm Luk 11:38): “There were definite and rigid rules for the washing of hands. Note that this hand-washing was not in the interests of hygienic purity; it was ceremonial cleanness which was at stake. Before every meal, and between each of the courses, the hands had to be washed, and they had to be washed in a certain way. The hands, to begin with, had to be free of any coating of sand or mortar or gravel or any such substance. The water for washing had to be kept in special large stone jars, so that it itself was clean in the ceremonial sense and so that it might be certain that it had been used for no other purpose, and that nothing had fallen into it or had been mixed with it. First, the hands were held with finger tips pointing upwards; water was poured over them and had to run at least down to the wrist; the minimum amount of water was one quarter of a log, which is equal to one and a half egg-shells full of water. While the hands were still wet each hand had to be cleansed with the fist of the other. That is what the phrase about using the fist means; the fist of one hand was rubbed into the palm and against the surface of the other. This meant that at this stage the hands were wet with water; but that water was now unclean because it had touched unclean hands. So, next, the hands had to be held with finger tips pointing downwards and water had to be poured over them in such a way that it began at the wrists and ran off at the finger tips. After all that had been done the hands were clean”.

Ngerti bahasa Inggris, nak? Kalau tidak, tanya kakek gurumu, ya nak? Atau baca tanggapan Pdt Esra thdp tulisanmu, yg juga memberikan kutipan dari William Barclay, tetapi dlm versi Indonesia. Dan asal tahu saja, nak, Barclay ini jago dlm urusan tradisi dan kebudayaan pd jaman itu di tempat itu! Dan ia mengatakan bahwa tradisi cuci tangan ini airnya dicurahkan, bukan tangannya direndamkan ke dalam air, nak! Lebih cocok dg baptis tuang, nak, tidak cocok dg baptis selam.

Demi pembaca yang tidak mengerti bahasa Inggris, saya jelaskan saja dengan kata-kata saya, apa yang Barclay katakan di atas (bagian yang penting saja). Tradisi cuci tangan, yang bersifat ritual, dari orang-orang Yahudi pada saat itu adalah: air diletakkan dalam guci batu yang besar yang khusus. Dalam mencuci tangan, tangan harus diposisikan dengan jari-jari menghadap ke atas, lalu air dituangkan ke atasnya, dan harus mengalir sedikit sampai ke pergelangan tangan. Setelah itu tangan diposisikan dengan jari-jari menghadap ke bawah, dan air dituangkan dari pergelangan sampai mengalir  ke ujung jari-jari tangan.

Anda tak mau percaya kata-kata Barclay, Steven? Memang, dia bisa saja salah, sekalipun dia jago dalam urusan tradisi. Tetapi saya punya ayat Alkitab untuk mendukung pandangan / kata-katanya berkenaan dengan tradisi ‘cuci tangan’ ini.

2Raja 3:11 - “Tetapi bertanyalah Yosafat: ‘Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN, supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?’ Lalu salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: ‘Di sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani Elia.’”.

Terjemahan Indonesia menuliskan ‘melayani’. Ini salah terjemahan; bandingkan dengan terjemahan KJV (atau pilih versi bahasa Inggris yang lain sesuka anda).

KJV: Here is Elisha the son of Shaphat, which poured water on the hands of Elijah (= Di sini ada Elisa bin Safat, yang dulu menuangkan air pada tangan Elia).

Ini Firman Tuhan, Steven, bukan lagi kata-kata Barclay, dan jelas-jelas menunjukkan tradisi cuci tangan pada saat itu! Ini memang berbeda dengan tradisi cuci tangan dalam Mark 7:4, karena yang ini adalah tradisi cuci tangan biasa (bukan ritual). Mereka menuangkan air, bukan merendam tangan di dalam air! Masih mau ditolak???? Kalau masih ditolak, kamu menolak Firman Tuhan, bukan menolak aku!

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Raja 3:11): Which poured water on the hands of Elijah - i.e., was his servant - this being one of the common offices of a servant; for the custom is not to plunge one’s hands into a basin, but to hold them out, so that a servant may pour water on the hands of his master (= Yang menuangkan air pada tangan Elia - yaitu, adalah pelayannya - ini mereka salah satu dari kewajiban umum dari seorang pelayan; karena kebiasaan / tradisinya bukanlah mencelupkan tangan seseorang ke dalam sebuah baskom, tetapi mengulurkan mereka / tangan itu, sehingga seorang pelayan bisa menuangkan air pada tangan dari tuannya).

Kita bertanya, adakah sesuatu di ayat ini yang membuat arti literal “menyelamkan” atau “mencuci dengan cara memasukkan ke dalam air” tidak mungkin? Tidak ada! Cawan, kendi, dan perkakas, dan bahkan meja, bisa saja dimasukkan ke dalam air. Tidak ada yang tidak mungkin di sini. Mencuci cawan, kendi, dan perkakas dengan cara mencelup sama sekali bukan hal yang luar biasa. Tukang siomai saja sering melakukannya! Saya sering melihat seorang tukang siomai mencuci piring dan perabot-perabotnya dengan cara memasukkan benda-benda itu ke dalam ember yang penuh berisi air.

Tanggapan balik Budi Asali:

Omong kosong! Text harus diartikan bukan sekedar dari kata-kata text itu, tetapi juga berdasarkan tradisi mencuci pada jaman itu! Kalau menafsirkan tanpa peduli tradisi saat itu, ya payah! Saat ini saya bicara tentang mencuci tangan, bukan barang-barang lain dalam Mark 7:4.

Sekarang bagaimana dengan mencuci barang-barang lain dalam Mark 7:4? Tentu saja, semua penjaja makanan yang pakai rombong, punya hanya seember air yang dibawa kemana-mana dan jarang diganti. Sehingga dalam mencuci apapun, mereka memasukkan barang itu (piring, sendok, garpu) ke ember itu; apakah menjadi bersih atau makin kotor, mereka tak peduli. Lain halnya kalau orang mencuci di rumah. Hanya orang bodoh yang mencuci banyak piring, gelas, sendok dan garpu, lalu mencelupkannya satu per satu dalam seember besar air. Baru dipakai untuk satu piring saja, seluruh air dalam ember sudah menjadi kotor, dan harus diganti. Yang waras adalah menuangkan sedikit demi sedikit, sehingga menjaga kebersihan air dalam ember!

Ah, mungkin anda bertanya, bagaimana dengan meja? Patut dicamkan bahwa kata meja di sini bukan seperti meja kita hari ini yang tingginya semeter lebih. Kata Yunaninya adalah kline (dasar kata “recline” dalam Inggris), dan lebih seperti tempat pembaringan, di tempat lain diterjemahkan tempat tidur. Tetapi juga bukan tempat tidur besar King Size misalnya! Ini adalah tempat tidur portable, yang bisa dibawa-bawa oleh satu orang. “Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya (kline)” (Mat. 9:2). “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu (kline) dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat. 9:6). “Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur (kline)” (Luk. 5:18). Kata ini memang bisa juga diterjemahkan meja, karena cara makan orang Yahudi pada waktu itu adalah dengan berbaring pada sisi mereka. Jadi, adat istiadat yang sangat berbeda. Meja atau tempat tidur ini mirip suatu “usungan” karenanya rupanya mudah dibawa ke manamana. Apakah tidak mungkin untuk menyelamkan kline ini? Jauh dari tidak mungkin, ini mungkin sekali. Dan karena teks sudah memberitahu kita bahwa ada “penyelaman meja,” maka baiklah kita percaya!

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, dalam Bible Works 7 kata KLINE dalam Mat 9:2 itu bisa diartikan ‘bed’ (= ranjang), dan bisa juga ‘couch’ (= semacam dipan). Jangan dipukul rata semua artinya jadi sama!

Yang dipakai oleh orang lumpuh dalam Mat 9 itu tentu saja ‘bed’, tetapi yang dibicarakan dalam ayat yang kita persoalkan adalah ‘couch’ / semacam dipan itu. Dan tradisi mereka dalam duduk makan, khususnya pada Paskah, adalah recline (bersandar, setengah duduk, setengah berbaring) pada dipan itu. Karena digunakan untuk banyak orang, tidak mungkin dipan itu begitu kecil sehingga bisa dicuci dengan direndam! Bahkan dipan manapun tidak mungkin dicuci dengan direndam! Jangan extrim! Lama-lama anda mengatakan bahwa pesawat terbang, kapal, kapal selampun bisa dicuci dengan direndam. Tentu saja bisa, kalau mencucinya di laut!

Kata-kata anda yang terakhir, yang saya garis-bawahi, saya kutip ulang. Dan karena teks sudah memberitahu kita bahwa ada “penyelaman meja,” maka baiklah kita percaya!”. Cara argumentasi anda lucu sekali. Text memberitahu kita bahwa ada penyelaman meja? Textnya tidak memberitahu demikian, kecuali ‘asumsi anda bahwa BAPTIZO itu berarti selam’, dimasukkan ke dalam text! Ini adalah EISEGESIS, bukan EXEGESIS!

Perhatikan kata-kata anda di atas yang saya beri garis bawah ganda. Bagus anda peduli dengan tradisi makan mereka, dan saya setuju dengan anda dalam hal ini. Tetapi persoalannya, apakah anda juga setuju dengan tradisi mereka dalam mencuci tangan yang sudah saya kutipkan dari Barclay di atas, lebih-lebih karena di sana saya sudah menambahkan ayat Firman Tuhan yaitu 2Raja 3:11???

Sepertinya kaum pemercikan agak terbalik logikanya. Mestinya mereka mencari bagaimana kata baptizo dipakai secara umum pada waktu penulisan PB. Lihat saja karya-karya klasik Yunani, semuanya memakai baptizo sebagai pencelupan/penyelaman, baik literal maupun figuratif. Jadi ketika ada ayat yang berkata “pen-baptisan” cawan, kendi, tembaga, dan meja, sebaiknya kita terima kata-kata itu, bukannya malah mau mendefinisikan ulang baptizo.

Tanggapan balik Budi Asali:

Tak ada siappun yang mendefiniskan ulang kata itu. Artinya memang bisa mencelup, bisa juga mencuci. Dan kalau mencuci tak harus direndam!

Sebagai ilustrasi: kalau misalnya di koran suatu hari kita membaca judul: “Mobil tercelup di sungai Ciliwung.” Nah, mobil bukanlah sesuatu yang biasanya dicelup. Tetapi, membaca headline itu, apakah kita jadi meragukan arti kata “tercelup”? Perlukan kita mengganti definisi “celup” dengan “mencuci”? Tentu tidak. Mengapa? Karena arti kata “celup” sudah tidak diragukan lagi. Jadi, walaupun mobil tidak biasa dicelup, headline itu justru mengungkapkan sesuatu yang luar biasa, tetapi nyata.

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmm, saya turuti saya kegilaan anda. Kalau anda membaca surat kabar yang mengatakan ‘mobil tercelup di sungai Ciliwung’, apakah anda artikan terendam total, atau terendam sebagian? Saya tak tahu kedalaman sungai tersebut, tetapi mungkinkah merendam total sebuah mobil? Kalau bisa, bagaimana kalau beritanya berbunyi ‘bis tercelup di sungai Ciliwung’? Kalau masih bisa terendam total, bagaimana kalau ‘pesawat terbang tercelup di sungai Ciliwung’?

Pada waktu suatu kata mempunyai beberapa (lebih dari satu) arti, tentu harus dipilih mana arti yang paling benar. Kata ‘heart’ artinya bisa ‘jantung’, bisa ‘hati’. Kalau ‘broken heart’, tentu diartikan ‘patah hati’, tetapi kalau ‘heart attack’ tentu harus diartikan ‘serangan jantung’! Apakah ini dianggap sebagai ‘mendefinisikan ulang’ kata ‘heart’??

Bagi orang-orang Yunani yang membaca Perjanjian Baru di abad pertama, arti baptizo tidak diragukan lagi, yaitu “mencelup, menyelamkan, membenamkan.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Nonsense, karena kalau demikian Mark 7:4 dan Luk 11:38 itu tak bakal ada dalam Alkitab. Juga dua ayat lain yang saya gunakan, karena dalam ke 4 ayat tersebut BAPTIZO tidak berarti ‘merendam’.

Tak perlu orang-orang Yunani, semua orang dalam kekaisaran Romawi bisa bahasa Yunani. Para penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi (kecuali Lukas), tetapi mereka menulis dalam bahasa Yunani! Dan mereka tahu bahwa BAPTIZO tidak hanya berarti ‘celup / rendam’ karena kalau tidak, mereka tak akan menggunakan kata itu dalam ayat-ayat seperti Mark 7:4, Luk 11:38, 1Kor 10:2, Ibr 9:10.

Saya bisa mengutip banyak sekali otoritas bahasa tentang hal ini, tetapi kesaksian Calvin, Luther, dan Beza, yang adalah kaum pemercik!, cukuplah. Kita tidak perlu tidak percaya bahwa orang-orang Yahudi yang superstitious, dan sangat terikat oleh berbagai kebiasaan dan adat, merendam kline (meja/usungan) mereka. Apakah kita perlu mencari definisi lain dari kata “telan,” karena sulit dipercaya bahwa ikan menelan Yunus? Ataukah kita percaya kata Alkitab?

Tanggapan balik Budi Asali:

Kalau setiap orang yang anda kutip, bobot dari kutipannya 1 kg, anda boleh cari berapa orangpun bobotnya tak akan terlalu besar. Tetapi saya menggunakan ayat-ayat Alkitab, dan itu masing-masing bobotnya 100 ton!

Yang jelas dalam mem‘baptis’ tangan, saya sudah memberikan dasar yang kelewat jelas bagi orang-orang yang tidak tegar tengkuk, bahwa itu artinya bukan merendam!

Hmm, ‘menelan Yunus?’. Bagaimana kalau kalimatnya begini, “Karena terbukti kalah dalam argumentasi, Steven Liauw harus menelan kembali kata-kata yang telah ia ucapkan”??? Apakah artinya anda betul-betul menelan tulisan anda bersama kertas dimana anda menuliskan argumentasi itu??? O maaf, saya mendefinsikan ulang kata ‘menelan’!

2.      Lukas 11:38 “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.” Komentar Budi Asali: “Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam'.” Dalam argumentasinya, Budi Asali malah menjadikan kata “mencuci” dalam bahasa Indonesia sebagai standar untuk menentukan arti baptizo. Ini jelas salah, dan adalah logika yang terbalik. “Mencuci” dalam bahasa Indonesia memang tidak harus celup, tetapi baptizo haruslah mengandung makna itu. Sekali lagi, kutipan Beza pantas diulang: “. . . Dan baptizein tidak berarti mencuci, kecuali sebagai konsekuensi [dari penyelaman]: karena benarnya dia berarti menyelamkan”

Tanggapan balik Budi Asali:

Ini sama dengan Mark 7:4, dan sudah saya jelaskan di atas. Itu cukup bagi orang yang tidak tegar tengkuk. Saya tak peduli Beza ngomong apa, kalau kata-katanya tak sesuai dengan Alkitab!

3.      1 Korintus 10:2 “mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Justru lebih tidak mungkin lagi diartikan “mereka dipercik dalam awan dan dalam laut” atau “mereka dituang dalam awan dan dalam laut.” Kita mengerti kata baptizo di sini dalam pengertian figuratifnya. Ini sering juga dipakai dalam Yunani klasik. Orang dikatakan terbaptis dalam hutang. Atau terbaptis dalam kesedihan. Ini pemakaian figuratif, tetapi tetap terjangkar kepada arti literalnya: penyelaman/pencelupan. Jadi artinya: orang itu terbenam / terliputi oleh hutang, kesedihan, dll. Orang Israel ketika melewati laut Merah dikatakan “dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Ini cocok sekali dimengerti: mereka terliputi dalam awan dan dalam laut! Membaca Firman Tuhan harus hati-hati! Tidak dikatakan mereka dibaptis dalam air laut, tetapi dalam laut saja! Mereka melalui tanah kering waktu itu, tidak ada airnya, tetapi tetap melalui lautnya! Di kiri dan kanan mereka ada air laut Merah, di atas kepala mereka ada awan, suatu gambaran yang sangat jelas bahwa mereka “terliputi dalam awan dan dalam laut!” Sekali lagi kita lihat bahwa pemakaian Alkitab cocok dengan pemakaian seluruh karya Yunani klasik, bahwa baptizo artinya “celup/selam/benam.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Siapa yang mengartikan mereka ‘dipercik’? Penekanan saya hanya bahwa BAPTIZO tidak harus selam! Saya tidak pernah mengatakan artinya menjadi ‘percik’!

Hmmm, sekarang anda sendiri mengganti arti dari BAPTIZO menjadi ‘terliputi’! Lucu sekali! Anda ‘mendefinisikan ulang’ kata itu?????

Dari tadi anda gunakan ‘celup, rendam’! Kalau seseorang dicelup / direndam di dalam air, bisakah ia sama sekali tidak tersentuh oleh air itu? Mustahil bukan? Definisi ‘celup’ (dalam air) ya orangnya harus basah kuyup! Tetapi bangsa Israel dalam 1Kor 10:2 ini sama sekali tidak tersentuh baik oleh air maupun oleh laut!

Kalau anda katakan membaca Firman Tuhan harus hati-hati, karena tak dikatakan ‘air laut’, tetapi hanya ‘laut’, maka saya juga bisa katakan, bahwa tak dikatakan ‘dasar laut’, tetapi hanya ‘laut’!

Anda selalu ribut soal definisi, arti kata dan sebagainya. Sekarang telan kembali itu, Steven! Mana ada ‘direndam’ tetapi ‘tak tersentuh’?

Awan di atas mereka? Anda mengubah Alkitab, Steven!

Kel 14:19-20 - “(19) Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. (20) Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu”.

Ayatnya mengatakan ‘dalam awan DAN dalam laut’. Awan di depan lalu pindah ke belakang mereka, jadi tak menyentuh, apalagi merendam mereka! Laut juga tak menyentuh, apalagi merendam mereka. Dasar laut menyentuh mereka, tetapi jelas tak merendam mereka!

Saya kutip ulang kata-kata Barnes.

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata ‘baptisan’ tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

4.      Ibr. 9:10 “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan. . “

Saya sungguh tidak melihat bagaimana ayat ini bertentangan dengan kesaksian yang hampir universal bahwa baptizo berarti suatu penyelaman, atau “pembasuhan berdasarkan penyelaman.” Tidak ada di ayat ini yang mengharuskan arti lain. Budi Asali berkata, “pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21.” Padahal tidak ada yang PASTI dalam penarikan kesimpulannya itu. Malah sudah jelas, berdasarkan arti dari baptizo, bahwa Ibrani 9:10 PASTI tidak merujuk kepada rantizo di 9:13, 19, dan 21. 1) Kata Yunani yang dipakai berbeda. 2) Tidak ada lexicon yang memberikan “to sprinkle” sebagai arti dari baptizo. 3) Tidak pernah ada satu pun pemakaian baptizo dalam karya Yunani sekuler yang berarti “memercik.” 4) Ada banyak pembasuhan dalam Hukum Taurat yang tidak ada kaitannya dengan “pemercikan” darah, misalnya: “Kemudian haruslah imam mencuci pakaiannya dan membasuh tubuhnya dengan air, sesudah itu masuk ke tempat perkemahan, dan imam itu najis sampai matahari terbenam.” (Bil. 19:7) Sehingga heran sekali, berdasarkan logika apakah bahwa baptismois di ayat 10 “pasti” mengacu kepada rantizo di ayat 13, 19, dan 21, padahal arti kedua kata ini sama sekali berbeda?

Tanggapan balik Budi Asali:

Cara argumentasi seperti ini sebetulnya sudah sama dengan memfitnah, karena saya tak pernah mengatakan bahwa BAPTIZO artinya adalah ‘to sprinkle’ (= memercik)!!! Dimana saya katakan itu???

Anda tidak melihat, karena anda tak peduli dengan kontextnya. Anda hanya terpancang dengan kata BAPTIZO yang anda anggap hanya punya satu arti yaitu ‘menyelam / merendam’. Sekarang mari kita perhatikan kontextnya.

Ibr 9:8-15 - “(8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu masih ada. (9)  Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10) karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (Yunani: BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan. (11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. (13)  Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (15)  Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama”.

Ay 10nya berbicara tentang ‘pelbagai macam pembasuhan (baptisan)’, yang jelas menunjuk pada suatu penyucian. Dan itu dikatakan hanya berlaku sampai tiba masa pembaharuan (ay 10). Masa pembaharuan itu pasti menunjuk kepada kedatangan dan pengorbanan Kristus, yang dibicarakan dalam ay 11-12. Dan dalam ay 12 sudah dikontraskan antara darah domba dengan darah Kristus. Lalu ay 13 kembali membicarakan apa yang tadi dibicarakan dalam ay 10, dan ay 13 mengatakan ‘tentang darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis’. Ini bicara tentang pemercikan yang menyucikan. Jadi, bagaimana ini bisa tidak menunjuk pada apa yang tadi dikatakan dalam ay 10??

Sekali lagi, saya tidak mengatakan bahwa BAPTIZO artinya memercik. Tetapi kata BAPTISMOIS dalam ay 10 jelas menunjuk pada pemercikan yang dibicarakan dalam ay 13. Point saya hanya satu: BAPTIZO tidak harus berarti ‘menyelam / merendam’.

Bahwa anda mengharuskan BAPTIZO berarti merendam memberikan anda beban lebih besar dari pada saya. Saya hanya butuh satu ayat yang menunjukkan bahwa BAPTIZO digunakan bukan dalam arti merendam. Dan saya memberikan 4 ayat. Kalaupun ada 1 atau 2 atau 3 yang bisa anda gugurkan, tetap ada yang benar, yang memastikan bahwa Alkitab tidak selalu menggunakan BAPTIZO dalam arti ‘menyelam / merendam’. Anda hanya menang, kalau anda bisa membuktikan tanpa keraguan tentang ke 4 ayat saya, bahwa semuanya berarti ‘merendam’. Dan saya sangat tidak percaya bahwa anda berhasil melakukan itu! Jika anda gagal dalam satu ayat saja, maka saya yang menang!


Argumentasi-argumentasi lain bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi boleh dengan percik, adalah:

Para pendukung pemercikan berkata bahwa baptizo tidak harus berarti menyelamkan, tetapi bisa juga arti-arti lain. Tetapi dengan argumentasi ini, sebenarnya mereka telah membuat kata “baptizo” tidak memiliki arti yang jelas. Jadi, menurut mereka apakah baptizo? Menyelam sekaligus memercik, sekaligus menuang, sekaligus mencuci. Jika ada gereja hari ini yang mulai melakukan “baptisan” dengan cara mengelap badan yang bersangkutan, mungkin itu akan masuk juga ke dalam arti baptizo! Tidak ada paralelnya di bahasa mana pun di dunia, bahwa satu kata berarti sekaligus “mencelupkan,” sekaligus “memercik,” sekaligus “menuang.” Sungguh ini adalah kekonyolan.

a)   Ada banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.

Jangan pakai rasa! Tidak ada kasus dalam Kitab Suci yang mustahil

Tanggapan balik Budi Asali:

Tidak ada yang mustahil? Ya, jadi non selam juga tidak mustahil, bukan?

Anda sendiri di atas pakai kata ‘rasa’, bung!

Hmm, kata-kata anda sama seperti yang digunakan Dji Ji Liong! Ia mengatakan : Jangan pakai rasa-rasa, dong Pak ?..........(bagaimana mungkin Bapak membangun doktrin/pengajaran dengan perasaan?)”.

Saya kutip saja jawaban saya kepada dia dalam hal ini.

Dlm berargumentasi, kdg2 memang ada argumentasi yg tidak bisa dipastikan 100 %, tetapi 95 % atau 99 %, dan kalau aku menggunakan argumentasi yg spt itu, aku secara jujur menggunakan kata ‘rasanya’ atau kata yg sejenis dg kata itu. Kalau cuma yakin 99 % mengapa dipakai? Semua org berargumentasi dg cara itu, nak! Dan dlm beragumentasi ttg ‘ketidak-harusan’ menggunakan baptisan selam, aku menggunakan beberapa / banyak argumentasi yg aku yakin 99 % ini, shg beberapa dr argumentasi yg meyakinkannya cuma 99 %, pd waktu digabungkan, menjadi mustahil utk salah! Ngerti, nak? Kata2mu yg tahu2 lari kpd ‘perasaan’ cuma membuktikan ketololanmu!


Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41  Kis 9:18  Kis 10:47-48  Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man karena hal itu terjadi di dalam penjara!

Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:
“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. ... There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ...Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:
“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use” (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Benarkah pada hari Pentakosta tidak mungkin dilakukan “pencelupan” / “penyelaman” kepada 3000 orang? Apakah Hodge atau Budi Asali ada di sana? Bukankah baik Hodge maupun Asali tidak bisa 100% memastikan bahwa tidak ada cara untuk “menyelamkan” orang di hari Pentakosta? Jadi, bahwa tidak ada cukup air, semuanya hanyalah spekulasi! Apakah kita perlu meragukan arti literal dari sebuah kata, hanya karena kata itu dipakai dalam suatu situasi yang bagi pikiran kita sulit? Pemakaian Yunani atas kata baptizo sudah terdokumentasi dengan jelas, dan semuanya mengacu kepada menyelamkan. Satu-satunya alasan untuk mencari definisi lain untuk kata ini adalah karena alasan doktrinal, yaitu untuk membenarkan pemercikan!

Tanggapan balik Budi Asali:

Hari Pentakosta itu bulan Juni, dan itu musim panas! Sehingga air yang sudah jarang menjadi makin jarang. Itu yang Hodge maksudkan! Bukankah dalam berargumentasi anda juga menggunakan logika? Dalam musim panas di daerah seperti itu, bagaimana bisa ada air yang berlimpah-limpah? Anda mengatakan saya dan Hodge tidak bisa yakin 100 % tentang kepastian tak ada cukup air untuk menyelam orang dewasa. Sekarang saya balik. Anda bisa yakin 100 % bahwa disana, pada masa / musim panas seperti itu, ada air yang cukup untuk merendam orang dewasa? Kalau ya, apa dasar keyakinannya? Asal yakin? O pasti karena anda anggap kata BAPTIZO artinya hanya bisa satu, yaitu ‘merendam’. Dari tadi argumentasi / senjata anda cuma satu itu saja. Kasihan deh lu! Tetapi saya sudah hancurkan argumentasimu yang mengatakan bahwa artinya harus ‘merendam’!

Tidak, pengertian doktrinal tidak menyebabkan kami melakukan EISEGESIS! Pengertian tentang keadaan disana pada musim panas, lalu jumlah orang yang begitu banyak, orang Kristen sebagai orang-orang yang dimusuhi oleh Yahudi maupun Romawi, dan khususnya arti yang BAPTIZO yang tidak harus ‘merendam’!

Bukan definisi lain, tetapi memang arti lain selain ‘merendam’ itu ada, dan sudah saya buktikan di atas!

Kita telah melihat sebelumnya bahwa baptisan percik baru mulai menjadi trend sekitar abad ke- 13. Tetapi kapankah tercatat tentang pemercikan/penuangan pertama? Dalam tulisan-tulisan para “Bapa Gereja,” acuan kepada pemercikan/penuangan muncul pertama di tulisan Cyprian (pertengahan abad ke-3 M). Dalam surat Cyprian kepada Magnus, ia berkata: “You have also inquired, dearest son, what I think concerning those who, in sickness and debility, have laid hold on the grace of God, whether they are to be regarded as Christians in regular standing, seeing they have not been immersed in the water of salvation, but it has merely been poured upon them. So far as my poor ability comprehends the matter, I consider that in the sacraments which pertain to salvation, when the case is one of strict necessity and God grants his indulgence, divine simpler methods confer the whole benefit upon believers. And it should not disturb any that the sick are only sprinkled or poured upon, since the Holy Scriptures says [Here he quotes Ezekiel xxxvi, 25: 'Then will I sprinkle clean water upon you,' and certain passages in Numbers about the sprinkling of the water of purification]. Whence it appears that the sprinkling of water has equal efficacy with the full bath of salvation.” (Norman Fox, “The Rise of the Use of Pouring and Sprinkling for Baptism” The Baptist Review 4 (Oct-Dec 1882), hal. 486, reprinted by Vance Publication, 2001)

Terjemahan: “Kamu juga telah bertanya, anakku, apa yang saya pikir tentang mereka yang, dalam kesakitan dan kelumpuhan, telah mendapat kasih karunia Allah, apakah mereka dapat dianggap Kristen sebagaimana yang lain, karena mereka tidak diselamkan ke dalam air keselamatan, tetapi hanyalah dituangkan ke atas mereka. Sejauh kemampuan saya yang buruk dapat memahami masalah ini, saya menganggap bahwa dalam sakramen yang berhubungan dengan keselamatan, ketika kasusnya adalah terpaksa dan Allah mengizinkan, metode ilahi yang lebih sederhana memberikan benefit yang penuh kepada orang-orang percaya.Dan janganlah orang sakit itu cemas karena hanya dipercik atau dituangkan air, karena Kitab Suci berkata, [Di sini dia mengutip Yehezkiel 36:25: 'Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,' dan perikop tertentu dalam Bilangan tentang pemercikan air pentahiran]. Dari sana kelihatannya pemercikan air memiliki manfaat yang sama dengan mandi keselamatan yang sepenuhnya.”

Ada beberapa poin yang memimpin kepada kesimpulan yang kuat dalam kutipan Cyprian ini:

1.      Mengingat bahwa surat Cyprian ini ditulis sekitar tahun 250, jadi hanya 150 tahun terpisah dari Rasul terakhir, Yohanes, Cyprian kemungkinan besar kenal dengan orang-orang yang ayahnya pernah bertemu para Rasul dan melihat para Rasul membaptis.

Tanggapan balik Budi Asali:

Anda mengatakanKita telah melihat sebelumnya bahwa baptisan percik baru mulai menjadi trend sekitar abad ke- 13’. Itu sudah saya hancurkan!

‘Kemungkinan besar’?? Jangan pakai ‘kemungkinan’ sekalipun ‘besar’, Liauw! Hehehe, lucu sekali. Anda melarang saya pakai ‘rasa’ tetapi anda sendir pakai ‘rasa’, dan sekarang anda pakai ‘kemungkinan’! ‘Kemungkinan’, sekalipun besar, tetap adalah ‘kemungkinan’! Makan kata-katamu sendiri!

Kalau ‘kemungkinan’ anda benar, bukankah ini justru bisa menyebabkan Cyprian, yang tahu kalau rasul-rasul (setidaknya ada yang pernah) membaptis dengan percik, lalu ia mengijinkan percik?

2.      Bahwa pada tahun 250 M, muncul pertanyaan, apakah sah seseorang dipercik, mengindikasikan bahwa para Rasul tidak pernah memercik! Apalagi para hari Pentakosta! Kalau para Rasul memercik pada hari Pentakosta, pertanyaan yang dijawab oleh Cyprian ini tidak mungkin akan muncul! Siapakah yang akan meragukan pemercikan jika para Rasul memang memercik? Tidak ada!

Tanggapan balik Budi Asali:

Penganalisaan yang terlalu dangkal! Mengapa tidak mungkin orang itu bertanya? Apakah tidak mungkin bahwa pada saat itu sudah ada pro kontra tentang percik atau tuang atau selam, dan orang itu tidak mengerti tentang yang mana yang benar, sehingga lalu bertanya kepada Cyprian? Dan kalau dilihat dari kata-kata Schaff di bawah, maka terlihat dengan jelas bahwa itu memang kasusnya!

3.      Cyprian memang dalam surat ini menyetujui pemercikan (yang adalah kesalahan), tetapi perhatikan bagaimana dia menjawabnya: a) dengan keraguan; dia tidak pasti benar; dia menggunakan bahasa yang rendah hati: 'so far as my poor ability comprehends'; b) dengan mengacu kepada Perjanjian Lama, mengutip Yehezkiel dan Bilangan; c) Tidak sama sekali mengutip Perjanjian Baru. Jadi, terlihat bahwa Cyprian sama sekali tidak menyangsikan bahwa dalam Perjanjian Baru, baptisan adalah penyelaman. Cyprian yang fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin ini! Tetapi sayang sekali, belum ada Hodge pada zaman Cyprian, untuk mengingatkan Cyprian bahwa di Yerusalem tidak ada cukup air untuk membaptis 3000 orang, sehingga mereka perlu dipercik! Kalau begitu, Cyprian bisa lebih lega menjawab pertanyaan tersebut!

Tanggapan balik Budi Asali:

Saya tak tahu bagaimana anda menggunakan bahasa. Tetapi dari sudut saya, itu sama sekali bukan keraguan, tetapi hanya menunjukkan kerendahan hatinya. Dan bahwa Cyprian meragukan kata-katanya jelas merupakan omong kosong, yang terlihat dari kata-kata Schaff di bawah ini.

Schaff: Baptism by pouring water from a shell or vessel or from the hand on the head of the candidate very early occurs also and was probably considered equivalent to immersion. The Didache  allows pouring in cases of scarcity of water. But afterwards this mode was applied only to infirm or sick persons; hence called clinical baptism. The validity of this baptism was even doubted by many in the third century; and Cyprian wrote in its defence, taking the ground that the mode of application of water was a matter of minor importance, provided that faith was present in the recipient and ministrant. According to ecclesiastical law clinical baptism at least incapacitated for the clerical office (=) - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 249-250.

Saya beri terjemahan bebas dan untuk yang penting saja:

Baptisan dengan penuangan juga sudah terjadi pada masa yang sangat awal, dan mungkin dianggap sama seperti penyelaman. Didache (ditulis abad ke 2) mengijinkan penuangan dalam kasus jarang ada air. Tetapi belakangan cara ini hanya digunakan untuk orang sakit. Keabsahan dari baptisan tuang ini diragukan oleh banyak orang pada abad ke 3, dan Cyprian menulis sebuah tulisan untuk membela baptisan tuang ini, dan sebagai dasar ia mengatakan bahwa cara pemberian air adalah persoalan remeh, asal iman ada dalam diri orang yang dibaptis maupun yang membaptis.

Sekarang saya tanya: Cyprian ragu-ragu bahwa baptisan non selam itu boleh? Nonsense! Dia yakin itu boleh, dan karena itu ia menulis pembelaan terhadap baptisan tuang / percik / non selam. Ia meremehkan cara pemberian air dalam baptisan, asal yang dibaptis dan yang membaptis beriman!

Kata-kata yang anda kutip entah dari buku mana itu, sebetulnya merupakan sebagian dari tulisan Cyprian tentang kontroversi ini.
Untuk lebih meyakinkan lagi, kita pelajari saja bagaimana tulisan Cyprian yang membela baptisan percik / tuang tersebut! Saya juga tak mengutip seluruh surat tentang hal ini, tetapi hanya yang penting-penting saja, tetapi kutipan saya lebih lengkap dari kutipan anda.

Cyprian: To Magnus, on Baptizing the Novatians, and Those Who Obtain Grace on a Sick-Bed. .... 12. You have asked also, dearest son, what I thought of those who obtain God’s grace in sickness and weakness, whether they are to be accounted legitimate Christians, for that they are not to be washed, but sprinkled, with the saving water. In this point, my diffidence and modesty prejudges none, so as to prevent any from feeling what he thinks right, and from doing what he feels to be right. As far as my poor understanding conceives it, I think that the divine benefits can in no respect be mutilated and weakened; nor can anything less occur in that case, where, with full and entire faith both of the giver and receiver, is accepted what is drawn from the divine gifts. For in the sacrament of salvation the contagion of sins is not in such wise washed away, as the filth of the skin and of the body is washed away in the carnal and ordinary washing, as that there should be need of saltpetre and other appliances also, and a bath and a basin wherewith this vile body must be washed and purified. Otherwise is the breast of the believer washed; otherwise is the mind of man purified by the merit of faith. In the sacraments of salvation, when necessity compels, and God bestows His mercy, the divine methods confer the whole benefit on believers; nor ought it to trouble any one that sick people seem to be sprinkled or affused, when they obtain the Lord’s grace, when Holy Scripture speaks by the mouth of the prophet Ezekiel, and says, ‘Then will I sprinkle clean water upon you, and ye shall be clean: from alI your filthiness and from all your idols will I cleanse you. And I will give you a new heart, and a new spirit will I put within you.’ Also in Numbers: ‘And the man that shall be unclean until the evening shall be purified on the third day, and on the seventh day shall be clean: but if he shall not be purified on the third day, on the seventh day he shall not be clean. And that soul shall be cut off from Israel: because the water of sprinkling hath not been sprinkled upon him.’ And again: ‘And the Lord spake unto Moses saying, Take the Levites from among the children of Israel, and cleanse them. And thus shalt thou do unto them, to cleanse them: thou shall sprinkle them with the water of purification.’ And again: ‘The water of sprinkling is a purification.’ Whence it appears that the sprinkling also of water prevails equally with the washing of salvation; and that when this is done in the Church, where the faith both of receiver and giver is sound, all things hold and may be consummated and perfected by the majesty of the Lord and by the truth of faith. 13. But, moreover, in respect of some calling those who have obtained the peace of Christ by the saving water and by legitimate faith, not Christians, but Clinics, I do not find whence they take up this name, unless perhaps, having read more, and of a more recondite kind, they have taken these Clinics from Hippocrates or Soranus. ... if any one think that those have gained nothing by having only been sprinkled with the saving water, but that they are still empty and void, let them not be deceived, so as if they escape the evil of their sickness, and get well, they should seek to be baptized. ... 15. But if any one is moved by this, that some of those who are baptized in sickness are still tempted by unclean spirits, let him know that the obstinate wickedness of the devil prevails even up to the saving water, but that in baptism it loses all the poison of his wickedness. An instance of this we see in the king Pharaoh, who, having struggled long, and delayed in his perfidy, could resist and prevail until he came to the water; but when he had come thither, he was both conquered and destroyed. And that that sea was a sacrament of baptism, the blessed Apostle Paul declares, saying, ‘Brethren, I would not have you ignorant how that all our fathers were under the cloud, and all passed through the sea, and were all baptized unto Moses in the cloud and in the sea;’ and he added, saying, ‘Now all these things were our examples.’ ... 16. This, finally, in very fact also we experience, that those who are baptized by urgent necessity in sickness, and obtain grace, are free from the unclean spirit wherewith they were previously moved, and live in the Church in praise and honour, and day by day make more and more advance in the increase of heavenly grace by the growth of their faith. And, on the other hand, some of those who are baptized in health, if subsequently they begin to sin, are shaken by the return of the unclean spirit, so that it is manifest that the devil is driven out in baptism by the faith of the believer, and returns if the faith afterwards shall fail. ... 17. I have replied, dearest son, to your letter, so far as my poor ability prevailed; and I have shown, as far as I could, what I think; prescribing to no one, so as to prevent any prelate from determining what he thinks right, as he shall give an account of his own doings to the Lord, according to what the blessed Apostle Paul in his Epistle to the Romans writes and says: ‘Every one of us shall give account for himself: let us not therefore judge one another.’ I bid you, dearest son, ever heartily farewell (= ) - ‘Ante-Nicene Father’, Epistle 75 (dari PC Study Bible 5).

Kesimpulan / ringkasan dari kutipan-kutipan panjang yang saya beri tanpa terjemahan itu:

Pada jaman itu memang kebanyakan mempraktekkan baptisan selam, tetapi lalu muncul problem, karena bagaimana membaptis orang sakit, yang bahkan tak bisa bangun dari ranjangnya, dengan baptisan selam? Lalu orang membaptis orang-orang sakit itu dengan percik / tuang. Tetapi muncul orang-orang hyper-critical, yang mempermasalahkan, apakah itu sah atau tidak! (Catatan: orang-orang hyper-critical seperti ini banyak juga jaman sekarang, termasuk orang-orang dari GBIA Graphe!) Dan Magnus, yang kelihatannya adalah anak dari Cyprian, menanyakan itu kepada Cyprian. Dan Cyprian lalu membuat tulisan ini, yang membela baptisan percik / tuang / non selam ini!

Dan dalam bagian ‘Elucidation’ dari tulisan Cyprian ini (no XX), dikatakan sebagai berikut: St. Cyprian seems to be the earliest apologist for sprinkling (= Santo Cyprian kelihatannya adalah apologist yang paling awal tentang percik/ baptisan percik).

Tidak mengutip Perjanjian Baru, heh? Pertama, mengutip Perjanjian Lama sama sekali tak ada salahnya, dan menurut saya, ayat dalam Yehezkiel, maupun Bilangan, memang tepat. Kedua ia memang mengutip Perjanjian Baru, cuma bagian itu tidak anda kutip (dengan sengaja? untuk bohongi orang?). Atau penulis buku yang anda kutip itu yang kurang ajar sehingga hanya mengutip sebagian saja? Lihat bagian yang saya beri garis bawah ganda dan warnai biru, itu beberapa kutipan dari Paulus [1Kor 10:1-6 (catatan: ini text yang saya pakai juga untuk mendukung baptisan percik / tunga / non selam!!!); Roma 14:12-13] dan juga bagian-bagian, yang biarpun bukan kutipan kata per kata, tetapi jelas diambil dari kitab-kitab Injil (Mat 12:43-45)! Itu dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru???? Jadi, bagaimana tentang kata-kata anda yang saya kutip ulang di sini Tidak sama sekali mengutip Perjanjian Baru. Jadi, terlihat bahwa Cyprian sama sekali tidak menyangsikan bahwa dalam Perjanjian Baru, baptisan adalah penyelaman. Cyprian yang fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin ini!”???? Telan itu kembali, Steven!! Mengutip sebagian, lalu menyimpulkan?? Hmmm, persis seperti yang sering dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa!

Bahkan seandainya Cyprian tidak mengutip Perjanjian Baru, kata-kata anda tak masuk akal. Cyprian, katakanlah membela baptisan percik hanya dengan menggunakan Perjanjian Lama, tetapi seperti anda katakan, ia yakin bahwa Perjanjian Baru memerintahkan baptisan selam. Bukankah lucu? Jadi ia menabrakkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru? Anda mencoba memamerkan logika anda, yang sebetulnya tidak ada!

Cyprian lahir di Carthage, Tunisia, Afrika Utara, dan menjadi uskup di sana 2 tahun setelah baptisannya (yang terjadi pada tahun 245-246 M.) - Schaff vol II, hal 843,845.

Jadi, dari mana ia tahu apapun tentang Yerusalem, bahwa di sana kurang air dsb? O, pasti dia pernah ikut tour ke Yerusalem naik pesawat! Hehehe. Kalau dia naik unta, pasti dia sudah mati di tengah jalan jauh sebelum mencapai Yerusalem! O ada kemungkinan  lain. Mungkin ia dapat penglihatan atau mimpi tentang Yerusalem! Karena Schaff mengatakan (hal 843) bahwa ‘he believed, like Tertullian and others, in visions and dreams’ (= ia percaya, seperti Tertullian dan yang lain-lain, pada penglihatan dan mimpi)!

Hodge hidup dalam jaman yang jauh lebih modern (abad 19), sehingga jauh lebih memungkinkan baginya untuk betul-betul mengunjungi Israel, atau belajar dengan benar tentang Israel dari orang-orang yang pernah kesana, dari pada Cyprian yang hidup pada abad ke 3! Jadi, Hodge dibandingkan dengan Cyprian, saya tak ragu-ragu sedikitpun (tak pakai ‘rasa’ di sini), Hodge pasti lebih bagus dan lebih sehat, dalam pengertian ataupun kepercayaan!

Apalagi dalam hal baptisan, mereka berdua ternyata sepakat, bahwa baptisan percik / non selam memang diijinkan. Jadi, seandainya Hodge hidup pada jaman itu, ia tak perlu memberitahu apapun kepada Cyprian berkenaan dengan hal itu. Sebaliknya, mereka akan saling menguatkan, dan mereka mungkin sekali akan membicarakan betapa tololnya, dan tidak Alkitabiahnya,  orang-orang yang memutlakkan baptisan selam!

4.      Bahwa Cyprian menganggap baptisan sebagai bagian dari keselamatan, sakramen yang berhubungan dengan keselamatan. Ini adalah kesesatan. Tetapi ini memperlihatkan bahwa asal muasal munculnya praktek pemercikan adalah menyimpangnya makna baptisan. Ketika baptisan dianggap menyelamatkan, maka bayi pun harus dibaptis. Orang sakit pun harus dibaptis. Dan karena mereka tidak bisa dibaptis, maka dipercik pun jadilah!

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, mengapa bayi tak bisa diselam? Mengapa orang sakit tidak bisa diselam? Kalau mereka punya keyakinan bahwa selam itu merupakan keharusan mutlak, maka mereka tak akan mengubah hal itu! Bayi tak akan mati karena diselam selama 1-2 detik, demikian juga dengan orang tua atau orang sakit.

Musa tak menyunat anak keduanya, mungkin karena kasihan karena anak pertama menderita karena penyunatan. Tetapi kelalaian itu menyebabkan Tuhan hampir membunuh dia (Kel 4). Apakah ia, atau istrinya, lalu mengubah keharusan mutlak ‘memotong kulit khatan’ menjadi ‘menggunting kuku’nya? Apalagi kalau itu dianggap menyelamatkan, maka pasti tak akan ada yang berani mengganti!

Bukankah aneh, kalau Cyprian, yang percaya bahwa baptisan itu menyelamatkan, tetap mengubah baptisan dari selam menjadi percik, kecuali ia diyakinkan oleh Alkitab, bahwa hal itu memang diijinkan?

Juga, bisakah anda beri bukti dari buku sejarah yang cukup berotoritas bahwa ajaran sesat itu yang menyebabkan munculnya baptisan percik? Anda cuma ngomong tanpa bukti! Saya, sebaliknya, melalui kutipan dari tulisan Cyprian itu, dengan pasti bisa mengatakan, bahwa problem mula-mula adalah bagaimana membaptis orang sakit, yang sudah percaya tetapi belum dibaptis, dengan baptisan selam? Memang Cyprian percaya hal yang sesat, bahwa baptisan menyelamatkan. Tetapi kalau kita sekarang ini punya kepercayaan yang benar, yaitu hanya iman yang menyelamatkan, apakah kita tidak membaptis orang sekarat, yang sudah percaya, tetapi belum dibaptis???? Bukan untuk menyelamatkan dia, karena dia sudah selamat. Tetapi sebagai ketaatan terhadap perintah Tuhan. Lalu bagaimana anda membaptis orang sekarat itu? Tetap dengan selam?

Saya ingin tambahi satu kutipan dari buku sejarah Schaff.

Schaff: “Prof. Norman Fox and other Baptist writers, think that ‘neither infant baptism nor the use of pouring and sprinkling for baptism would ever have been thought of but for the superstitious idea that baptism was necessary to salvation.’ But this idea prevailed among the fathers and in the Greek church fully as much as in the Roman, while it is rejected in most Protestant churches where sprinkling is practiced [= Prof. Norman Fox and penulis-penulis Baptis yang lain, berpikir / menganggap bahwa ‘baptisan bayi ataupun penggunaan penuangan dan pemercikan untuk baptisan tidak akan pernah dipikirkan kecuali karena gagasan / kepercayaan yang bersifat takhyul bahwa baptisan adalah perlu untuk keselamatan’. Tetapi gagasan / kepercayaan ini berlaku di antara bapa-bapa (gereja) dan dalam Gereja Yunani sepenuhnya sama banyaknya seperti dalam gereja Roma, sedangkan itu ditolak dalam kebanyakan gereja-gereja Protestan dimana pemercikan dipraktekkan] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 250-251 (footnote).

Tadi di atas anda mengatakan gereja-gereja Yunani mempraktekkan selam, tetapi mereka percaya baptisan perlu untuk keselamatan. Juga di Gereja Roma Katolik, menurut anda selam dipraktekkan sampai tahun 1300, padahal mereka juga percaya baptisan perlu untuk keselamatan. Sebaliknya, dalam gereja-gereja Protestan, pandangan itu ditolak tetapi orang Protestan (kecuali yang ‘exentrik’) pada umumnya mempraktekkan pemercikan!

Jadi, tuduhan anda ngawur total, bukan? Itu bukan saja tuduhan yang ngawur, tetapi juga fitnahan. Tak heran, kalian bapa dan anak memang punya nature yang suka memfitnah, dan dengan demikian kalian pasti jadi alat favorit dari setan!

Mengenai pernyataan Hodge bahwa ditemukan bak baptisan yang tidak bisa dipakai untuk pencelupan, ini saya ragukan, karena Hodge tidak menyertakan gambarnya (atau ada?): 1) entah memang itu bukan bak baptisan; 2) atau sebenarnya memang cukup untuk mencelupkan. Dalam gereja-gereja Baptis, tidak jarang baptisan dilakukan menggunakan kolam mainan anak-anak, yang airnya selutut orang dewasa. Si petobat duduk di kolam mainan itu, lalu dia dibaringkan. Sebaliknya, saya punya buku berjudul Archaeology of Baptism (382 halaman), yang mendokumentasikan bukti-bukti Arkeologi tentang baptisan, termasuk foto-foto bak-bak baptisan ataupun lukisan konsep baptisan! Dari hasil penelitian Arkeologi, tidak dapat diragukan bahwa gerejagereja mula-mula mempraktekkan baptisan, bukan pemercikan!Apalagi menyinggung gereja-gereja Yunani! Gereja-gereja Yunani hingga hari ini murni mempraktekkan penyelaman, dan mereka tidak mau menerima pemercikan sebagai baptisan! Ini karena mereka mengerti bahasa mereka sendiri.

Tanggapan balik Budi Asali:

Hodge menulis Systematic Theology dan buku tafsiran, bukan komik bergambar!

Anda mengatakan ‘entah’ tetapi lalu mengatakan ‘atau sebenarnya memang cukup untuk mencelupkan’. Hehehe. ‘Entah’ berarti tak tahu, tetapi menebak-nebak!

Kalau Hodge katakan ‘tidak cukup’, saya yakin ahli theologia ini tidak begitu bodoh / gila, sehingga mengatakan ‘tidak cukup’ padahal maksud sebenarnya ‘cukup’! Anda sendiri sekarang mendefinisikan ulang suatu kata sehingga berlawanan dengan arti sebenarnya! Kalau ‘tidak cukup’ bisa berarti ‘cukup’, lalu mesti menjelaskan bagaimana untuk betul-betul menyatakan ‘tidak cukup’? Harus berkata ‘tiiiiiiiidaaaaaak cukup’???? Atau, haruskah ia berkata ‘tidak cukup, ya artinya tidak cukup, goblog!’. Lucunya, anda salahkan saya mengartikan kata BAPTIZO, sebagai ‘mencuci’, padahal ada kamus yang memang mengatakan demikian! Yang mana yang gila?

Persetan dengan praktek gereja Baptis. Pasti tak sama dengan apa yang Hodge katakan.

Foto-foto itu dari tahun berapa dan dimana? Tanpa penjelasan! Mungkin dari abad ke 20? Dan di Jakarta, di gereja yang namanya GRAPHE????

Lukisan? Hmmm, seperti Leonardo Da Vinci dalam melukis secara tolol Perjamuan Kudus yang Yesus lakukan dengan murid-muridNya?

Hasil penelitian arkeologi yang mana?

O ya? Gereja Yunani yang mana? Anda pernah ke sana dan meneliti setiap gereja yang ada?

Anda percaya foto, lukisan, gereja Yunani, omongan orang, dsb, tetapi saya percaya Alkitab, yang sudah saya buktikan di atas.


Mengenai kasus pembaptisan keluarga Kornelius, sama sekali tidak ada kesulitan. Mengingat bahwa arti umum dan literal dari baptizo adalah menyelamkan, para pendukung pemercikan haruslah mampu membuktikan bahwa penyelaman tidak bisa dilakukan. Ini tidak dapat mereka lakukan. Apalagi dalam kasus kepala penjara Filipi, Alkitab tidak mengatakan bahwa baptisan terjadi dalam penjara! (Apakah Budi Asali menambahi Alkitab di sini?) Malahan konteks memberitahu kita bahwa Paulus tidak lagi dalam penjara, tetapi sudah diberi keleluasaan oleh kepala penjara. Sekali lagi, pendukung pemercikan harus bisa membuktikan bahwa 100% tidak bisa dilakukan penyelaman, barulah mereka bisa memakai perikop ini. Jelas mereka tidak bisa membuktikan hal tersebut. Kaum Baptis hanya perlu memberikan satu alternatif yang mungkin: misalnya, bisa saja mereka turun ke sungai kecil di dekat rumah kepala penjara, bisa saja ada bak di dalam penjara, bisa saja ada bak di rumah kepala penjara, dll. Dengan adanya satu saja alternatif yang MUNGKIN terjadi, sudah gugur argumen para pemercik di sini.

Tanggapan balik Budi Asali:

O sekarang anda katakan arti umum! Apa maksudnya? Jadi ada arti khusus? Saya tak perlu membuktikan bahwa dalam kasus Kornelius tidak mungkin dilakukan penyelaman. Saya membuktikan melalui penggunaan Alkitab terhadap kata Yunani BAPTIZO, yang sudah saya lakukan di atas.

Dalam baptisan di penjara, lagi-lagi anda memberikan jawaban yang kurang lebih sama dengan Dji Ji Liong. Saya jadi ragu-ragu apakah Dji Ji Liong itu memang ada dan memang memberikan sanggahan itu, atau anda yang jadi Dji Ji Liong???

Saya kutip saja jawaban saya kepada Dji Ji Liong.

Kis 16:29-34 - “(29) Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. (30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (31) Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. (33) Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri dibaptis. (34) Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah”.

Saya kutip buku saya sendiri ttg Kisah Rasul:

Baptisan dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan mereka ‘keluar’, tetapi mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam ay 34, sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar berarti bahwa mereka pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke penjara bagian luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar. Karena penjara tidak mempunyai kolam, di sini hampir pasti tidak digunakan baptisan selam. Dari sini terlihat dengan jelas bahwa baptisan selam bukanlah satu-satunya cara membaptis yang benar!”.

Sekarang saya bahas kata2mu lagi. Coba perhatikan text di atas pd bagian yg saya cetak miring. Ay 31 itu tentu tak bisa diartikan bahwa kalau kepala penjara percaya maka ia selamat dan seisi rumahnya juga selamat. Juga tak bisa diartikan bahwa kalau ia percaya dan selamat, maka seisi rumahnya dijanjikan utk juga percaya dan selamat. Tetapi maksudnya ia hrs percaya maka ia selamat, seisi rumahnya juga harus percaya maka mereka juga selamat. Krn itu ia tak mau hanya ia yg mendengar injil, tetapi ia mengajak seisi rumahnya utk juga ikut mendengar injil dr Paulus.

Sekarang ay 32, nak! Kamu katakan ini sudah ada di rumah kepala penjara? Dasar goblok! Kata2 ‘yg ada di rumahnya’ tidak menunjuk pd tempat dimana mrk berada, tetapi menjelaskan kata ‘semua orang’ (jadi, maksudnya ‘seluruh keluarganya’).

Bible Knowledge Commentary: The words ‘and your household’ mean those members of his house”.

Catatan: yang tulis buku tafsiran ini adalah John Walvoord! Embahnya dispensationalist modern!

Jadi, pemberitaan injil dilakukan masih di dlm penjara. Lalu mrk dibaptis, juga masih di dlm penjara. Setelah semua selesai, maka dlm ay 34 mereka keluar dari penjara dan pergi ke rumah kepala penjara, dan makan disana.

Tafsiranmu, nak, yg bilang dlm ay 33, mrk pergi ke kolam atau sungai, lalu kembali ke rumah kepala penjara, kamu dpt dr ayat mana? Alkitab mbahmu ada ayat spt itu??? Alangkah alkitabiahnya, betul2 cocok dg nama ‘alkitabiah’ dr GBIA!!

Justru terbalik. Anda yang harus membuktikan bahwa memang dilakukan baptisan selam dalam setiap peristiwa! Seperti sudah saya katakan, sekarang saya ulang lagi. Beberapa contoh yang ‘rasanya’ tidak mungkin (99 % tidak mungkin) dilakukan selam, pada waktu semua itu digabungkan, secara praktis membuat pasti bahwa ada yang bukan selam. Dan satu contoh sudah lebih dari cukup.


Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

1.       Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge“He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] -‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

Wow, benarkah Hodge bisa memastikan bahwa tidak ada air dekat situ yang dapat dipakai sebagai tempat baptisan? Apakah Hodge pernah mensurvei setiap jengkal tanah antara Palestina dan Etiopia? Kalau pun pernah, pastilah sia-sia! Karena selama ribuan tahun antara kisah Filipus dan Hodge, topografi sungai bisa jadi sudah berubah total! Dalam lebih dari 1000 tahun, sungai besar pun sudah bisa hilang. Ini argumen yang sungguh tidak berbobot. Sebaliknya, penggunaan kata baptizo dalam masyarakat Yunani sebagai “menyelamkan,” seharusnya membuat kita percaya kata-kata Alkitab. Lagipula, kalau memang sida-sida dipercik, kenapa perlu ambil air dari sungai kecil yang kotor? Padahal beberapa tetes dari persediaan air minum bersih saja sudah mencukupi!

Tanggapan balik Budi Asali:

Hmmm, mengapa kata-kata saya tentang TI HUDOR (sedikit air) tidak ditanggapi? Ini Firman Tuhan! Dan anda abaikan begitu saja? Saya lihat anda tak punya senjata lain apapun selain mengatakan bahwa BAPTIZO harus berarti menyelam / merendam. Arti itu sudah tidak mungkin digunakan di sini pada waktu hanya ada sedikit air.

Kata-kata Hodge, saya tak tahu ia dasarkan pada apa, tetapi kalau ia mengatakan, pasti ia tidak sembarangan. Dan kata-katanya sesuai dengan kata-kata TI HUDOR itu! Jadi, persetan dengan topography yang berubah dsb, yang anda sendiri juga tak bisa pastikan! Topography padang pasir tak akan berubah banyak, kecuali ada banjir Nuh di antara jaman itu dan jamannya Hodge!

Dan bagaimana anda tahu kalau Hodge mengetahui daerah itu pada jaman sekarang, dan bukannya pada jaman dulu? Ia bisa membaca banyak buku-buku berkenaan dengan hal itu, yang ditulis oleh orang-orang pada jaman itu, sehingga topographynya adalah dari jaman itu!

Hehehe, lagi-lagi argumentasi yang sama dengan Dji Ji Liong! Air minum? Siapa yang bilang dia bawa? Dia bisa bawa semangka, air jeruk, buah-buahan yang banyak airnya dan sebagainya, tetapi tak bisa gunakan air semangka dsb untuk membaptis bukan? Kalaupun dia bawa air minum, itu sangat dia butuhkan, dan bisa saja ia tahu di dekat sana ada sedikit air yang cukup untuk membaptis, sehingga untuk apa mengorbankan air minumnya?

Air sungai yang kotor? Siapa yang bicara tentang air sungai yang kotor? Tahu dari mana kalau itu sungai dan kotor? Baik Alkitab maupun saya atau Hodge tak pernah katakan itu. Anda sendiri berkhayal untuk bohongi orang? Kita tak tahu air yang sedikit itu berupa apa, jadi tak usah berspekulasi. Yang jelas ada sedikit air. Dan andaikatapun kotor, tetap lebih baik pakai air itu dari pada mengorbankan air minum yang sangat penting di padang pasir (itu kalau dia tak bawa semangka dsb!).


2.       Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air ... keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

a.       Sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
b.      Sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

Bagaimana dengan alternatif ketiga: Sida-sida turun ke dalam air yang sampai ke perut/dada? Apakah ini tidak mungkin?

Tanggapan balik Budi Asali:

Poinnya anda tak mengerti. Anda betul-betul payah! Cuma 2 alternatif, atau terendam total, atau terendam sebagian. Sampai dada, atau leher, atau mata kaki, atau lutut, itu tetap sebagian.


Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanyaturun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Keduanya turun ke dalam air! Hal yang sangat tidak perlu dilakukan hanya untuk melakukan pemercikan! Setelah turun ke dalam air, barulah Filipus membaptis sida-sida, yaitu mencelupkan dia. Lalu keduanya keluar lagi dari air itu! Kaum Baptis tidak mengatakan bahwa di ayat ini “turun ke dalam air” itu adalah baptisannya! Turun ke dalam air itu memungkinkan Filipus membaptis sida-sida! Setelah “turun ke air” barulah sida-sida dibaptis. Lalu mereka kedua keluar dari air. Yang ditekankan kaum Baptis adalah: kalau memang ini pemercikan, sama sekali tidak perlu turun ke air (biar hanya semata kaki pun), cukup diambil sedikit, jauh lebih praktis. Faktanya, gereja-gereja pemercik hari ini sama sekali tidak mencari sungai untuk melakukan pemercikan mereka! Dan mereka tidak turun ke air untuk melakukan pemercikan!

Tanggapan balik Budi Asali:

Anda tak tahu apapun tentang sikon tempat itu bagaimana bentuknya kedalamannya dsb, tetapi berani komentar! Bisa karena tradisinya memang keduanya masuk ke air, bisa juga sikonnya mengharuskan keduanya turun ke air. Misalnya, air ada dalam lubang yang cukup dalam (2 meter), tetapi ketinggian air hanya 50 cm. Kalau hanya sida-sida yang masuk, bagaimana Filipus menjangkau kepala sida-sida itu? Pakai galah?

Anda tak menjawab argumentasi saya, seperti yang biasa anda lakukan (jangan mimpi melakukan itu dalam debat nanti kalau tidak mau saya sikat habis. Saya tak mau ada argumentasi saya yang tidak dijawab). Kedua orang itu disatukan sebagai subyek dengan hanya satu predikat / kata kerja, sehingga kalau yang satu terendam, yang lain juga harus terendam.

Untuk lebih jelasnya saya kutipkan lagi kata-kata saya kepada Dji Ji Liong.

Lukas, sebagai penulis kitab Kisah Rasul, secara menekankan, menggabungkan Filipus dan sida-sida sebagai subyek, dan menggunakan hanya satu kata kerja untuk subyek gabungan itu. Mari kita perhatikan textnya sekali lagi.

Ay 38-39a: (38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. (39a) Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.

Keterangan:
a)   Untuk kata kerja ‘turun’ subyeknya digabungkan, yaitu ‘keduanya’. Lalu ditekankan lagi dengan kata-kata ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’.
b)   Untuk kata kerja ‘keluar’, subyeknya digabungkan lagi, yaitu ‘mereka’.

Karena itu, kalau kata-kata ‘turun ke dalam air’ diartikan sebagai ‘terendam di bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka itu juga harus berlaku untuk Filipus.

Dan kalau kata-kata ‘keluar dari air’ diartikan ‘keluar dari bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam), maka lagi-lagi itu juga harus berlaku untuk Filipus.

Dan ini jelas tidak mungkin! Bagaimana mungkin yang dibaptis direndam di bawah air bersama-sama dengan yang membaptis?

Lenski: “Those who make the words ‘they both went down EIS, into, the water’ a part of the baptismal act in order to obtain immersion by means of EIS To HUDOR, ‘into the water,’ prove too much: Philip went down under the water as well as the eunuch” (= Mereka yang membuat kata-kata ‘keduanya turun ke dalam EIS, ke dalam, air’ sebagian dari tindakan baptisan untuk mendapatkan baptisan selam dengan cara EIS TO HUDOR, ‘ke dalam air’, membuktikan terlalu banyak: Filipus maupun sida-sida turun ke bawah air / permukaan air) - hal 347.

Lenski: “The difficulty lies in AMPHOTEROI, ‘both,’ Luke even adding: ‘both Philip and the eunuch.’ To be sure, EIS and EK are correlatives; as far as the one takes ‘into,’ so far the other takes ‘out of.’ But these prepositions apply to ‘both Philip and the eunuch.’ Take your choice: ‘to’ the water, ‘from’ the water; or stepping ‘into’ and again stepping ‘out of’ the water; or ‘down under’ the water and again ‘up from under’ the water. Total immersion if you prefer, but for ‘both.’ Not we but Luke combine them” (= Kesukarannya terletak dalam AMPHOTEROI, ‘keduanya’, dan Lukas bahkan menambahkan ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’. Memang EIS dan EK berhubungan; kalau yang satu diartikan ‘ke dalam’ maka yang lain diartikan ‘keluar dari’. Tetapi kata-kata depan ini berlaku untuk Filipus maupun sida-sida. Tentukan pilihanmu: ‘ke’ air, ‘dari’ air; atau melangkah ‘ke dalam’ dan lalu melangkah ‘keluar dari’ air; atau ‘turun ke bawah’ air dan lalu ‘naik dari bawah’ air. Engkau boleh memilih perendaman total, tetapi untuk ‘keduanya’. Bukan kami, tetapi Lukas, menggabungkan mereka) - hal 347.


b)   Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:

1.      Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:
a.       Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata  ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV:‘sprinkled’ (= memercikkan).
b.      Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah)].
c.       Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’ (= memercikkan)].
d.      Im 14:7,51 - ‘memercik’.
e.       Im 16:14 - ‘memercikannya’.
f.       Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.
g.      Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.
h.      Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (= Ia akan memerciki banyak bangsa).
i.        Ibr 9:13 - ‘percikan’.
j.        Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’. 
k.      Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (= diperciki untuk membersihkan)].
l.        Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.

Salah, baptisan adalah tanda pertobatan (Mat. 3:11), dan gambaran identifikasi dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus (Roma 6:3-4)! Bagaimanakah pemercikan menggambarkan kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus? Sama sekali tidak bisa.

Tanggapan balik Budi Asali:

Baptisan tanda pertobatannya? Bukan tanda dari pengampunan / pembersihan dosa karena pertobatan itu? Lalu mengapa harus menggunakan air, yang secara umum memang fungsinya adalah sebagai pembersih?

Ro 6:3-4 sudah saya jelaskan di depan. Silahkan dilihat lagi.


2.      Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Kata with water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).

Lukas 3:16 sangat bisa sekali diterjemahkan: I baptize you in water! (di dalam air!) Entah memang penguasaan Yunani Budi Asali sangat kurang, atau dia pura-pura tidak tahu. Hudati adalah bentuk datif dari kata benda hudor. Bentuk datif ini dalam konteks Lukas 3;16 bisa diterjemahkan instrumentatif (dengan air) atau secara locative (dalam air).

Kesimpulan: baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!

Tanggapan balik Budi Asali:

Anda mungkin pinter bahasa Yunani tetapi bodoh dalam melihat kontext. Masalah anda, anda sangat sering beri komentar tentang ayat, tanpa menuliskan ayatnya, apalagi kontextnya.

Saya ingin ingatkan, saya tak mau ini terjadi dalam acara debat. Kalau mau gunakan ayat, harus tunjukkan dan bacakan ayatnya!

Luk 3:16 - “Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: ‘Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.

Dalam ayat ini, Yohanes Pembaptis jelas mengkontraskan dirinya dengan Yesus, dan apa yang Ia lakukan dengan apa yang akan Yesus lakukan.

Apa yang ia lakukan? Membaptis dengan air. Apa yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ini cocok.

Tetapi tafsiran anda: apa yang ia lakukan? Membaptis di dalam air. Apa yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api. Ini sama sekali tak cocok!

Yang ada dalam bentuk / kasus datif bukan hanya air (HUDATI), tetapi juga ‘Roh Kudus’ (PNEUMATI HAGIOI) dan ‘api’ (PURI). Kalau ‘air’ dianggap sebagai locative (bersifat sebagai tempat), itu bukan hanya aneh (karena ‘air’ bukanlah tempat), tetapi itu juga mengharuskan kontrasnya, yaitu ‘Roh Kudus’ dan ‘api’, juga dianggap sebagai locative, sehingga menjadi ‘membaptis dalam Roh Kudus dan dalam api’, yang merupakan suatu kegilaan!

Sebaliknya, kalau semua dianggap instrumentatif (bersifat sebagai alat), maka semua cocok. Jadi yang benar adalah Yohanes Pembaptis membaptis dengan air, sedangkan kontrasnya, Yesus membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api.


Dalam Matius 3:11, digunakan preposisi en, yang diakui bisa diartikan in. Tetapi, pembaca lupa diberitahu bahwa primary meaning dari en adalah “di dalam.” Dalam KJV, en diterjemahkan “in” sebanyak 1874 kali, dan diterjemahkan “with” hanya 134 kali. Jadi, membaptis en hudati, sebenarnya jauh lebih kuat diterjemahkan “di dalam air” daripada “dengan air” karena pemakaian en primernya adalah “dalam” bukan “dengan.”

Tanggapan balik Budi Asali:

Luk 3:16 paralel dengan Mat 3:11. Karena itu kalau di atas saya sudah membuktikan bahwa Luk 3:16 itu harus diterjemahkan ‘with’, maka pasti yang Mat 3:11 juga harus demikian! Kalau tidak maka kedua ayat itu akan bertentangan!
Baik dalam Mat 3:11 maupun dalam Luk 3:16, semua Alkitab bahasa Inggris yang saya tahu menterjemahkan dengan ‘with’ (dengan)!!! Mereka salah semua dan penterjemahnya goblog semua????

Argumentasi anda tak punya kekuatan sama sekali. Kalau karena 1874 x diambil arti utamanya, apakah itu berarti selalu harus pakai arti utama? Berarti yang 134 x itu juga salah semua? Lucu sekali! Itu menjadikan ‘in’ bukan sebagai arti utama tetapi sebagai arti satu-satunya!

Saya tanya: kata Yunani PNEUMA arti utamanya apa? ‘Roh’ bukan? Hitung sendiri berapa kali diterjemahkan ‘roh’. Tetapi dalam 1Yoh 4:1-3, sekalipun memang diterjemahkan ‘roh’, tetapi artinya apa? Artinya adalah ‘pengajar (firman)’!

1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.

Jadi, sekalipun 99 % diterjemahkan sebagai ‘roh’ dan juga diartikan sebagai ‘roh’ tetapi ada tempat dimana diartikan sebagai ‘pengajar’. Kontext menuntut hal itu!

Lagipula, ada kasus Markus 1:9, “...dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes” yang memakai preposisi eis ton Iordanen (di dalam Yordan). Preposisi eis berarti di dalam, dan tidak bisa diterjemahkan dengan!

Tanggapan balik Budi Asali:

Anda licik sekali dalam berargumentasi! Ayat tak ditulis, sehingga seakan-akan ayat ini paralel dengan Luk 3:16 dan Mat 3:11???? Mari kita lihat ayatnya.

Mark 1:9 - “Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes”.

Sekarang terlihat bahwa ini ayat yang sangat berbeda, dan bukan paralel dengan Mat 3:11 dan Luk 3:16 di atas.

Perbedaan yang lain, ayat ini tidak menggunakan kata ‘air’. Yang ada adalah ‘S. Yordan’ (the Jordan)!
Lalu anda katakan di sini digunakan kata Yunani EIS, yang artinya ‘di dalam’. Nanti dulu, jangan terlalu cepat! Menterjemahkan kata depan selalu sukar, karena susunan kalimat yang berbeda dalam bahasa yang berbeda. Saya setuju EIS artinya ‘in’, tetapi apa artinya ‘in’ dalam bahasa Indonesia? Sekalipun bisa, tetapi tidak harus berarti ‘di dalam’ atau ‘dalam’. Misalnya, ‘I believe in Jesus Christ’, artinya ‘Aku percaya kepada Yesus Kristus’. Kalau ‘I live in Surabaya’, artinya ‘Aku tinggal di Surabaya’.

Dalam Mark 1:9, saya beranggapan kata depan dalam bahasa Indonesia yang harus dipilih adalah ‘di’, bukan ‘dalam’. Dan Kitab Suci Indonesia memang menterjemahkan ‘di’!

Kesimpulan: baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!


Kesimpulan: Orang yang dipercik belum dibaptis. Jadi, maukah anda menaati perintah Tuhan untuk dibaptis, ataukah anda mau mencari lagi alasan lain untuk membenarkan tradisi yang tidak alkitabiah? Masih banyak argumen lain untuk melakukan penyelaman daripada pemercikan. Misalnya Yohanes 3:23, dll. Lagipula, pemercikan hanyalah setengah kesalahan. Kesalahan yang lebih fatal adalah “baptis” bayi.

Tanggapan balik Budi Asali:

Yoh 3:23 - “Akan tetapi Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis”.

Memang dalam ayat ini, dikatakan ‘banyak air’, maka banyak orang menafsirkan bahwa di sini terjadi baptisan selam. Tetapi ingat, tak ada kata apapun yang menyatakan secara explicit bahwa itu memang penyelaman! Jadi, paling-paling anda bisa berkata ‘rasanya’ itu adalah baptisan selam. Tetapi anda sendiri mengatakan ‘jangan pakai rasa’, masakan sekarang mau anda langgar sendiri????

Juga, kalau anda menemukan satu atau beberapa kasus dalam Alkitab dimana memang digunakan baptisan selam, itu tak ada artinya. Karena anda memutlakkan / mengharuskan penyelaman, maka anda harus membuktikan bahwa setiap kasus baptisan dalam Alkitab, adalah baptisan selam! Silahkan kuliah lagi sampai dapat S4 atau S5, sampai janggut anda sampai di lutut, supaya bisa membuktikan hal itu! Hehehe.

Baptisan bayi? Hehe, saya tak takut debat tentang hal ini, tetapi ini menyimpang terlalu jauh. Tetapi saya beri kutipan sedikit.

Encyclopedia Britannica 2009 (tentang ‘baptism’): Most of those baptized in the early church were converts from Greco-Roman paganism and therefore were adults. Both the New Testament and the Church Fathers of the 2nd century make it clear that the gift of salvation belongs to children, however. Tertullian seems to have been the first to object to infant Baptism, suggesting that by the 2nd century it was already a common practice. It remained the accepted method of receiving members in the Eastern and Western churches, except in the case of adult converts..

****00****






2 komentar:

  1. untuk orang2 baptist-immersionists silakan baca dan jawab argumen2 yang melawan selam oleh james w dale dan john scott johnson ..

    artikel2 mereka bisa dicari dan di download di internet ..

    BalasHapus

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)