By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK
Wah 2:12-17 – (12) "Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan
bermata dua: (13) Aku tahu di mana engkau diam, yaitu di sana, di tempat takhta
Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang
dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam. (14) Tetapi Aku mempunyai beberapa
keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran
Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel,
supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah. (15) Demikian juga
ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus. (16)
Sebab itu bertobatlah! Jika tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan
Aku akan memerangi mereka dengan pedang yang di mulut-Ku ini. (17) Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:
Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan
Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama
baru, yang tidak diketahui oleh siapa pun, selain oleh yang menerimanya."
Kita sudah membahas 2 jemaat di
Asia yakni Efesus dan Smirna. Sekarang kita akan melanjutkan pembahasan kita
tentang jemaat Pergamus. Perlu diketahui bahwa ada perbedaan penyebutan
terhadap nama kota
Pergamus ini. Sebagian terjemahan Alkitab menyebutnya “Pergamus” seperti Alkitab
Terjemahan Baru Indonesia,
KJV, dll.
KJV - And to the angel of the church in Pergamos
write; These things saith he which hath the sharp sword with two edges
sedangkan yang lain menyebutnya “Pergamum”.
CEV - This is what you must write to the angel of the church in Pergamum:
I am the one who has the sharp double-edged sword! Listen to what I say.
TEV - "To the angel of the church in Pergamum
write: "This is the message from the one who has the sharp two-edged
sword.
Perlu diketahui bahwa bahasa
Yunani mengenal sistem gender (jenis kelamin) kata di mana kata-kata mempunyai
jenis kelamin maskulin (laki-laki), feminim (perempuan) dan neutral (banci). William
Barclay memberikan keterangan bahwa “Pergamum”
adalah bentuk feminim dari kata itu sedangkan “Pergamos” adalah bentuk
netralnya. Dalam dunia kuno, kedua nama tersebut sama-sama dipakai hanya saja
nama Pergamum
lebih dikenal luas. Itulah sebabnya terjemahan-terjemahan Alkitab yang lebih
baru lebih memilih menggunakan nama “Pergamum”
daripada “Pergamus” atau “Pergamos”.
Kita akan membahas teks kita
dalam beberapa bagian penting :
I. KOTA DAN JEMAAT
PERGAMUS.
Jikalau Efesus
terkenal sebagai kota terbesar di Asia pada masa itu, Smirna terkenal sebagai
kota yang paling indah, maka Pergamus dikenal karena ia adalah ibukota Propinsi
Asia pada masa itu dan karena itu maka para pejabat Romawi banyak tinggal di
kota ini. Kota Pergamus terletak sekitar 100 km di sebelah utara Smirna dan
dikenal sebagai kota
Bargama di Turki modern sekarang ini dan terletak di atas sebuah bukit
berbentuk kerucut.
Ada 2 hal yang
sangat menonjol dari kota
Pergamus ini :
- Kota ini memiliki perpustakaan yang besar.
Pergamus
memiliki sebuah perpustakaan yang besar pada saat itu, melebihi kota-kota yang
lain kecuali Alexandria Mesir. Tetapi bagaimana ceritanya sampai Pergamus
memiliki perpustakaan nomor 2 di dunia pada masa itu? Pada masa itu orang masih
menulis di atas kertas papyrus yang dibuat dari pohon papyrus. Dari kata
“papyrus” inilah diturunkan kata “paper”
dalam bahasa Inggris yang artinya kertas. Pohon papyrus banyak tumbuh di sungai
Nil Mesir dan karena itu produksi kertas papyrus juga berpusat di Mesir. Itu
sebabnya perpustakaan terbesar justru ada di Alexandria Mesir. Mesir juga
menjadi satu-satunya pengeksport kertas papyrus ke seluruh dunia pada masa itu.
Terdorong
untuk menyaingi perpustakaan di Alexandria Mesir maka pada abad 3 SM, raja
Pergamus yang bernama Eumenes membujuk salah satu cendikiawan dan pustakawan
Alexandria bernama Aristhopanes untuk pindah bekerja di perpustakaan Pergamus
dengan gaji yang sangat tinggi. Sayang sekali hal ini diketahui oleh raja Mesir
Ptolomeus yang akhirnya memenjarakan Aristhopanes dan menghentikan eksport
papyrus ke Pergamus. Ini secara perlahan-lahan akan mematikan perpustakaan
Pergamus karena papyrus adalah satu-satunya bahan tulis yang dikenal pada zaman
itu. Tapi raja Pergamus Eumenes tidak putus asa. Untuk mengganti bahan tulis
papyrus yang sudah tidak didatangkan lagi dari Mesir, ia meminta para
pegawainya untuk membuat bahan tulis yang lain. Mereka pun menemukan ide untuk
membuat bahan tulis dari kulit binatang yang disamak dan diperhalus. Setelah
melalui beberapa uji coba, mereka yakin itu dapat menjadi bahan tulis yang
baik, bahkan lebih tahan lama daripada kertas papyrus. Mereka pun memproduksi
bahan tulis dari kulit binatang ini secara besar-besaran di Pergamus dan lalu mengeksportnya
ke mana-mana. Ini contoh bahan tulis dari kulit binatang yang disamak itu. Bahan
tulis yang baru ini lalu diberi nama “perkament”sesuai
dengan nama asalnya yakni “Pergamum”.
F.F. Bruce : Kata “perkamen” berasal dari nama kota “Pergamum”,
di Asia Kecil, karena produksi bahan tulis ini pada suatu saat secara khusus
dikaitkan dengan tempat tersebut.
Akhirnya
perkament ini lalu menjadi bahan tulis yang lebih populer daripada papyrus dan
digunakan secara luas. Bandingkan :
2 Tim 4:13 -
Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas
di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu.
Perkament ini
juga lalu mendominasi perpustakaan Pergamus di mana perpustakaan Pergamus ini
menyimpan sekitar 200.000 literatur perkament dan ini membuat perpustakaan
Pergamus menjadi perpustakaan terbesar nomor 2 di dunia pada masa itu di
samping Alexandria – Mesir. Ini juga yang membuat Pergamus menjadi kota yang terkenal dengan
kebudayaannya yang tinggi melampaui kota-kota lain di Asia Kecil pada masa itu.
Simon Kistemaker – Kota ini bukan hanya memasarkan kulit-kulit ini tetapi juga
membuka sebuah perpustakaan yang menyimpan kira-kira 200.000 gulungan kitab. Kota ini telah menjadi
pusat studi di mana pengetahuan diakumulasi, diterapkan dan disebarkan.
- Kota ini juga (seperti Efesus dan Smirna) menjadi pusat penyembahan berhala yang besar.
Tadi sudah
saya katakan bahwa Pergamus adalah ibukota propinsi Asia
yang berada di bawah pemerintahan Romawi. Akan tetapi Pergamus ini bukan hanya
baru menjadi ibukota pada masa Romawi, jauh sebelum Romawi berkuasa, Pergamus
juga menjadi ibukota kerajaan Seleucid, salah satu pecahan kerajaan Yunani
setelah masa Alexander Agung. Karena itu Pergamus menganggap bahwa dirinya
adalah pemelihara filsafat hidup Yunani.
Sekitar tahun
240 SM mereka berperang melawan bangsa Gauls dan mereka menang dalam perang
itu. Mereka beranggapan bahwa kemenangan itu disebabkan oleh dewa-dewa Yunani
yang berdiri di belakang mereka. Untuk “mengucap syukur” atas berkat para dewa
Yunani yang membuat mereka menang perang itu, mereka lalu mendirikan sebuah
kuil yang disebut kuil Atena (yang terletak di puncak gunung yang berbentuk
kerucut itu). Tinggi kuil itu adalah 800 kaki (240 meter). Di bagian depan kuil
itu dibuat sebuah altar pemujaan terhadap dewa Zeus setinggi 40 kaki (12
meter). Dan sisi-sisi altar ini dipenuhi dengan pahatan-pahatan bernilai seni
tinggi yang menggambarkan kemenangan dewa-dewa Yunani atas dewa-dewa bangsa
lain. Pahatan-pahatan ini dikenal dengan istilah “The Battle
of Giants”. Di altar Zeus ini setiap hari diadakan korban bakaran bagi Zeus
di mana asap mengepul sangat banyak. Dan karena letak altar ini di puncak bukit
yang berbentuk kerucut maka kepulan asap korban itu sangat menyolok dan terlihat
dari jarak yang amat jauh, bahkan dari Laut Tengah. Ini adalah pemandangan yang
dapat dilihat setiap hari di Pergamus sampai pada zaman Yohanes.
Meskipun ada
penyembahan terhadap dewa Zeus, tetapi Pergamus secara khusus dikaitkan dengan
dewa Asclepius Dewa Asclepius ini disebut sebagai “Dewa Pergamus”. Seorang
bernama Galen mengatakan bahwa di Pergamus, kalau orang mau bersumpah, maka
mereka bersumpah demi nama Asclepius ini dengan mengatakan : “Aku bersumpah demi nama Asclepius, dewa
orang Pergamus”. Jadi terlihat bahwa dewa Asclepius ini secara khusus
dikaitkan dengan Pergamus walaupun dewa ini disembah juga di kota lain seperti Smirna. Dewa Asclepius ini
dikenal sebagai dewa kesehatan dan pengobatan di mana ia biasa memegang seekor
ular.
Simon Kistemaker – Asclepius adalah dewa penyembuhan yang menarik perhatian
banyak orang yang sakit jasmani. Simbolnya adalah ular yang masih dipakai
sebagai lambang kesehatan sampai saat ini.
Agnes Maria Layantara – “…Karena
latar belakang inilah, ular digunakan apotek sebagai lambang kesembuhan. (Wahyu Tuhan Bagi Gereja-Nya, hal.
40).
Karena itu di
Pergamus dibangun juga sebuah kuil penyembahan dewa Asclepius
ini di mana banyak orang sering pergi ke situ untuk mendapatkan kesembuhan.
Agnes Maria Layantara – Di kuil dewa Asclepius
terdapat ular. Banyak orang yang menyembah di kuil itu, terutama orang-orang
sakit. Orang sakiut berkumpul pada malam hari untuk minta kesembuhan. Mereka
percaya jika malam hari dewa Asclepius datang dengan tanda ular yang mematuk,
mereka akan sembuh. (Wahyu Tuhan Bagi Gereja-Nya, hal.
40).
Karena banyak
orang datang ke Pergamus mencari kesembuhan, sehingga Steve Gregg mengatakan
bahwa kota ini seperti ‘Lourdes’
(kota kesembuhan
orang Katolik) bagi dunia purba. Mereka menganggap dan menyebut Asclepius dengan sebutan “SOTER” yang artinya juruselamat.
Herman Hoeksema - Karena kuasa,
yang sebenarnya hanya merupakan khayalan, dari dewa ini, ia pada umumnya
dikenal sebagai “SOTER”, yaitu Juruselamat. ... ular, simbol dari setan,
dipanggil / disebut / diterima dan disembah sebagai juruselamat manusia. (Behold He Cometh, hal. 83).
Setelah Romawi menjadi penguasa dunia, Romawi pun
menaklukan kota Pergamus ini dan merebutnya dari
tangan Yunani dan lalu menjadikannya menjadi ibukota propinsi Asia
sehingga di tangan Romawi Pergamus berkembang menjadi pusat politik dan agama. Orang-orang
Romawi pun lalu membangun sebuah kuil untuk kaisar Romawi yakni kaisar Agustus
pada tahun 129 SM dan lalu memperkenalkan sistem penyembahan kepada
kaisar-kaisar Romawi. Memang hampir di semua daerah Asia Kecil pada waktu ada
kuil penyembahan untuk kaisar-kaisar Romawi tetapi karena Pergamus adalah
ibukota propinsi, maka ia menjadi pusat atau sentral penyembahan kepada kaisar.
Simon Kistemaker – Kuil-kuil
yang dipersembahkan untuk Trajan dan Severus dibangun lebih banyak kemudian hari. Pergamus telah menjadi pusat
penyembahan terhadap kaisar dan untuk sementara waktu kota
ini menjadi saingan bagi kota Smirna dan Efesus,
bagi kota itu
diberi hak istimewa untuk menunjuk penjaga-penjaga kuil atau pembersih kuil (neokoros). Kota
ini juga menjadi pusat administrasi pemerintah Romawi di Propinsi Asia.
William Barclay – Pergamus
adalah pusat administrasi Asia. Ini berarti
Pergamus adalah pusat penyembahan kaisar untuk propinsi Asia.
(Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.
133).
Penyembahan kepada dewa-dewa dan kaisar-kaisar Romawi
adalah penyembahan berhala dan itu adalah pekerjaan iblis. Praktek tersebut ada
di hampir seluruh Asia jadi boleh dikatakan bahwa iblis bekerja di seluruh Asia. Tetapi karena Pergamus adalah pusatnya maka Pergamus
dianggap sebagai pusatnya Iblis di mana Iblis bertakhta di sana. Itulah sebabnya ayat 13 berkata
:
Wah 2:13 - Aku
tahu di mana engkau diam, yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis;… di mana Iblis diam.
TL - Aku tahu
di mana engkau diam, yaitu di tempat
Iblis bertakhta…. di tempat
Iblis diam.
BIS - Aku tahu
di mana kalian tinggal, yakni di
tempat Iblis bertakhta….di
markas Iblis, …”
Wycliffe Bible
Commentary - Bukit yang tinggi di
belakang kota
penuh dihiasi dengan kuil, dan di antaranya terdapat kuil yang
besar untuk Zeus, yang disebut
Soter Theos, Allah
Juruselamat. Pergamum merupakan kota
pertama di propinsi Asia yang mendirikan kuil
untuk Agustus. Kota
ini terkenal karena sekolah-sekolah kedokterannya; dan Asklepius, dewa
kesehatan, yang dilambangkan dalam bentuk ular dipuja di tempat ini. Ramsay
mengatakan, "Jauh melebihi semua kota lainnya di
propinsi Asia Kecil, kota
ini memberikan kepada seorang wisatawan kesan bahwa ini adalah
rumah orang yang berkuasa." Jadi, sangat cocok bahwa di tempat ini
dikatakan terdapat takhta Iblis. (Vol.3, hal. 1107)
Nah di tempat
semacam inilah (tempat iblis bertakhta), jemaat Kristen di Pergamus hadir dan
hidup. Tidak jelas asal usul dari jemaat ini tetapi kemungkinan besar jemaat
ini didirikan oleh Paulus. Ini terlihat dari catatan Kisah Para Rasul dan 2
Korintus bahwa Paulus sempat mengadakan penginjilan di Troas
:
Kis 16:8, 11 –
(8) Setelah melintasi Misia, mereka sampai
di Troas. (11) Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan
harinya tibalah kami di Neapolis
Kis 20:5-6 – (5) Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas.
(6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan
empat hari kemudian sampailah kami di
Troas dan bertemu dengan mereka. Di
situ kami tinggal tujuh hari lamanya.
2 Kor 2:12 - Ketika aku
tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan
telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.
Troas adalah tetangga dari Pergamus jadi ada kemungkinan
bahwa gereja di Pergamus merupakan hasil penginjilan rasul Paulus. Beradanya jemaat Pergamus di tengah kota Pergamus yang adalah
pusat penyembahan berhala menunjuk pada gereja Tuhan yang hidup di tengah-tengah dunia yang bejad atau
gelap.
II. PUJIAN TERHADAP
JEMAAT PERGAMUS.
Jemaat
Pergamus mendapat pujian dari Tuhan. Pujian ini muncul dalam ayat 13 :
Wah 2:13 - Aku
tahu di mana engkau diam, yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis; dan engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak
menyangkal imanmu kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang
setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu, di mana Iblis diam.
Nah, apa saja
pujian yang diberikan kepada mereka?
- Mereka dipuji karena mereka tinggal di tempat takhta Iblis.
Wah 2:13 - Aku
tahu di mana engkau diam, yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis; …di mana Iblis diam.
Tentang “takhta Iblis” sudah saya jelaskan tadi
bahwa kota Pergamus disebut demikian karena di kota inilah pusat penyembahan berhala di seluruh Asia. Di sini kita menemukan pujian Kristus kepada jemaat
Pergamus karena mereka diam di takhta Iblis itu.
Kata “diam” di sini berarti “tinggal”. Tetapi
di dalam bahasa Yunani ada 2 kata yang sama-sama berarti “tinggal” yakni
“KATOKEIN” yang berarti tinggal permanen dan “PAROKEIN” yang berarti tinggal
sementara. Nah, di dalam ayat ini, kata “diam”
bukan menggunakan “PAROKEIN” tetapi “KATOKEIN” yang berarti tinggal secara
tetap / permanent.
Wah 2:13 - Aku
tahu di mana engkau diam (KATOIKEO),
yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis;…
Ini berarti
bahwa orang Kristen di Pergamus adalah masyarakat yang tidak hanya tinggal
sementara yang setiap saat bisa pindah dari sana
tetapi adalah masyarakat yang tinggal menetap untuk seterusnya di sana. Kemungkinan besar
mereka adalah orang-orang asli Pergamus sendiri yang lalu menjadi percaya pada
Yesus (jadi mereka bukan pendatang). Menariknya, kata yang sama dipakai untuk
iblis dalam frase “di mana Iblis diam”.
Wah 2:13 - Aku
tahu di mana engkau diam (KATOIKEO),
yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis; … di mana Iblis diam
(KATOIKEO).
Berarti Iblis
juga tinggal secara permanent di Pergamus dan itu berarti bahwa orang Kristen
dan iblis sama-sama tinggal permanent di sana.
Ini adalah salah satu alasan mengapa Tuhan memuji jemaat Pergamus. Mereka tahu
bahwa Pergamus adalah takhta Iblis, tempat di mana Iblis tinggal secara
permanent, tempat kekafiran berkuasa secara mutlak tetapi mereka tetap memilih
tinggal secara permanent di sana dan tidak melarikan diri. Coba saudara
pikirkan, jika saudara tinggal di satu rumah dan saudara lalu tahu bahwa rumah
itu adalah rumah hantu dan hantu tinggal di situ secara permanent, apakah
saudara tetap mau tinggal di situ? Jangankan hantunya tinggal permanent, jika dia
tinggal sementara saja (kost) mungkin saudara tidak berani kost di sana. Jadi di sini Tuhan
memuji keberanian jemaat Pergamus yang berani tetap tinggal secara permanent di
kota Pergamus yang adalah takhta Iblis dan Iblis
berdiam di sana.
Tentu ini tidak bisa dibayangkan seperti suatu lokasi tempat Iblis membangun
takhtanya melainkan kekuasaan Iblis yang sangat besar ada di Pergamus dan
mereka tetap tidak takut / melarikan diri dari Pergamus.
Ini seharusnya
membawa satu pelajaran penting bagi kita sebagaimana yang dikatakan Barclay :
William Barclay – Prinsip kehidupan Kristen bukanlah melarikan diri,
melainkan menaklukan. Kita mungkin merasa bahwa akan lebih mudah bila kita
menjadi orang Kristen di tempat lain atau di lingkungan lain, namun tugas orang
Kristen adalah bersaksi bagi Kristus di mana pun kita berada….semakin sulit
menjadi orang Kristen di lingkungan tertentu, semakin besar tanggung jawabnya
untuk bertahan di lingkungan tersebut. Jika orang Kristen pada zaman gereja
perdana melarikan diri setiap kali berhadapan dengan tugas sulit, maka
kemungkinan untuk memenangkan dunia bagi Kristus sudah hilang pada masa itu
juga. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 135).
Bandingkan
kata-kata Barclay di atas dengan kata-kata Herman Hoeksema :
Herman Hoeksema: Bisa ditanyakan
suatu pertanyaan apakah tidak sebaiknya gereja kecil itu pindah tempat keluar
dari kota yang
jahat di mana Iblis bertakhta dan berdiam. Adalah lebih aman baginya di kota lain di sekitarnya.
Tetapi itu bukanlah pesan yang harus diberikan oleh Yohanes kepada gereja itu,
juga itu bukan sikap dari Kitab Suci pada umumnya. ... Kitab Suci tidak pernah
mengatakan kepada kita bahwa gereja Kristus seperti itu harus beremigrasi dari
dunia dan secara hurufiah hidup di suatu tempat yang terpencil. (Behold He Cometh, hal. 85).
Benar sekali!
Itulah prinsipnya! Orang Kristen dipanggil untuk bersaksi bagi Kristus di mana
saja ia ditempatkan Tuhan. Namun seringkali ada banyak orang Kristen yang tidak
betah berada di lingkungan yang tidak Kristiani, yang tidak mengenal Tuhan,
apalagi kalau di lingkungan itu mereka mengalami kesukaran-kesukaran sebagai
seorang Kristen. Dan mereka lebih memilih untuk keluar dari lingkungan tersebut
dan mencari lingkungan yang lebih aman/nyaman dan kalau bisa bergabung bersama-sama
orang Kristen lainnya. Barclay menceritakan tentang seorang wartawan sekuler
yang begitu menjadi Kristen, langkah pertama yang dilakukannya adalah pindah
tempat bekerja ke sebuah majalah Kristen. Pdt. Jusuf Roni pernah bercerita
bahwa ia pernah diminta berdoa oleh seorang karyawan agar kalau bisa
mendapatkan tempat kerja yang lain karena di tempat kerja dia saat itu hanya
dia satu-satunya orang Kristen. Ia ingin bekerja di tempat di mana ada banyak
saudara-saudara Kristen di sana.
Ini adalah contoh dari orang-orang yang tidak berani hidup di lingkungan yang
tidak mengenakkan bagi seorang Kristen. Tetapi tidak demikian dengan jemaat
Pergamus. Mereka hidup di pusat takhta Iblis, yakni pusat penyembahan berhala,
di mana sangat sukar untuk menjadi orang Kristen di sana,
tetapi mereka tetap tinggal di sana
secara permanent. Itulah sebabnya Tuhan memuji mereka.
Memang bisa
dimengerti bahwa manusia berusaha mencari tempat yang lebih aman dan lebih
menyenangkan, tetapi kita perlu ingat keamanan diri kita sebetulnya tidak
tergantung tempat / sikon di mana kita berada, tetapi tergantung kepada Tuhan.
Tuhan bisa melindungi dan membebaskan Petrus, yang dikelilingi oleh
musuh-musuhnya (Kis 5:18-dst), dan Tuhan bisa membunuh Herodes
ditengah-tengah para pendukung / pengagumnya (Kis 12:21-23). Ingat juga
bahwa kita dipanggil oleh Kristus untuk menjadi “terang dunia” (Mat 5:14),
dan kalau semua “terang” berkumpul bersama-sama, lalu siapakah yang akan
menerangi kegelapan? Ingat bahwa semakin gelap suatu tempat, semakin dibutuhkan
terang. Karena itu marilah kita memiliki keberanian seperti jemaat Pergamus
yang tidak gampang lari dari persoalan / kesulitan melainkan tetap hidup di sana dan berjuang untuk
menaklukannya.
Saya setuju
dengan kata-kata Barclay dan Herman Hoeksema tetapi pada saat yang sama saya
juga berpendapat bahwa kata-kata Barclay dan Hoeksema di atas tidak boleh
dimutlakkan, seakan-akan dalam keadaan apa pun kita tidak boleh pindah/lari. Bandingkan
dengan Kej 46:1-7 di mana Yakub pindah ke Mesir, dengan restu dari Allah,
karena adanya bahaya kelaparan. Kis 9:22-26 menceritakan bahwa Paulus lari
dari Damsyik ke Yerusalem, karena mau dibunuh. Mat 24:15-21, khususnya
ayat 16 dan 20 di mana kata ‘melarikan
diri’ muncul 2kali. Di sini / dalam situasi ini Tuhan bahkan memerintahkan
untuk lari.
Mat 24:16,20 – (16) maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. (20) Berdoalah,
supaya waktu kamu melarikan diri
itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat
Dari semua ini
saya menyimpulkan bahwa kita boleh lari / pindah, kalau betul-betul mau
dibunuh/akan mati kalau tidak pindah, bukan sekedar pada waktu mengalami
keadaan sukar dan kita diyakinkan dalam pergumulan kita, bahwa Tuhan
mengijinkan / menyuruh kita lari.
Menjadi Kristen
tidak mudah, apalagi menjadi Kristen yang taat dan sungguh-sungguh. Seringkali
kita berhadapan dengan berbagai macam kesukaran, penderitaan, perlawanan, sikap
permusuhan, dll di negara kita atau di kota
kita atau di lingkungan kita atau di tempat kerja kita atau bahkan dalam rumah
kita sendiri sebagaimana kata Yesus :
Mat 10:36 -
dan musuh orang ialah orang-orang
seisi rumahnya
Tetapi itu
semua tidak boleh membuat kita melarikan diri dan mencari aman. Kita harus
tetap berada di sana
untuk menunjukkan kualitas kekristenan kita dan menjadi terang di tengah-tengah
kegelapan itu.
Simon
Kistemaker - Hidup dekat dengan tempat
tinggal Iblis, maka pengikut-pengikut Yesus Kristus dapat berharap untuk
bertahan baik dalam penganiayaan maupun kematian. Tempat tinggal mereka dan
tempat tinggal Iblis itu sama, demikianlah sehingga orang jahat selalu
hadir. Kecenderungan orang percaya untuk
melarikan diri dari domisili Iblis bukan
bayangan semata. Tetapi Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka
ada dalam dunia tetapi bukan dari dunia (Yoh. 17:14-18). Dia menugaskan
umat-Nya untuk membawa berita keselamatan
dimana saja di atas muka bumi ini. Dia sebagai pemenang telah berkata, “tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah
mengalahkan dunia” (Yoh. 16:33). Dengan
kemenangan ini, Tuhan Yesus membagi kemenangan-Nya kepada para pengikut-Nya yang pergi ke dunia
dengan pengetahuan bahwa Firman Allah tidak pernah kembali dengan sia-sia
karena Firman Allah tidak pernah terbelenggu (Yes. 55:11; 2 Tim 2:9).
Jikalau saudara
berani bertindak seperti itu maka sebagaimana Tuhan memuji jemaat Pergamus, Ia
juga akan memuji saudara.
- Mereka dipuji karena mereka setia kepada Kristus.
Wah 2:13 –
“….engkau berpegang kepada nama-Ku,
dan engkau tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku, juga tidak pada zaman Antipas, saksi-Ku, yang setia
kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu,…”
Kata-kata “berpegang kepada nama-Ku” artinya sama
dengan “tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku” yang keduanya boleh disebut dengan satu kata yakni setia. Jadi
jemaat Pergamus dipuji Tuhan karena mereka setia kepada Kristus. Mereka bukan
hanya tetap tinggal di Pergamus tetapi mereka juga setia kepada Kristus. Apa
artinya jikalau mereka tetap tinggal di Pergamus, tidak melarikan diri dari sana tapi pada saat yang sama mereka menyangkal nama
Kristus di sana?
Itu tidak ada artinya! Tetapi jemaat Pergamus tidak demikian! Mereka tetap
tinggal di Pergamus, takhta Iblis itu dan pada saat yang sama tetap
mempertahankan kesetiaan mereka kepada Kristus. Kesetiaan ini sangat berarti
karena kesetiaan itu ditunjukkan di dalam lingkungan yang sama sekali tidak
bersahabat dengan kekristenan bahkan memusuhi Kristen.
Pada masa itu
praktek penyembahan kepada kaisar Romawi diwajibkan di seluruh daerah jajahan
Romawi, dan sebagai ibukota propinsi Asia,
Pergamus adalah pusatnya. Karena itu penekanan terhadap penyembahan kaisar
sangat kuat di Pergamus dan penolakan terhadap hal itu harus dibayar dengan
nyawa.
William Barclay - Menolak untuk membakar dupa dan menolak mengatakan, "Kaisar adalah Tuhan",
bukanlah suatu tindakan agama, tetapi tindakan politik, yaitu dianggap tidak
setia pada kekaisaran Romawi. Itu sebabnya pemerintah Romawi menjatuhkan
hukuman seberat-beratnya kepada orang yang menolak mengatakan "Kaisar
adalah Tuhan". (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.
24).
William Barclay – “…Pergamus adalah
pusat agama kafir, penyembahan berhala dan dewa-dewi. Di sana
ada penyembahan Atena dan Zeus, yang altar raksasanya menjulang menguasai kota. Di sana juga ada penyembahan Asclepios yang
membuat orang sakit berdatangan dari tempat yang jauh maupun dekat. Dan di atas
semua ini, ada penyembahan Kaisar yang penuh tuntutan, bagai pedang beracun
yang melayang-layang siap menebas kepala orang Kristen. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari :
Wahyu 1-5, hal. 134).
Pada waktu itu
gubernur-gubernur Romawi terbagi menjadi 2 bagian. Ada gubernur yang mempunyai hak untuk
menghukum mati seseorang yang disebut hak pedang atau “Ius Gladi”dan ada gubernur yang tidak mempunyai hak ini. Pontius
Pilatus adalah gubernur yang memiliki hak “Ius
Gladi” ini. Itulah sebabnya ia mempunyai kuasa untuk menjatuhkan hukuman
mati kepada Yesus. Nah pada saat itu gubernur propinsi Asia
yang tinggal di Pergamus sebagai ibukota propinsi adalah gubernur dengan hak “Ius Gladi” ini dan karena itu ia
mempunyai kuasa untuk menghukum mati seseorang dengan perkataannya. Persoalannya
adalah bagi seorang Kristen, tidak ada Tuhan lain selain Yesus Kristus. Bagi
orang Romawi, ketidakmauan untuk mengakui kaisar sebagai Tuhan adalah
ketidaksetiaan terhadap Romawi tetapi bagi orang Kristen, pengakuan terhadap
orang lain sebagai Tuhan selain Yesus adalah ketidaksetiaan dan bahkan
pengkhianatan terhadap Yesus. Orang Romawi mau agar orang Kristen mengakui
kaisar sebagai Tuhan sebagai bentuk kesetiaan kepada Romawi tetapi orang
Kristen mau setia kepada pemerintah Romawi tapi tidak dengan cara mengakuinya
sebagai Tuhan apalagi menyembahnya. Karena itu banyak orang Kristen Pergamus
yang menolak menyebut kaisar sebagai Tuhan apalagi memberi korban / persembahan
di kuil kaisar. Akibatnya banyak dari antara mereka yang dihukum mati dengan
hak pedang / “Ius Gladi” nya
gubernur. Mungkin karena latar belakang inilah maka Yesus dalam surat-Nya
kepada jemaat Pergamus memperkenalkan diri-Nya sebagai yang memakai pedang
tajam bermata dua.
Wah 2:12 -
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan
bermata dua:
Salah seorang
dari Pergamus yang dihukum mati adalah Antipas.
Wah 2:13 – “… Antipas, saksi-Ku, yang setia
kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu,…”
Siapa
sebenarnya Antipas ini? Tidak ada informasi yang cukup dan akurat. Dari
beberapa sumber yang mengacu pada tradisi Kristen, hanya dikatakan bahwa
Antipas ini adalah bishop / uskup di jemaat Pergamus. Dalam sebuah pertentangan
dengan para imam Asclepius, ia dihukum mati dengan cara dibakar di dalam sebuah
sapi kuningan. Hanya itu saja informasinya. Kisah Antipas ini jelas berbeda
dengan kisah uskup Smirna (Polycarpus) yang kisahnya lebih dikenal dan lebih akurat.
Tetapi tentang fakta tidak terkenalnya Antipas inia ada hal yang menarik :
Pulpit Commentary - Tentang
Antipas kita tidak mengetahui apa pun lebih dari yang disebutkan di sini. Tidak
ada catatan sejarah, kecuali ini, yang menunjuk kepadanya. Tetapi Kristus tidak
pernah lupa. Diingat oleh Dia adalah sesuatu yang sudah cukup masyhur.
Jadi maksudnya
adalah biar pun sejarah tidak mencatat dan mengingat si Antipas ini, tapi Tuhan
Yesus Kristus mengingat dia. Demikian juga Tuhan pasti mengingat setiap
penderitaan dan pengorbanan saudara karena iman saudara kepada Dia sekalipun
manusia mungkin melupakannya. Bukan hanya itu saja. Yang menarik adalah bahwa
Yesus menyebut Antipas sebagai “Saksi-Ku
yang setia”.
Wah 2:13 – “… Antipas, saksi-Ku, yang setia
kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu,…”
Dan ini adalah
sebuah penghormatan yang besar dan pujian yang sangat tinggi bagi Antipas
karena sebutan itu sesungguhnya adalah sebutan Kristus untuk diri-Nya sendiri.
Wah 1:5 - dan
dari Yesus Kristus, Saksi yang setia,
yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja
bumi ini….”
Jadi Kristus
memuji kesetiaan Antipas tetapi pada saat yang sama Ia juga memuji jemaat
Pergamus yang pada saat Antipas menjadi martir (dibunuh di hadapan mereka),
mereka tidak goyah iman dan kesetiaannya kepada Kristus melainkan tetap
berpegang pada nama Kristus dan setia kepada-Nya.
Wah 2:13 –
“…engkau berpegang kepada nama-Ku, dan engkau tidak menyangkal imanmu
kepada-Ku, juga tidak pada zaman
Antipas, saksi-Ku, yang setia kepada-Ku, yang dibunuh di hadapan kamu,
…”
Semua ini
mengajarkan kepada kita betapa Tuhan begitu senang dan menghargai orang-orang
yang setia kepada-Nya, apalagi mereka yang setia kepada-Nya di dalam
penderitaan, kesukaran, bahaya dan ancaman. Lebih lagi mereka yang setia sampai
mati. Bandingkan dengan fakta bahwa Alkitab berkata Yesus naik ke surga dan
duduk di sebelah kanan Allah Bapa, tetapi pada saat Stefanus mau mati syahid,
justru dikatakan bahwa Yesus berdiri.
Kis 7:55-57 –
(55) Tetapi Stefanus,…menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
(56) Lalu katanya: "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan
Allah." (57) Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup
telinga serentak menyerbu dia. (58) Mereka menyeret dia ke luar kota, lalu melemparinya.
…”
Mengapa Yesus
berdiri?
Wycliffe Bible Commentary –
Yesus biasanya dilukiskan sebagai duduk di sebelah kanan Allah (Maz 110:1; Ibr
1:13). Mungkin di sini Dia digambarkan sebagai berdiri dari takhta-Nya untuk
menerima sang martir ini. (Vol 3, hal. 427).
Jadi
kelihatannya ini semacam penghormatan berupa “Standing Ovation” bagi hamba-Nya yang setia. Demikianlah Tuhan
Yesus menghargai, menghormati dan mumuji hamba-hamba-Nya yang setia kepada-Nya
di dalam segala kesulitan dan penderitaan dan kematian.
Dalam
pengiringan kita kepada Tuhan Yesus Kristus di dunia ini, kita pasti akan
diperhadapkan dengan begitu banyak tantangan, penderitaan, kesulitan,
permusuhan, perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan aniaya. Jika demikian
bagaimana sikap saudara? Maukah saudara setia dan terus berpegang pada
nama-Nya?
Ada sebuah kisah tentang Ignatius
dari Antiokhia. Ia adalah murid dari Rasul Yohanes. Dikatakan bahwa pada masa
pemerintahan kaisar Trajan, Ignatius dengan keras menolak dan menentang praktek
penyembahan kepada kaisar-kaisar Romawi. Akibat dari itu, ia ditangkap dan
dikirim ke Roma untuk dihukum mati di sana.
Dalam suratnya kepada jemaat Roma, ia menulis demikian :
“Aku siap menghadapi binatang buas yang siap
melahapku sekarang. Sekarang aku menjadi murid Kristus. Aku tidak memandang
segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan yang membuat
kagum dunia ini. Cukuplah bagiku jika aku ikut ambil bagian dalam Kristus.
Biarlah iblis dan orang-orang jahat menyakitiku dengan segala macam sakit dan
penyiksaan, dengan api, dengan salib, dengan bertarung melawan binatang buas,
dengan tercerai berainya anggota tubuhku, aku tidak terlalu menghargai semuanya
itu, karena aku menikmati Kristus”.
Di depan Senat
Roma yang mengadilinya, Ignatius selalu berbicara tentang Yesus. Hampir semua
kalimatnya ada nama Yesus disebutkan di dalamnya. Ini membuat para anggota
Senat menjadi marah dan bertanya kepadanya “mengapa
kamu selalu saja menyebut nama Yesus itu?” Ignatius pun menjawab :
“Yesus yang kukasihi, Juruselamatku,
tertulis sangat dalam di hatiku, sehingga aku merasa yakin, jika hatiku dibelah
dan dipotong-potong, nama Yesus akan ditemukan tertulis dalam setiap potongan
tersebut”.
Akhirnya
Ignatius pun dihukum mati dengan cara membiarkannya menjadi mangsa binatang
buas. Sebelum 2 ekor binatang buas dilepas untuk memangsanya, Ignatius sempat
berkata :
“Aku adalah biji mata Tuhan. Aku digertak
oleh gigi-gigi binatang buas supaya aku
menjadi roti Kristus yang murni, yang bagiku merupakan roti kehidupan”.
2 ekor
binatang buas pun dilepas dan langsung segera memangsa Ignatius. Seluruh
tubuhnya dimakan habis binatang buas itu hingga hanya tertinggal beberapa potongan
tulangnya saja. Demikianlah kisah Ignatius yang berhadapan dengan binatang buas
dan menjadi martir Kristus.
Lalu bagaimana
dengan saudara? Bagaimana jika saudara yang diperhadapkan dengan binatang buas?
Bagaimana jika binatang buas itu adalah suami / isteri saudara sendiri?
Bagaimana kalau binatang buas itu adalah orang tua / kakak adik / anak saudara?
Maukah saudara tetap setia mengiring Tuhan dan berpegang pada nama-Nya? Kalau
ya, Tuhan menghargai dan menghormati saudara!
- AMIN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)