Pdt. Budi Asali, M. Div.
I) Karunia yang terutama?
Dalam kalangan
Kharismatik diajarkan bahwa bahasa Roh adalah karunia yang terutama dan
terpenting. Ini jelas salah karena:
1) Dalam daftar karunia-karunia, bahasa Roh
selalu diletakkan di tempat terakhir.
1Kor 12:8-10,28-30
- “(8) Sebab kepada yang seorang Roh
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh
yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang
seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat,
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam
roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan
bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa
roh itu. ... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat:
pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya
mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan,
untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.
(29) Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua
mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk
berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.
2) 1Kor 14:1 menyatakan bahwa karunia yang terutama
adalah karunia bernubuat.
1Kor 14:1 - “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu
memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat”.
3) Seluruh 1Kor 14 meninggikan karunia bernubuat
dan merendahkan karunia bahasa Roh.
1Kor 14:1-40
- “(1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah
dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. (2)
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia,
tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh
Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia
berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. (4) Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa
yang bernubuat, ia membangun Jemaat. (5) Aku suka, supaya kamu semua
berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu
bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang
berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya,
sehingga Jemaat dapat dibangun. (6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang
kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika
aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat
atau pengajaran? (7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi
yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi--bagaimanakah orang dapat mengetahui
lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak
mengeluarkan bunyi yang berbeda? (8) Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi
yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? (9) Demikianlah
juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan
kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan?
Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! (10) Ada banyak--entah berapa
banyak--macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di
antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. (11) Tetapi jika aku tidak
mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang
mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. (12) Demikian pula dengan kamu:
Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari
pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. (13)
Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya
kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. (14) Sebab jika aku
berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak
turut berdoa. (15) Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan
rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan
memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal
budiku. (16) Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah
orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ‘amin’ atas
pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? (17) Sebab
sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun
olehnya. (18) Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan
bahasa roh lebih dari pada kamu semua. (19) Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku
lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang
lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh. (20) Saudara-saudara,
janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam
kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! (21) Dalam hukum Taurat ada tertulis:
‘Oleh orang-orang yang mempunyai bahasa lain dan oleh mulut orang-orang asing
Aku akan berbicara kepada bangsa ini, namun demikian mereka tidak akan
mendengarkan Aku, firman Tuhan.’ (22) Karena itu karunia bahasa roh adalah
tanda, bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman;
sedangkan karunia untuk bernubuat adalah tanda, bukan untuk orang yang tidak
beriman, tetapi untuk orang yang beriman. (23) Jadi, kalau seluruh Jemaat
berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu
masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan
mereka katakan, bahwa kamu gila? (24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk
orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan
diselidiki oleh semua; (25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya
akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku:
‘Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu.’ (26) Jadi bagaimana sekarang,
saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau
penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang,
seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28)
Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri
dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan
kepada Allah. (29) Tentang nabi-nabi--baiklah dua atau tiga orang di antaranya
berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. (30) Tetapi jika
seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus
berdiam diri. (31) Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang,
sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. (32) Karunia nabi
takluk kepada nabi-nabi. (33) Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi
damai sejahtera. (34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus,
perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab
mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti
yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. (35) Jika mereka ingin mengetahui
sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak
sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. (36) Atau adakah
firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu telah
datang? (37) Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat
karunia rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah
perintah Tuhan. (38) Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu
mengindahkan dia. (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk
memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang
berkata-kata dengan bahasa roh. (40) Tetapi segala sesuatu harus berlangsung
dengan sopan dan teratur”.
II) Keharusan berbahasa Roh.
Dalam kalangan
Kharismatik pada umumnya diajarkan bahwa orang kristen yang sudah dibaptis oleh
Roh Kudus atau dipenuhi oleh Roh Kudus, harus berbahasa Roh.
Sebetulnya ada
banyak yang bisa dibahas, tetapi karena keterbatasan waktu, saya hanya akan
membahas 2 text Kitab Suci saja yang sering mereka pakai sebagai dasar dari
pandangan ini, yaitu:
1) Kis 2:1-4 - “(1)
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2)
Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang
memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka
lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka
masing-masing. (4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai
berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu
kepada mereka untuk mengatakannya”.
Jawaban saya:
a) Dalam Kitab Suci ada bagian yang bersifat Descriptive
(= bersifat menggambarkan), dan ada bagian Kitab Suci yang bersifat Didactic
(= bersifat pengajaran).
Bagian
yang bersifat Descriptive adalah bagian yang berupa cerita yang
terjadi sungguh-sungguh dan bersifat menggambarkan apa yang terjadi pada
saat itu. Ini tidak boleh dipakai sebagai rumus / hukum / norma!
Illustrasi: Dalam hal ini,
membaca dan menafsirkan Kitab Suci mempunyai persamaan dengan membaca dan
menafsirkan surat kabar. Kalau saudara membaca surat kabar, dan di sana
diceritakan tentang adanya orang yang terkena serangan jantung pada waktu nonton
TV, maka hal ini tentu bukan norma / hukum. Cerita ini tentu tidak boleh
ditafsirkan seakan-akan semua orang yang nonton TV pasti terkena serangan
jantung. Juga kalau di surat kabar diceritakan adanya satu keluarga yang piknik
ke Tretes dan lalu mengalami kecelakaan, sehingga mati semua. Ini tentu tidak
boleh ditafsirkan seakan-akan semua orang yang piknik sekeluarga akan mengalami
kecelakaan dan mati semua.
Contoh:
1. Kel 14, yang menceritakan
peristiwa dimana Allah membelah Laut Teberau sehingga bangsa Israel bisa
menyeberang di tanah kering, adalah suatu bagian yang bersifat Descriptive
(menggambarkan apa yang terjadi pada saat itu). Ini bukan rumus / norma /
hukum, artinya, kita tidak diperintahkan untuk menyeberangi laut dengan cara
seperti itu!
2. Yos 6 yang menceritakan
robohnya tembok Yerikho setelah dikelilingi selama 7 hari juga merupakan bagian
yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh dijadikan hukum / norma
dalam peperangan.
3. Kel 16:13-16 yang
menceritakan pemberian manna kepada bangsa Israel di padang gurun, jelas juga
merupakan bagian yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh
dijadikan sebagai rumus / norma dalam kehidupan orang kristen di padang gurun.
4. Kis 5:18-19 dan
Kis 12:3-11 menceritakan bahwa pada waktu rasul-rasul ditangkap dan
dipenjarakan, Tuhan membebaskannya dengan menggunakan mujijat. Ini lagi-lagi
merupakan bagian yang bersifat Descriptive, dan tidak boleh diartikan
seakan-akan setiap orang kristen yang ditangkap / dipenjarakan pasti dibebaskan
secara mujijat. Kenyataannya Yohanes Pembaptis dipenjarakan lalu dipenggal (Mat
14:3-12); Yesus sendiri ditangkap lalu disalibkan sampai mati, dan rasul
Yakobus ditangkap lalu dipenggal (Kis 12:2).
5. Yoh 11 menceritakan bahwa
Yesus membangkitkan Lazarus yang sudah mati selama 4 hari. Ini adalah bagian
yang bersifat Descriptive, sehingga tidak boleh diartikan seakan-akan
setiap orang kristen yang mati akan bangkit pada hari ke 4.
6. Kis 28:1-6 juga bersifat descriptive
dan tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk mengajar bahwa orang kristen tidak
akan mengalami bahaya apa-apa kalau digigit ular berbisa.
7. Ada banyak bagian yang
bersifat Descriptive dalam Kitab Suci tentang hal-hal yang dilakukan
oleh Tuhan Yesus, yang bukan merupakan norma / hukum, dan karenanya tidak harus
kita lakukan. Misalnya:
·
Yesus tidak pernah menikah / pacaran. Ini tentu
tidak berarti bahwa semua orang kristen tidak boleh pacaran / menikah.
·
Yesus berpuasa 40 hari 40 malam di padang gurun
(Mat 4:1-11 Luk 4:1-13). Ini tidak
berarti bahwa semua orang kristen harus berpuasa 40 hari 40 malam di padang
gurun.
·
Yesus dan Petrus berjalan di atas air
(Mat 14:22-29). Ini tidak berarti bahwa setiap orang kristen harus bisa
melakukan hal itu.
·
Yesus hanya mempunyai 12 murid (Mat 10:1-4).
Ini tidak boleh diartikan seakan-akan Sekolah Theologia / gereja hanya boleh
mempunyai 12 murid / jemaat.
Bagian
yang bersifat Didactic adalah bagian yang bersifat pengajaran (Yunani:
DIDACHE), dan bisa berbentuk suatu pernyataan, janji, perintah atau larangan.
Ini adalah rumus / hukum / norma bagi kita.
Contoh:
1. Kis 16:31 yang berbunyi “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau
akan selamat” adalah bagian yang bersifat Didactic. Karena itu, ini merupakan
hukum / norma, artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus pasti selamat.
2. Fil 4:4 yang berbunyi “Bersukacitalah senantiasa” adalah bagian
yang bersifat Didactic. Ini adalah hukum / norma bagi kita, yang
menyuruh kita bersukacita senantiasa.
3. 10 Hukum Tuhan dalam
Kel 20:3-17 merupakan bagian yang bersifat Didactic, sehingga
merupakan Hukum / Norma bagi kita semua.
Jadi, pada waktu
mendengar suatu khotbah / ajaran, telitilah apakah text yang dipakai sebagai
dasar itu adalah text yang bersifat descriptive atau didactic!
Ini bisa menghindarkan saudara dari ajaran-ajaran yang salah / sesat!
Jaman sekarang,
khususnya dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, karena kurangnya / tidak
adanya pengertian tentang Hermeneutics, yang menyebabkan mereka tidak
membedakan antara bagian yang bersifat Descriptive dan bagian yang bersifat
Didactic, maka ada banyak pengajaran salah yang ditimbulkan karena
mereka menggunakan bagian yang bersifat descriptive sebagai rumus /
hukum / norma, seolah-olah itu adalah bagian yang bersifat didactic.
Misalnya:
·
karena Abraham kaya, maka orang Kristen harus kaya.
·
karena ada orang yang disembuhkan oleh Yesus, maka
orang Kristen yang sakit harus sembuh.
·
karena Yesus dibaptis selam (padahal ini belum
tentu), maka orang Kristen harus dibaptis selam.
·
karena rasul-rasul berbahasa Roh dalam Kis 2:1-4,
maka semua orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus harus berbahasa Roh.
Kis 2:1-4
adalah bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive (menggambarkan apa
yang terjadi pada saat itu), dan karena itu ini tidak boleh dijadikan norma /
hukum / rumus.
Kalau
Kis 2:1-4 dianggap sebagai rumus, lalu bagaimana dengan ayat-ayat di bawah
ini?
*
Dalam Luk 1:67 dikatakan bahwa Zakharia penuh
Roh Kudus dan ia lalu bernubuat.
Luk 1:67 - “Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu
bernubuat, katanya”.
*
Juga dalam Kis 19:6 dikatakan ada orang-orang
yang menerima Roh Kudus dan mereka lalu berbahasa Roh dan bernubuat.
Kis 19:6 - “Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas
mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata
dalam bahasa roh dan bernubuat”.
Apakah semua ini
juga mau dijadikan rumus, dan kita lalu percaya bahwa orang yang mempunyai Roh
Kudus harus bernubuat? Tentu saja tidak, karena bagian-bagian ini juga
merupakan bagian Kitab Suci yang bersifat descriptive!
*
Dalam Kitab Suci juga ada peristiwa lain di mana
3.000 orang percaya kepada Kristus (jelas mereka menerima baptisan Roh Kudus -
bdk. Kis 2:38), tetapi tidak mengalami bahasa Roh (Kis 2:41).
Kis 2:38,41 -
“(38) Jawab Petrus kepada mereka:
‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam
nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia
Roh Kudus. ... (41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri
dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa”.
*
Stefanus yang penuh Roh Kudus (Kis 7:55) juga
tidak pernah dikatakan berbahasa Roh.
Kis 7:55 - “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah
kanan Allah”.
b) Konsekwensi pengharusan berbahasa Roh
berdasarkan Kis 2:1-4.
Kalau
Kis 2:1-4 itu tetap mau dipaksakan sebagai rumus, mengapa bunyi seperti
tiupan angin dan lidah api yang hinggap pada kepala orang-orang itu tidak
dianggap sebagai rumus juga?
Kis 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang
percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana
mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api
yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah
mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
Jadi, yang terjadi
pada saat itu adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Bunyi seperti tiupan angin keras.
2. Lidah-lidah api hinggap pada kepala mereka
masing-masing.
3. Mereka penuh dengan Roh Kudus.
4. Mereka berbahasa Roh.
Mengapa hanya no 3
dan 4 yang diharuskan? Mengapa no 1 dan 2 tidak diharuskan?
2) Mark 16:17-18 - “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang
yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu, mereka akan
berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18) mereka akan
memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan
mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang
itu akan sembuh.’”.
Jawaban saya:
a) Perlu diketahui bahwa Mark 16:9-20
sangat diperdebatkan keasliannya (ingat bahwa yang memperdebatkan hal ini
bukanlah orang liberal yang tidak menghargai otoritas Kitab Suci, tetapi
orang-orang injili / alkitabiah). Memang mungkin sekali Mark 16:9-20 bukanlah
bagian orisinil dari Kitab Suci tetapi merupakan suatu penambahan! Alasannya:
1. Manuscript-manuscript berbeda satu dengan
yang lain dalam bagian ini.
·
ada manuscript-manuscript yang memuat
Mark 16:9-20.
·
ada manuscript-manuscript (Yang paling kuno dan
yang bisa dipercaya) yang hanya terhenti sampai Mark 16:8 [headnote
NIV: ‘the two most reliable early manuscripts do
not have Mark 16:9-20’ (= Dua manuscript
yang paling kuno dan paling bisa dipercaya tidak mempunyai Mark 16:9-20). Footnote
NASB: ‘Some of the oldest mss. do not contain vv
9-20’ (= Beberapa dari
manuscript yang paling kuno tidak mempunyai ay 9-20)].
·
ada 1 manucript yang tidak memuat
Mark 16:9-20, tetapi menambahkan Mark 16:8b “Dengan singkat mereka sampaikan semua pesan itu
kepada Petrus dan teman-temannya. Sesudah itu Yesus sendiri dengan perantaraan
murid-muridNya memberitakan dari Timur ke Barat berita yang kudus dan tak
terbinasakan tentang keselamatan yang kekal itu” (lihat Footnote
/ catatan kaki RSV yang berbunyi sebagai berikut: “Some
of the most ancient authorities bring the book to a close at the end of verse
8. One authority concludes the book by adding after verse 8 the following: But
they reported briefly to Peter and those with him all that they had been told.
And after this, Jesus himself sent out by means of them, from east to west, the
sacred and imperishable proclamation of eternal salvation. Other authorities
include the preceding passage and continue with verses 9-20. In most
authorities verses 9-20 follow
immediately after verse 8; a few authorities insert additional material after
verse 14” (= beberapa
otoritas / manuscript yang paling kuno mengakhiri kitab ini pada akhir ayat 8.
Satu otoritas / manuscript menyimpulkan kitab ini dengan menambahkan setelah
ayat 8 kata-kata ini: ‘Tetapi mereka menyampaikan secara singkat kepada Petrus
dan mereka yang bersama dengan dia semua yang telah diceritakan kepada mereka.
Sesudah ini, Yesus sendiri memberitakannya dengan perantaraan mereka, dari
Timur ke Barat, proklamasi keselamatan yang kudus / sakral dan tak bisa binasa
itu’. Otoritas / manuscript yang lain memasukkan bagian sebelumnya dan
melanjutkan dengan ayat 9-20. Dalam kebanyakan otoritas / manuscript
ayat 9-20 langsung menyusul ayat 8; sedikit otoritas / manuscript
memasukkan tambahan materi setelah ayat 14).
·
ada manuscripts yang memuat seluruhnya, seperti
Kitab Suci Indonesia.
Catatan: Kitab Suci
Indonesia menulis baik Mark 16:8b maupun Mark 16:9-20 (KJV / RSV /
NIV / NASB tidak ada yang menulis Mark 16:8b).
2. Bentuk dan kata-kata Mark 16:9-20
berbeda dengan bentuk dan kata-kata dalam seluruh Markus.
Contoh:
Mark 16:9, secara
hurufiah: ‘the first day’ (= hari pertama).
Mark 16:2, secara hurufiah: ‘day one’
(= hari satu).
b) Kalaupun Mark 16:9-20 itu mau diterima
sebagai Kitab Suci, maka kita perlu memperhatikan bahwa dalam
Mark 16:17-18, ada 5 tanda yang menyertai orang kristen:
1. Mengusir setan.
2. Berbicara dalam bahasa baru / Roh.
3. Memegang ular.
4. Minum racun maut tetapi tidak celaka.
5. Menyembuhkan orang sakit.
Mark 16:17-18
- “(17) Tanda-tanda ini akan menyertai
orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi namaKu,
mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, (18)
mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut,
mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas
orang sakit, dan orang itu akan sembuh.’”.
Tanda ke 3 dan ke
4 tidak di claim oleh kebanyakan orang Kharismatik. Mereka hanya
menekankan pengusiran setan, penyembuhan penyakit, dan bahasa Roh. Mengapa? Ini
menunjukkan ketidak-konsekwenan!
c) Kalau bahasa Roh merupakan tanda orang
beriman, mengapa Stefanus (Kis 6-7) tidak pernah berbahasa Roh? Dan apakah
semua orang Protestan (termasuk John Calvin, Martin Luther, Billy Graham, dsb)
tidak beriman? Dan apakah selama lebih dari 18 abad, dalam gereja tidak ada
orang beriman? (Ingat bahwa bahasa Roh baru mulai populer pada awal abad 20,
dan makin menjadi-jadi mulai sekitar 1960-an).
Ada orang
Kharismatik yang lalu berkata: ‘orang-orang
Protestan itu bukannya tidak beriman, tetapi tidak dewasa dalam iman’. Tetapi ini tidak
masuk akal sebab:
1. Mark 16:17-18 mengatakan bahwa itu
adalah tanda orang percaya, bukan tanda orang yang dewasa dalam iman!
2. Kis 10:44-46, orang-orang yang berbahasa
Roh itu baru bertobat! Bagaimana mungkin mereka dewasa dalam iman?
Kis 10:44-46
- “(44) Ketika Petrus sedang berkata demikian,
turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. (45)
Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus,
tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas
bangsa-bangsa lain juga, (46) sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus”.
3. Bahasa Roh adalah suatu karunia yang
tujuannya untuk melayani, bukan untuk mengukur kedewasaan iman seseorang! Ini
sama saja dengan karunia berkhotbah, karunia menyanyi dsb, yang sama sekali
tidak menunjukkan kedewasaan iman seseorang.
4. Orang Korintus yang berbahasa Roh itu
dianggap ‘bayi’ dan ‘manusia duniawi’ oleh Paulus.
1Kor 3:1-3 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak
dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan
manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan
kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan
sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. (3) Karena kamu masih manusia
duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal
itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara
manusiawi?”.
5. Apakah selama 18 abad tidak ada orang yang
dewasa imannya dalam gereja?
Sebaliknya, sekarang saya ingin menunjukkan
ayat dasar yang jelas tidak
mengharuskan orang kristen berbahasa Roh, yaitu 1Kor 12:8-10,28-30 - “(8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan
karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama
memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh
yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. (10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan
mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada
yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh,
dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.
... (28) Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama
sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka
yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk
melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh. (29) Adakah
mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat
karunia untuk mengadakan mujizat, (30) atau untuk menyembuhkan, atau untuk
berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”.
III) Akibat keharusan berbahasa Roh.
Akibat dari ajaran
yang mengharuskan orang kristen berbahasa Roh.
1) Banyak orang kristen yang meragukan imannya.
Karena dikatakan
bahwa orang kristen harus bisa berbahasa Roh, maka orang kristen yang
tidak bisa berbahasa Roh, dan yang tidak punya pengertian Firman Tuhan yang
terlalu baik, lalu menjadi ragu-ragu terhadap iman mereka sendiri. Mereka lalu
bertanya-tanya: ‘Benarkah saya sudah percaya kepada Yesus? Apakah saya sudah
mempunyai Roh Kudus? Kalau ya, mengapa saya tidak bisa berbahasa Roh? Apa yang
salah dengan iman / kekristenan saya?’.
Kalau saudara
adalah orang kristen yang meragukan iman / kekristenan saudara, maka pikirkan /
renungkan 2 hal di bawah ini:
a) Kalau saudara meragukan iman / kekristenan
saudara karena:
·
saudara ragu-ragu tentang Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat.
·
saudara ragu-ragu tentang penebusan / penghapusan seluruh
dosa saudara.
·
saudara tidak cinta / rindu Firman Tuhan.
·
saudara tidak mengalami perubahan hidup ke arah
yang positif.
Maka harus saya
katakan bahwa keraguan saudara tentang iman / kekristenan saudara itu memang
sah! Mungkin sekali saudara memang bukan orang kristen yang sejati dan belum
diselamatkan. Bertobatlah dan percayalah kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat saudara, maka saudara akan diselamatkan!
b) Tetapi kalau saudara meragukan iman /
kekristenan saudara, hanya karena saudara tidak bisa berbahasa Roh, maka
itu bukanlah keraguan yang sah. Saudara sudah ditipu oleh setan melalui ajaran
yang salah ini!
2) Banyak orang kristen ‘mencari’ bahasa Roh.
Mereka ‘mencari’ /
berusaha mendapatkan bahasa Roh dengan bermacam-macam cara seperti berdoa /
meminta kepada Tuhan, belajar berbahasa Roh, dsb. Disamping itu juga ada
‘hamba-hamba Tuhan’ yang mengajarkan cara-cara untuk bisa berbahasa Roh (kursus
bahasa Roh) dan bahkan ada banyak gereja-gereja yang punya hari pertemuan
khusus untuk orang-orang yang ingin mendapatkan bahasa Roh.
Sekarang, yang
perlu kita pertanyakan adalah: bisakah / bolehkah orang kristen mencari /
berusaha mendapatkan suatu karunia tertentu? Orang-orang Kharismatik pasti
menjawab dengan jawaban: Ya! Dasar Kitab Suci yang biasanya mereka pakai untuk
jawaban ini adalah 1Kor 12:31 1Kor
14:1,12,13,39 yang seolah-olah menunjukkan bahwa kita memang bisa berusaha
(bahkan ‘harus berusaha’) mendapatkan karunia-karunia tertentu yang tadinya
tidak kita miliki.
1Kor 12:31a - “Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia
yang paling utama”.
1Kor 14:1,12,13,39
- “(1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah
dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
... (12) Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh
karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun Jemaat. (13) Karena itu siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan
juga karunia untuk menafsirkannya. ... (39) Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah
dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang
orang yang berkata-kata dengan bahasa roh”.
Tanggapan saya:
a)
Kitab Suci jelas berkata bahwa pemberian
karunia-karunia dilakukan oleh Allah / Roh Kudus sesuai dengan kehendakNya
(bukan sesuai kehendak kita / orang kristen!). Dasar Kitab Sucinya adalah:
b)
·
1Kor 12:7-11 - “(7)
Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan
bersama. (8) Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk
berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan
karunia berkata-kata dengan pengetahuan. (9) Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
(10) Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan
kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain
lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang
seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. (11) Tetapi
semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan
karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendakiNya”.
Perhatikan
khususnya kata-kata ‘seperti yang
dikehendakiNya’, dimana kata ‘Nya’ menunjuk kepada ‘Roh Kudus’. Ini jelas menunjukkan bahwa pemberian
karunia tergantung kehendak Roh Kudus, bukan kehendak kita / orang kristen.
·
Ef 4:7 - “Tetapi
kepada kita masing-masing telah dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran
pemberian Kristus”.
Kata-kata ‘menurut ukuran pemberian Kristus’ artinya menurut
apa yang Ia anggap cocok.
·
Ibr 2:4 - “Allah
meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh
berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang
dibagi-bagikanNya menurut kehendakNya”.
*
Ibr 2:4 dalam terjemahan bahasa Indonesia
hanya menyebutkan ‘Roh Kudus’, tetapi KJV / RSV
/ NIV / NASB semua menyebutkan ‘gifts of the Holy Ghost / Spirit’ (=
karunia-karunia Roh Kudus).
*
Ayat ini juga diakhiri dengan kata-kata ‘menurut kehendakNya’, dan ini
lagi-lagi menunjukkan bahwa pembagain karunia-karunia Roh Kudus itu terjadi
sesuai dengan kehendak Roh Kudus, bukan sesuai kehendak / keinginan orang
kristen.
Jadi, jelas bahwa
Kitab Suci mengajarkan bahwa pemberian karunia-karunia itu dilakukan sesuai
kehendak Allah [the sovereign will of God (= kehendak yang berdaulat
dari Allah)]. Jadi, kalau kita sudah mempunyai suatu karunia tertentu, maka
jelas bahwa merupakan kehendak Allah bahwa kita mempunyai karunia itu, dan
bukan merupakan kehendak Allah bahwa kita mempunyai karunia yang lain. Karena
itu, kalau kita diberi suatu karunia dan kita lalu berdoa untuk meminta karunia
yang lain, maka itu jelas merupakan doa yang tidak akan dikabulkan oleh Tuhan
karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya,
yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya
menurut kehendakNya”.
b) Setiap orang kristen adalah anggota-anggota
tubuh Kristus.
1Kor 12:12,13,27
- “(12) Karena sama seperti tubuh itu satu dan
anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan
satu tubuh, demikian pula Kristus. (13) Sebab dalam satu Roh kita semua, baik
orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah
dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. ... (27)
Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya”.
Jelas bahwa tiap
anggota tubuh mempunyai kemampuan dan fungsinya sendiri-sendiri dan tidak
mungkin satu anggota tubuh menginginkan kemampuan dari anggota tubuh yang
lain.
Misalnya: jari ingin
melihat, atau telinga ingin berbicara. Ini pasti tidak mungkin!
c)
Penjelasan tentang 1Kor 12:31 (bdk. 1Kor
14:1,12,39).
Kata Yunani yang
diterjemahkan ‘berusahalah untuk memperoleh’ dalam 1Kor 12:31 adalah
ZELOUTE (Kata ZELOUTE ini juga digunakan dalam
1Kor 14:1,12,39).
1. Arti kata ini.
·
Kata ZELOUTE sebetulnya berarti ‘to be zealous
for something’ (= bersemangat untuk sesuatu). ‘Bersemangat
untuk sesuatu’ tentu tidak sama dengan ‘berusahalah untuk
memperoleh’! Kalau kita dikatakan harus bersemangat untuk suatu karunia Roh Kudus
tertentu, tentu itu tidak bisa diartikan bahwa kita disuruh berusaha untuk
memperoleh karunia itu!
·
John Calvin (ingat bahwa ia hidup pada abad 16,
jauh sebelum ada gerakan Kharismatik) mengatakan bahwa ZELOUTE artinya adalah ‘seek
after’ (= carilah), tetapi juga bisa diterjemahkan ‘value highly’ (=
hargailah / nilailah tinggi).
2. Kata itu adalah kata perintah bentuk jamak.
Karena itu Peter
Masters dan John C. Whitcomb dalam buku ‘The Charismatic Phenomenon’
berkata bahwa ayat ini tidak ditujukan kepada pribadi-pribadi dalam gereja
tetapi kepada gereja secara keseluruhan / kolektif. Jadi, yang dimaksud
oleh Paulus bukanlah supaya setiap orang kristen mencari karunia yang terutama,
tetapi supaya gereja secara keseluruhan mencari karunia-karunia yang terutama.
Karena dalam 1Kor 14 Paulus lalu mengatakan bahwa karunia bernubuat adalah
karunia yang terutama, maka gereja secara keseluruhan harus mencari karunia
ini. Jadi misalnya pada waktu gereja mencari pendeta, gereja harus mencari
orang yang memang mempunyai karunia berkhotbah / mengajarkan Firman Tuhan.
Calvin juga
beranggapan bahwa ayat ini ditujukan untuk gereja, bukan untuk pribadi.
Catatan: Ini seperti
perintah untuk bersaksi sampai ke ujung bumi dalam Kis 1:8. Ini bukan perintah
untuk setiap individu Kristen, seakan-akan setiap orang Kristen harus keliling
dunia untuk memberitakan Injil! Ini adalah perintah yang diberikan kepada
Gereja yang Kudus dan Am (Universal) secara kolektif. Jadi bisa saja ada orang
kristen yang terpanggil untuk memberitakan Injil kepada bangsanya sendiri / kotanya
sendiri, tetapi ada juga yang terpanggil untuk menjadi missionaris untuk pergi
memberitakan Injil ke pelosok-pelosok dunia.
3. Andaikatapun kata ZELOUTE diterjemahkan ‘berusahalah untuk memperoleh’ dan diterapkan
kepada individu-individu kristen, tetap saja dari sini kita tidak akan
mendapatkan doktrin bahwa orang kristen harus mencari karunia bahasa Roh.
Karena apa? Dalam 1Kor 12:31 dikatakan bahwa ‘berusahalah
untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama’. Dan di atas
telah kita bahasa bahwa bahasa Roh jelas bukan karunia yang paling utama! Dan
1Kor 14:1,39 menyebutkan secara explicit bahwa karunia terutama yang
harus dicari itu adalah karunia bernubuat, bukan karunia bahasa Roh!
Kalau demikian
mengapa dalam 1Kor 14:13 seseorang yang mempunyai karunia bahasa Roh
diharuskan meminta karunia penafsiran bahasa Roh?
Ini suatu
perkecualian. Mengapa dikecualikan? Rupa-rupanya karena karunia bahasa Roh dan
karunia penafsiran bahasa Roh adalah dua karunia yang berpasangan. Karena itu
seringkali disebutkan secara berurutan (1Kor 12:10,30) dan dikatakan bahwa
karunia bahasa Roh tidak ada gunanya, kalau tidak disertai karunia penafsiran
bahasa Roh (1Kor 14:5-9,26-28), dan jelas bahwa karunia penafsiran bahasa Roh
juga tidak ada gunanya kalau tidak disertai karunia bahasa Roh. Karena itulah
maka orang yang mempunyai karunia bahasa Roh disuruh meminta karunia penafsiran
bahasa Roh.
Dalam perkecualian
ini sajalah kita bisa meminta suatu karunia, tetapi tidak bisa dalam hal-hal
yang lain.
3) Timbul bahasa roh yang palsu.
Gereja (dan
persekutuan) Pentakosta dan Kharismatik jaman sekarang dipenuhi dengan ‘bahasa
roh’. Dalam setiap pertemuan ibadah / persekutuan, bahkan tiap hari secara
pribadi, berjuta-juta orang Kharismatik di seluruh dunia ‘berbahasa roh’. Perlu
saudara perhatikan bahwa ini adalah suatu keadaan yang bahkan dalam Kitab
Sucipun tidak pernah terjadi!
Dalam Kitab Suci
peristiwa bahasa Roh hanya terjadi pada Kis 2:1-13 Kis 10:44-46
Kis 19:1-6. Lalu ada beberapa bagian lain yang membicarakan bahasa
Roh yaitu dalam Mark 16:17
1Kor 12-14. Mengapa dalam Kitab Suci sendiri begitu sedikit,
sedangkan jaman sekarang begitu sering / banyak orang berbahasa roh? Jelas
bahwa sekarang ada banyak bahasa roh yang palsu, bahkan mayoritas dari bahasa
roh jaman sekarang ini adalah bahasa roh yang palsu!
·
Itu adalah suatu dusta sengaja, karena orang yang
sebetulnya tidak punya bahasa Roh, lalu berbuat seakan-akan punya bahasa Roh.
Dengan ini mereka bersikap munafik dan mendustai orang-orang di sekelilingnya!
·
Itu merupakan suatu kesengajaan untuk memalsukan
sesuatu yang dari Allah.
Jangan lupa bahwa
bahasa Roh yang benar adalah suatu karunia dari Allah. Dengan seseorang
mengusahakannya sendiri, ia menjadi seorang pemalsu karunia Allah.
Cara mengecheck
bahasa Roh asli / palsu.
a)
Orang yang berbahasa Roh itu Kristen
sungguh-sungguh atau tidak?
1. Periksalah kepercayaan / pengertian orang itu
tentang hal-hal dasar dari kekristenan. Misalnya:
·
Apakah ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah
sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia?
·
Apakah ia mengerti dan percaya bahwa keselamatan
terjadi karena iman, bukan karena perbuatan baik?
·
Apakah ia mengerti dan percaya bahwa Yesus adalah
satu-satunya Juruselamat dan satu-satunya jalan ke surga?
·
Apakah ia mempunyai keyakinan selamat / masuk
surga, dan apakah keyakinan ini mempunyai dasar yang benar?
Kalau pengertian
dan kepercayaannya tentang hal-hal dasar ini sudah salah, ia pasti bukanlah
orang kristen yang sejati.
2. Periksalah hidup orang itu (bdk.
Mat 7:15-20).
Kalau orang itu:
·
sama sekali tidak mengalami perubahan hidup ke arah
yang positif, maka ia pasti bukan kristen (Yak 2:17,26).
·
hidup dalam dosa / berbuat dosa dengan sengaja dan
terus menerus, meremehkan dosa, bangga pada waktu berbuat dosa, atau tidak
membenci dosa, maka ia juga pasti bukan kristen.
·
kalau orang itu tidak cinta Firman Tuhan / tidak
senang belajar Firman Tuhan, itu lagi-lagi menandakan bahwa ia adalah orang
kristen KTP!
Kalau ia bukan
orang Kristen yang sejati, sudah pasti bahasa Rohnya palsu, karena bahasa Roh,
sama dengan karunia-karunia Roh yang lain, hanya diberikan kepada orang yang
betul-betul percaya kepada Kristus.
b) Apakah orang itu dalam berbahasa Roh menuruti
peraturan Tuhan dalam 1Kor 14:26-28 tentang penggunaan bahasa Roh dalam
kebaktian?
1Kor 14:26-28
- “(26) Jadi bagaimana sekarang,
saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau
penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. (27) Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga
orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk
menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya,
hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh
berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.
Jadi, ada 3
peraturan tentang penggunaan bahasa Roh dalam kebaktian:
·
Maksimum 2-3 orang.
·
Harus satu persatu, tidak boleh berbarengan.
·
Harus ada penafsiran / penterjemahan.
Kalau peraturan
ini dilanggar (dan hampir semua orang yang berbahasa Roh pada jaman ini
melanggar peraturan ini!), maka mungkin sekali itu adalah bahasa Roh yang palsu!
c) Bahasa Rohnya harus betul-betul bahasa
manusia (real human language).
Orang-orang
Kharismatik menganggap bahwa ada bahasa Roh yang adalah bahasa manusia dan ada
bahasa Roh yang adalah bahasa malaikat.
Dasar Kitab Suci
mereka:
·
1Kor 13:1 - “Sekalipun
aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat,
tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang
dan canang yang gemerincing”.
·
1Kor 14:2 - “Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi
kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh
Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia”.
Tanggapan saya:
1. 1Kor 13:1-3 jelas merupakan gaya bahasa Hyperbole
(= gaya bahasa yang melebih-lebihkan)! Perhatikan 1Kor 13:2,3 yang juga
melebih-lebihkan dan bahkan tidak pernah betul-betul terjadi. Jadi, tidak bisa
diartikan bahwa memang ada bahasa Roh yang adalah bahasa malaikat.
1Kor 13:1-3 -
“(1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan
semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (2)
Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala
rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang
sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku
sama sekali tidak berguna. (3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu
yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku”.
2. 1Kor 14:2 - ‘sebab
tak ada seorangpun yang mengerti bahasanya’.
a. Kata ‘bahasanya’ ini sebetulnya
tidak ada!
NASB: ‘for no
one understands’ (= karena tidak seorangpun mengerti).
NIV / RSV: ‘no
one understands him’ (= tidak seorangpun mengerti dia).
KJV: ‘for no
man understandeth him’ (= karena tidak seorangpun mengerti dia).
b. Yang dimaksud dengan ‘tidak ada seorangpun yang mengerti’ adalah ‘tidak ada
seorangpun dari orang-orang yang hadir saat itu di tempat itu yang mengerti’
(bukan ‘tidak ada seorangpun di seluruh dunia yang mengerti’). Bandingkan
dengan 1Kor 14:16 yang mengatakan ‘yang
hadir’.
1Kor 14:16 - “Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu
saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat
mengatakan ‘amin’ atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang
engkau katakan?”.
3. Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa
bahasa roh itu haruslah bahasa manusia:
a. John Firman MacArthur, Jr mengatakan bahwa kata
Yunani ‘GLOSSA’ dalam Kitab Suci umumnya berarti bahasa manusia. Memang
sekalipun kata ‘GLOSSA’ sering diartikan ‘lidah’ biasa (Mark 7:33,35 Ro 3:13
Yak 3:5 Kis 2:3) tetapi
kalau kata ‘GLOSSA’ ini menunjuk pada ‘bahasa’ maka itu selalu berarti ‘bahasa manusia’
(seperti dalam Wah 5:9 7:9 10:11
13:7 14:6 17:15).
b. Ada 3 kata bahasa Yunani yang bisa diartikan
‘menafsirkan’:
·
‘HERMENEUO’.
Ini dipakai dalam
1Kor 12:10 1Kor 14:26. Kata
ini juga dipakai dalam Yoh 1:38,42
Yoh 9:7 Ibr 7:2. Dari
ayat-ayat itu, jelas bahwa kata itu harus diartikan ‘menterjemahkan’.
·
‘DIERMENEUO’.
Ini dipakai dalam
1Kor 12:30 1Kor 14:5,13,27,28. Kata ini
juga dipakai dalam Kis 9:36 dan Luk 24:27.
·
‘METHERMENUO’.
Ini dipakai dalam
Mat 1:23 Mark 5:41 Mark 15:22,34
Yoh 1:41 Kis 4:36 Kis 13:8.
Ketiga kata ini
sebetulnya artinya sama yaitu ‘menafsirkan’, ‘menjelaskan’, ‘menterjemahkan’.
Tetapi dalam Perjanjian Baru selalu diambil arti ‘menterjemahkan’, kecuali
dalam Luk 24:27 dimana harus diartikan ‘menafsirkan’ / ‘menjelaskan’.
Karena itu, dalam 1Kor 12:10,30 dan 1Kor 14:5,13,26,27,28 besar
kemungkinannya juga harus diambil arti ‘menterjemahkan’. Dan kalau ini benar,
maka itu harus berarti bahwa bahasa roh itu adalah bahasa manusia (bukan
sekedar bunyi yang aneh-aneh yang sama terus-menerus dan tidak mengandung arti
apa-apa! Yang seperti itu tidak bisa diterjemahkan, karena bukan bahasa!)
c. Dalam 1Kor 14:10-11 secara implicit
ditunjukkan bahwa bahasa roh harus merupakan bahasa manusia / asing.
1Kor 14:10-11
- “(10) Ada banyak--entah berapa banyak--macam
bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang
mempunyai bunyi yang tidak berarti. (11) Tetapi jika aku tidak mengetahui arti
bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia
orang asing bagiku”.
Kesimpulan:
Saya mempunyai
kecondongan sangat kuat bahwa bahasa Roh haruslah bahasa manusia (bahasa
asing). Jadi, kalau ada orang yang ‘berbahasa roh’ dengan mengeluarkan bunyi
yang sama terus-menerus, yang jelas bukan bahasa manusia, maka saya mempunyai
kecondongan sangat kuat untuk menganggapnya sebagai bahasa roh yang palsu.
IV) Doa dengan bahasa Roh.
Kebanyakan orang
Kharismatik menyetujui dan bahkan menganjurkan dilakukannya doa dalam bahasa
Roh. Ayat-ayat Kitab Suci yang sering dipakai sebagai dasar adalah:
1) 1Kor 14:2 yang berbunyi sebagai berikut:
“Siapa yang
berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi
kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia
mengucapkan hal-hal yang rahasia”.
Ada 2 hal mereka
soroti dari ayat ini:
a) 1Kor 14:2a mengatakan bahwa orang yang ‘berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata
kepada manusia, tetapi kepada Allah’. Berkata-kata kepada Allah adalah berdoa.
Jadi, ini menunjukkan bahwa bahasa roh memang boleh dipakai untuk berdoa.
b) 1Kor 14:2b berbicara tentang ‘hal-hal yang rahasia’ yang diucapkan
oleh orang yang berbahasa roh, sehingga tidak dimengerti oleh siapapun. Ini
mereka pakai sebagai dasar untuk menggunakan bahasa roh dalam doa. Mereka
beranggapan bahwa kalau kita berdoa dengan bahasa biasa, maka setan akan
mengerti / mengetahui permintaan kita, dan ia bisa menyabot jawaban Tuhan
sehingga tidak kita terima. Tetapi kalau kita berdoa dengan bahasa roh, maka
setanpun tidak mengerti permintaan kita, sehingga tidak bisa menyabot jawaban
Tuhan!
2) 1Kor 14:14-15 yang berbunyi sebagai berikut:
“Sebab jika aku
berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak
turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku,
tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji
dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”.
Dalam ayat ini
Paulus secara explicit / jelas berbicara tentang ‘berdoa dengan bahasa roh’.
3) 1Kor 14:28 yang berbunyi sebagai berikut:
“Jika tidak ada
seorangpun yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam
pertemuan jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada
Allah”.
Dalam ayat ini
dikatakan bahwa kalau dalam pertemuan jemaat kita ingin berbahasa roh tetapi
tidak ada yang dapat menafsirkannya, maka kita harus berdiam diri, dan hanya
berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah. Lagi-lagi, ‘berkata-kata kepada Allah’ adalah sama
dengan berdoa. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa kalau tidak ada penterjemah /
orang yang mempunyai karunia menafsirkan bahasa roh, maka bahasa roh itu boleh
dipakai untuk berdoa kepada Allah.
4) Ef 6:18
Yudas 20 Ro 8:26.
Ef 6:18
- “dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di
dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang
Kudus”.
Yudas 1:20
- “Akan tetapi kamu,
saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu
yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus”.
Ro 8:26 - “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan
kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh
sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan”.
Tanggapan saya:
1) 1Kor 14:2 - “Siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah.
Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan
hal-hal yang rahasia”.
1Kor 14:2
tidak mendukung doa dengan bahasa Roh, karena ayat ini hanya merupakan suatu
sindiran. Jadi arti ayat ini adalah: sekalipun / andaikatapun pada waktu
berbahasa Roh seseorang memberitakan kebenaran ilahi / Injil, tetapi karena
tidak ada yang mengerti, maka Allah adalah satu-satunya pendengar!
Kesimpulan: ayat
ini tidak mengajar doa dengan bahasa Roh.
2) 1Kor 14:14-15 - “Sebab jika aku berdoa
dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut
berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi
aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan
rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku”.
Tentang
1Kor 14:14-15 ada beberapa hal yang perlu diketahui / diperhatikan:
a) Ay 14: ‘rohkulah
yang berdoa’.
Kata
‘rohku’ di sini ditafsirkan bermacam-macam oleh
para penafsir:
1.
Roh Kudus.
2.
‘roh’ diartikan ‘nafas’. Jadi, nafas dan
organ-organ kita dipakai untuk berdoa.
3.
Karunia rohani / karunia bahasa Roh.
b) Ay 14: ‘akal
budiku tidak turut berdoa’. Ini salah terjemahan.
KJV/RSV/NIV/NASB: unfruitful
(= tidak berbuah).
Untuk ini juga ada
beberapa penafsiran:
1.
Otakku tidak mengerti apa yang aku katakan.
2.
Otakku tidak dipakai untuk menyusun / membentuk doa
itu.
3.
Otakku tidak berbuah dalam diri orang yang
mendengar (karena mereka tidak mengerti).
c) Ay 14 ini hanyalah suatu illustrasi / contoh
untuk menekankan pentingnya penggunaan akal / pikiran, dan tidak boleh
diartikan bahwa hal itu (doa dengan bahasa Roh) betul-betul terjadi dalam hidup
Paulus.
d) Hal yang terpenting adalah: ay 14 ini
terletak dalam kontex (ay 13-17) yang menekankan penggunaan akal budi /
pikiran. Dan karena itu tidak mungkin ay 14 itu justru menganjurkan orang
untuk berdoa dengan bahasa Roh, dimana akal / pikiran justru tidak dipakai!
Saya berpendapat
bahwa ay 14 ini justru melarang doa dengan bahasa Roh! Bacalah ay 13-17
sekali lagi!
3) 1Kor 14:28 - “Jika tidak ada seorangpun
yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan jemaat
dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.
Perhatikan bahwa
kontex ayat ini (ay 26-28) tidak berbicara tentang ‘doa dengan bahasa Roh’
tetapi ‘bahasa Roh’ biasa. Jadi jelas bahwa 1Kor 14:28 itu bukannya menyuruh /
mengijinkan orang berdoa dengan bahasa Roh.
Arti
1Kor 14:28 adalah: bahasa Roh (bukan doa dengan bahasa Roh!) tanpa
penterjemahan, hanya boleh digunakan dalam saat teduh pribadi, dimana seseorang
sedang sendirian dengan Allah.
4) Ef 6:18
Yudas 20 dan Ro 8:26 sama sekali tidak berbicara tentang bahasa Roh
ataupun doa dengan bahasa Roh.
Ef 6:18
- “dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di
dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang
Kudus”.
Yudas 1:20
- “Akan tetapi kamu,
saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu
yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus”.
Ro 8:26 - “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan
kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh
sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak
terucapkan”.
Mengapa saya
beranggapan bahwa ketiga text ini tidak berbicara tentang bahasa Roh ataupun
doa dengan bahasa Roh? Karena dalam ketiga text ini kata Yunani GLOSSA yang
selalu muncul dimana ada bahasa Roh, ternyata tidak ada!
5) Bahasa Roh berisi berita dari Allah untuk
manusia, dan bukannya berita dari manusia kepada Allah. Dasar Kitab Sucinya:
a) Dalam Kis 2:4,11 dikatakan bahwa pada
waktu rasul-rasul berbahasa Roh pada hari Pentakosta, mereka menceritakan
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah. Jelas bahwa ini mencakup
salib dan kebangkitan Yesus, dan semua ini jelas merupakan berita dari Allah
untuk manusia.
Kis 2:4,11 - “(4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu
mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh
Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. ... (11) baik orang Yahudi maupun
penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar
yang dilakukan Allah.’”.
b) Dalam 1Kor 14:2 ‘hal-hal yang rahasia’ menunjuk pada
kebenaran ilahi / Injil. Ini lagi-lagi menunjukkan bahwa bahasa Roh berisikan
berita dari Allah untuk manusia.
Catatan: pembahasan
tentang kata ‘rahasia’ (Inggris: mystery;
Yunani: MUSTERION). Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani MUSTERION itu dipakai
dalam:
·
Mat 13:11 / Mar 4:11 / Luk 8:10.
·
Ro 11:25 Ro
16:25.
·
1Kor 2:7 4:1 13:2
14:2 15:51.
·
Ef 1:9
3:3,4,9 5:32 6:19.
·
Kol 1:26-27
2:2 4:3.
·
2Tes 2:7.
·
1Tim 3:9,16.
·
Wah 1:20
10:7 17:5-7.
Bacalah semua
ayat-ayat itu dan periksalah apa arti dari kata ‘rahasia’ itu. Dengan
2Tes 2:7 sebagai perkecualian, jelas semua ayat-ayat yang lain menunjukkan
bahwa ‘rahasia’ itu:
¨
Bukanlah sesuatu yang tersembunyi yang tidak
diketahui orang.
¨
Adalah kebenaran Allah / Injil yang dulunya
tersembunyi, tetapi yang sekarang sudah dinyatakan oleh Allah.
Jadi, jelaslah
bahwa kata ‘rahasia’ dalam
1Kor 14:2 tidak berarti bahwa itu adalah bahasa malaikat yang tidak
dimengerti oleh seorangpun.
c) Dalam 1Kor 14:5 dikatakan bahwa bahasa
Roh yang ditafsirkan / diterjemahkan menjadi seperti nubuat (membangun jemaat).
Jadi jelas bahwa isinya juga seperti nubuat, yaitu berita dari Allah untuk
manusia.
1Kor 14:5 - “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan
bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang
bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh,
kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun”.
d) Dalam 1Kor 14:6 dikatakan bahwa bahasa
Roh seharusnya berisikan ‘penyataan Allah’ (Inggris: ‘God’s
revelation’), ‘pengetahuan’, ‘nubuat’, ‘pengajaran’. Kalau tidak, itu
tidak ada gunanya. Semua hal-hal itu jelas berisikan berita dari Allah untuk
manusia.
1Kor 14:6 - “Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu
dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak
menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau
pengajaran?”.
e) 1Kor 14:13,27,28 menunjukkan bahwa
bahasa Roh harus disertai penafsiran / penterjemahan. Ini jelas menunjukkan
bahwa bahasa Roh itu ditujukan kepada manusia, karena kalau ditujukan kepada Allah,
apa gunanya penterjemahan?
1Kor 14:13,27,28 -
“(13) Karena itu siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia
untuk menafsirkannya. ... (27) Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa
roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus
ada seorang lain untuk menafsirkannya. (28) Jika tidak ada orang yang dapat
menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya
boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah”.
f) Dalam Kis 10:46 istilah ‘memuliakan Allah’ tidak menunjukkan
bahwa mereka memuji Tuhan, tetapi bisa diartikan seperti dalam Kis 2:11,
dimana mereka menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Ini
lagi-lagi merupakan berita dari Allah bagi manusia.
Kis 10:46a - “sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah”.
Kesimpulan: kalau bahasa Roh
harus berisi berita dari Allah untuk manusia, maka jelas bahwa berdoa dalam bahasa
Roh adalah sesuatu yang mustahil, karena doa berisikan berita dari manusia
kepada Allah. Jadi, saya percaya pada ‘bahasa Roh’, tetapi tidak pada ‘doa
dengan bahasa Roh’!
-o0o-