22 Juni 2009

APOLOGETIKA TENTANG DOKTRIN TRITUNGGAL (5)

Tanggapan Untuk Julius Sangguwali (JS)

Esra Alfred Soru


Lalu bagaimana dengan Justin Martyr sebagaimana yang dikutip JS? Sebagai bahan perbandingan, saya juga akan kutipkan beberapa pandangan tentang kepercayaan Justin Martyr. (Note : Saya tidak mengutip bahasa Inggrisnya demi menghemat tempat).

Philip Schaff menulis tentang kepercayaan Justin Martyr sebagai berikut : “Kristus adalah Akal dari akal, inkarnasi dari akal yang mutlak dan kekal. Ia adalah suatu obyek penyembahan yang benar. Dalam usahanya untuk mendamaikan pandangan ini dengan monoteisme, ia kadang-kadang menegaskan kesatuan moral dari kedua pribadi ilahi, dan kadang-kadang dengan jelas menundukkan Anak kepada Bapa / meletakkan Anak lebih rendah dari pada Bapa.

Dengan cara itu Justin mengkombinasikan hypostasianisme, atau teori tentang keilahian Kristus yang bersifat pribadi dan tak tergantung, dengan subordinationisme (pandangan yang mengatakan bahwa Anak lebih rendah dari Bapa); karena itu, ia bukanlah Arian ataupun Athanasian; tetapi seluruh kecenderungan teologianya, bertentangan dengan bidat-bidat, jelas mengarah pada sistim ortodoks, dan seandainya ia hidup belakangan, ia akan menganut Pengakuan Iman Nicea. Hal yang sama bisa dikatakan tentang Tertullian dan tentang Origen” (History of the Christian Church, vol II, hal 549-550).

Schaff juga menulis : “Begitulah dalam Justin, pelopor dari penemuan ilmiah dalam Pneumatologi maupun dalam Kristologi. Ia menolak / membantah tuduhan orang kafir tentang ateisme dengan penjelasan, bahwa orang-orang Kristen menyembah Pencipta dari alam semesta, di tempat yang kedua sang Anak, di ranking ketiga Roh nubuatan; menempatkan ketiga pribadi ilahi dalam tingkatan penyembahan yang menurun. ... ia meninggikan Roh jauh di atas semua makhluk ciptaan, dan menuntut untuk anggota-anggota dari Tritunggal ilahi suatu penyembahan yang dilarang untuk malaikat-malaikat” (History of the Christian Church, vol II, hal 561,562).

Selanjutnya : “Justin Martyr berulang-ulang menempatkan Bapa, Anak, dan Roh bersama-sama sebagai obyek dari penyembahan ilahi di antara orang-orang kristen (sekalipun tidak setara secara keseluruhan dalam kewibawaan)” (History of the Christian Church’, vol II, hal 569). Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa sekalipun Justin Martyr tidak menganggap bahwa ketiga pribadi (Bapa, Anak, Roh Kudus) itu betul-betul setara, dan dengan demikian doktrin Allah Tritunggalnya cacat, tetapi ia menganggap ketiga pribadi dalam Tritunggal itu sebagai obyek penyembahan ilahi, dan ia mengatakan bahwa penyembahan seperti ini dilarang untuk ditujukan kepada malaikat-malaikat! Berdasarkan hal ini, sukar dipercaya, bahkan mustahil untuk dipercaya, bahwa ia menganggap pra manusia Yesus sebagai malaikat, seperti yang dikatakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa! Data-data ini juga memperlihatkan bahwa doktrin Tritunggal memang tidak selalu dipahami dalam arti yang sama oleh para pemikir Kristen awal.

Adanya bidat dan pertikaian antara Gereja Timur dan Barat seputar kesamaan antara hakekat keilahian Bapa dan Kristus menunjukkan bahwa doktrin ini tidak selalu mudah untuk diterima. Bahkan setelah doktrin ini dirumuskan secara resmi dan cukup universal pun (setelah Konsili Nicea), berbagai bidat Tritunggal tetap bermunculan.

Bagaimanapun, hal ini cukup untuk meruntuhkan tuduhan pihak non-Trinitarian bahwa doktrin Tritunggal baru dirumuskan pada abad ke-4 dan perumusan ini dipengarahui oleh filsafat Yunani seperti nyata dari kata-kata Frans Donald. Kutipan kata-kata bapa-bapa gereja membuktikan bahwa dari semula para bapa gereja telah menerima doktrin Tritunggal.

Sumber sekuler & data arkheologis.

Beberapa sumber sekuler dapat saya tambahkan di sini untuk membuktikan bahwa kepercayaan bahwa Yesus adalah Allah sudah ada sangat jauh sebelum konsili Nicea. Bukti ini datang dari surat Pliny the Younger. Pliny the Younger adalah gubernur di daerah Pontus/Bythinia pada tahun 111-113.

Ia menulis surat kepada kaisar Trayanus mengenai orang-orang Kristen di propinsinya yang di dalam suratnya tersebut terdapat kalimat demikian : “...mereka (orang Kristen) sudah terbiasa berkumpul sebelum fajar pada hari yang telah ditetapkan, ketika secara bergantian mereka menyanyikan bait-bait dari sebuah himne kepada Kristus seperti kepada Allah” (Epistles 10.96). Bunyi surat lengkapnya dapat dilihat dalam buku “Documents of the Christian Church” (Ed. Henry Bettenson, Oxford University Press, 1975; hal.3-4) atau dalam buku karangan Josh McDowell yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Gandum Mas berjudul“Apologetika” (Vol. 3) hal. 60-62. Jika catatan ini diakui keasliannya, maka ini menjadi bukti objektif bahwa orang Kristen memang sejak awal sudah menganggap Yesus sebagai Allah. (Catatan : Untuk pembuktian bahwa kutipan Pliny the Younger adalah otentik, lihat F. F. Bruce, “Jesus & Christian Origin outside the New Testament”, Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 1974; Buku yang lebih baru tentang ini ditulis oleh Robert E. Van Voorst, “Jesus Outside the New Testament”, Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Company, 2000). Terhadap data ini Yakub Tri Handoko mengatakan : “Jika kita mempertimbangkan bahwa praktik ini merupakan kebiasaan orang Kristen, maka tindakan memuji Kristus sebagai Allah kemungkinan besar sudah ada sejak lama sebelum Pliny the Younger menjadi gubernur. Hal ini sesuai dengan berbagai kutipan ayat Perjanjian Baru yang mengajarkan penyembahan dan penghormatan kepada Yesus”. (Bahan PA GKRI Exodus tanggal 4 Maret 2008; “Doktrin Tritunggal : Perkembangan Konsep Tentang Tritunggal”, hal. 14).

Sumber sekuler lain yang juga dapat dilihat dalam “Apologetika” Josh McDowell seperti disebutkan di atas (hal. 71-72) adalah tulisan dari Lucianus dari Samosata, seorang pengarang syair sindiran yang hidup tahun 170. Ia menulis tentang orang-orang Kristen sebagai berikut : “Ketahuilah, orang-orang Kristen memuja seorang pria sampai pada hari ini – tokoh tersohor yang memperkenalkan tata ibadah baru, dan disalibkan karena hal tersebut. Orang-orang tersesat ini mulai dengan keyakinan yang umum bahwa mereka itu hidup kekal selamanya....dari saat mereka bertobat, dan menyangkal dewa-dewa Yunani, dan menyembah orang bijakasana yang disalibkan itu, serta hidup mereka menurut hukum-hukum-Nya...”. (The Death of Peregrine, 11-13). Perlu diketahui bahwa Lucianus ini adalah seorang yang memusuhi orang Kristen dan karenanya justru kesaksiannya menjadi sangat berharga untuk mengetahui iman orang-orang Kristen awal. Jelas bahwa orang-orang Kristen awal sudah memuja dan menyembah Kristus.

Yakub Tri Handoko dalam sumber yang sama yang sudah disebutkan di atas juga memberikan data arkeologis kuno berkenaan dengan topik ini. Ia menulis : “Pada tanggal 30 Oktober 2005 para napi di penjara Megiddo (Israel) yang sedang terlibat untuk renovasi penjara itu secara tidak sengaja menemukan sebuah peninggalan kuno yang sangat penting. (Catatan : Para ahli menyebut ini sebagai “tempat pertemuan orang Kristen yang tertua yang pernah ditemukan di Israel dan mungkin merupakan salah satu yang tertua di antara penemuan-penemuan seperti ini” atau “salah satu penemuan terpenting untuk sejarah kekristenan awal". Scott Wilson, “Site May Be 3-rd Century Place of Christian Worship”, Washington Post, November 7, 2005, A14). Agen yang mengawasi penggalian ini terdiri dari para arkheolog yang ingin memastikan bahwa renovasi ini tidak akan merusakkan peninggalan kuno yang mungkin ditemukan. Berdasarkan barang keramik yang ditemukan, model mozaik dan ciri khas bangunan, para arkheolog yakin bahwa peninggalan ini sangat mungkin berasal dari abad ke-3.

Ada beberapa peninggalan arkheologis penting yang ditemukan, namun yang berkaitan dengan pembahasan kita kali ini adalah suatu keramik yang bertuliskan “Akeptous, orang yang mengasihi Allah, mempersembahkan meja ini untuk Allah Yesus Kristus sebagai sebuah peringatan”. (Catatan : Untuk bukti ini saya dapatkan dari artikel Rich Deem, “Jesus Christ as God and the Trinity Was Not Invented Until the Fourth Century?”. http://www.godandscience.org/apologetics/trinity.html). Penemuan ini memberi bukti tambahan yang cukup objektif bahwa Yesus Kristus sejak lama sudah diakui dan diberi penghormatan sebagai Allah. Fakta bahwa tulisan ini ditemukan di sebuah gereja semakin mempertegas bahwa keyakinan seperti ini bukan hanya sekedar keyakinan individu. Keyakinan ini adalah milik orang-orang Kristen”. (Yakub Tri Handoko, hal.14-15). Semua data ini membuktikan bahwa sejak awal sekali orang-orang Kristen telah percaya dan menyembah Kristus sebagai Allah. Jadi tuduhan Frans Donald sama sekali tidak benar dan pembelaan JS terhadap Frans juga sama tidak benarnya. Karena itu kata-kata JS : “Untuk menanggapi sekitar hal ini, terasa sudah cukup, untuk membuktikan EAS telah memanipulasi ajaran bapa-bapa pra-Nicea ini, menjadi: Lebih ‘indah kabar dari rupa” dapat saya anggap sebagai pernyataan/kesimpulan yang tergopoh-gopoh dan boleh dikatakan juga sebagai “indah kabar dari rupa”. Ha…ha… Payah benar!!!

Beralih ke sumber primer -- tantangan

Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk membuktikan doktrin Tritunggal atau keallahan Yesus dari segi sejarah. Mengapa? Karena sejarah hanyalah data/sumber tambahan/sekunder sebagaimana diakui juga oleh JS. Dan sejarah bisa salah. Dasar obyektif/primernya adalah Kitab Suci karena itu adalah Firman Allah. Karena itu sekarang saya mengajukan tantangan lagi kepada JS untuk debat dari Kitab Suci. Apakah Kitab Suci mengajarkan doktrin Tritunggal dan keallahan Yesus atau tidak? Tidak peduli apa kata sejarah, apa kata bapa-bapa gereja, dll tapi kalau Kitab Suci mengajarkan doktrin Tritunggal atau tidak, itu harus diterima. Kalau Kitab Suci mengajarkan Yesus sebagai Allah atau bukan, itu harus diterima. Bagaimana? Debatnya juga harus per topik sampai tuntas.

Jangan lari kesana-kemari pakai jurus kutu loncat seperti Frans Donald, dkk. Biar jelas siapa menang dan siapa kalah, siapa benar siapa salah. Kalau anda tidak terima tantangan ini berikan alasan mengapa anda tidak mau berdebat dari Kitab Suci yang menurut anda sendiri adalah sumber terilham? Kalau anda terima, maka saya yang akan mulai lebih dahulu. Saya akan ajukan 1 ayat Kitab Suci yang membuktikan bahwa Yesus adalah Allah. Ayat ini adalah Yoh 20:28 : “Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Menurut saya ayat ini menunjukkan bahwa Tomas yang adalah murid Yesus sendiri memberikan pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Yesus tidak membantahnya sama sekali dan itu menunjukkan bahwa Yesus menerima pernyataan Tomas itu. Jadi Dia adalah Tuhan dan Allah. Nah, silahkan anda membantahnya.

Ingat, hanya poin ini saja yang dibahas. Jangan lari kemana-mana. Nanti kalau tuntas baru kita pindah ke ayat lainnya. Tantangan ini juga saya ajukan kepada semua orang yang membaca tulisan ini terutama pihak Unitarian dan Saksi-Saksi Yehuwa. Siapa saja boleh menanggapinya dan saya akan ladeni semuanya tapi ingat, hanya poin ini dulu. Saya tunggu!!!

Berdoa Kepada Yesus (Yoh 14:14)

Dalam tulisan tanggapan saya kepada Frans Donald kali lalu, saya sempat mengajukan sejumlah ayat Kitab Suci yang menunjukan bahwa doa boleh ditujukan kepada Yesus untuk menanggapi kata-kata Rm. Tom Jacobs yang dikutip oleh Frans Donald. Tapi rupa argumentasi saya berdasarkan ayat-ayat itu dibantah oleh JS. Misalnya tentang Yoh 14:14 : “Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya." Saya mengatakan : “Bukankah kata ‘kepadaKu’ ini menunjukkan bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus?” Tapi JS mengatakan : “...mengapa EAS hanya memperhatikan ayat 14 saja, dan mengabaikan ayat-ayat lain? Dengan berbuat begitu, jelas EAS melakukan penafsiran: Jauh panggang dari api; mengabaikan konteks ayat”. He..he… saya hanya bisa tertawa membaca kata-kata JS ini. JS rupanya mau menjadi seorang penyair tanpa mengerti apa yang dia ucapkan.

Apa hubungan ‘mengabaikan konteks’ dengan ‘jauh panggang dari api’? Betul-betul suatu perumpamaan yang tak ada hubungannya! Setelah memberikan sejumlah penjelasan tentang ayat ini, JS akhirnya menulis : ‘Tafsir yang dipaksa oleh EAS ini akan runtuh jika diadakan studi perbandingan ayat dari Alkitab lain. Kata ‘kepadaKu’ di ayat 14 ini yang menjadi tumpuan EAS, ternyata tidak ada di sejumlah Alkitab. Good News Bible (Alkitab Kabar Baik) (2004) menerjemahkan ayat ini menjadi, “If you ask me for anything in my name, I will do it” (“Apa saja yang kalian minta atas nama-Ku, akan Kulakukan”). Kitab Suci Komunitas Kristiani (2002) menerjemahkan, “Dan segala sesuatu yang kamu minta sambil menyerukan nama-Ku, akan Kubuat.” The Kingdom Interlinear Translation of the Greek Scriptures (1969) menerjemahkan, “έάν τι αίτήαητέ με έν τώ όνόματί μου τοûτο ηοιήσω/if ever anything YOU should ask me in the name of me this I shall do (If YOU ask anything in my name, I will do it/Jika kamu meminta apa pun dengan namaku, aku akan melakukannya). Dari perbandingan demikian, maka kata ‘kepada-Ku’, di tiga terjemahan tersebut, sekali lagi tidak ada”. He..he… lucu sekali saya membaca kata-kata JS :‘Tafsir yang dipaksa oleh EAS ini akan runtuh jika diadakan studi perbandingan ayat dari Alkitab lain”.

Anda mau meruntuhkan tafsiran saya dengan argumentasi murahan di atas? Tunggu dulu ! Anda mau mengadakan studi perbandingan ayat dari Alkitab lain ? Anda mengutip 3 terjemahan yang Alkitab yang tidak ada kata “kepadaKu”. Itu memang benar tapi anda juga harus ingat bahwa ada banyak juga terjemahan Alkitab yang ada kata “kepadaKu”. Misalnya New International Version (NIV) : ‘You may ask me for anything in my name, and I will do it’ (Kamu boleh meminta kepadaKu apa pun dalam namaKu, dan Aku akan melakukannya).

New American Standard Bible (NASB) : ‘If you ask Me anything in My name, I will do it’ (Jika kamu meminta apapun kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya). Contemporary English Version (CEV) : “I will do whatever you ask me to do” (Aku akan melakukan apapun yang kamu minta kepadaKu untuk melakukannya). Todays English Version (TEV) : “If you ask me for anything in my name, I will do it. (Jika kamu meminta kepadaKu segala sesuatu dalam namaKu, Aku akan melakukannya). Saya masih bisa menunjukkan banyak terjemahan lagi yang mempunyai kata-kata “kepadaKu” itu untuk mengimbangi 3 terjemahanmu yang tidak mempunyai kata “kepadaKu” itu.

Jadi jangan terlalu percaya diri dulu bahwa anda bisa begitu gampangnya meruntuhkan tafsiran saya. Jelas terlihat bahwa ada terjemahan yang tidak mempunyai kata “kepadaKu” itu seperti yang sudah anda kutip dan ada terjemahan yang mempunyai kata itu seperti yang saya kutip. Mengapa bisa begitu? Biar saya jelaskan kepada anda. Kata ‘kepadaKu’ dalam ayat ini memang diperdebatkan keasliannya.

Ada manuscript yang mempunyainya dan ada manuscript yang tidak mempunyainya. Sekarang pertanyaannya adalah apakah manuscript yang tidak mempunyai kata itu yang menghapusnya, atau manuscript yang mempunyai kata itu yang menambahinya? Pdt. Budi Asali berkata : “Saya setuju dengan Bruce M. Metzger, yang berpendapat bahwa beberapa manuscript menghapus bagian yang sebetulnya asli ini karena salah satu dari 2 alasan di bawah ini: (1) Kata-kata ‘meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu’ kelihatannya aneh. Seperti yang dikatakan oleh F. F. Bruce: “If something is asked for in Jesus’ name, the request is probably viewed as addressed to the Father” (= Jika sesuatu diminta dalam nama Yesus, permintaan itu mungkin dipandang sebagai ditujukan kepada Bapa) - hal 301. (2) Keinginan membuang kontradiksi antara ayat ini dengan Yoh 16:23, di mana doa dalam nama Yesus itu ditujukan kepada Bapa.

Metzger mengatakan bahwa kata ‘kepadaKu’ ini didukung oleh cukup banyak manuscript, dan kata ini kelihatannya didukung oleh / sesuai dengan kata-kata ‘Aku akan melakukannya’ pada akhir dari ay 14. (Bagaimana Menaklukan dan Membongkar Fitnah/Dusta/Kepalsuan Saksi-Saksi Yehuwa; Jilid II : 22). Jadi sebenarnya kata “kepadaKu” itu ada dalam teks aslinya dan dengan demikian terjemahan-terjemahan yang ada kata “kepadaKu” itulah yang benar dan terjemahan-terjemahan yang tidak ada kata “kepadaKu” yang anda kutip itu yang salah. Sekarang bagaimana? Apakah anda telah meruntuhkan pendapat saya? Hanya karena ada dua pembacaan (berarti ada 2 kelompok manuscripts), anda langsung menyatakan tanpa bukti/dasar apapun bahwa yang benar adalah yang tidak menggunakan kata ‘kepada-Ku’?!! Bagus sekali, tidak bisa lebih tidak ilmiah dari itu bung???

Tanggapan-Tanggapan Lepas

Sekarang saya akan memberikan tanggapan atas pernyataan-pernyataan JS yang masih ada kaitan dengan topik ini.

JS menulis : “EAS keliru berpendapat, “…bahwa doa bukan hanya boleh ditujukan kepada Bapa, tetapi juga kepada Yesus”, yang sangat mengekor pada penafsiran/pendapat Leon Morris”.

Tanggapan Saya : He…he… terus bagaimana tanggapan anda atas argumentasi saya di atas. Anda mengatakan saya mengekor tafsiran Leon Morris? Sekarang saya tanya balik pada anda. Apakah anda sendiri tidak mengekor pada penerjemah-penerjemah dari Kitab Suci-Kitab Suci yang membuang kata ‘kepadaKu’ itu??? Sebaiknya anda berkaca dulu sebelum menyerang biar itu tidak menjadi bumerang bagi diri anda sendiri!

Bersambung….

* Penulis adalah Gembala Jemaat “REVIVAL MINISTRY” (Jl. Pipit Kel. LLBK; Belakang Terminal Kota Kupang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)