21 Juni 2009

YESUS BUKAN ALLAH SEJATI? (4)

Tanggapan Balik Atas Jawaban Frans Donald (FD)

Esra Alfred Soru


Yesus itu malaikat?

Kalau FD tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang sejati, lalu siapakah Yesus menurutnya? Di dalam bukunya FD menulis bahwa Yesus sebelum menjadi manusia adalah malaikat dan ayat dasar yang digunakannya adalah Mal 3:1 : “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam”. Dan dalam tulisan tanggapan awal saya sudah saya buktikan bahwa FD salah memahami ayat ini. Baiklah saya kutipkan kembali tanggapan saya : ”Sesungguhnya yang berkata “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!” adalah Yahweh sendiri. Kalau begitu siapakah utusan-Nya itu? Jawabannya terdapat dalam Mal 4:5-6 : “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”. Jadi Yahweh akan mengutus nabi Elia menjelang datangnya hari TUHAN. Tetapi siapakah nabi Elia yang akan datang itu? Bukankah Elia sudah mati? Yang dimaksud dengan nabi Elia di sini jelas adalah Yohanes Pembaptis. Mat 11:13-14 berkata : ‘Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu’. .... Jadi yang mengutus adalah Yahweh dan yang diutus adalah ‘Elia’ (Yohanes Pembaptis). Jika demikian, pertanyaan kita sekarang adalah istilah “Malaikat Perjanjian” dalam Mal 3:1 itu menunjuk pada siapa? Pada yang mengutus atau yang diutus? Jika itu menunjuk pada yang diutus (‘Elia’/Yohanes Pembaptis) berarti “Malaikat Perjanjian” itu bukan Yesus kan? Jadi FD keliru kalau menyebut Yesus sebagai malaikat. (Timex, 16 Nov 2006). Dalam tanggapan baliknya FD menulis : ”Benarkah saya salah jika menganggap Yesus sebelum turun ke dunia sebagai malaikat? Dalam hal ini tegas saya katakan, tidak ! Justru Pdt. Esra Alfred Soru lah yang salah! Saya mengatakan 'Yesus itu malaikat' bukan tanpa dasar atau asal bicara, mari saya buktikan : salah satu nubuat tentang kedatangan Yesus dalam Yesaya 63 : 8b - 9a versi Alkitab KJV tertulis "So He (God) become their Savior in all their afliction he was afflicted. And the Angel of His presence saved them, in His love and His pity He redeemed them". Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : "maka Ia (Allah) menjadi juruselamat mereka dalam kesesakan mereka. Dan Malaikat yang di hadirat-Nya menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya…". Pembaca sekalian, coba perhatikan! Apakah tanggapan balik Frans itu nyambung atau tidak? Yang saya bahas adalah pandangannya tentang Mal 3:1 kok dia justru membuktikannya dengan memakai ayat Yes 63:8b-9a. Orang yang jeli dapat melihat upaya halus dari FD untuk menghindar. Sangat disayangkan! FD memang sempat mengutip Mal 3:1 namun sama sekali tidak menyinggung argumentasi utama saya sesuai konteks Mal 3:1 yang dikutip di atas. Bagaimana ini Frans? Dalam tulisan ini saya sudah ungkapkan beberapa fakta yang menunjukkan taktik menghindar dari FD. Dan kalau begini caranya, saya jadi lucu membaca pernyataan FD di awal bukunya ”Kasus Besar yang Keliru” di mana FD menulis : ”Tulisan yang ditulis dalam buku ini siap diuji kebenarannya di depan semua pastor Katolik, Pendeta Kristen Protestan dan para teolog di seluruh dunia”. (hal. 6) Sdr. Frans, tidak usahlah berpikir muluk-muluk untuk menghadapi pastor dan pendeta seluruh dunia. Sekarang yang perlu anda pikirkan adalah bagaimana menjawab semua tanggapan saya di Timex biar pembaca tidak menganggap anda yang macam-macam. Ok?

Sekarang bagaimana dengan Yes 63:8b-9a? Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah malaikat, FD lalu mengutipkan versi KJV-nya dan juga terjemahan lama LAI lalu berkomentar : ”Perhatikan frase ayat "Malaikat di hadirat-Nya" ternyata oleh LAI telah dengan sangat sembrono berani diubah menjadi "bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendiri", terjemahan ini jelas mengandung makna bahwa yang menjadi manusia adalah Allah sendiri bukan utusan, padahal ayat aslinya tidak seperti itu!.....LAI - yang memang saat ini dikerumuni oleh teolog-teolog Trinitarian - tampaknya telah melakukan kebohongan publik dan dosa besar dengan berani mengubah penyalinan ayat tersebut! Pembaca sekalian, perhatikan bahwa FD mengutip KJV yang memang berbeda dengan terjemahan LAI lalu langsung mengklaim bahwa terjemahan LAI salah bahkan lebih dari itu mengatakan bahwa LAI sembrono dengan mengubah bunyi ayat itu. LAI telah melakukan kebohongan publik dan dosa besar. Menurut saya justru FD yang terlalu sembrono!!! Jika ternyata ada perbedaan terjemahan antara LAI dan KJV maka yang harus dilakukan FD terlebih dahulu adalah mencari tahu mana di antara kedua terjemahan ini yang keliru. Apa yang dilakukan FD menunjukkan bahwa ia mulai dengan asumsi bahwa KJV sudah otomatis benar sehingga ada terjemahan yang berbeda dengan KJV berarti terjehaman itu keliru. Mungkin sebaiknya saya kutipkan pernyataan Hasan Sutanto sebagai nasihat bagi FD : ”Hati-hati dalam pemakaian terjemahan Alkitab. Sebab penerjemah mungkin menerjemahkan satu kata dari bahasa asli Alkitab yang sama dengan kata yang berbeda, atau sebaliknya, kata yang berbeda dengan kata yang sama. Seorang penafsir yang hanya bersandar kepada terjemahan Alkitab saja, mungkin sekali membuat kesalahan dalam analisa ini”. (Hermeneutika : Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab; SAAT, 2002:213). Lalu bagaimana dengan perbedaan terjemahan dalam KJV dan terjemahan baru LAI? Sebelum kita bahas masalah tersebut kita perlu tahu bahwa ada terjemahan-terjemahan yang sama dengan KJV seperti CEV, ASV, NASB dan beberapa yang lain namun juga ada terjemahan yang sama dengan TB-LAI seperti TEV, BBE, NRSV. (Note : Kelihatannya terjemahan-terjemahan yang terakhir ini mengikuti Septuaginta/LXX). Itu berarti bahwa terjemahan-terjemahan Alkitab terbagi dua. Mengapa demikian? Persoalannya ada pada kata ”lo” (tidak) yang dalam Septuaginta ditulis dalam tanda kurung yang berarti masih diperdebatkan. Jika kata ”lo” tidak asli maka terjemahan KJV dan yang mirip dengannya yang benar tapi jika kata ”lo” ternyata asli maka terjemahan-terjemahan yang mengikuti Septuaginta yang benar. Jadi mana yang benar? Kita belum tahu karena memang masih diperdebatkan. Dengan demikian kita belum dapat memastikan mana terjemahan yang benar dan mana yang salah. Bisa jadi KJV yang benar, bisa jadi LAI yang benar. Karena itu menganggap KJV yang benar dan LAI salah adalah kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa. Lebih dari itu, seandainya LAI yang salah pun, masalahnya adalah karena mengikuti Septuaginta dan bukannya karena LAI sembrono dan melakukan kebohongan publik dan dosa besar seperti yang dituduhkan FD. Dari apa yang dijelaskan justru nampak bahwa FD lah yang terlalu sembrono.

FD juga menulis : ”Pdt. Esra juga telah mengklaim bahwa 'Malaikat TUHAN / Malaikat Yahweh' yang tertulis di banyak ayat Alkitab Perjanjian Lama (Kejadian 16:7, 22:11, 31:11 dllnya) itu = Yahweh (Allah) sendiri, padahal di ayat-ayat tersebut jelas tertulis 'the Angel of the LORD' (=Malaikatnya Yahweh). Dalam Alkitab bahasa Jawa tertulis 'Malaikate Yehuwa' (=Malaikatnya Yahweh). Jelas 'Malaikatnya Yahweh' ya artinya Malaikatnya Yahweh, bukan Yahweh itu sendiri. Bagaimana bisa Esra mengklaim bahwa Malaikatnya Yahweh sebagai Yahweh sendiri? wah…wah…wah, pasti filsafat Yunani lagi!” Ok, sekarang kita akan mengujinya. Saya angkat beberapa ayat. Kej 16:10 : ”Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: "Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya. Perhatikan bahwa Malaikat TUHAN ini berbicara atas nama-Nya sendiri. Ia tidak berkata ”TUHAN akan membuat....” tetapi ”Aku akan membuat....”. Coba FD jawab, bagaimana mungkin seorang malaikat bisa berfirman atas nama-Nya sendiri? Kata-kata tersebut diucapkan kepada Hagar. Dan sekarang perhatikan Kej 16:13 : ”Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: "Engkaulah El-Roi." Sebab katanya: "Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?" Jelas bahwa yang berkata-kata adalah Malaikat TUHAN tetapi Hagar menyebutnya TUHAN yang telah berfirman. Silahkan FD menjawabnya!!! Dalam kasus Abraham mempersembahkan Ishak, perhatikan Kej 22:11 : ”Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Coba FD jawab, mengapa yang berseru Malaikat TUHAN kok Abraham menyahut ”Ya Tuhan”? Selanjutnya ayat 12 : Lalu Ia (Malaikat Tuhan) berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." Jelas ini adalah kata-kata Yahweh sendiri karena yang meminta Abraham menyerahkan Ishak adalah Yahweh (Kej 22:1) padahal yang berfirman adalah Malaikat TUHAN. Perhatikan lagi ayat 15-18 : Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri -- demikianlah firman TUHAN --: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." Jelas bahwa itu adalah kata-kata Yahweh padahal ayat 15 berkata Malaikat TUHANlah yang berseru. FD keberatan? Coba jawab!!! Satu ayat lagi. Hak 2:1 : ”Lalu Malaikat TUHAN pergi dari Gilgal ke Bokhim dan berfirman: "Telah Kutuntun kamu keluar dari Mesir dan Kubawa ke negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyangmu, dan Aku telah berfirman: Aku tidak akan membatalkan perjanjian-Ku dengan kamu untuk selama-lamanya” (lihat juga ayat 2-4). Dapatkah FD menjawab mengapa yang berkata-kata adalah Malaikat TUHAN tetapi dari kata-katanya jelas adalah kata-kata Yahweh sendiri? Ini hanya sebagian kecil ayat yang saya kemukakan. Masih banyak lagi. Tapi apa yang sudah saya kemukakan sudah cukup menjadi bukti bahwa Malaikat TUHAN (Yahweh) adalah TUHAN (Yahweh) sendiri. Dengan demikian pernyataan FD : Jelas 'Malaikatnya Yahweh' ya artinya Malaikatnya Yahweh, bukan Yahweh itu sendiri” adalah pernyataan dari orang yang belum paham benar bahasa Alkitab. FD juga berkata : ”Bagaimana bisa Esra mengklaim bahwa Malaikatnya Yahweh sebagai Yahweh sendiri? wah…wah…wah, pasti filsafat Yunani lagi!” Frans, anda berkata ”bagaimana bisa?” Ya bisa saja! Saya sudah buktikan di atas bukan? Sekarang giliran anda yang jawab dan silahkan buktikan bahwa itu hanya filsafat Yunani. Anda jangan ngomong seenaknya saja untuk menipu para pembaca. Saya tunggu, dan mohon bagian ini jangan pura-pura dilewatkan/dilupakan dalam tanggapan anda selanjutnya.

Echad : Satu mutlak?

FD menulis : Hukum utama yang orang Yahudi pahami dan itu dibenarkan adalah : "Dengarlah hai orang Israel , YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4; Markus 12:29). Kata esa, echad, tidak dapat diartikan kesatuan kolektif, melainkan satu numerik. Satu tunggal, satu-satunya. "Echad muncul dalam penerjemahan sebagai angka satu, satu-satunya, sendirian, tidak terbagi". Untuk mendukung argumennya FD lalu mengutip Theological Dictionary of The Old Testament dan Hebrew And Aramic Lexicon of The Old Testament. Dari statemennya nampak betapa dangkalnya pengetahuan FD terhadap kata bahasa Ibrani. Dalam bahasa Ibrani ada 2 kata yang berarti “esa” atau “satu” yakni “ECHAD” dan “YACHID”. Berbeda dengan kata “YACHID” yang berarti “the absolute one” (satu mutlak), “ECHAD” justru menunjuk pada “a compound one” (satu gabungan). Ini jelas bertentangan dengan penjelasan FD di atas. Mari kita buktikan dari Alkitab. Kej 1:5 “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. (Ibrani : Wayiqraa' 'Elohiym laa'owr yowm wªlachoshek qaaraa' laayªlaah wayªhiy- `ereb wayªhiy- boqer yowm 'echaad). Jadi kata “esa”/”satu”/”pertama” dalam ayat tersebut memakai kata Ibrani “ECHAD” di mana merupakan gabungan antara petang dan pagi. Lihat juga Kej 2:24 : “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu (Ibr : “echad”) dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Jadi “echad” di sini adalah gabungan antara laki-laki dan perempuan. Lihat lagi Ezra 2:64 : ”Seluruh jemaah itu bersama-sama ada empat puluh dua ribu tiga ratus enam puluh orang” (Ibr : Kaal- haqaahaal kª'echaad-- 'arba` ribow' 'alpayim shªlosh- mee'owt shishiym). Menarik bahwa kata ”echad” digunakan untuk sebuah kesatuan gabungan yakni ”bersama-sama”. Jadi jelas bahwa ”ECHAD” dalam bahasa Ibrani adalah satu gabungan. Dengan demikian kalimat FD : ”Kata esa, echad, tidak dapat diartikan kesatuan kolektif, melainkan satu numerik. Satu tunggal, satu-satunya...” adalah pernyataan yang ngawur dari orang yang tidak meneliti Alkitab dengan sungguh-sungguh. ”Satu” yang mutlak, yang tidak terbagi bukan ”ECHAD” tetapi ”YACHID”. Lihat contoh dalam Kej 22:2 : ”Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."(Ibr : Wayo'mer Qach- naa' 'et- binkaa 'et- yªchiydkaa 'ªsher- 'aahabtaa 'et- Yitschaaq wªlek- lªkaa 'el- 'erets ha-Moriyaah Wªha`ªleehuw shaam lª`olaah `al 'achad hehaariym 'ªsher 'omar 'eeleykaa). Juga ayat 16-nya : ”kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri -- demikianlah firman TUHAN --: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku (Ibr : Wayo'mer Biy nishba`tiy nª'um- Yahweh kiy ya`an 'ªsher `aasiytaa 'et- hadaabaar hazeh wªlo' chaasaktaa 'et- binkaa 'et- yªchiydekaa). Saya tunggu bagaimana FD menjawab masalah ini. Ini tentu menarik. Jika ”ECHAD” adalah satu gabungan maka ketika Ul 6:4 : ”Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa (echad)! kita harus memikirkan keesaan Allah sebagai keesaan gabungan bukan keesaan mutlak. Hal ini tentunya memberikan rujukan tertentu untuk doktrin trinitas. Adanya kata bahasa Ibrani yang menunjukkan kesatuan gabungan (”ECHAD”) jelas menunjukkan bahwa dalam pola pikir Yahudi ”satu” belum tentu ”satu mutlak”. ”Satu” bisa saja adalah gabungan dari ”dua” atau ”tiga” obyek. Dengan demikian statement FD : ”konsep Yahudi, tiga ya tiga, satu ya satu”, ”Bagi Yahudi, jelas 'satu' ya 'satu' tidak perlu ditafsirkan lagi, ... sedangkan bagi Yunani, satu bisa dua bahkan tiga, dan tiga bisa satu,...” adalah statement yang sangat keliru. Sekarang kita bertanya, kira-kira FD tahu atau tidak bahwa ”ECHAD” itu adalah “a compound one” (satu gabungan)? Kemungkinan pertama FD memang tidak tahu. Nah, kalau memang FD tidak tahu bagaimana mungkin ia bisa berbicara seolah-olah ia paling tahu? Kemungkinan kedua FD memang tahu. Kalau FD tahu tetapi justru mengatakan pada pembaca yang sebaliknya maka itu berarti FD sementara dengan sadar menipu para pembaca. Maka mungkin kalimat yang tepat untuk apa yang dilakukan FD adalah : ”Frans tampaknya telah melakukan kebohongan publik dan dosa besar”, kalimat yang sama yang diucapkannya pada LAI.

Hasil rumusan konsili?

Salah satu keberatan FD terhadap doktrin trinitas adalah bahwa menurutnya doktrin trinitas, termasuk di dalamnya masalah keallahan Kristus adalah hasil rumusan konsili-konsili. Perhatikan yang dikatakannya : ”Nah, masalahnya apakah kita harus berkiblat ke tradisi pikir Yunani yang melahirkan ajaran Trinitas dan menjadikan Yesus sebagai Allah sejati hasil rumusan konsili-konsili tahun 325 dan 381 M yang sangat sarat kepentingan politik....”. ”sejarah-sejarah telah membuktikan bahwa Yesus baru dijadikan sebagai Allah sejati oleh Doktrin Tritunggal / Trinitas hasil konsili-konsili yang penuh muatan politik jauh ratusan tahun setelah Yesus terangkat ke sorga”. Apa yang dituduhkan oleh FD ini mirip sekali dengan tuduhan murahan aliran Saksi Yehovah dan juga Dan Brown dalam ”The Da Vinci Code”. FD berkata ”sejarah telah membuktikan?” Mana sejarahnya? Coba buktikan! Jangan cuma ngomong dong! Saya tunggu bukti sejarah yang akan dikemukakan FD sekaligus FD harus bersiap untuk menanggapi bukti sejarah yang akan saya kemukakan bahwa keallahan Kristus sudah dipercayai jauh sebelum konsili-konsili itu. Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)