Maz 23:1-6 – (1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di
Dalam bahasa Yunani ada kata PHOBIA yang berarti rasa takut yang ber-lebih-lebihan dan yang menetap terhadap sesuatu (orang, binatang, benda, keadaan tertentu). Misalnya:
§ Acrophobia - rasa takut terhadap tempat tinggi.
§ Agoraphobia - rasa takut terhadap tem-pat terbuka.
§ Claustrophobia - rasa takut terhadap tempat tertutup.
§ Aichmophobia - rasa takut terhadap benda tajam atau runcing.
§ Anthropophobia - rasa takut terhadap orang laki-laki atau orang laki-laki tertentu.
§ Gynophobia - rasa takut terhadap orang perempuan / orang perempuan tertentu.
§ Astraphobia - rasa takut terhadap guruh, petir atau badai.
§ Hematophobia - rasa takut terhadap darah.
§ Hydrophobia - rasa takut terhadap air
§ Pyrophobia - rasa takut terhadap api.
§ Pathophobia - rasa takut terhadap penyakit / penyakit tertentu.
§ Thanatophobia - rasa takut terhadap kematian.
§ Toxiphobia - rasa takut terhadap racun atau rasa takut untuk diracun.
§ Zoophobia - rasa takut terhadap binatang / binatang tertentu.
§ Monophobia - rasa takut terhadap kesendirian.
§ Ochlophobia - rasa takut terhadap orang banyak.
§ Nyctophobia - rasa takut terhadap kegelapan atau malam.
§ Necrophobia - rasa takut terhadap mayat.
§ dll
Semua rasa takut ini kelihatannya tidak masuk akal dan tidak beralasan. Tetapi dalam hidup kita sebagai orang Kristen, kita juga sering merasa takut yang lain seperti takut pada kekurangan (uang, makan, pakaian, rumah, dsb), takut pada bahaya, penderitaan, kesukaran, takut pada masa depan, takut tersesat secara rohani, dll. Kita mungkin beranggapan bahwa, berbeda dengan phobia-phobia di atas, rasa takut semacam ini adalah rasa takut yang beralasan dan normal. Tetapi ditinjau dari sudut Kitab Suci dan dari sudut Allah sendiri, semua rasa takut kita itu juga tidak beralasan dan sebetulnya tidak boleh ada. Mengapa? Karena Tuhan adalah Gembala kita! Kenyataan bahwa Tuhan adalah gembala kita harusnya membuat kita tidak boleh takut terhadap apa pun. Kita akan mempelajari Mazmur 23 yang terkenal ini.
Mazmur 23 ini adalah Mazmur yang begitu terkenal, indah dan agung. Simak komentar-komentar berikut ini :
Leslie Cow : “Pemaduan yang sangat rapi dari citra-citra yang saling bertentangan yang meliputi segi-segi utama kehidupan manusia seperti keadaan di luar rumah (ay 1-2) dan di dalam rumah (ay 6b); perdamaian (ay 2) dan bahaya (ay 4b); kemungkinan kejahatan (ay 4b) dan harap-an kebaikan (ay 5); saat-saat penguatan jiwa (ay 3a) dan detik-detik kekelaman yang mencelakakan (ay 4a); pengalaman mengikuti (ay 1-2) dan kehidupan serasi yang terjamin (ay 6).
Peter S. Ruckman : Mazmur 23 mempunyai garis besar yang sangat indah : dalam ayat 1 kita memiliki hidup yang menyenangkan. Dalam ayat 4 kita memiliki kematian yang menyenangkan. Dan dalam ayat 6 kita memiliki kekekalan yang menyenangkan. Dalam mazmur yang besar ini, Mazmur 23, kita menemukan Tuhan menyertai kita, Ia berada di belakang kita, Ia berada sebelum kita, Ia berada di sekitar kita, Ia berada setelah kita, and Ia berada di depan kita.
Mazmur ini ditulis oleh Daud. Lalu mengapa Daud mengatakan bahwa Tuhan adalah gembalanya? Memang konsep Tuhan sebagai gembala sudah berkembang luas dalam teologi orang
Kej 48:15 : "….Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang
Yes 40:11 : Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.
Tetapi secara khusus Mazmur 23 ini lahir dari pengalaman pribadi Daud sebagai bekas seorang gembala. Pengalaman Daud sebagai gembala digambarkan dengan jelas olehnya :
1 Sam 17:34-36 - "….Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini….”
Pengalaman pribadi Daud sebagai gembala ini dikaitkan dengan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan yang ia rasakan selama dalam pengajaran Saul akhirnya melahirkan sebuah konsep teologi “TUHAN ADALAH GEMBALAKU”. Sekedar tambahan bahwa memang konsep teologi orang Israel selalu lahir dari pengalaman pribadi mereka dengan Tuhan. Misalnya saat mereka dalam perjalanan di padang gurun, mereka selalu menghadapi peperangan dan biasanya mereka bersembunyi di gunung-gunung batu. Tapi di balik semuanya itu mereka percaya bahwa Allahlah yang menyertai mereka dalam peperangan itu. Mereka akhirnya menyebut Allah sebagai gunung batuku. Selanjutnya setelah mereka menjadi sebuah bangsa yang besar, mereka masih juga berperang tapi tidak lagi dari balik gunung-gunung batu melainkan dari balik benteng di dalam kota. Mereka sadar itu juga adalah pertolongan Tuhan dan mereka akhirnya menyebut Allah sebagai kota bentengku.
Kita akan mempelajari Mazmur ini dan akan menyoroti penggembalaan Tuhan terhadap kita sebagai domba-domba-Nya.
I. TUHAN MENGGEMBALAKAN KITA SECARA PRIBADI
Bahwa Tuhan adalah gembala kita dinyatakan secara tegas oleh Daud.
Maz 23:1 - “…TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Meskipun demikian penggembalaan Tuhan di sini digambarkan oleh Daud sebagai penggembala-an yang bersifat pribadi.
Maz 23:1 - “…TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ini adalah hal yang menarik karena Kitab Suci memang menggambarkan Tuhan sebagai gembala tetapi Ia adalah gembala
Maz 78:52 - disuruh-Nya umat-Nya berangkat seperti domba-domba, di-pimpin-Nya mereka seperti kawanan hewan di
Yes 40:1, 11 – (1) Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, (11) Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.
Tetapi di sini Daud tidak mengatakan bahwa Tuhan adalah gembala kami/kita atau gembala bangsa kami/kita melainkan gembalaku. Jadi Daud menggambarkan bahwa Tuhan yang kekal, pencipta semesta alam itu adalah gembalanya secara pribadi. Ini berarti adanya sebuah relasi yang bersifat personal dan intim. Kita seringkali mengenal seseorang tetapi orang tersebut tidak mengenal kita atau walaupun ia mengenal kita, ia tidak mengenalnya secara pribadi. Misalnya SBY yang adalah presiden
Yoh 10:3b – “…ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar”.
II. TUHAN MENGGEMBALAKAN KITA DENGAN MENCUKUPI KEBUTUHAN KITA
Tuhan bukan hanya menggembalakan kita secara pribadi tetapi juga menggembalakan kita dengan cara mencukupi kebutuhan-kebutuhan kita. Perhatikan ayat 1-2 :
Maz 23:1-2 – (1) TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (2) Ia membaringkan aku di
Dalam ay 1 dikatakan ‘takkan kekurangan aku’. Perhatikan bahwa tidak dikatakan ‘kelimpahan’ tetapi ‘takkan kekurangan’. Jadi, Tuhan tak menjanjikan kekayaan kepada kita, tetapi kecukupan. Bandingkan dengan :
Maz 34:10-11 - “Takutlah akan TUHAN, hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia! Singa-singa muda merana kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari TUHAN, tidak kekurangan sesuatu pun yang baik”.
Maz 37:25 - “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti”.
‘Rumput yang hijau’ dan ‘air yang tenang’ itu memang merupakan kebutuhan domba. Dan itu pasti diberikan oleh gembalanya. Jadi di sini yang dibicarakan adalah masalah kebutuhan. Jadi Tuhan tidak berjanji untuk memberikan semua yang kita inginkan, tetapi semua yang kita butuhkan. Ini jelas bertentangan dengan ajaran teologia kemakmuran yang mengatakan bahwa Tuhan mau agar anak-anak-Nya menjadi kaya raya. Mereka biasanya mengutip ayat-ayat Alkitab yang kelihatannya mendukung ajaran mereka seperti Mat 6:33, Yoh
Mat
Yoh
2 Kor 8:9 - “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya”.
Tetapi jelas ini adalah pengutipan ayat yang tidak memperhatikan konteks. Kata “semua-nya” di dalam Mat 6:33 jelas menunjuk pada masalah makanan, minuman dan pakaian saja. Bukan segala macam harta kekayaan yang melimpah ruah. Tentang Yoh 10:10, Yesus pasti tidak memaksudkan hidup jasmani, tetapi hidup rohani, karena orang-orang yang Ia maksudkan dengan ‘mereka’, saat itu sedang hidup secara jasmani! Kalau Yesus memaksudkan hidup rohani, maka jelaslah bahwa kelimpahan yang Ia maksudkan, juga adalah kelimpahan rohani! Tentang 2 Kor 8:9, dilihat dari konteksnya jelas tidak menunjuk pada kekayaan secara jasmani.
2 Kor 8:1-9 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang di-anugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagai-mana ia telah memulainya. (7) Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya”.
Terlihat bahwa kaya di sini bukanlah kaya secara materi melainkan kaya dalam kemurahan dan pelayanan kasih. Kaya dalam hal-hal yang bersifat rohani. Jadi tidak ada dasar untuk mengatakan bahwa orang Kristen harus kaya. Tuhan tidak pernah menjanjikan itu. Ia menjanjikan untuk memenuhkan kebutuhan kita saja.
Lalu bagaimana dengan sejumlah ayat Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa orang percaya diberkati dengan melimpah?
Ul 28:12 - TUHAN akan membuka bagimu perbendaharaanNya yang melimpah, yakni langit, untuk memberi hujan bagi tanahmu pada masanya dan memberkati segala pekerjaanmu, sehingga engkau memberi pinjaman kepada banyak bangsa, tetapi eng-kau sendiri tidak meminta pinjaman.
Amsal
Ingat bahwa janji kelimpahan seperti in hanya ada dalam Perjanjian Lama tapi tidak ada dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Baru Allah hanya menjanjikan kecukupan saja. Ini terlihat dalam beberapa hal :
· Dalam Mat
· Doa Bapa Kami Yesus mengajarkan berdosa sebagai berikut : “Berikanlah kami makanan hari ini yang secukupnya”
· Pernyataan Paulus dalam 1 Tim 6:6, 8 – (6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar….(8) Asal ada makanan dan pakaian, cukup-lah.
Lalu mengapa ada perbedaan seperti ini antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Karena dalam zaman Perjanjian Baru, salib Kristus sudah terjadi, sedangkan dalam Perjanjian Lama belum. Dalam zaman Perjanjian Baru, karena salib (yang merupakan pernyataan tertinggi dari kasih Allah kepada kita) itu sudah terjadi, maka sekalipun kita tidak kaya, bahkan sekalipun kita miskin, kita tetap bisa memandang ke belakang, kepada salib, dan kita bisa yakin bahwa Allah mengasihi kita. Tetapi dalam zaman Perjanjian Lama, kalau tidak ada berkat jasmani yang berkelimpahan, agak sukar bagi seseorang untuk bisa percaya bahwa Allah mengasihi dia, karena saat itu salib belum terjadi! Karena itulah, untuk menunjukkan kasih-Nya kepada orang-orang beriman dalam Perjanjian Lama, maka pada saat itu Allah lalu memberikan banyak janji berkat jasmani yang berkelimpahan. Jadi intinya adalah bahwa Tuhan tidak menjanjikan kekayaan yang melimpah tetapi Ia berjanji untuk memenuhi kebutuhan kita sebagai domba-domba-Nya.
Ini adalah satu hal yang penting bagi kita. Apakah saat ini saudara mengalami kekuatiran / ketakutan karena harga bensin dan listrik akan naik? Kebutuhan hidup meningkat, dll? Jangan takut! Ia berjanji mencukupi kebutuhan saudara!
III. TUHAN MENGGEMBALAKAN KITA DENGAN CARA MEMIMPIN KITA
Pimpinan Tuhan ini nampak lewat ayat-ayat berikut :
Maz 23:2b – “….Ia membimbing aku ke air yang tenang
Maz 23:3 - Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Kalau Tuhan memang memimpin kita, Ia memimpin dalam hal apa? Kata “menyegarkan” dalam ayat 23a, dalam versi NIV berarti memulihkan.
NIV: ‘He restores my soul’ (= Ia memulihkan jiwaku).
Dan kata ‘memulihkan’ ini bisa diartikan ‘memulihkan dari kelelahan’ atau ‘memulihkan dari kesesatan’. Arti yang kedua rasanya lebih cocok dengan konteks, karena konteks membicarakan pimpinan Tuhan / gembala di samping bunyi ayat selanjutnya adalah “Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya” yang kontras dengan jalan yang salah/sesat. Jadi maksud ayat ini adalah Tuhan akan memimpin kita sehingga kita tidak akan tersesat. Tentu kesesatan yang dimaksud di sini bukanlah sesat secara fisik melainkan secara rohani sebab dikatakan “Ia menyegarkan jiwaku”.
Di dalam kehidupan secara rohani, saat ini kita menemukan ada begitu banyak praktek dan ajaran yang menyesatkan.
Mat 24:11 - Banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang.
Ayat ini memperlihatkan bahwa nabi palsu itu ada, nabi palsu itu jumlahnya banyak, mereka akan menyesatkan dan banyak orang akan tersesat. Jika demikian maka sangat mungkin bahwa lebih banyak nabi palsunya daripada nabi benar. Lebih banyak guru palsunya daripada guru yang benar. Lebih banyak pendeta palsunya daripada pendeta benar. Lebih banyak pengkhotbah palsunya daripada pendeta yang benar. Bandingkan dengan ayat-ayat ini :
Mat 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
2 Pet 2:1 - Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Me-reka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, …”
1 Yoh 4:1 - Saudara-saudaraku yang ke-kasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia.
Karenanya kalau saudara berpikir bahwa semua pendeta, semua pengajar, semua pengkhotbah sama saja maka saudara akan gampang disesatkan. Saya percaya hari ini ada banyak nabi palsu yang berdiri di atas mimbar, memakai toga dan berkhotbah kepada ribuan orang. Saya percaya saat ini ada guru-guru palsu yang sementara bercokol dalam sekolah-sekolah teologia. Contohnya Ioanes Rakhmat dari STT Jakarta. Ia menamatkan studinya S1 dari STT Jakarta dengan berhasil membuktikan dalam skripsi-nya bahwa Yesus bukanlah Allah. Ia melanjutkan studinya di Belanda dan menulis disertasinya yang mengatakan bahwa Yesus itu setara dengan Muhammad, Budha Gautama, Jenderal Soedirman, Ade Irma Suryani Nasution dan para mahasiswa yang melakukan demo di Jakarta. Yesus hanya dilihatnya sebagai pejuang sosial. Ia percaya bahwa Budha Gautama jauh lebih men-derita daripada Yesus Kristus. Ia juga tidak percaya kebangkitan Kristus secara fisik. Untuk membuktikan kesesatan orang ini, saya akan kutipkan beberapa pandangannya yang saya ambil dari forum diskusi STT Jakarta (www.sttjakarta.ac.id) :
Ioanes Rakhmat - 8 Dongeng Yunus : (1) Gagasan bahwa orang bisa lari dari hadapan Tuhan kalau ia melarikan diri jauh ke
Ioanes Rakhmat – Allah dan Neraka. Suatu senja, Allah berjalan-jalan keliling, santai menyusuri pinggiran-pinggiran kolam raksasa neraka... Allah sangat senang dan merasa nikmat menyaksikan roh-roh tak terhitung banyaknya di kolam itu berteriak-teriak kesakitan dan kepanasan "... Tolong, tolong kami, lepaskan kami dari api penghukuman jahanam ini ... angkat kami keluar dari neraka ini... tolong, tolooooooong kami ...." Tetapi Allah, tanpa ekspresi, hanya dingin men-jawab, "Rasakanlah, itu upah kalian... kekal selamanya!" Jika neraka dan Allah seperti itu, maka bagaimana mungkin saya masih bisa mempercayai Allah yang semacam itu, Allah yang maniak penghukum, penyimpan kesalahan orang, bahkan sampai di alam lain sekalipun? Allah yang penuh dengan dendam dan kekejaman, bukan Allah yang rahmani dan rahimi! Allah yang patut diadili oleh nurani insani yang benar! Berbahagialah mereka yang tidak mempercayai adanya neraka!
Ioanes Rakhmat : Kalau sudah di alam neraka, tidak ada gejala alam dan tidak ada bencana alam. Semuanya ada di telapak tangan Allah sendiri. Sebaiknya, saran saya kepada Allah, Allah di alam atas mengakhiri kemarahan dan kebenciannya dengan menyiram api neraka sampai padam, supaya orang mau beragama bukan karena ketakutan akan api neraka melainkan karena cinta. Lagi pula, apa untung dan manfaatnya buat diri Allah sendiri sampai perlu ada lautan api abadi tempat penghukuman kekal roh-roh? Neraka hanya menghasilkan suatu figur Allah pendendam dan penghukum, yang berhati keras dan panas. Berbahagialah orang yang tidak membutuhkan ide tentang neraka dalam struktur bangunan konseptual agamanya.
Ironisnya saat ini Ioanes Rakhmat masih mengajar sebagai dosen tetap di STT.
Juga masih ada banyak nabi palsu lagi seperti Bambang Noorsena, Yusuf Roni, Yesaya Pariadji, Frans Donald, Saksi Yehovah, dll. Ini tidak usah mengherankan kita karena sudah dinubuatkan oleh Alkitab
2 Tim 4:3-4 – (3) Karena akan datang waktu-nya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. (4) Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Karena itu jangan heran kalau orang yang betul-betul mengajarkan Firman Tuhan / kebenaran ‘tidak laku’, sedangkan nabi-nabi palsu yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang menggelikan seperti Pariadji justru ‘laku keras’. Paulus menuliskan kata-kata ‘akan datang waktunya’ itu pada abad yang pertama. Saya sendiri percaya bahwa saat ini kata-kata Paulus itu sudah terjadi, dan makin mendekati akhir zaman / kedatangan Yesus yang kedua kalinya, hal itu akan makin parah. Orang-orang yang mengikuti nabi-nabi palsu akan semakin banyak, sedangkan orang-orang kristen sejati yang betul-betul mencintai kebenaran akan semakin sedikit. Karena itu dalam komentarnya tentang 2 Tes 2:12, William Hendriksen berkata :
William Hendriksen : Orang percaya yang sejati tidak pernah boleh takut untuk termasuk dalam golongan minoritas. Ada-lah sisanya yang akan diselamatkan. Semua yang lain akan dihukum.
Dan kalau saudara mengikuti seorang nabi palsu / gereja sesat yang besar, dan saudara bangga akan jumlah orang dari gereja sesat saudara, ingatlah bahwa pada zaman Nuh, Allah membasmi seluruh dunia, dan hanya menyelamatkan 8 orang. Karena itu, jangan kaget bahwa kalau seluruh gereja saudara dengan orang-orang sesatnya yang begitu banyak, nanti dibuang semua ke dalam neraka! Jadi dengan adanya banyak nabi palsu dan penyesat, maka akan ada banyak orang yang disesatkan.
Lalu bagaimana dengan domba-domba Tuhan? Perhatikan ayat ini :
Mat 24:24 - Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.
KJV - For there shall arise false Christs, and false prophets, and shall shew great signs and wonders; insomuch that, if it were possible,( = jikalau itu mungkin) they shall deceive the very elect.
Ini senada dengan Maz 23:3 :
Maz 23:3 – “… Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Bandingkan dengan 1 Pet 1:5 :
1 Pet 1:5 - Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan ke-selamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.
Ini berarti bahwa meskipun ada begitu banyak nabi palsu dan penyesat tetapi Tuhan akan menjaga orang-orang pilihan-Nya (domba-domba-Nya) sehingga mereka tidak akan disesatkan. Berarti yang berhasil disesatkan memang bukan domba sedangkan domba tidak mungkin disesatkan. Ini tidak berarti bahwa kita boleh pasif dan tidak berhati-hati. Ini tidak berarti bahwa kita boleh santai dan tidak belajar FT. Kita harus belajar FT supaya tidak disesatkan tetapi kita juga harus percaya bahwa Tuhan mau / akan / pasti memimpin kita sehingga tidak tersesat. (Dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya kita akan membahas tanggung jawab kita sebagai domba).
IV. TUHAN MENGGEMBALAKAN KITA DENGAN CARA MENYERTAI KITA DI TENGAH KESUKARAN & BAHAYA.
Kalau melihat ayat 1-3, maka kehidupan domba ini kelihatannya enak terus.
Maz 23:1-3 – (1) Mazmur Daud. TUHAN ada-lah gembalaku, takkan kekurang-an aku. (2) Ia membaringkan aku di
Tetapi kalau kita membaca ayat 4, maka ceritanya jadi lain! Di situ ada kata-kata ‘lembah kekelaman’,
Maz 23:4 – Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau beserta-ku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
“Lembah kekelaman” ini dalam Alkitab
TL - Jikalau aku berjalan dalam lembah bayang-bayang maut sekalipun, tiada juga aku takut bahaya, karena Engkau juga menyertai aku, bahwa batang-Mu dan tongkat-Mu ada menghiburkan daku.
KJV - Yea, though I walk through the valley of the shadow of death, I will fear no evil: for thou art with me; thy rod and thy staff they comfort me.
Lembah bayang-bayang maut ini adalah istilah orang Ibrani untuk menggambarkan kegelapan yang paling gelap dalam dunia orang mati.
Ayub 24:17 - karena kegelapan adalah pagi hari bagi mereka sekalian, dan mereka sudah biasa dengan kedahsyatan kegelapan.
Ayub 10:21-22 - sebelum aku pergi, dan tidak kembali lagi, ke negeri yang gelap dan kelam pekat, ke negeri yang gelap gulita, tempat yang kelam pekat dan kacau balau, di mana cahaya terang serupa dengan kegelapan."
Itu berarti bahwa lembah kekelaman adalah suatu gambaran dari bukan hanya keadaan yang tidak menyenangkan saja tapi juga kebahayaan dan kengerian yang sangat di tengah alam maut. Juga dalam ayat 5 ada juga kata ‘lawan’!
Maz 23:5 - Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Ini menunjukkan bahwa sebagai domba, kita banyak sekali musuhnya dan selalu berada dalam bahaya setiap saat. Karena itu menjadi orang Kristen / orang benar tidak berarti bahwa kita akan dicintai semua orang! Sebaliknya, akan ada banyak orang yang memusuhi / menentang kita karena kita mengikuti, mentaati, dan melayani Tuhan! Bandingkan ini dengan berbagai perusakan, pembakaran, dan pengeboman gereja di negara kita! Semua ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan domba itu ada banyak hal yang menakutkan. Tetapi domba itu tetap tidak boleh takut, karena:
· Tuhan yang adalah gembala itu akan menyertai dan melindungi
Maz 23:4 - Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Orang Indian terkenal karena keberanian mereka. Tapi keberanian ini tidak muncul secara instan melainkan dilatih sejak mereka masih kecil. Biasanya demi melatih keberanian anak-anak, orang tua Indian membawa anaknya yang masih kecil ke dalam hutan belantara lalu mengikat kaki dan tangannya dan meninggalkan mereka semalaman di tengah hutan itu. Sepanjang malam anak itu penuh dengan ketakutan karena ada banyaknya binatang buas di hutan itu. Setiap saat ia bisa mati diterkam binatang buas. Tapi anak itu berusaha menguatkan hatinya dan tidak bersuara sedikitpun. Menjelang pagi ketika matahari mulai terbit, anak itu mengangkat kepala dan melihat ke atas, ternyata ayahnya berada di atas pohon di depannya yang siap dengan anak panah dan menjaganya sepanjang malam. Seandainya anak itu mengetahui hal itu, ia tak usah merasa takut sepanjang malam bukan? Demikian juga dengan kita. Kita sering menjadi takut karena kita tidak percaya bahwa gembala kita ada di samping kita. Yakinlah bahwa Ia menyertai saudara dalam lembah kekelaman sekalipun.
· Tuhan yang adalah gembala itu bahkan bisa memberkati kita di tengah-tengah kesukaran / musuh (ay 5).
Maz 23:5 - Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.
Perlu diketahui bahwa dalam ayat 5, metaphor / kiasan yang dipakai bukan lagi gembala - domba, tetapi tuan rumah - tamu. Tradisi pada saat itu mengharuskan tuan rumah untuk bersikap ramah terhadap tamu. Keramahan itu mencakup banyak hal di antaranya adalah memberi makan dan minum dan mengurapi kepala dengan minyak.
Pengkh 9:7-8 - Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu. Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
Mat 26:7 - datanglah seorang perempuan kepada-Nya membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal. Minyak itu dicurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan.
Jadi ayat 5 menggambarkan kita sebagai tamu yang akan dijamu di rumah Tuhan. Gembala itu akan menyertai dan memberkati kita di tengah-tengah kesukaran dan kesulitan hidup.
V. TUHAN MENGGEMBALAKAN KITA DENGAN SETIA
Ayat 6 berbunyi : “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.
1 Kor 1:8-9 – (8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, se-hingga kamu tak ber-cacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia.
Fil 1:6 - Akan hal ini aku yakin se-penuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.
Karena itu jangan takut bahwa Tuhan akan bosan terhadap saudara! Dia adalah gembala yang setia, yang bahkan akan tetap setia, sekalipun saudara tidak setia
2 Tim 2:12-13 – (12)… jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Itulah penggembalaan Tuhan pada kita.
Dari 5 poin yang sudah kita bahas, bisa disimpulkan bahwa penggembalaan Tuhan itu sempurna! Karena itulah maka kita tidak boleh takut dalam hidup ini! Kita tidak perlu kuatir dan cemas karena penggembalaan-Nya sempurna. Meskipun demikian kita mempunyai tanggung jawab untuk menjadi domba yang baik!
- AMIN -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)