16 Februari 2013

DOKTRIN REFORMED

By. Pdt. Budi Asali, M. Div.


I) Doktrin.


1)   Definisi dari kata ‘doktrin’.

Webster’s New World Dictionary mendefinisikan kata ‘doctrine’ sebagai berikut: Sesuatu yang diajarkan sebagai prinsip-prinsip atau pengakuan iman dari suatu agama.

Doktrin biasanya berurusan dengan kepercayaan kita, dan ini kontras dengan ajaran yang hanya bersifat moral / etika, yang berurusan dengan tingkah laku kita.

2)   Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting.

Banyak orang kristen tidak senang pada ajaran yang bersifat doktrinal karena ajaran yang bersifat doktrinal dianggap bersifat teoritis dan tidak berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari.

Seorang Penginjil / Pendeta menulis surat kepada seseorang, dan dalam suratnya ada kata-kata sebagai berikut:

“Kita bertengkar soal ‘sedikit’ domba yang suka berpindah pindah padahal ada ratusan juta tanpa kesaksian Injil, kita kedagingan ribut dengan ganas soal-doal doktrin yang benar dan membiarkan orang kafir, bingung dan binasa”.

Kelihatannya, Pendeta ini tidak terlalu peduli soal doktrin, dan ia rupanya beranggapan bahwa satu-satunya yang penting adalah penginjilan (Catatan: rupanya ia tidak menyadari bahwa kepercayaannya bahwa doktrin tidak penting, dan yang penting hanyalah penginjilan, sebetulnya juga merupakan suatu kepercayaan doktrinal!). Tetapi pandangan-pandangan seperti ini salah sama sekali. Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting. Mengapa?

a)  Perlu diingat bahwa ‘Injil’ itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat doktrinal, dan Injil merupakan fondasi yang paling dasari dari kekristenan, dan tanpa Injil tidak ada orang bisa percaya kepada Kristus.

Doktrin adalah sesuatu yang sangat penting karena doktrin adalah seperti fondasi dan tiang-tiang beton dari suatu bangunan, dan tanpa itu bangunan itu tidak mungkin bisa kuat.

b)   Ajaran doktrinal yang salah sangat mempengaruhi hidup kita.

1.   Bisa membuat orang hidup dalam dosa.

Misalnya : kalau seseorang tidak percaya pada kebangkitan orang mati, ia akan hidup seenaknya sendiri.

1 Kor 15:32 - “Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka ‘marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati’.

Matthew Henry (tentang Yak 5:19-20): “Kesalahan-kesalahan dalam penilaian dan dalam kehidupan biasanya berjalan bersama-sama. Ada kesalahan doktrinal yang mendasari setiap kegagalan dalam hal praktis. Tidak ada orang yang mempunyai kebiasaan buruk, kecuali didasari oleh prinsip-prinsip yang buruk.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang 2Pet 2:2): Doktrin / ajaran yang salah / palsu dan praktek yang tidak bermoral berjalan bersama-sama (2Pet 2:18-19).

2Pet 2:18-19 - “(18) Sebab mereka mengucapkan kata-kata yang congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat orang-orang yang baru saja melepaskan diri dari mereka yang hidup dalam kesesatan. (19) Mereka menjanjikan kemerdekaan kepada orang lain, padahal mereka sendiri adalah hamba-hamba kebinasaan, karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu”.

Catatan: 2Pet 2 membicarakan nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran sesatnya (2Pet 2:1), dan dalam ay 18-19 ini ditunjukkan bahwa kehidupan mereka juga brengsek.

Ada 2 hal yang perlu ditekankan dari kutipan-kutipan di atas ini:

1.   Ajaran yang salah pasti membimbing pada kehidupan yang salah.

Memang kalau ajaran itu hanya salah sedikit-sedikit, mungkin tidak apa-apa (tidak akan menyebabkan kehidupan yang buruk). Tetapi kalau ajaran itu salahnya banyak / besar, apalagi kalau ajaran itu sesat, maka tidak mungkin itu tidak membimbing pada kehidupan yang salah. Karena itu, kalau ada orang yang berkata ‘Gereja / pendeta itu ajarannya sesat / buruk sekali, tetapi mereka hidup baik’, ini merupakan omong kosong terbesar! Kalau ajarannya sesat, mereka tidak mungkin percaya dengan benar, dan kalau mereka tidak percaya dengan benar, maka mereka tidak akan mempunyai Roh Kudus, dan kalau tidak ada Roh Kudus dalam diri mereka, maka tidak akan ada buah Roh dalam diri mereka. Hal ini bisa diberlakukan pada banyak kelompok, seperti:
a.  Saksi Yehuwa (yang mengklaim punya kehidupan yang saleh).
b. Gerakan Pria Sejati (yang sekalipun dipenuhi dengan ajaran sesat tetapi juga mengklaim berhasil mengubahkan banyak kehidupan secara positif).
Paling-paling kebaikan yang dimaksudkan hanya bersifat lahiriah, atau, merupakan kemunafikan, sama seperti ‘kebaikan / kesalahan’ dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus!

Contoh: Ajaran keselamatan karena perbuatan baik (dalam semua agama lain dan sekte-sekte), bisa membuat kehidupan seseorang kelihatannya baik. Tetapi yang pasti salah adalah motivasinya dalam berbuat baik. Ia berbuat baik untuk menyelamatkan dirinya sendiri, bukan karena mengasihi Allah atau sesama manusianya!

2. Sebaliknya, kehidupan yang salah biasanya juga membimbing pada ajaran yang salah. Mengapa? Karena pengajar itu akan takut / malu mengajarkan hal-hal yang menyerang / mengecam kehidupan mereka sendiri. Karena itu mereka mengubah penafsiran dari ayat-ayat yang sebetulnya mengecam kehidupan mereka. Ini akhirnya menimbulkan ajaran salah / sesat!

The Bible Exposition Commentary: New Testament (tentang 2Pet 2:13-14a): Ajaran palsu / salah secara tak terhindarkan membimbing pada kehidupan yang palsu / salah, dan kehidupan yang palsu / salah mendorong / menganjurkan ajaran yang palsu / salah. Orang murtad itu harus ‘menyesuaikan’ Firman Allah atau mengubah gaya hidup mereka, dan ia tidak mau mengubah gaya hidupnya! Demikianlah, kemanapun ia pergi, ia dengan diam-diam mengotori orang-orang dan membuatnya lebih mudah bagi mereka untuk berbuat dosa.

Contoh: Dalam Gereja Roma Katolik ada banyak patung-patung yang disembah. Ini jelas merupakan kehidupan / praktek yang salah. Itu menyebabkan mereka akhirnya mengubah 10 hukum Tuhan dalam ajaran mereka, di mana mereka menghapuskan hukum kedua, yang secara explicit melarang penyembahan terhadap patung!

Catatan: perubahan itu dilakukan bukan pada Alkitab mereka, tetapi pada ajaran mereka!

Matthew Henry (tentang Kel 20:4-5): Penggunaan patung-patung dalam gereja Roma, pada jaman ini, adalah dengan begitu jelas bertentangan dengan huruf dari hukum ini, dan begitu tidak mungkin / mustahil untuk diperdamaikan / diharmoniskan dengannya, sehingga dalam semua katekisasi dan buku-buku pembaktian / ibadah mereka, yang mereka letakkan di tangan dari umat / orang-orang, mereka menghapuskan hukum ini, menggabungkan artinya dengan hukum yang pertama; dan dengan demikian hukum ketiga mereka sebut kedua, keempat mereka sebut ketiga, dst.; hanya, untuk membuat / mengejar bilangan sepuluh, mereka membagi hukum kesepuluh menjadi dua. Dengan demikian mereka telah melakukan dua kejahatan besar, dalam mana mereka berkeras, dan dari mana mereka tidak senang untuk direformasi; mereka mengambil / membuang dari firman Allah, dan menambah pada ibadah / penyembahan-Nya.

Adam Clarke (tentang Kel 20:4): Untuk merestui / mendukung penyembahan berhalanya, gereja Roma Katolik telah membuang seluruh hukum kedua dari 10 hukum Tuhan, dan dengan demikian kehilangan / menghilangkan satu hukum penuh dari sepuluh; tetapi untuk menjaga / mengejar bilangan 10 itu mereka telah membagi hukum ke 10 menjadi dua hukum. Ini bertentangan secara total dengan iman / ajaran dari orang-orang pilihan dan dengan pengakuan terhadap kebenaran itu yang sesuai dengan kesalehan. ... Perusakan firman Allah ini oleh Gereja Roma Katolik mencapnya sebagai gereja yang palsu / sesat dan bersifat bidat, yang merupakan cap / merk yang paling dalam dari keburukan yang bertahan selama-lamanya!.

10 Hukum Tuhan versi Katolik (ini saya ambil dari ‘Catechism of the Catholic Church’ tahun 1992):

1.   I am the LORD your God: you shall not have strange Gods before me (Akulah TUHAN Allahmu: jangan mempunyai Allah-allah asing di hadapanKu).
2.   You shall not take the name of the LORD your God in vain (Jangan menggunakan nama TUHAN Allahmu dengan sia-sia).
3.   Remember to keep holy the LORD’S Day (Ingatlah untuk menguduskan Hari TUHAN).
4.   Honor your father and your mother (Hormatilah bapa dan ibumu).
5.   You shall not kill (Jangan membunuh).
6.   You shall not commit adultery (Jangan berzinah).
7.   You shall not steal (Jangan mencuri).
8.   You shall not bear false witness against your neighbor (Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu).
9.   You shall not covet your neighbor’s wife (Jangan menginginkan istri sesamamu).
10. You shall not covet your neighbor’s goods (Jangan menginginkan barang-barang / harta benda sesamamu).

Jadi, mereka menghapuskan hukum ke 2 lalu menjadikan hukum ke 3 sebagai hukum ke 2, hukum ke 4 sebagai hukum ke 3 dst. Lalu, untuk tetap mendapatkan bilangan 10, mereka memecah hukum ke 10 menjadi 2, yaitu hukum ke 9 (jangan mengingini istri orang lain) dan ke 10 (jangan mengingini barang-barang / harta orang lain).

Bandingkan hukum 9 dan 10 mereka dengan:

Ul 5:21 - “Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu”.

Kel 20:17 - “Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.’”.
Kalau dilihat dari Ul 5:21 maka pemecahan seperti itu masih memungkinkan, tetapi kalau dilihat dari Kel 20:17, pemecahan seperti itu tidak memungkinkan, karena di sini ‘rumah’ mendahului ‘istri’!

2.   Bisa membingungkan orang Kristen, bahkan menggoncangkan imannya atau menyebabkan ia ragu-ragu apakah ia sudah beriman atau tidak.

Misalnya:

a.  Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh sakit, atau harus sembuh dari segala penyakit. Lalu saudara sebagai orang Kristen ternyata sakit dan tidak sembuh-sembuh. Ini bisa menyebabkan saudara lalu meragukan iman saudara, padahal sebetulnya ajaran itulah yang salah.
b. Ajaran Kharismatik yang mengatakan bahwa orang Kristen yang dipenuhi Roh Kudus harus bisa berbahasa Roh. Ini lagi-lagi bisa membuat orang Kristen yang sejati meragukan imannya, karena ia tidak bisa berbahasa Roh.

3.   Bisa menyebabkan orang Kristen menjadi gelisah, takut, kuatir.

Misalnya : Ajaran Arminian yang mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang, jelas bisa menimbulkan kekuatiran dalam diri orang Kristen yang mempercayai ajaran yang salah itu.

c)   Perbedaan antara kekristenan dan agama-agama lain, pada umumnya / hampir selalu terletak pada perbedaan doktrinal. Dalam hal-hal yang bersifat etika / moral, sekalipun ada perbedaan tetapi tidaklah terlalu banyak. Karena itu, kalau saudara adalah orang Kristen yang tidak senang pada doktrin, sebetulnya tidak ada bedanya bagi saudara kalau saudara pindah ke agama lain.

d)  Perbedaan antara ajaran Kristen yang alkitabiah dan injili dengan ajaran Kristen yang sesat / salah / tidak alkitabiah, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Liberalisme, Unitarianisme, Roma Katolik, dsb, juga hampir seluruhnya terletak pada perbedaan doktrin.

Tanpa pengertian yang baik tentang doktrin yang benar, maka kita dengan mudah bisa disesatkan oleh berbagai macam ajaran sesat / salah tersebut. Tetapi kalau kita mengerti doktrin yang benar dengan baik, maka kita akan sukar sekali disesatkan oleh ajaran-ajaran sesat / salah itu. Karena itu doktrin adalah sesuatu yang sangat penting, baik bagi gereja maupun bagi setiap individu kristen.

Karena itu, pendeta-pendeta / pengkhotbah-pengkhotbah harus mau mengajarkan ajaran doktrinal, dan jemaat harus mau mendengar ajaran doktrinal!

Tetapi, sekalipun pelajaran doktrinal itu penting tetapi :

a.   Pengertian doktrinal yang hanya bersifat intelektual tidak bisa menyelamatkan siapa pun juga. Yang menyelamatkan hanyalah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Dalam prakata dari buku ‘The Doctrine of God’ karya Herman Bavinck, penerjemahnya yaitu William Hendriksen, mengutip kata-kata Bavinck pada saat mau mati, yang berbunyi sebagai berikut:

“Pengetahuanku tidak menolongku sekarang; Dogmaku juga tidak; hanya iman yang menyelamatkan aku”.

b.   Jangan bersikap extrim dengan hanya mau ajaran yang bersifat doktrinal saja. Ajaran-ajaran yang praktis, yang bersifat moral / etika, tentu juga sangat penting!

Ilustrasi: Biarpun daging itu adalah makanan yang penting dan bergizi, tetapi kalau saudara hanya makan daging saja, tidak mau makan sayur, buah, nasi dsb, maka itu tentu tidak baik. Demikian juga, sekalipun doktrin itu penting, tetapi kalau saudara hanya belajar doktrin saja, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam hidup Kristen saudara. Saudara mungkin sekali akan menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada jaman Yesus, yang hanya otaknya hebat, tetapi hidupnya kacau balau.

Jadi, dalam mengajar / belajar Alkitab, kita harus mempunyai keseimbangan. Kita harus mau mengajar / belajar hal-hal yang doktrinal, tetapi juga harus mau mengajar / belajar hal-hal yang bersifat moral / etika. Kita harus mau mengajar / belajar hal-hal yang bersifat topik, tetapi kita juga harus mau mengajar / belajar pelajaran exposisi dari ayat-ayat Alkitab.

3)   Doktrin bisa merupakan pelajaran yang sangat sukar.

Memang ada doktrin yang mudah (seperti Injil), tetapi juga banyak doktrin yang sukar (seperti doktrin Allah Tritunggal, Kristologi, Eschatologi dsb). Ini menyebabkan pelajaran doktrinal dalam gereja menjadi semakin jarang. Banyak hamba Tuhan yang malas menyiapkan pelajaran doktrinal karena sukarnya pelajaran itu. Dan ada juga hamba-hamba Tuhan yang sebetulnya mau berjerih payah untuk me­nyiapkan dan mengajarkan pelajaran-pelajaran doktrinal, tetapi karena jemaat tidak bisa menerimanya (karena tak terbiasa?), maka hamba-hamba Tuhan itu akhirnya menuruti keinginan jemaat dengan mengajarkan hal-hal yang sederhana / praktis saja. Tetapi ini adalah sikap yang salah! Seorang hamba Tuhan harus mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan jemaatnya, bukan apa yang diinginkan oleh jemaatnya.

Illustrasi: Kalau saudara adalah orang tua yang baik, tentu saudara tidak akan selalu menuruti keinginan anak saudara pada waktu mau makan. Saudara akan memberikan (bahkan memaksakan, kalau perlu) apa yang dibutuhkan oleh anak saudara. Mungkin mengharuskannya makan sayur, atau minum susu, atau minum vitamin dan bahkan obat, yang baginya tentu saja tidak enak.

Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki orang Kristen mendapat pelajaran yang sederhana terus menerus. Ini terlihat misalnya dari:

a) Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Kata ‘murid’ dan ‘ajar’ secara implicit menunjukkan bahwa harus ada peningkatan dalam pengajaran.

b)   Ibr 5:11-6:1  Yoh 16:12-13a  1Kor 3:1-2 juga menunjukkan bahwa harus ada peningkatan pengajaran.

Ibr 5:11-6:1 - “(5:11) Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12) Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. (5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah”.

Yoh 16:12-13a - “(12) Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. (13a) Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.

1Kor 3:1-2 - “(1) Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. (2) Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya”.

II) Reformed.


1)   Apakah ‘Reformed’ itu?

Jangan menyamakan / mengacau-balaukan istilah ‘Reformed’ dengan istilah ‘Reformer(s)’. Istilah ‘Reformer(s)’ menunjuk kepada tokoh-tokoh Reformasi, seperti Martin Luther, John Knox, Zwingli, John Cal­vin. Sedangkan istilah ‘Reformed’ menunjuk pada aliran yang mengikuti ajaran / theologia dari John Calvin. Karena itu ‘Reformed’ sebe­tulnya sama dengan ‘Calvinisme’, dan ini merupakan salah satu aliran dalam kekristenan.

2)   Apakah salah kalau seseorang mempunyai aliran?

a) Banyak orang Kristen yang ‘alergi’ terhadap aliran, di mana mereka beranggapan bahwa orang Kristen / gereja tidak boleh mempunyai aliran, dan bahkan banyak yang berpendapat bahwa kalau kita mempunyai aliran, kita adalah pengi­kut manusia. Karena itu kalau ditanya alirannya, mereka akan menjawab ‘aliran Yesus Kristus’, atau ‘aliran Kitab Suci’.

Jawaban seperti ini sekalipun kelihatannya saleh, tetapi ini adalah jawaban dari orang yang tidak / kurang mengerti Kitab Suci / Theologia.

b)  Ada juga yang berpendapat bahwa aliran menyebabkan gereja terpecah-pecah.

Tetapi semua ini salah! Mengapa?

a.   Harus diakui bahwa ada orang yang memegang alirannya sedemikian rupa sehingga ia memang mengikut manusia. Misalnya orang Calvinist yang secara membuta menganggap bahwa Calvin benar dalam segala hal.

Tetapi hal semacam ini tidak harus terjadi. Orang yang mempunyai aliran tidak harus menjadi pengikut manusia. Saya mengikuti theologia Calvin, karena saya beranggapan bahwa theologia Calvin itu sesuai dengan ajaran Kristus / Kitab Suci.

Bandingkan dengan 1Kor 11:1 di mana saudara akan meli­hat bahwa Paulus menyuruh orang Korintus mengikuti dia, karena dia sendiri mengikuti Kristus.

1Kor 11:1 - “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus”.

Di samping itu, menjadi seorang Calvinist tidak berarti menerima segala sesuatu yang dipercayai / diajarkan oleh Calvin. Tentu saja, kalau hal-hal besar dalam theologia Calvin ia tolak (misalnya tentang Predestinasi atau Providence of God), maka ia tidak bisa disebut sebagai seorang Calvinist). Tetapi bisa saja seorang Calvinist menerima ajaran-ajaran pokok Calvinisme, tetapi dalam persoalan yang kecil-kecil ia tidak setuju dengan ajaran Calvin.

Misalnya : Saya tidak setuju dengan penafsiran Calvin tentang mengapa Yunus marah dalam Yunus 4.

b.   Harus diakui bahwa aliran memang bisa memecah gereja; tetapi lagi-lagi hal itu sebetulnya tidak perlu terjadi.

Kita bisa berbeda aliran, dan menyadari perbedaan itu, tetapi tetap bersatu karena kita menya­dari bahwa semua orang Kristen yang sejati, dari aliran apa pun ia berasal (asal bukan aliran sesat), adalah anak Allah, sama seperti kita.
Catatan: Perhatikan kata-kata yang digarisbawahi itu! Jangan pernah mau bersatu / dianggap satu dengan orang-orang dari sekte yang memang sesat, seperti Saksi Yehuwa, Mormon, Unitarian, dsb. Ini juga berlaku untuk sekte-sekte yang besar, seperti Katolik, Liberalisme, dsb.

Ingat bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa hanya orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang adalah anak-anak Allah (Yoh 1:12). Yang tidak percaya adalah anak-anak Setan. Dan yang dianggap percaya kepada Yesus Kristus hanyalah orang-orang yang percaya kepadaNya dengan iman yang benar!

Bertentangan dengan pandangan umum jaman sekarang yang anti aliran, saya berpendapat bahwa orang Kristen, apalagi hamba Tuhan, sebaiknya mempunyai aliran. Mengapa? Karena kalau kita tidak mempunyai aliran, atau kita mempunyai aliran ‘gado-gado’, maka biasanya terjadi pertentangan dalam pandangan kita sendiri. Misalnya kalau dari 5 pokok Calvinisme, saudara hanya menerima 3, sedangkan yang 2 saudara menerima pandangan Arminian, maka saya yakin akan terjadi kontradiksi / ketidakkonsistenan antara 3 pokok yang saudara terima dan 2 pokok yang saudara tolak itu.

III) Cara mengajar / belajar doktrin.


Dalam mengajar / belajar doktrin, kita tidak harus belajar / mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’ seperti Kristologi, Soteriologi dsb. Kita bisa mengajar sedikit-sedikit, khususnya kalau kita mengajar orang-orang Kristen baru, yang belum terbiasa belajar doktrin. Ini bisa dilakukan dengan memberikan pelajaran exposisi. Kalau ayatnya membahas hal-hal yang sifatnya moral / etika, maka kita mengajarkan moral / etika, tetapi kalau ayatnya memang merupakan ayat doktrinal, kita mengajar doktrin.

Kalau kita mau mengajar doktrin-doktrin yang ‘utuh’, maka urut-urutan belajar doktrin adalah sebagai berikut:

1.      Bibliology – Doktrin Alkitab.
2.      Theology - Doktrin tentang Allah.
3.      Anthropology - Doktrin tentang manusia.
4.      Hamartiology – Doktrin tentang dosa.
5.      Christology - Doktrin tentang Kristus.
6.      Soteriology - Doktrin tentang keselamatan.
7.      Pneumatology - Doktrin tentang Roh Kudus.
8.      Ecclesiology - Doktrin tentang Gereja.
9.      Eschatology - Doktrin tentang Akhir Jaman.

Catatan: Urut-urutan ini tidak mutlak, tetapi ada baiknya kalau dituruti.


-o0o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)