02 Mei 2009

PELAJARAN DARI SANG TABIB (Part 1)

Lukas 1:1-4


Esra Alfred Soru

Injil Lukas yang kita miliki sekarang ini dipercaya sebagai hasil karya seorang yang bernama Lukas. Siapakah Lukas ini sesungguhnya? Dari data Alkitab kita mengetahui bahwa sesungguhnya Lukas adalah seorang tabib/dokter yang adalah rekan pelayanan Paulus (Kol 4: 14). Menariknya adalah bahwa Lukas ini ternyata bukanlah seorang Yahudi (Kol 4:10-11,14). Ia berasal dari Antiokhia di Siria. Dengan demikian Lukas adalah satu-satunya penulis PB yang bukan orang Yahudi. Tradisi juga mengatakan bahwa Lukas juga adalah seorang pelukis yang sangat mahir. Sebuah lukisan Maria dalam sebuah Katedral di Spanyol saat ini dianggap sebagai hasil karya Lukas. Lepas dari benar tidaknya tradisi ini namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa perasaan seorang seniman melekat pada diri seorang Lukas dan itu nampak dalam Injil yang ditulisnya. William Barclay memberikan penilaian kepada Lukas sebagai ‘seorang yang mampu melihat hal-hal yang hidup’. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Injil Lukas; hal. 1) Selain Injil Lukas, tabib Lukas juga menulis kitab yang lain yakni Kisah Para Rasul. (lihat : Kis 1:1)

Sesuai dengan judul tulisan ini “PELAJARAN DARI SANG TABIB”, baiklah kita akan melihat hal apa yang dapat kita pelajari dari tabib Lukas ini. Namun sebelum melihat apa yang dapat kita pelajari, baiklah kita perhatikan beberapa hal yang berkenaan dengan Injil karangan Lukas ini. Kalau kita mempelajari dengan seksama dan mendalam tentang Injil Lukas maka kita akan menemukan hal-hal yang sangat indah di dalamnya. Beberapa hal yang dapat dicatat tentang Injil ini adalah :

Gaya penulisan populer

Dalam pendahuluannya (ay 1:1-4) Lukas memakai suatu gaya penulisan yang populer waktu itu di kalangan para cendikiawan dan ahli-ahli sejarah. Bandingkan kata-kata Lukas ini dengan kata-kata Herodotus : “Inilah hasil-hasil penyelidikan Herodotus dari Halicarnassus” maupun Dionysius : “Sebelum mulai menulis aku mengumpulkan informasi, sebagian dari mulut-mulut orang terpelajar yang aku hubungi dan sebagian lagi dari sejarah-sejarah yang ditulis oleh orang-orang Romawi yang ternama”. Ini berarti bahwa lewat Injilnya Lukas hendak mengatakan bahwa apa yang ditulisnya tidak kalah bobot dan nilainya dari tulisan-tulisan sejarah yang diakui zaman itu bahkan tulisannya adalah yang paling mulia.

Bahasa Yunani terbaik

Hal lain yang menarik dari Injil Lukas ini adalah bahwa bahasa Yunani yang terbaik dalam PB terdapat dalam Injil Lukas. Perhatikan beberapa komentar berikut ini : William Barclay : “Empat ayat pertama merupakan bahasa Yunani yang hampir-hampir tanpa cacat dalam Perjanjian Baru”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Injil Lukas; hal. 3). Alkitab Hidup Berkelimpahan : “Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali”. B.J. Boland : “Bahasa dan gaya tulisannya membuktikan bahwa pengarang adalah tergolong “orang-orang cendekiawan” pada zaman dahulu itu. Ditinjau dari sudut bahasa, Injil karangan Lukas melebihi segala kitab dan surat lain dalam Perjanjian Baru. Sekalipun Lukas menggunakan bahasa Koine (= semacam bahasa Yunani sehari-hari), setiap kali ternyata bahwa ia juga mengenal bahasa “Yunani tinggi” dengan baik” (Tafsiran Alkitab Injil Lukas; hal. 4)

Injil yang terlengkap

Injil Lukas adalah Injil yang paling lengkap yang menginformasikan kepada kita kehidupan Sang Juruselamat di bumi ini, mulai dari kelahiran hingga kenaikan-Nya ke sorga. Injil ini dimulai dengan kisah masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5-2:40) dan satu-satunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Dapat dilihat pula bahwa setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar: (1) Pelayanan di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14-9:50) (2) Pelayanan pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27) (3) Minggu terakhir di Yerusalem (Luk 19:28-24:43).

Injil yang sangat teliti

Injil Lukas adalah Injil yang sangat teliti di mana nampak bahwa profesi Lukas sebagai seorang tabib membuat ia menaruh perhatian yang detail kepada masalah-masalah penyakit . Misalnya ketika menceritakan sakit demam yang diderita mertua Petrus, Lukas menyebutnya lebih detail bahwa mertua Petrus sementara menderita demam keras (Luk 4:38) padahal Matius dan Markus hanya menyebut sakit demam saja (Mat 8:14; Mark 1:30). Ketika menggambarkan orang yang sakit kusta, Matius dan Markus hanya menyebutkan seorang yang sakit kusta (Mat 8:2; Mark 1:40) namun Lukas memberikan keterangan bahwa orang tersebut ‘penuh kusta’ (Luk 5:12). Ketika menceritakan seorang yang mati tangannya, Matius dan Markus hanya menggambarkan bahwa orang tersebut mati sebelah tangannya (Mat 12:10; Mark 3:1) namun Lukas menginformasikan bahwa tangan yang mati itu adalah tangan kanan (Luk 6:6). Demikian pula Lukas mencatat dengan jelas bahwa telinga perwira yang dipotong Petrus itu adalah telinga kanan (Luk 22:50) sedangkan Matius dan Markus tidak menyebutkannya (Mat 26:51 Mark 14:47). Dari semua ini kita ketahui bahwa dokter Lukas mencatat semua peristiwa mujizat dengan sangat hati-hati hingga detailnya, lebih dari Matius dan Markus. Ini sesuai dengan apa yang dijelaskannya dalam bagian pendahuluan: “aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama…untuk membukukannya dengan teratur bagimu…” Selain itu dapat pula ditambahkan bahwa dalam Injilnya, tabib Lukas memberikan catatan sejarah sekuler yang akurat yang tidak/kurang disebutkan dan mendapat perhatian dari Injil yang lain (Luk 3:1-2).

Dari semua yang sudah dicatat tentang tabib Lukas dan Injilnya ini kita dapat melihat satu hal yang sangat indah bahwa Lukas tahu memberikan atau mempersembahkan yang terbaik darinya untuk Juruselamatnya, Yesus Kristus. Bagi Lukas, Yesus Kristus adalah pribadi yang unik dan karenanya Ia layak menerima segala yang terbaik. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa dalam hidup kekristenan kita, Kristus seharusnya menerima segala yang terbaik dari kita karena Ia sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita (hidup-Nya sendiri).

Sangatlah disayangkan ada banyak orang Kristen tidak menyadari hal ini. Itulah sebabnya mereka tidak tahu memberikan yang terbaik bagi Juruselamatnya. Bahkan para penganut kepercayaan kafir pun mengerti satu prinsip bahwa yang terbaiklah yang harus diberikan pada sesembahan mereka. Seorang misionaris di pedalaman Afrika pernah menyaksikan seorang ibu sementara menuju ke sebuah sungai sambil menggendong seorang anaknya yang cacat dan menggandeng seorang anaknya yang sangat sehat. Beberapa saat kemudian ia melihat ibu itu kembali dari sungai tanpa anaknya yang sehat itu. Rupanya ibu itu telah melemparkan anaknya ke sungai sebagai persembahan bagi dewanya. Misionaris itu bertanya “mengapa engkau tidak melemparkan anakmu yang cacat saja ke sungai itu tetapi justru anakmu yang sehat?” dan ternyata jawaban ibu itu mengagetkan sang misionaris : “Tuan, aku tidak tahu apa kepercayaan/agama tuan dan apa yang diajarkan dalam agama tuan tapi dalam kepercayaan kami, kami diajarkan untuk memberikan yang terbaik bagi dewa kami”. Luar biasa! Sungguh kita seharusnya malu terhadap orang-orang kafir itu karena kita tidak tahu memberi yang terbaik bagi Tuhan kita.

Dalam Alkitab kita dapat menemukan begitu banyak contoh yang mengajarkan prinsip semacam ini. Kita mengetahui bahwa Maria rela memberikan dan menuangkan minyak narwastu murni yang sangat mahal harganya di kaki Yesus (Yoh 12:3). Kita juga menemukan peristiwa di mana janda miskin memberikan seluruh uangnya (2 peser) kepada Allah (Luk 21:2-4). Kehidupan Paulus juga memberikan contoh tentang prinsip ini. Ia telah memberikan seluruh hidupnya untuk melayani Kristus bahkan mati dianggapnya sebagai keuntungan (Fil 1:21; 3:7). Para Majus juga melakukan hal yang sama. Hasil-hasil terbaik dari negeri mereka (mas, mur dan kemenyan) justru dipersembahkan di hadapan Yesus, Raja yang baru lahir itu (Mat 2).

Belajar dari sang tabib Lukas ini harus membuat kita tahu dan sadar untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda bisa bernyanyi, bernyanyilah yang terbaik untuk Yesus (jangan bermain-main dalam memuji Tuhan atau dalam beribadah). Kalau anda bisa bermain musik, bermainlah yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda ingin memberikan persembahan/kolekte, berilah yang terbaik bagi Yesus (bukan dari sisa belanja). Kalau anda bisa berkhotbah, berkhotbahlah yang terbaik demi Yesus. Kalau anda bisa mengajar Sekolah Minggu, mengajarlah yang terbaik demi Yesus. Kalau anda bisa menulis, menulislah yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda ingin menyerahkan seorang anakmu menjadi hamba Tuhan / Pendeta, serahkanlah yang terbaik, yang terpintar dan yang paling taat bagi Yesus (bukan menyerahkan yang paling bodoh atau yang paling nakal). Kalau anda mampu berargumentasi/berapologia dengan baik, berapologialah yang terbaik bagi Yesus dan kebenaran Firman-Nya dalam menghadapi semua penyimpangan kebenaran. Kalau anda dikaruniai kemampuan mencipta lagu, ciptalah lagu yang terbaik bagi Yesus sama seperti yang dibuat Fanny Crosby. Singkatnya, apa saja yang kita buat dalam dunia, kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh dan yang terbaik buat Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Saya percaya bahwa Yesus tentu bangga dan senang dengan apa yang telah dibuat oleh tabib Lukas. Saya juga percaya bahwa Yesus pun bangga dan hati-Nya akan disenangkan ketika melihat umat tebusan-Nya melakukan dan mempersembahkan segala yang terbaik dalam hidup mereka bagi kemuliaan nama-Nya. Marilah kita belajar memberi yang terbaik bagi Yesus dengan satu tujuan agar dapat menyenangkan hati-Nya. SUDAHKAH PERBUATAN KITA MENYENANGKAN HATI-NYA? SUDAHKAH HIDUP KITA MEMBUAT YESUS PUAS?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)