Tanggapan Balik Untuk Tulisan Esra Alfred Soru
Frans Donald
Shalom elekhem (=[as]salamu'alaikum) para pembaca yang bersahaja di NTT. Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih pada Pdt. Esra Alfred Soru atas apresiasinya yang dimuat oleh Timex pada 13-17 Nop.2006 yang lalu, terhadap buku 'ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN" (ADAA) yang saya tulis dan telah beredar di Gramedia. Dan terimakasih juga pada Koran Timex yang memuat tanggapan Esra tersebut serta juga memuat tulisan tanggapan balik saya ini. Pdt. Esra Alfred Soru telah menanggapi buku tersebut dimana fokusnya dikhususkan pada soal Yesus dan Trinitas, padahal buku ADAA sebenarnya lebih berbicara tentang 'apakah Allah di Alkitab dan Al Qur'an itu sama atau berbeda' dan ADAA bukan menjadi buku khusus yang membahas soal Yesus dan kekeliruan Trinitas secara lebih detail. Soal 'Yesus bukan Allah sejati dan pembongkaran doktrin Trinitas' yang lebih blak-blakan sebenarnya telah saya tulis 'lebih 'tajam dan akurat' di buku yang berjudul KASUS BESAR YANG KELIRU - sekaligus membongkar kekeliruan perayaan Natal 25 Desember-, tetapi sayang sekali toko buku Gramedia tidak berani lagi menjualnya karena terus diteror oleh oknum-oknum yang berusaha menggagalkan penyebaran buku 'khusus Dewasa' tersebut. Nah pada kesempatan ini, tulisan saya ini akan khusus menanggapi beberapa (tidak semua) argumen Esra yang disajikan Timex selama 5 hari tersebut. Mengapa saya tidak mau menanggapi seluruhnya melalui tulisan ini, ada 2 pertimbangan:
Dalam menanggapi buku saya, tampak sekali Esra telah memakai konsep telaah teologi alam pikir Yunani, bukan Yahudi. Karena alam pikir dan filsafat Yunani memang bisa multi tafsir sehingga cocok untuk debat apologet, arti dan makna ayat-ayat bisa dipelintir, ditafsirkan sesuka hati si penafsir. Alam pikir Yunani yang metafisik dan politheis sangat berbeda dengan konsep Yahudi yang Monotheis. Jadi kalau saya bicara soal Allah dengan konsep Monotheis Yahudi (karena kitab suci awalnya turun untuk bangsa Yahudi dan Monotheis maka harus dipahami dengan konsep Yahudi pula), sementara Esra menanggapi dengan konsep filsafat alam pikir Yunani, maka sulit untuk menemukan titik temu. Bagi Yahudi, jelas 'satu' ya 'satu' tidak perlu ditafsirkan lagi, maka tidak ada yang namanya Allah Tiga tapi satu / Trinitas. Sedangkan bagi Yunani, satu bisa dua bahkan tiga, dan tiga bisa satu, makanya Trinitas hanya bisa dijelaskan dengan pola pikir Yunani. Esra meyakini Trinitas sebagai 3 Pribadi Allah yang terpisah tetapi ketiganya sama-sama Allah semua, tetapi jika pembaca coba menanyakan konsep Trinitas pada pendeta-pendeta yang lain, maka mereka sering mempunyai konsepnya masing-masing yang berbeda dengan Trinitas yang dipahami oleh Esra tersebut, dan masing-masing sering mengklaim bahwa pemahaman Trinitasnya dia yang paling benar, dan yang lain salah. 10 pendeta Trinitas bisa memberikan 11 macam argumen yang berbeda tentang doktrin Trinitas, hal itu membuktikan bahwa di kalangan Trinitarian sendiri pun sering bingung tentang konsep Trinitas/Tritunggal, maka tidak perlu heran jika di antara pembaca mungkin juga banyak yang bingung tentang teori-teori Trinitas/tritunggal yang tiga tapi satu, satu tapi tiga itu, bukan? Saya rasa pembaca akan jenuh dan tidak akan paham 100% jika saya melayani dan mengikuti cara Esra dengan membahas satu-persatu istilah-istilah teologi dan filsafat-filsafat alam pikir Yunani yang bertele-tele perihal Trinitas seperti yang sudah ditulis Esra tersebut. Maka dalam tanggapan balik ini saya tidak perlu membahasnya satu persatu.
Saya sangat berharap di tahun 2007 ini saya dengan tim semoga bisa secepatnya berdialog dengan Esra Alfred Soru untuk adu argumen tentang Trinitas, disaksikan masyarakat umum islam-kristen dan wartawan-wartawan, sehingga masyarakat yang bernurani jujur nantinya dapat menilai dengan bijak apakah secara Alkitabiah Trinitas itu terbukti benar atau sebaliknya Trinitas itu akan terbukti hanya sebagai 'dogma tua' ciptaan manusia yang keliru, tidak pernah bisa dipahami dengan akal sehat dan tidak selalu ada kesepakatan yang sama dari para teolog-teolog Trinitarian itu sendiri, serta bisa membingungkan dan menyesatkan umat.
Baiklah saya akan mulai menanggapi sebagian tulisan Esra. Di awal-awal tulisannya tgl 13 Nop.06, Esra menyatakan bahwa buku saya (ADAA) menyatakan bahwa: Yesus Kristus itu bukan Tuhan, Roh Kudus bukan suatu pribadi, dan Trinitas adalah doktrin keliru. Memang benar saya telah menulis bahwa Trinitas itu keliru, juga Roh Kudus bukan suatu pribadi Allah, tapi soal 'Yesus Kristus bukan Tuhan' saya tidak menulis hal itu! Seharusnya Esra lebih cermat saat membaca buku ADAA, karena di buku itu dengan sangat tegas sudah saya katakan bahwa 'Yesus adalah Tuhan', Jesus is Lord! tetapi Yesus bukanlah Allah sejati (not The true God). Dari pernyataan Esra yang menuduh saya menulis 'Yesus bukan Tuhan' tersebut jelas sekali membuktikan bahwa Pdt. Esra Alfred Soru sama seperti banyak orang kristen dan islam umumnya yang belum bisa memahami dengan benar perbedaan fatal arti antara kata 'Tuhan' (Lord) dengan kata 'Allah' (God). Padahal memahami dua kata tersebut adalah kunci dalam membaca kitab suci. Maka pada kesempatan ini saya sangat perlu untuk meluruskan kesalah pahaman tersebut. Memahami perbedaan arti makna kata 'Tuhan' (Lord) dengan kata 'Allah' (God) inilah salah satu kunci utama dalam membaca kitab suci. Di Alkitab Yesus disebut sebagai 'lord (Tuan/Tuhan)', Abraham juga disebut sebagai 'lord (Tuan/Tuhan)'. Bahasa Ibrani untuk 'lord' adalah 'adonay', Yunani: kurios. Arab: robb. Mengapa di Indonesia kata adonay / kurios / lord ini bisa diterjemahkan menjadi 'Tuhan dan Tuan'? Ahli bahasa Remy Silado pernah menulis panjang lebar tentang asal-usul kata 'Tuhan' dalam artikel berjudul "Bapa jadi Bapak, Tuan jadi Tuhan, Bangsa jadi Bangsat" (Kompas 11 Sept.2002). Ia menemukan dalam Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ, bahwa arti kata 'Tuhan' berasal dari bahasa Melayu 'Tuan' yang berarti: atasan / penguasa / pemilik. Selidik punya selidik, rupanya kata 'Tuhan' ini pertama hadir dalam kepustakaan Melayu beraksara latin lewat terjemahan kitab suci Nasrani. Berarti, orang Nasranilah 'penemu' kata 'Tuhan'. Remy Silado mengatakan, dalam kitab suci Melayu terjemahan Brouwerius tahun 1668, kata Yunani 'kurios'-gelar bagi Yesus Kristus- masih diterjemahkan 'Tuan'. Berhubung terjemahan Brouwerius ini sulit dipahami karena banyak menggunakan kata serapan dari bahasa Portugis, VOC menyuruh Pendeta Melchior Leijdecker menerjemahkan ulang seluruh Alkitab. Pada terjemahan Leijdecker inilah kita temukan perubahan harafiah dari 'Tuan' menjadi 'Tuhan' untuk padanan kata 'adon' dan 'kurios'. Jelas yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan - sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris lord, Belanda Heere - melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan (Silado, 2002). Jadi jelas sebenarnya kata 'Tuhan' dan 'Tuan' tidak ada perbedaan arti, sama-sama berasal dari kata 'adon' atau 'kurios'. Tuhan Yesus = Tuan Yesus, bukan dimaksud Allah Yesus. Memahami kata 'Allah' yang ada di Alkitab terbitan LAI, jika tanpa pemahaman yang utuh, maka kata 'Allah' juga bisa mengalami kerancuan pemahaman oleh pembacanya. Berbeda dengan Al Qur'an, kata 'Allah' di Al Qur'an selalu menunjuk pada Satu-satunya Allah Sang Pencipta, tetapi tidaklah demikian dengan kata 'Allah' yang ada di Alkitab Nasrani. 'Allah' dalam Alkitab Nasrani tidak selalu menunjuk pada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar, tetapi kata 'Allah' di Alkitab juga bisa menunjuk pada mahluk-mahluk ilahi / malaikat seperti tertulis dalam Mazmur 82:1,6: "Allah (yang sejati, Yahweh) berdiri dalam sidang ilahi (sidang di sorga), di antara para allah Ia menghakimi : …Aku (Yahweh) sendiri telah berfirman: kamu adalah allah dan anak-anak Yang Maha tinggi kamu sekalian" Dan juga kata 'Allah' dalam Alkitab bisa menunjuk pada nabi utusan Yahweh, seperti ada tertulis dalam Keluaran 7:1: "Berfirmanlah Yahweh kepada Musa: "Lihatlah Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun .." Jika mahluk surga / malaikat disebut sebagai 'allah', nabi Musa juga disebut sebagai 'Allah', maka nabi-nabi yang lain serta Yesus dan para Rasul bisa saja disebut sebagai 'Allah' dengan catatan kita harus paham betul apa makna arti kata 'Allah' di ayat-ayat Alkitab yang kita baca. Ada Allah yang sejati yaitu Yahweh, dan ada Allah/allah-allah lain yang tidak sejati. Selain kata 'Allah' dan 'Tuhan' ada satu kata lagi yang juga merupakan kunci dalam membaca Alkitab, yaitu kata 'TUHAN'. Kata 'TUHAN', T-U-H-A-N huruf besar semua sebagaimana dicatat dalam bagian kamus Alkitab LAI, menuliskan bahwa TUHAN: Salinan dari nama Allah Israel , yaitu Yahweh. Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa kata 'TUHAN' berbeda maksudnya dengan kata 'Tuhan'. 'TUHAN' yang seharusnya dibaca Yahweh adalah nama Allah Israel , sedangkan 'Tuhan' adalah jabatan / gelar penghormatan bagi siapa saja yang dihormati. Yahweh (TUHAN) adalah Tuhan, tapi tidak semua Tuhan adalah Yahweh. Yahweh adalah Allah sejati, tapi tidak semua Allah/allah adalah Yahweh. "Sebab Yahweh (TUHAN) adalah Allah segala allah. Tu(h)an segala tu(h)an" (Ulangan 10:17) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, akurat dan sangat gamblang tentang kata 'Allah', 'Tuhan' dan 'TUHAN', bagi para pembaca yang benar-benar serius ingin memahami secara utuh, saya sarankan silahkan menyimak buku "BUKAN ALLAH TAPI TUHAN" pen. Ellen Kristi dan juga buku"KASUS BESAR YANG KELIRU". jika para pembaca kesulitan mendapatkan buku-buku tersebut jangan segan-segan menghubungi saya untuk mendapatkannya (no. HP saya: 081 7971 9991). Bersambung...
Frans Donald
Shalom elekhem (=[as]salamu'alaikum) para pembaca yang bersahaja di NTT. Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih pada Pdt. Esra Alfred Soru atas apresiasinya yang dimuat oleh Timex pada 13-17 Nop.2006 yang lalu, terhadap buku 'ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN" (ADAA) yang saya tulis dan telah beredar di Gramedia. Dan terimakasih juga pada Koran Timex yang memuat tanggapan Esra tersebut serta juga memuat tulisan tanggapan balik saya ini. Pdt. Esra Alfred Soru telah menanggapi buku tersebut dimana fokusnya dikhususkan pada soal Yesus dan Trinitas, padahal buku ADAA sebenarnya lebih berbicara tentang 'apakah Allah di Alkitab dan Al Qur'an itu sama atau berbeda' dan ADAA bukan menjadi buku khusus yang membahas soal Yesus dan kekeliruan Trinitas secara lebih detail. Soal 'Yesus bukan Allah sejati dan pembongkaran doktrin Trinitas' yang lebih blak-blakan sebenarnya telah saya tulis 'lebih 'tajam dan akurat' di buku yang berjudul KASUS BESAR YANG KELIRU - sekaligus membongkar kekeliruan perayaan Natal 25 Desember-, tetapi sayang sekali toko buku Gramedia tidak berani lagi menjualnya karena terus diteror oleh oknum-oknum yang berusaha menggagalkan penyebaran buku 'khusus Dewasa' tersebut. Nah pada kesempatan ini, tulisan saya ini akan khusus menanggapi beberapa (tidak semua) argumen Esra yang disajikan Timex selama 5 hari tersebut. Mengapa saya tidak mau menanggapi seluruhnya melalui tulisan ini, ada 2 pertimbangan:
Dalam menanggapi buku saya, tampak sekali Esra telah memakai konsep telaah teologi alam pikir Yunani, bukan Yahudi. Karena alam pikir dan filsafat Yunani memang bisa multi tafsir sehingga cocok untuk debat apologet, arti dan makna ayat-ayat bisa dipelintir, ditafsirkan sesuka hati si penafsir. Alam pikir Yunani yang metafisik dan politheis sangat berbeda dengan konsep Yahudi yang Monotheis. Jadi kalau saya bicara soal Allah dengan konsep Monotheis Yahudi (karena kitab suci awalnya turun untuk bangsa Yahudi dan Monotheis maka harus dipahami dengan konsep Yahudi pula), sementara Esra menanggapi dengan konsep filsafat alam pikir Yunani, maka sulit untuk menemukan titik temu. Bagi Yahudi, jelas 'satu' ya 'satu' tidak perlu ditafsirkan lagi, maka tidak ada yang namanya Allah Tiga tapi satu / Trinitas. Sedangkan bagi Yunani, satu bisa dua bahkan tiga, dan tiga bisa satu, makanya Trinitas hanya bisa dijelaskan dengan pola pikir Yunani. Esra meyakini Trinitas sebagai 3 Pribadi Allah yang terpisah tetapi ketiganya sama-sama Allah semua, tetapi jika pembaca coba menanyakan konsep Trinitas pada pendeta-pendeta yang lain, maka mereka sering mempunyai konsepnya masing-masing yang berbeda dengan Trinitas yang dipahami oleh Esra tersebut, dan masing-masing sering mengklaim bahwa pemahaman Trinitasnya dia yang paling benar, dan yang lain salah. 10 pendeta Trinitas bisa memberikan 11 macam argumen yang berbeda tentang doktrin Trinitas, hal itu membuktikan bahwa di kalangan Trinitarian sendiri pun sering bingung tentang konsep Trinitas/Tritunggal, maka tidak perlu heran jika di antara pembaca mungkin juga banyak yang bingung tentang teori-teori Trinitas/tritunggal yang tiga tapi satu, satu tapi tiga itu, bukan? Saya rasa pembaca akan jenuh dan tidak akan paham 100% jika saya melayani dan mengikuti cara Esra dengan membahas satu-persatu istilah-istilah teologi dan filsafat-filsafat alam pikir Yunani yang bertele-tele perihal Trinitas seperti yang sudah ditulis Esra tersebut. Maka dalam tanggapan balik ini saya tidak perlu membahasnya satu persatu.
Saya sangat berharap di tahun 2007 ini saya dengan tim semoga bisa secepatnya berdialog dengan Esra Alfred Soru untuk adu argumen tentang Trinitas, disaksikan masyarakat umum islam-kristen dan wartawan-wartawan, sehingga masyarakat yang bernurani jujur nantinya dapat menilai dengan bijak apakah secara Alkitabiah Trinitas itu terbukti benar atau sebaliknya Trinitas itu akan terbukti hanya sebagai 'dogma tua' ciptaan manusia yang keliru, tidak pernah bisa dipahami dengan akal sehat dan tidak selalu ada kesepakatan yang sama dari para teolog-teolog Trinitarian itu sendiri, serta bisa membingungkan dan menyesatkan umat.
Baiklah saya akan mulai menanggapi sebagian tulisan Esra. Di awal-awal tulisannya tgl 13 Nop.06, Esra menyatakan bahwa buku saya (ADAA) menyatakan bahwa: Yesus Kristus itu bukan Tuhan, Roh Kudus bukan suatu pribadi, dan Trinitas adalah doktrin keliru. Memang benar saya telah menulis bahwa Trinitas itu keliru, juga Roh Kudus bukan suatu pribadi Allah, tapi soal 'Yesus Kristus bukan Tuhan' saya tidak menulis hal itu! Seharusnya Esra lebih cermat saat membaca buku ADAA, karena di buku itu dengan sangat tegas sudah saya katakan bahwa 'Yesus adalah Tuhan', Jesus is Lord! tetapi Yesus bukanlah Allah sejati (not The true God). Dari pernyataan Esra yang menuduh saya menulis 'Yesus bukan Tuhan' tersebut jelas sekali membuktikan bahwa Pdt. Esra Alfred Soru sama seperti banyak orang kristen dan islam umumnya yang belum bisa memahami dengan benar perbedaan fatal arti antara kata 'Tuhan' (Lord) dengan kata 'Allah' (God). Padahal memahami dua kata tersebut adalah kunci dalam membaca kitab suci. Maka pada kesempatan ini saya sangat perlu untuk meluruskan kesalah pahaman tersebut. Memahami perbedaan arti makna kata 'Tuhan' (Lord) dengan kata 'Allah' (God) inilah salah satu kunci utama dalam membaca kitab suci. Di Alkitab Yesus disebut sebagai 'lord (Tuan/Tuhan)', Abraham juga disebut sebagai 'lord (Tuan/Tuhan)'. Bahasa Ibrani untuk 'lord' adalah 'adonay', Yunani: kurios. Arab: robb. Mengapa di Indonesia kata adonay / kurios / lord ini bisa diterjemahkan menjadi 'Tuhan dan Tuan'? Ahli bahasa Remy Silado pernah menulis panjang lebar tentang asal-usul kata 'Tuhan' dalam artikel berjudul "Bapa jadi Bapak, Tuan jadi Tuhan, Bangsa jadi Bangsat" (Kompas 11 Sept.2002). Ia menemukan dalam Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ, bahwa arti kata 'Tuhan' berasal dari bahasa Melayu 'Tuan' yang berarti: atasan / penguasa / pemilik. Selidik punya selidik, rupanya kata 'Tuhan' ini pertama hadir dalam kepustakaan Melayu beraksara latin lewat terjemahan kitab suci Nasrani. Berarti, orang Nasranilah 'penemu' kata 'Tuhan'. Remy Silado mengatakan, dalam kitab suci Melayu terjemahan Brouwerius tahun 1668, kata Yunani 'kurios'-gelar bagi Yesus Kristus- masih diterjemahkan 'Tuan'. Berhubung terjemahan Brouwerius ini sulit dipahami karena banyak menggunakan kata serapan dari bahasa Portugis, VOC menyuruh Pendeta Melchior Leijdecker menerjemahkan ulang seluruh Alkitab. Pada terjemahan Leijdecker inilah kita temukan perubahan harafiah dari 'Tuan' menjadi 'Tuhan' untuk padanan kata 'adon' dan 'kurios'. Jelas yang tadinya oleh Brouwerius diterjemahkan Tuan - sama dengan bahasa Portugis Senhor, Perancis Seigneur, Inggris lord, Belanda Heere - melalui Leijdecker berubah menjadi Tuhan (Silado, 2002). Jadi jelas sebenarnya kata 'Tuhan' dan 'Tuan' tidak ada perbedaan arti, sama-sama berasal dari kata 'adon' atau 'kurios'. Tuhan Yesus = Tuan Yesus, bukan dimaksud Allah Yesus. Memahami kata 'Allah' yang ada di Alkitab terbitan LAI, jika tanpa pemahaman yang utuh, maka kata 'Allah' juga bisa mengalami kerancuan pemahaman oleh pembacanya. Berbeda dengan Al Qur'an, kata 'Allah' di Al Qur'an selalu menunjuk pada Satu-satunya Allah Sang Pencipta, tetapi tidaklah demikian dengan kata 'Allah' yang ada di Alkitab Nasrani. 'Allah' dalam Alkitab Nasrani tidak selalu menunjuk pada Yahweh sebagai satu-satunya Allah yang benar, tetapi kata 'Allah' di Alkitab juga bisa menunjuk pada mahluk-mahluk ilahi / malaikat seperti tertulis dalam Mazmur 82:1,6: "Allah (yang sejati, Yahweh) berdiri dalam sidang ilahi (sidang di sorga), di antara para allah Ia menghakimi : …Aku (Yahweh) sendiri telah berfirman: kamu adalah allah dan anak-anak Yang Maha tinggi kamu sekalian" Dan juga kata 'Allah' dalam Alkitab bisa menunjuk pada nabi utusan Yahweh, seperti ada tertulis dalam Keluaran 7:1: "Berfirmanlah Yahweh kepada Musa: "Lihatlah Aku mengangkat engkau sebagai Allah bagi Firaun .." Jika mahluk surga / malaikat disebut sebagai 'allah', nabi Musa juga disebut sebagai 'Allah', maka nabi-nabi yang lain serta Yesus dan para Rasul bisa saja disebut sebagai 'Allah' dengan catatan kita harus paham betul apa makna arti kata 'Allah' di ayat-ayat Alkitab yang kita baca. Ada Allah yang sejati yaitu Yahweh, dan ada Allah/allah-allah lain yang tidak sejati. Selain kata 'Allah' dan 'Tuhan' ada satu kata lagi yang juga merupakan kunci dalam membaca Alkitab, yaitu kata 'TUHAN'. Kata 'TUHAN', T-U-H-A-N huruf besar semua sebagaimana dicatat dalam bagian kamus Alkitab LAI, menuliskan bahwa TUHAN: Salinan dari nama Allah Israel , yaitu Yahweh. Hal ini memberikan kita pemahaman bahwa kata 'TUHAN' berbeda maksudnya dengan kata 'Tuhan'. 'TUHAN' yang seharusnya dibaca Yahweh adalah nama Allah Israel , sedangkan 'Tuhan' adalah jabatan / gelar penghormatan bagi siapa saja yang dihormati. Yahweh (TUHAN) adalah Tuhan, tapi tidak semua Tuhan adalah Yahweh. Yahweh adalah Allah sejati, tapi tidak semua Allah/allah adalah Yahweh. "Sebab Yahweh (TUHAN) adalah Allah segala allah. Tu(h)an segala tu(h)an" (Ulangan 10:17) Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, akurat dan sangat gamblang tentang kata 'Allah', 'Tuhan' dan 'TUHAN', bagi para pembaca yang benar-benar serius ingin memahami secara utuh, saya sarankan silahkan menyimak buku "BUKAN ALLAH TAPI TUHAN" pen. Ellen Kristi dan juga buku"KASUS BESAR YANG KELIRU". jika para pembaca kesulitan mendapatkan buku-buku tersebut jangan segan-segan menghubungi saya untuk mendapatkannya (no. HP saya: 081 7971 9991). Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)