25 Juli 2012

TIATIRA : JEMAAT YANG BERKOMPROMI DENGAN KESESATAN (1)


By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK


Wah 2:18-29 – (18) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: (19) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. (20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. (21) Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya. (22) Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu. (23) Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya. (24) Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. (25) Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang. (26) Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; (27) dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk -- sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – (28) dan kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur. (29) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."


K
ita sudah selesai membahas jemaat Pergamus (3 kali pembahasan), dan sekarang kita akan melanjutkan dengan membahas jemaat Tiatira. Surat kepada jemaat Tiatira ini adalah surat yang terpanjang dari antara surat kepada semua jemaat di Asia Kecil dan mungkin adalah
surat tersukar untuk dimengerti.

Robert Mounce : Kesukaran dalam menafsirkan surat ini timbul dari banyaknya hubungan dengan hal-hal terperinci dari kehidupan sehari-hari pada saat itu, yang telah menjadi kabur dengan berlalunya waktu dan kurang / tidak adanya bukti arkheologi yang menyingkapkan masa lalu tempat itu. (New International Commentary of the NT, hal. 101).

Di permulaan surat ini Yesus memperkenalkan diri sebagai berikut :

Wah 2:18 - "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga

Di sini Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ini adalah satu-satunya gelar ‘Anak Allah’ muncul dalam ke 7 surat, bahkan dalam seluruh kitab Wahyu. Albert Barnes mengatakan bahwa kerasnya teguran dalam surat ini menyebabkan otoritas dari si Pembicara dibuat lebih mengesankan dengan memberi gelar ‘Anak Allah’. Deskripsi tentang Anak Allah ini adalah bahwa mata-Nya bagaikan nyala api. Ini menunjukkan kemahatahuan. Ia tahu akan dosa-dosa mereka. Tidak ada yang tersembunyi di mata-Nya. Deskripsi lainnya adalah kaki-Nya bagaikan tembaga. Ini menunjukkan penghakiman / penghukuman. Ia akan menginjak-injak mereka yang tidak mau bertobat. Steve Gregg mengatakan bahwa kaki ini akan menginjak-injak orang jahat dalam kilangan anggur dari murka Allah. Bandingkan :

Yes 63:3 : "…Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.

Itulah identitas pemberi surat ini yakni Kristus sendiri. Kita akan mempelajari teks ini dalam beberapa bagian :

I.      KOTA DAN JEMAAT TIATIRA.

Berbeda dengan 3 kota yang sudah kita bahas (Efesus, Smirna dan Pergamus), kota Tiatira adalah kota kecil. Bahkan Tiatira adalah kota terkecil dari 7 kota yang dibahas di dalam Wah 2-3. Kota ini terletak di sebelah tenggara Pergamus pada jalan menuju kota Sardis.





Kota Tiatira ini sekarang adalah kota Akhisar di Turkey modern. Gambar-gambar berikut adalah gambar reruntuhan dari kota Tiatira kuno.



Dan berikut ini adalah kota Akhisar saat ini: 



Sebelumnya sudah saya beritahu bahwa Pergamus adalah ibukota propinsi Asia dan letak Tiatira yang persis di depan gerbang masuk Pergamus menjadikan Tiatira menjadi kota yang harus dilalui sebelum orang memasuki ibukota propinsi yakni Pergamus. Pada masa itu jikalau suatu negara / propinsi diserang oleh musuh, maka yang pertama kali diupayakan untuk ditaklukan adalah ibukotanya. Dan karena itu maka Pergamus selalu berada dalam bahaya serangan musuh. Nah untuk menghalangi masuknya musuh secara cepat ke Pergamus maka Tiatira yang persis di depannya dijadikan sebagai “penghambat” gerakan musuh ke Pergamus. Dengan demikian Tiatira dianggap sebagai “bempernya” Pergamus. Karena itu di Tiatira ditempatkanlah beberapa pasukan tentara yang berpatroli di sana yang siap bertempur apabila terjadi serangan untuk memperlambat pergerakan musuh ibukota Pergamus. Tidak ada harapan bahwa peperangan melawan musuh dimenangkan di Tiatira karena letak Tiatira yang di lembah membuatnya sangat mudah diserang atau dikalahkan. Satu-satunya yang diharapkan dari Tiatira adalah memperlambat musuh mencapai Pergamus. Dari sisi agama, sekalipun ada penyembahan kepada dewa-dewa kafir tetapi Tiatira tidak pernah menjadi pusat penyembahan berhala yang menyolok seperti kota-kota lainnya. Dan karena itu juga orang Kristen di Tiatira tidak mempunyai persoalan dengan pengakuan terhadap kaisar sebagai Tuhan dan dengan demikian mereka hidup tanpa ancaman hukuman mati. Satu-satunya kuil yang ada di Tiatira adalah penujuman atau pusat ramalan nasib yang dipimpin oleh seorang ahli nujum perempuan yang disebut “Sambathe”.

Sekalipun Tiatira bukan kota yang besar dan terkenal, sekalipun hanya dijadikan “bemper” bagi Pergamus, sekalipun bukan merupakan pusat keagamaan kafir, tetapi Tiatira terkenal dalam hal perdagangan. Hal ini dipengaruhi oleh letaknya yang ada di luar ibukota Pergamus di mana orang sering mencari cindera mata sebelum benar-benar meninggalkan Pergamus.

David Iman Santoso – Betapa pun kota ini kecil namun kota ini masih merupakan kota dagang yang penuh dengan kegiatan usaha kerajinan dan usaha dagang lainnya, di antaranya usaha kain wool, berbagai macam usaha tenun, garmen, usaha kulit dan sebagainya. (Membaca dan Memahami Kitab Wahyu, hal. 51).

Biarpun ada banyak usaha perdagangan di Tiatira tetapi yang paling menonjol adalah seni pewarnaan kain di mana kain yang sangat terkenal dan menjadi produksi utama di Tiatira adalah kain ungu (baik ungu tua maupun ungu muda)

Agnes Maria Layantara – Tiatira sesuai dengan arti namanya disebut kota ungu. Kota ini adalah penghasil kain ungu yang bermutu, terutama dalam soal pewarnaan. Kain ungu dihasilkan dengan cara mencelup kain biasa dengan cairan berwarna ungu yang merupakan hasil percampuran sejenis akar tumbuh-tumbuhan dengan sejenis kerang yang hanya ada di Tiatira. Pencampuran ini menghasilkan kain ungu yang sangat bagus. Karena bagus, harga kain ungu dari Tiatira sangat mahal. Produk kain ungu menyebabkan Tiatira menjadi kota yang sangat maju dalam dunia perdagangan. (Wahyu Tuhan Bagi Gereja-Nya, hal. 56).

Kain ungu pada zaman itu adalah kain yang sangat mahal dan tidak sembarang orang bisa memakainya. Biasanya hanya raja-raja atau pembesar-pembesar kerajaan atau imam-imam dan orang-orang kaya yang membeli / memakainya. Perhatikan ayat-ayat berikut :

Ester 8:15 - Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan dari pada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubah dari pada kain lenan halus dan kain ungu muda.

Dan 5:29 - Lalu atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam kerajaan ia akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga.

Itulah juga sebabnya ketika Yesus diolok-olok sebagai raja, Ia dikenakan jubah ungu layaknya seorang raja lengkap dengan mahkotanya tapi dari duri.

Mark 15:17-18 – (17) Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. (18) Kemudian mereka mulai memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!"


Kel 39:1 - Dari kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi dibuat merekalah pakaian jabatan yang dipakai apabila diselenggarakan kebaktian di tempat kudus; juga dibuat mereka pakaian-pakaian kudus untuk Harun, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.

Luk 16:19 - "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

Karena itu ada banyak pengusaha kain ungu di kota Tiatira dan rata-rata menjadi orang kaya. Salah satu di antaranya adalah seorang perempuan yang lalu menjadi percaya kepada Kristus karena penginjilan Paulus.

Kis 16:14 - Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.

Besar kemungkinan jemaat di Tiatira ini muncul sebagai akibat dari penginjilan langsung dari Paulus sebagaimana dikatakan dalam Kis 19:10 :

Kis 19:10 - Hal ini dilakukannya dua tahun lamanya, sehingga semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.

Atau mungkin secara tidak langsung melalui Lidia yang sudah percaya kepada Kristus sebagaimana diceritakan dalam Kis 16:14.

Perlu juga diketahui bahwa di Tiatira ada banyak serikat kerja. Dan setiap serikat kerja ini mempunyai dewa pelindung / penjaganya sendiri-sendiri, dan karena itu setiap serikat kerja berhubungan dengan penyembahan terhadap dewa pelindung / penjaga tersebut.

William Barclay - Dari tulisan yang ditemukan kita mengetahui bahwa kota itu mempunyai serikat dagang yang jumlahnya luar biasa banyak. Serikat dagang ini adalah asosiasi atau perkumpulan untuk saling menguntungkan dan melayani di antara para pedagang. Ada serikat kerja di bidang wol, kulit, lenan, dan perunggu, para pengrajin pakaian luar, para ahli celup, pengrajin tembikar, pembuat roti, dan pedagang budak. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 151).

Jakob P.D.Groen – Dalam kota Tiatira terdapat banyak serikat kerja seperti serikat tukang roti, penjahit pakaian, tukang cat, tukang besi, tukang tenun dan lain sebagainya. Siapa yang tidak menjadi anggota serikat kerja, hampir pasti tidak akan mendapat pekerjaan. Tiap-tiap perkumpulan itu mempersembahkan diri kepada dewa atau dewi tertentu, dengan demikian segala usaha terikat pada persembahan kepada berhala. (Aku Datang Segera – Tafsiran Kitab Wahyu, hal. 51).

Demikianlah kira-kira gambaran dan latar belakang kota Tiatira.

Satu hal yang bisa ditambahkan adalah bahwa sekalipun kota Tiatira ini adalah yang terkecil dan paling tidak penting dari 7 kota yang dibicarakan di dalam Wahyu 2-3 tapi Tuhan memberikan surat yang lebih panjang kepadanya melebihi surat untuk jemaat di 6 kota yang lain. Ini menunjukkan bahwa penilaian Tuhan tidak selalu sama dengan penilaian manusia.

Leon Morris : Surat yang terpanjang dari tujuh surat ditulis kepada gereja di kota yang paling kecil dan paling tidak penting. Nilai / penilaian dari Allah bukanlah nilai / penilaian dari manusia. (Tyndale Bible Commentary : Revelation, hal. 69).

Karena itu ingatlah bahwa dalam melakukan pelayanan, jangan menganggap gereja besar lebih penting dari gereja kecil, orang kaya / orang yang mempunyai kedudukan tinggi lebih penting dari orang miskin / orang yang berkedudukan rendah, orang dewasa / jemaat dewasa lebih penting dari anak kecil / sekolah minggu jemaat kebaktian remaja, dsb.

II.    PUJIAN KRISTUS KEPADA JEMAAT TIATIRA.

Dalam surat ini kita jumpai adanya pujian Tuhan kepada jemaat Tiatira ini.

Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Apa yang dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira ini?

  1. Tuhan memuji iman mereka.

Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Di sini jemaat Tiatira dipuji karena iman mereka. Sangat mungkin iman yang dimaksudkan di sini adalah kepercayaan mereka kepada Tuhan. Jadi mereka dipuji karena kepercayaan mereka kepada Tuhan. Bahwa di sini iman dipuji oleh Tuhan menunjukkan bahwa Tuhan memang memperhatikan iman dari gereja-Nya. Manusia memang tidak bisa melihat iman, tetapi Tuhan yang mahatahu pasti bisa melihatnya. Bandingkan :

Mark 2:5 - Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!"

Dan karena itu Ia tahu apakah di dalam seseorang benar-benar ada iman atau tidak. Persoalannya adalah ada banyak orang yang beragama tetapi sebenarnya tidak beriman. Ada banyak orang bergereja tetapi tidak beriman. Ada banyak orang kelihatannya percaya Yesus tetapi sebenarnya tidak demikian. Ada banyak orang giat di dalam kegiatan gereja tetapi sebenarnya tidak beriman. Perhatikan contoh berikut :

Yoh 2:23-25 – (23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam nama-Nya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakan-Nya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

Kata-kata “banyak orang percaya dalam nama-Nya” kelihatannya menunjukkan bahwa mereka adalah orang percaya. Tetapi kata-kata :   “Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, …sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” menunjukkan bahwa sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh percaya. Mereka hanya kelihatan beriman tetapi sebenarnya tidak. Iman mereka adalah iman palsu. Apakah keadaan saudara seperti ini? Kalau ya, sadarlah bahwa Tuhan tahu semuanya itu. Manusia bisa terkecoh, rekan-rekan bisa terkecoh, pendeta / hamba Tuhan bisa terkecoh, seperti 11 rasul yang lain tidak tahu ketidakpercayaan Yudas Iskariot, tetapi Tuhan tahu dengan persis. Ingat bahwa dipermulaan surat ini dikatakan :

Wah 2:18 – “…Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api …”

Jadi memang ada iman palsu tetapi bahwa di sini jemaat ini dipuji menunjukkan bahwa iman mereka benar-benar iman yang sejati.

Kata “iman” di dalam ayat ini menggunakan kata Yunani “PISTIS” yang berasal dari kata “PISTOS” yang memang bisa berarti iman, bisa juga berarti kesetiaan.

Wah 2:19 (TEV) - I know what you do. I know your love, your faithfulness (kesetiannmu), your service, and your patience. I know that you are doing more now than you did at first.

Jadi ayat ini bisa juga diartikan bahwa jemaat Tiatira bukan hanya beriman tetapi juga mereka setia di dalam iman mereka kepada Tuhan itu. Kiranya kita boleh meniru jemaat Tiatira ini dan mempunyai iman yang sejati, juga kesetiaan dan Kristus pasti tahu apakah kita masing-masing sungguh-sungguh beriman atau tidak.

  1. Tuhan memuji kasih mereka.

Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Dalam ayat ini, kasih ditempatkan sebagai hal yang pertama dipuji oleh Kristus. Ini tidak berarti bahwa kasih adalah yang terpenting. Bagi saya imanlah yang terpenting dan karena itu saya membahas iman terlebih dahulu. Kasih disebutkan lebih awal di sini karena jemaat Tiatira kelihatannya lebih menonjol dalam hal kasih ini. Kata “kasih” di sini menggunakan kata Yunani “AGAPE” yang menunjukkan kualitas kasih yang sangat baik. Hanya saja kita tidak jelas apakah yang dimaksudkan di sini adalah kasih mereka kepada Allah atau kepada sesama. Di sini kita harus mengoreksi pandangan yang mengatakan bahwa “AGAPE” selalu menunjuk pada kasih Allah kepada manusia karena dalam kenyataannya kasih “AGAPE” dinyatakan juga sebagai dimiliki oleh jemaat Tiatira yang bisa saja sasaran kasih itu adalah Allah ataupun manusia. Kita memang tidak tahu pasti kasih di sini diarahkan pada Tuhan atau manusia tetapi itu tidaklah menjadi masalah karena bagaimana pun juga kasih kepada Allah akan berimbas pada kasih kepada sesama.

1 Yoh 4:20 - Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.

Sebagaimana saya katakan bahwa kasih di sini ditempatkan dalam urutan pertama dari hal yang dipuji Tuhan menunjukkan bahwa dalam hal kasih ini, jemaat Tiatira sangat menonjol. Ini jelas mempunyai hubungan dengan iman. Orang yang sungguh-sungguh beriman otomatis akan mempunyai kasih, baik kepada Allah maupun kepada sesama. Ingat bahwa iman itu abstrak dan tidak terlihat (hanya Tuhan yang bisa melihat iman), tetapi iman itu bisa dilihat lewat perbuatan-perbuatan kasih kita. Seorang yang tidak beriman bisa saja melakukan tindakan kasih (dari sisi manusia) tetapi seorang yang beriman tidak mungkin tidak mengasihi. Kasih bisa diwujudkan dengan berbagai tindakan seperti menolong orang yang susah, mengampuni orang yang bersalah atau juga memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya, dll. Pikirkan ini, apakah saudara sudah memiliki kasih seperti ini atau belum? Marilah kita belajar dari jemaat Tiatira yang sangat menonjol dalam hal kasih ini dan karenanya mereka dipuji oleh Tuhan.

  1. Tuhan memuji  pelayanan mereka.

Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Jemaat di Tiatira juga dipuji karena pelayanan mereka dan menurut saya pelayanan ini adalah salah satu wujud kasih yang ada pada mereka. Maksudnya adalah karena mereka mengasihi Tuhan, maka mereka mau melayani Tuhan. Ini penting untuk ditekankan. Ada banyak orang melayani tanpa mengasihi Tuhan dan ada banyak orang mengaku mengasihi Tuhan tetapi tidak mau melayani. Dua-duanya salah! Orang melayani harus karena mengasihi Tuhan (bukan karena jabatan, hobi, uang, kewajiban, dll) dan orang yang mengasihi Tuhan harus mau melayani. Bahwa ada pujian terhadap pelayanan mereka menunjukkan bahwa mereka memang adalah jemaat yang giat di dalam pelayanan sekalipun kita tidak tahu pelayanan macam apa yang mereka lakukan. Bagaimana dengan suadara? Jikalah saudara adalah orang Kristen yang rajin berbakti setiap hari minggu dan setelah itu tidak pernah berbuat apapun untuk Tuhan, maka pada dasarnya saudara sama sekali tidak melayani. Pelayanan itu luas. Tidak hanya di gereja. Hal sekecil apapun kalau kita lakukan itu demi kerajaan Tuhan maka itu adalah pelayanan. Perhatikan :

Mat 10:42 - Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya."

Jadi hal sekecil memberi air sejuk secangkir saja untuk mendukung pekerjaan Tuhan, itu dianggap Tuhan sebagai sebuah pelayanan dan untuk itu ada upah bagi yang memberikannya.

Tuhan memuji pelayanan dari jemaat Tiatira. Ini berarti bahwa Tuhan bukan saja memperhatikan masalah iman dan kasih. Ia juga memperhatikan pelayanan gereja-Nya. Dan Ia tidak segan-segan memberikan pujian kepada anak-anak-Nya yang giat melayani. Yesus juga berkata :

Yoh 12:26 - Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Maukah saudara melayani Tuhan?

  1. Tuhan memuji ketekunan mereka.

Wah 2:19 - Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu….”

Setelah memuji kasih, iman dan pelayanan jemaat Tiatira, sekarang Tuhan memuji ketekunan mereka. Ketekunan di sini kelihatannya berhubungan dengan iman sebagaimana saya katakan tadi bahwa kata iman dalam ayat ini bisa diartikan kesetiaan. Barclay mengatakan bahwa 4 hal ini (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan) berjalan berpasangan.

William Barclay – Pelayanan adalah hasil dari kasih dan ketekunan hasil dari kesetiaan [LAI : iman]. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu Kepada Yohanes Pasal 1-5, hal. 153).

Kalau ketekunan di sini berhubungan dengan iman maka kelihatannya jemaat di Tiatira menghadapi tantangan yang besar terhadap iman mereka (yang kita tidak tahu apa itu) tetapi dalam hal ini mereka tetap bertekun.

Kata “ketekunan” di sini menggunakan kata Yunani “HUPOMONE” dan kata ini berarti ‘kemampuan bertahan dalam kesukaran, bukan dengan sikap sekedar bertahan (diam / pasif), tetapi dengan sikap sedemikian rupa sehingga mampu untuk menjadikan situasi / hal yang tidak menyenangkan itu menjadi sesuatu yang memuliakan Tuhan’. Kalau saudara menghadapi kesukaran, ada bebera­pa macam sikap yang bisa saudara ambil seperti saudara bisa menjadi marah, jengkel, bersungut-sungut, lari ke dalam dosa, mundur dari Tuhan, atau bahkan murtad. Ini jelas bukan ketekunan / HUPOMONE. Atau saudara bertahan, tetapi secara pasif / diam (tidak marah, tidak bersungut-sungut dsb). Ini memang masih lebih baik dari sikap pertama di atas, tetapi ini masih belum termasuk ketekunan / HUPOMONE. Tetapi saudara bisa juga tetap bersukacita, memuji / bersyukur kepada Tuhan dan tetap hidup bagi kemuliaan Tuhan. Contoh Paulus dan Silas, yang baru saja dicambuk, dan sedang dipasung dalam penjara tetapi mereka justru menyanyi memuji Tuhan.

Kis 16:25 - “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka”.

Atau seperti nabi Habakuk yang walaupun dalam segala kondisi yang buruk tetapi tetap memuji Tuhan.

Hab 3:17-18 - “(17) Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, (8) namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku”.

Inilah yang dimaksud dengan ketekunan / HUPOMONE.

Jadi jemaat Tiatira pasti mengalami tantangan yang hebat terhadap iman mereka tetapi mereka tidak hanya bertahan dengan pasif. Mereka tetap hidup memuliakan Allah di tengah-tengah kesukaran itu. Inilah ketekunan itu. Ketekunan seperti ini tidak mungkin bisa didapatkan kalau kita tidak mengalami kesukaran.

Yak 1:2-3 – (2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan

Jadi jangan pernah mengharapkan bisa bertekun seperti ini kalau saudara tidak pernah berada dalam kesukaran / persoalan.

Seorang pendeta muda meminta seorang pendeta tua untuk mendoakannya supaya ia mempunyai ketekunan. Mereka lalu berdoa bersama-sama, dan pendeta tua itu memimpin dalam doa. Ternyata pendeta tua itu sama sekali tidak menying­gung tentang ‘ketekunan’ dalam doanya. Sebaliknya ia berdoa supaya Tuhan memberikan segala macam kesukaran dan penderitaan kepada pendeta muda itu. Ini membuat pendeta muda itu menjadi marah dan menegur pendeta tua itu. Tetapi pendeta tua itu lalu berkata: ‘satu-satunya jalan untuk mendapatkan ketekunan adalah dengan melalui penderitaan / kesukaran!’ Karena itu, janganlah marah / memberontak kepada Tuhan, kalau Ia menempatkan saudara dalam berbagai macam kesukaran / penderitaan. Ia sedang membentuk saudara supaya menjadi orang yang tekun! Dan kalau saudara berada dalam masalah / persoalan, jangan marah kepada Tuhan dan menerjunkan diri ke dalam dosa, jangan juga bertahan secara pasif, tetapi usahakanlah untuk memuliakan Allah di tengah-tengah kesukaran itu.  Jikalau saudara bisa lakukan itu, saudara adalah orang yang bertekun dan sebagaimana Tuhan memuji ketekunan jemaat Tiatira, Ia juga akan memuji ketekunan saudara.

Inilah 4 hal yang dipuji Tuhan dari jemaat Tiatira (kasih, iman, pelayanan dan ketekunan).

Selain 4 hal ini, ada 1 hal lagi yang dikatakan oleh Tuhan.

Wah 2:19 – “….Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.

Ini kelihatannya berbicara tentang pelayanan karena ada kata “pekerjaanmu”. Ini adalah hal lain yang baik dari jemaat Tiatira yaitu mereka maju dalam pekerjaan / pelayanan di mana pekerjaan / pelayanan mereka yang terakhir lebih banyak daripada pekerjaan / pelayanan mereka yang pertama. Kondisi jemaat Tiatira ini jelas kontras dengan jemaat Efesus yang bukannya mengalami kemajuan, malah mengalami kemunduran karena kehilangan kasih yang semula.

Wah 2:2-4 – (2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Jemaat Tiatira jelas mengalami kemajuan di dalam pelayanan.

Adam Clarke - Mereka tidak hanya mempertahankan apa yang telah mereka terima pada mulanya, tetapi bertumbuh dalam kasih karunia, dan dalam pengenalan dan kasih Yesus Kristus. Ini merupakan hal yang langka dalam kebanyakan gereja Kristen yang biasanya kehilangan kekuatan agama, dan bersandar pada / berhenti dalam bentuk-bentuk ibadah / ibadah yang bersifat lahiriah; dan membutuhkan kebangunan rohani yang kuat untuk membawa mereka pada suatu keadaan di mana pekerjaan terakhir mereka lebih banyak dari pekerjaan mereka pada mulanya.

Ada banyak gereja seperti jemaat Efesus. Pada awalnya mereka adalah jemaat yang baik, giat untuk Tuhan, sungguh-sungguh di dalam iman, kasih dan pelayanan mereka tetapi semakin lama, tahun demi tahun berikutnya, mereka merosot dan mengalami kemunduran. Lalu bagaimana dengan gereja kita (GKIN “REVIVAL”)? Apakah selama 4 tahun gereja ini berjalan, kita menjadi tambah baik atau tambah buruk? Kita mengalami kemajuan atau kemunduran? Saya melihat ada gejala kita mengalami kemunduran dari aspek kasih, pelayanan dan ketekunan. Lalu bagaimana pula dengan pribadi kita masing-masing, pikirkanlah sejak saudara pertama kali terima Yesus hingga saat ini, apakah saudara mengalami kemunduran (seperti jemaat Efesus) atau kemajuan (seperti jemaat Tiatira) dalam iman, kasih, pelayanan dan ketekunan? Dalam faktanya ada banyak orang yang keadaannya dulu lebih baik daripada keadaan sekarang. Atau keadaan sekarang lebih buruk daripada keadaan dulu.

John Stott - Efesus sedang merosot ke belakang; Tiatira sedang bergerak ke depan. Gereja Efesus telah meninggalkan kasih yang mereka miliki pada mulanya; gereja Tiatira sedang melampaui pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan pada mulanya. Kita lebih mirip yang mana dari dua gereja ini? Aduh, celaka! Bahwa ternyata terhadap banyak orang Kristen lebih cocok digunakan kata-kata : ‘maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula’ (2 Pet 2:20; Mat 12:45).  (What Christ Thinks of the Church, hal. 70).

Kita harus berdoa dan berjuang, mengobarkan kembali kasih kita, pelayanan kita dan ketekunan kita agar pelayanan kita menjadi lebih baik dari sebelumnya seperti jemaat Tiatira.

Rom 12:11 - Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.


- AMIN -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)