21 Juni 2009

BENARKAH YESUS ITU TUHAN? (1)

Ditinjau dari Perspektif Alkitabiah

Frans Donald


Pengantar:

Hari ini masih banyak orang yang sering bertanya-tanya perihal seputar ke-Tuhan-an Yesus. Ada yang yakin Yesus itu Tuhan, tapi tidak sedikit yang tegas berkata: Yesus itu bukan Tuhan. Berbicara masalah tentang ke-tuhan-an Yesus adalah hal yang sangat penting untuk dipahami dengan benar dan jujur. Tanpa kejujuran, suatu kebenaran akan dengan mudah diputar balikkan. Sedangkan tanpa kebenaran, maka kejujuran hanya akan berdiri rapuh tanpa dasar yang kuat. Kejujuran dan kebenaran pun harus ada standarnya. Jujur menurut standar siapa? Benar menurut standar apa? Ini harus jelas dan ada kesepakatan dulu, supaya sama-sama bisa memahami dan tidak bertikai nantinya.

Analogi: Kalau anda semua dan saya mau sama-sama mengukur panasnya suhu di suatu ruangan yang sama, maka sebelum mengukurnya, kita musti sepakat dulu bahwa standar yang akan kita pakai mengukur suhu harus sama dulu, parameternya musti sama, yaitu anda-anda dan saya harus sama-sama sepakat untuk pakai thermometer udara (atau alat pengukur suhu yang benar). Kalau saya memutuskan mengukur memakai thermometer udara, sementara ada orang yang mau mengukur pakai hitungan suhu badan, sedang yang lainnya ada juga yang mengukur berdasar angka-angka derajat celcius yang muncul di mesin AC, ada juga yang mengukur berdasar ilmu kira-kira, atau standar ukuran lain-lainnya sesuai hasrat masing-masing orang (semaunya sendiri), maka dapat dipastikan yang akan terjadi adalah: tidak akan ada titik temu disebabkan standar alat ukurnya -masing-masing orang- berbeda-beda.

Nah, demikian juga dalam hal menelaah “ke-tuhan-an Yesus” ini. Standar-ukurannya (parameter) apa yang mau kita pakai, musti jelas dulu. Yesus itu disebut Tuhan menurut siapa? Atau, Yesus itu bukan Tuhan menurut apa? Standar ukurannya musti jelas. Dan pada kesempatan ini Saya, tampil sebagai seorang Kristen (dalam arti: pengikut Yesus Kristus), maka akan memfokuskan ukuran / standarnya berdasar pada kitab-kitab Kristen yang telah terukur keabsahannya (terkanonisasi), yaitu Alkitab. Sekali lagi, standarnya Alkitab! Bukan targum-targum Yahudi, tulisan-tulisan teolog zaman dulu, atau kitab yang lainnya, tidak! Saya akan sampaikan hal Ke-tuhan-an Yesus fokus dari perspektif Alkitab. Dengan cara jujur dan benar serta cermat mengkaji Alkitab, maka masalah ke-tuhan-an Yesus akan lebih mudah dan gamblang untuk dipahami. Tidak perlu teori filsafat atau ilmu teologi yang berputar-putar. Bagi Saya, ayat-ayat Alkitab cukup jelas terang-benderang menjawab pertanyaan tema kita: Benarkah Yesus itu Tuhan?

Kata Kunci

Sebelum nanti kita melihat kesaksian-kesaksian Alkitab soal ke-tuhan-an Yesus, ada 2 (dua) istilah kata penting -yang banyak muncul di Alkitab- yang perlu kita bahas terlebih dulu. Dua kata itu adalah “Tuhan” dan “Allah”. Berdasar pengamatan Saya selama ini, hampir selalu kata “Tuhan” dan “Allah” ini-lah yang sering menjadi pemicu kesalah pahaman atau perdebatan perihal ke-tuhan-an Yesus. Pemahaman yang benar terhadap dua kata tersebut akan menjadi kunci utama bagi para pembaca Alkitab, guna mendapatkan pandangan yang jelas tentang siapa Tuhan, siapa Allah dan siapa Yesus. Tanpa pemahaman yang tepat terhadap istilah “Tuhan” dan “Allah” di Alkitab ini, maka ayat-ayat Alkitab akan bisa tampak rancu, terkesan kontradiksi, membingungkan, bahkan tidak sedikit orang yang karena bingung atau tidak bisa paham sepenuhnya, akhirnya menabrak pada kesimpulan: Alkitab itu menyesatkan!

Istilah “Tuhan” dan istilah “Allah” dalam Alkitab berbeda dengan kitab suci lainnya. Dalam kitab suci lain, umumnya istilah “Tuhan” dan “Allah” menunjuk pada satu hal atau substansi yang sama. Kamus Bahasa Indonesia juga tampak menerjemahkan ke-dua istilah tersebut sebagai satu substansi yang sama. Itu sebabnya kini sebagian besar orang tidak lagi mempermasalahkan substansi kata “Tuhan” dan “Allah”. Orang sering berkata: “Tuhan” ya “Allah”, “Allah” ya “Tuhan”, sama saja. Namun, khusus dalam Alkitab terjemahan Indonesia, ternyata kata “Tuhan” dan “Allah” ini mengandung makna yang sangat berbeda substansi maknanya! Mari kita telaah:

Memahami pengertian kata “Tuhan” dalam Alkitab. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “Tuhan” berarti:
1) yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb; Allah; Yang Maha Esa;
2) Sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan.

Sedangkan kata “Tuhan” dalam Alkitab maknanya ternyata ada perbedaan dengan KBBI. Kata “tuhan” dalam Alkitab, bahasa aslinya adalah “adon [adonay]” (Ibrani), atau “kurios” (Yunani). Bahasa Inggrisnya “lord”. Nah, “adonay” / “kurios” / “lord” ini, ternyata padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia adalah: “Tuan” (tanpa huruf “h”). Sebagai contoh akan kita lihat jelas di ayat berikut: “as Sarah obeyed Abraham calling him lord” (1Petrus 3:6) Terjemahan Indonesianya: “Sama seperti Sarah taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya”. Kata “lord” / “tuan” di ayat tersebut dalam bahasa Yunaninya = kurios, Ibrani= adonay. Artinya, Abraham layak disebut sebagai “lord” / “kurios” / “tuan”, sebuah gelar yang persis juga dikenakan kepada Yesus. Dalam Alkitab Yesus berulangkali disebut sebagai “lord” / “kurios” yang arti sejatinya adalah “tuan”. Tapi mengapa kini kata “lord” / “kurios” yang dikenakan pada Yesus kok ditulis sebagai “Tuhan”? Apakah ada beda “tuan” dengan “tuhan” dalam Alkitab? Alkitab Indonesia tampak sekali tidak konsisten ketika menerjemahkan kata “lord” / “kurios”. Ada yang diterjemahkan sebagai “Tuhan” tapi ada juga yang “tuan”. Untuk hal itu ahli bahasa Remy Silado pernah menjelaskannya dengan sangat gamblang tentang asal-usul kata “Tuhan”, dalam tulisannya yang berjudul: “Bapa jadi Bapak, Tuan jadi Tuhan, Bangsa jadi Bangsat” (Kompas 11 September 2002). Di situ Remy Silado menjabarkan: Dalam Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ bahwa: arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik (alias bos). Setelah diselidiki, ternyata kata “Tuhan” ini pertama muncul dalam peta kepustakaan Melayu beraksara Latin lewat terjemahan kitab suci Nasrani. Artinya, sesungguhnya orang Nasranilah penemu atau pencipta kata “Tuhan”. Remy Silado membuktikan, dalam kitab suci Melayu terjemahan Brouwerius tahun 1668, kata Yunani “kurios” (yang adalah gelar bagi Yesus/Isa Almasih) masih diterjemahkan sebagai “tuan” (tanpa huruf “h”). Kemudian VOC menyuruh Pendeta Melchior Leijdecker untuk menerjemahkan ulang seluruh Alkitab. Nah, pada terjemahan Leijdecker inilah ditemukan secara akurat perubahan harafiah dari kata “tuan” menjadi “Tuhan” untuk padanan kata “adonay” atau “kurios”. Mengapa Leijdecker mengubah kata “tuan” menjadi “tuhan”? Ternyata tujuannya adalah agar bunyi “n” dapat diucapkan dengan baik. Sebab kala itu banyak orang yang baru belajar bahasa Melayu (bekas budak Portugis asal Goa) terpengaruh oleh bahasa Portugis mengucapkan “n” menjadi “ng”. Misal: di Ambon sampai sekarang “tuan” dibaca “tuang”; Tuang Ala artinya Tuhan Allah.

Nah, inti dan hakikatnya dari segi penelusuran bahasa yang akurat, ilmiah dan tepat serta sangat bisa dipertanggung jawabkan, dapat dipastikan bahwa kata “Tuhan” yang dipakai dalam Alkitab bahasa Indonesia sama maknanya dengan “Tuan”. Oleh karena itu, maka, musti dipahami betul bahwa: Tuhan Yesus (Yunani: kuriou Iesou), artinya = Tuan Yesus (BUKAN ALLAH YESUS!) Tuhan Allah (kuriou ho theou), artinya = Tuan Allah. Poin yang sangat perlu dipahami benar: bahwa gelar “Tu(h)an” beda maknanya dengan “Allah”. Kata “Tuhan” dan “Tuan” di Alkitab sebetulnya tidak ada perbedaan arti, sama-sama berasal dari kata “adonay” atau “kurios”. Konsekuensinya jelas, saat membaca Alkitab, maka “Tuhan” tidak boleh sembarang disamakan dengan “Allah”.

Memahami Pengertian kata “Allah” dalam Alkitab.

Kata “Allah” sejatinya adalah kata serapan dari bahasa Arab. Padanannya di dalam Alkitab istilah kata yang dipakai adalah “elohim” (bhs. Ibrani) atau “theos” (bhs. Yunani), atau “god” (bhs. Inggris) yang mengandung makna “sesembahan” atau “yang patut diibadahi”. “Elohim” atau “theos” atau “God” di Alkitab (yang kemudian di Alkitab Indonesia kini diterjemahkan juga sebagai “Allah”), selain bisa dipakai untuk menunjuk pada YAHWEH (Allahnya Israel)*, ternyata kerap kali juga dipakai untuk menunjuk pada pribadi-pribadi yang tampil sebagai utusan dari YAHWEH. Artinya, “Allah / elohim / Theos / God, di Alkitab, memiliki dua makna utama, pertama: “elohim”(Allah) menunjuk kepada YAHWEH. Misal: Keluaran 20:2-3 : “Akulah YAHWEH, Allah (elohim)-mu, … jangan ada padamu allah (elohim) lain di hadapan-Ku”. Syahadat iman Israel berdasar Ulangan 6:4 “… Yahweh elohenu, Yahweh ekhad, artinya Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu esa”. Kedua: “elohim” (Allah) menunjuk pada utusan-utusan YAHWEH yang tampil atau datang atas nama YAHWEH. Lebih jelas bisa kita lihat dari ayat-ayat berikut:

YAHWEH adalah Allah segala allah / YAHWEH elohim ha elohim – Ulangan 10:17.

Dari frase “segala allah” di ayat itu, tersurat jelas bahwa ternyata “elohim” (allah) di Alkitab ada banyak, hingga bisa dikatakan: YAHWEH adalah Allah dari segala allah.

Di ayat lain juga dikatakan: “Allah (elohim) berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (elohim) Ia menghakimi, … Aku (YAHWEH) sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah (elohim), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” – Mazmur 82:1,6.

“Berfirmanlah YAHWEH kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (elohim) bagi firaun, … “- Keluaran 7:1

Keluaran 22:8-9 terjemahan Indonesia menuliskan: Jika ada kasus pencurian maka penyelesaiannya harus dibawa menghadap “Allah (elohim)”. Sementara untuk kata “Allah / elohim” di ayat itu, Alkitab King James Version menuliskannya dengan kata: “judges” artinya hakim-hakim. Artinya, para hakim di zaman itu yang secara fungsional menjadi wakil YAHWEH, akan disebut juga sebagai “Allah / elohim”.

Sementara menurut kata-kata Yesus sendiri, di kitab Yohanes berbahasa Yunani, disebutkan pula bahwa ‘Penerima dan Pembawa Firman’ juga boleh disebut sebagai “Theos (Allah)” – sebagaimana tertulis: “Kata Yesus kepada mereka: ... kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah [theos]” ( baca: Yohanes 10:34-35). Itu pula sebabnya di Yohanes 1:1 ‘Sang Firman’ –yang mengacu pada sosok Yesus- disebut sebagai “theos” (Yunani: kai theos en ho logos), yang oleh L.A.I diterjemahkan sebagai: [Sang] Firman itu adalah Allah.

Dari Mazmur 82:1,6, Keluaran 7:1, Keluaran 22:8-9 serta Yohanes 1:1 dan Yohanes 10:35 tersebut jelas sekali Alkitab mengungkap secara eksplisit dan implisit, tersurat dan tersirat, bahwa ternyata memang ada banyak pihak yang bisa disebut “elohim / theos / allah” menurut Alkitab.

Nah, pemahaman yang kita dapat tentang adanya banyak “allah / elohim / theos / god” di Alkitab ini, ternyata juga sesuai dengan kesaksian Rasul di Perjanjian Baru: 1 Korintus 8:5: “Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah / theos”, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah /theos” dan banyak “tuhan” yang demikian - …” Jelas sudah, Alkitab mengungkapkan cukup gamblang istilah “Allah / elohim / theos / god”, dapat dikenakan juga kepada sosok-sosok lain selain Yahweh (selain Allah Sejati) yang secara fungsional mereka tampil sebagai wakil utusan Yahweh. Namun, bagi sebuah pengakuan iman, orang-orang percaya akan mengatakan: Yahweh-lah Allah, tidak ada sesembahan lain selain Yahweh - Kel 20:2-3 (setara: La illaha ilallah). Seperti juga pengakuan iman Rasul Paulus: “Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah / theos”, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah /theos” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa (Yahweh), yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan (lord, kurios, pemimpin) saja, yaitu Yesus Kristus, yang melaluinya (Inggris: through, Yunani: dia) segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena dia kita hidup” – 1 Kor 8:5-6. Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)