Tentang Pencekalan Lagu “Allah Peduli” di Malaysia
Esra Alfred Soru
Kepada, Ykks
Sdr. Agnes Monica
di mana saja.
Salam dalam kasih Kristus!
Sdr. Agnes, baru-baru ini saya membaca di koran lokal NTT (Timor Express) maupun koran-koran lainnya juga di internet sebuah berita tentang pencekalan lagumu (“Allah Peduli”) oleh pemerintah Malaysia. Saya yakin anda sendiri pasti tahu hal ini karena anda yang mengalaminya tapi tepatnya berita yang saya baca itu sebagai berikut:
Dicekal di Malaysia
LANTARAN menggunakan kata Allah dalam judul dan lirik, lagu Agnes Monica yang bertajuk Allah Peduli dicekal beredar oleh Pemerintahan Malaysia. Bahkan dengan tegas pemerintah Malaysia akan menghukum salah satu warganya bila ketahuan menyanyikan lagu yang dimaksudkan sebagai penggambaran Nabi Isa tersebut. Menurut Mohammad Adzib Mohd Isa, pengurus Majelis Agama Islam Selangor, Malaysia (Mais), larangan itu akan dikenakan kepada siapapun yang menyanyikan lagu tersebut di bagian Selangor, Malaysia. Mohammad mengatakan, penggunaan kata Allah hanya diperuntukkan bagi pemeluk agama Islam, sedangkan bagi yang non Muslim harus menggantinya dengan kata Tuhan. "Penyelidikan akan dilakukan oleh pegawai yang mempunyai wewenang dan jika terbukti mempunyai kesalahan akan dikenakan denda 1.000 ringgit (Rp 3,2juta) bagi yang ketahuan menyanyikannya," Mohammad Adzib'. Selain Agnes, Pemerintah Malaysia juga melarang majalah mingguan Katolik, The Herald yang juga menggunakan kata Allah. Hingga kini, kasus tersebut dalam proses meja hijau.
Saya juga membaca pemberitaan terkait persoalan tersebut dalam sebuah publikasi Malaysia sebagai berikut :
MAIS Mahu Lagu Agnes Monica Diharamkan
SHAH ALAM, 13 Mac (Bernama) -- Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) mahu agar tindakan diambil mengharamkan sebuah lagu Indonesia berjudul "Allah Peduli" kerana liriknya antara lain menyebut "..sebab Allah Yesusku mengerti." Pengerusi Mais Datuk Mohamad Adzib Mohd Isa berkata walaupun beliau belum pernah mendengar lagu itu, tindakan mengharamkannya wajar diambil memandangkan ia menyentuh sensitiviti yang membabitkan soal agama. "Kita umat Islam dalam perakuan kepercayaan kepada Allah yang maksudnya tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, jelas mengakui Allah itu Esa, maka larangan penggunaan Allah oleh agama selain Islam adalah untuk mengelak kekeliruan di kalangan orang Islam," katanya kepada pemberita di sini Jumaat. Beliau diminta mengulas mengenai lagu berkenaan nyanyian penyanyi Indonesia, Agnes Monica. Dalam lagu berkenaan, perkataan Allah diulang beberapa kali manakala perkataan 'sebab Allah Yesus ku mengerti' kedengaran pada bahagian akhir lagu selama tiga minit 40 saat itu. "Ada sesetengah dari kita yang tidak faham dengan kandungan lirik dan membuta tuli ikut menyanyi. Lirik ini secara senyap memesong keimanan dan akidah," kata Mohamad Adzib. Beliau berkata Mais akan mengambil tindakan mengharamkan lagu itu serta menarik semua edaran album yang mengandungi lagu berkenaan sebaik kajian dan penelitian dibuat. "Kita minta pihak yang berkenaan di peringkat kerajaan pusat turut memantau isu lirik lagu ini dan mengambil langkah sewajarnya demi memelihara kesucian agama Islam," katanya.
Terus terang ketika membaca berita ini saya merasa kesal dengan tindakan dari pemerintah Malaysia tersebut yang menurut saya adalah sebuah tindakan yang ngawur dan tanpa dasar sama sekali.
Sdr. Agnes, Supaya anda ketahui juga bahwa sebenarnya bukan anda saja yang mengalami persoalan semacam ini. Sebagaimana kalimat terakhir dari pemberitaan di koran Timex yang saya kutip di atas, majalah Katolik ‘The Herald’ juga mengalami hal yang sama. Mereka dilarang karena menggunakan nama “Allah”. Entah sekarang bagaimana, tapi dalam sidang kasus tersebut pada tanggal 5 Mei 2008 lalu majalah “The Herald” tersebut memenangkan gugatannya atas pemerintah Malaysia dan kembali berhak menggunakan kata “Allah” dalam terbitan-terbitan mereka. Berikut beritanya yang saya kutip dari koran Jawa Pos tanggal 6 Mei 2008 (hal. 6, kolom 1-2) :
“Menang Gugatan Kata ‘Allah’”.
Kuala Lumpur - Surat kabar Katolik Roma di Malaysia The Herald memenangkan hak menggunakan kata ‘Allah’ dalam artikel mereka. Sidang yang diadakan kemarin (5/5) itu merupakan upaya mereka sebelum menggugat pemerintah yang melarang agama lain selain Islam menggunakan kata ‘Allah’. Menurut mereka, hal tersebut sah-sah saja. Sebab, ‘Allah’ merupakan sinonim dari ‘Tuhan’. Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Hakim pun mengizinkan media tersebut menggugat pemerintah atas larangan itu di pengadilan. Sidang tersebut merupakan buntut dari pernyataan pemerintah yang melarang media itu menggunakan kata ‘Allah’ dalam edisi bahasa Melayu mereka. Menurut pemerintah, kata tersebut hanya layak digunakan orang Islam. Pemerintah mengeluarkan larangan tersebut untuk mencegah timbulnya kebingungan pada umat Muslim. Bahkan, pemerintah mengancam akan mencabut izin terbit media yang membangkang. The Herald menyatakan bahwa kata itu bukan semata hak eksklusif bagi Muslim. Saat ini sirkulasi media tersebut mencapai 850 ribu. Surat kabar itu menampilkan artikel dalam empat bahasa, yakni Inggris, Mandarin, Tamil, dan Melayu”.
Sdr. Agnes, mungkin fakta ini membingungkan anda. Ada apa sebenarnya di balik kata “Allah” itu hingga album anda yang ada kata “Allah”nya harus dicekal? Apalagi anda memodifikasi akhir lagu “Allah Peduli” itu menjadi “S’bab Allah Yesusku mengerti”. Inilah yang mau saya jelaskan kepada anda. Supaya anda tahu, di kalangan agama Islam tertentu (bahkan ada juga di kalangan Kristen) ada pemahaman bahwa “Allah” itu adalah nama pribadi dari Tuhan/sesembahannya umat Islam. Sama seperti SBY adalah nama pribadi dari presiden Indonesia, Barak Obama adalah nama pribadi dari presiden Amerika Serikat, Lee Myung-Bak adalah nama pribadi dari presiden Korea Selatan maka “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhannya orang Islam. Karena itu maka sebagaimana orang Amerika tidak boleh memanggil presidennya dengan nama SBY atau orang Indonesia memanggil presidennya dengan nama Lee Myung-Bak atau orang Korea Selatan memanggil presidennya dengan sebutan Barak Obama maka orang non Islam tidak boleh memanggil Tuhan/sesembahannya dengan sebutan “Allah”. Itu salah alamat! “Allah” itu khusus milik orang Islam karena itu adalah Tuhan mereka. Sebagaimana saya singgung di atas bahwa paham seperti ini juga ada di kalangan Kristen, kelompok Kristen ini membenarkan bahwa “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhannya umat Islam sedangkan nama pribadi dari Tuhannya orang Kristen dan Yahudi adalah Yahweh. Mereka lantas mengharamkan penggunaan kata “Allah” bagi orang Kristen dan sebaliknya mengharuskan penggunaan “Yahweh”. Kembali ke masalah sebelumnya, karena alasan demikianlah maka pada saat seorang non Islam memanggil Tuhannya sebagai “Allah” maka itu dianggap sebagai kesalahan yang membingungkan maupun penghinaan. Dalam kasus lagu anda, itu lebih sensitif karena anda berani menyebut Yesus sebagai “Allah”. Itu pasti lebih membingungkan mereka lagi. Itulah masalahnya mengapa mereka mencekal atau melarang peredaran lagu anda.
Sdr. Agnes, tanggapan saya dalam masalah ini adalah bahwa menurut saya anda dan juga majalah “The Herald” hanyalah korban dari pemahaman yang salah, keliru dan tanpa dasar dari pemerintah Malaysia ini. Mereka mengatakan bahwa “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhan/sesembahan orang Islam. Benarkah demikian? Tidak! Mereka salah total. Saya ingin mengutipkan bagi anda sejumlah sumber yang memberikan penjelasan tentang kata Allah ini. Coba anda perhatikan keterangan dari Microsoft Encarta Reference Library 2003 berikut ini :
“Allah, nama / sebutan bahasa Arab untuk Tuhan / makhluk tertinggi. Istilah ini merupakan singkatan dari kata Arab Al-llah, ‘the God’. Baik gagasan maupun kata itu sudah ada dalam tradisi Arab sebelum Islam, dalam mana beberapa bukti dari suatu monoteisme yang primitif juga bisa ditemukan. Sekalipun mereka mengakui allah-allah / dewa-dewa lain yang lebih kecil, orang-orang Arab sebelum Islam mengakui Allah sebagai Allah yang tertinggi”.
Sumber yang sama (dengan topik ‘definition of Allah’) menjelaskan lebih jauh :
"Sebutan bahasa Arab untuk God, Allah, menunjuk kepada God / Allah yang sama yang disembah oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang kristen. Ajaran pokok Islam adalah bahwa hanya ada satu Allah yang maha kuasa dan maha tahu, dan Allah ini yang menciptakan alam semesta. ... Kata bahasa Arab ‘Allah’ artinya ‘the God’, dan Allah ini dimengerti sebagai Allah yang menciptakan dunia / alam semesta dan menopangnya sampai pada akhirnya. ... Sebelum Islam, banyak orang Arab percaya kepada suatu Allah yang tertinggi dan maha kuasa yang bertanggung-jawab untuk penciptaan; tetapi mereka juga mempercayai allah-allah / dewa-dewa yang lebih kecil. Dengan datangnya Islam, konsep orang Arab tentang Allah dimurnikan dari elemen-elemen politeisme, dan dibelokkan pada konsep yang berbeda secara kualitas tentang kepercayaan tanpa kompromi kepada satu Allah, atau monoteisme”.
Masih dari sumber yang sama (dengan topik ‘Christian Arab’) dikatakan :
“Allah adalah kata bahasa Arab untuk ‘God’. Sekarang coba lihat lagi Encyclopedia Britannica 2007 (dengan topik ‘Allah’). Dikatakan bahwa :“(bahasa Arab: ‘God’), satu-satunya God / Allah dalam agama Islam. Dari sudut ilmu asal kata, sebutan ‘Allah’ mungkin merupakan suatu singkatan dari kata bahasa Arab ‘al-Ilah’, ‘the God’. Asal usul sebutan itu bisa ditelusuri jejaknya sampai pada tulisan-tulisan Semitik dalam mana kata untuk ‘god’ adalah Il atau El, yang terakhir ini merupakan kata Perjanjian Lama yang sama untuk Yahweh. Allah adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’ dan digunakan oleh orang-orang kristen Arab maupun oleh orang-orang Islam”.
Sumber lain lagi yakni Ensiklopedia Wikipedia menjelaskan :
“In Islam, Allah is the name of the nameless God” (Dalam Islam, Allah adalah sebutan dari Allah yang tak bernama).
Kutipan di atas ini menunjukkan secara jelas bahwa dalam bahasa Inggris kata ‘name’ bisa berarti ‘nama’ ataupun ‘sebutan’. Dalam kutipan di atas ini, jelas bahwa kata ‘name’ yang pertama harus diartikan sebagai ‘sebutan’, sedangkan kata ‘name’ yang kedua (yang digabungkan dengan kata ‘less’, sehingga menjadi ‘nameless’), harus diartikan sebagai ‘nama’. Kata-kata ‘nameless God’ (Allah yang tidak bernama) jelas menunjukkan bahwa Encyclopedia ini menganggap bahwa ‘Allah’ bukanlah nama dari Tuhannya orang Islam.
Masih dari sumber yang sama dikatakan :
"Allah ... adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’. Sementara istilah ini di Barat dikenal karena penggunaannya oleh orang-orang Islam berhubungan dengan God / Allah, kata ini digunakan oleh orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab dari semua iman Abrahamik, termasuk Kristen dan Yahudi, berhubungan dengan ‘God’.
Selanjutnya dikatakan :
“Dalam Islam, Allah adalah sebutan ilahi yang tertinggi dan mencakup segala sesuatu. Semua sebutan ilahi yang lain dipercaya menunjuk kembali kepada Allah. Allah itu unik, satu-satunya God / Allah, pencipta alam semesta yang transenden (melampaui pengetahuan / terpisah dari materi), dan maha kuasa. Orang-orang kristen Arab sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’, menggunakan istilah-istilah seperti Allah al-ab untuk memaksudkan ‘God the Father / Allah Bapa’.
Masih dari sumber yang sama lagi dikatakan :
“Orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab DARI SEMUA IMAN Abrahamik, termasuk orang Kristen dan orang Yahudi, menggunakan kata ‘Allah’ untuk memaksudkan ‘God’. Orang-orang kristen Arab jaman sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’. Sebagai contoh, orang-orang kristen Arab menggunakan istilah-istilah Allah al-ab yang berarti ‘God the Father / Allah Bapa’, Allah al-ibn berarti ‘God the Son / Allah Anak’, dan Allah al-ruh al qudus yang berarti ‘God the Holy Spirit / Allah Roh Kudus".
(Catatan: dalam bahasa Indonesia juga tidak ada kata lain selain ‘Allah’ untuk menerjemahkan kata ‘God’. Seringkali kata ‘God’ diterjemahkan ‘Tuhan’, tetapi saya berpendapat itu salah, karena kata ‘Tuhan’ merupakan terjemahan dari kata ‘Lord’, bukan dari kata ‘God’).
Selanjutnya The International Standard Bible Encyclopedia (dengan topik ‘God, names of’) menjelaskan :
“EL: dalam kelompok bahasa-bahasa Semitik, kata yang paling umum untuk Allah adalah EL, diwakili oleh kata Babilonia ILU dan kata Arab ‘Allah’.
Selanjutnya A. Heuken SJ menulis :
“Kata ‘Allah’ merupakan perpaduan dua kata Arab: ‘al’ dan ‘ilah’, artinya ‘the God’ atau Yang (Maha)kuasa. Kata Semit ‘ilah’ sama arti dan akarnya dengan kata Ibrani ‘el’, yang berarti ‘yang kuat’, ‘yang berkuasa’ dan menjadi sebutan untuk ‘Tuhan’” (‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88).
Demikian juga Sir Hamilton A. R. Gibb mengatakan :
“Kata Arab ‘Allah’ adalah bentuk singkat dari al-ilah” (Islam Dalam Lintasan Sedjarah’, hal 50).
Dari semua data ini jelas bahwa ‘Allah’ bukanlah nama pribadi sesembahan umat Islam karena kata itu adalah kata yang umum yang menunjuk pada pencipta alam semesta ini. Karenanya, mencekal lagu anda yang ada kata “Allah”nya, melarang sebuah majalah menggunakan kata “Allah”, dan melarang agama lain memakai kata ‘Allah’ adalah sebuah kekeliruan yang besar sekali. Apalagi kalau memberikan denda kepada orang yang kedapatan menyanyikan lagu anda di Malaysia. Ini benar-benar sebuah kegilaan. Pemerintah Malaysia dan semua orang yang berpemahaman sama dengan mereka harusnya sadar akan hal ini.
Sdr. Agnes, satu hal lagi yang perlu anda ketahui yang mungkin sudah nampak dalam kutipan-kutipan di atas, bahwa sebenarnya sebelum agama Islam ada, kata ‘Allah’ sudah digunakan oleh orang-orang Kristen Arab. Inilah yang menjadi pertimbangan Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang gugatan The Herald terhadap pemerintah Malaysia dan akhirnya memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Ia lalu secara benar / adil / tepat memenangkan gugatan surat kabar Katolik itu. Bahwa kata ‘Allah’ sudah dipakai oleh orang Kristen jauh sebelum Islam ada dibenarkan oleh sejumlah pakar. Bambang Noorsena misalnya. Ia mengatakan dalam sejumlah tulisannya yang beredar di internet :
“Istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen”.
(Catatan: kata ‘inskripsi’, dalam bahasa Inggris ‘inscription’, artinya adalah ‘prasasti’).
A. Heuken SJ juga menulis :
“Alkitab, Terjemahan Arab. Sebelum kebangkitan Islam, agama Kristen berdiri kokoh di beberapa tempat di Jazirah Arab, khususnya di bagian baratnya dan di Yaman. Sejak abad ke 2 bagian-bagian dari Kitab Suci sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk digunakan sebagai bacaan dalam ibadat” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 87).
Heuken melanjutkan :
“Mengingat sejarah terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Arab, peraturan beberapa negara bagian - Malaysia, yang melarang orang Kristen menggunakan kata-kata Arab seperti nabi, Allah ... adalah tidak adil. Sebab kata-kata itu sudah digunakan sebelum zaman nabi Muhammad oleh orang Kristen bangsa Arab” (hal 88).
Heuken melanjutkan lagi :
“Sebelum masa Muhammad, kata ‘Allah’ sudah dipakai dalam bahasa Arab untuk Pencipta alam semesta yang terlalu jauh atau tinggi untuk disembah atau dimintai perhatian. Orang Kristen keturunan Arab pada waktu itu pun sudah memakai sebutan ‘Allah’ untuk Tuhan” (hal 88-89).
Saya berpendapat bahwa fakta sejarah ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena kata ‘Allah’ sudah lebih dulu digunakan oleh orang-orang Kristen Arab sebelum Islam ada, maka menurut saya adalah tidak masuk akal untuk membentuk suatu ajaran tentang boleh tidaknya menggunakan kata ‘Allah’ berdasarkan ajaran dari Islam. Kalau mau katakan secara singkat dari sudut pandang sejarah maka orang Kristenlah yang harus melarang orang Islam menggunakan kata “Allah” karena kata tersebut sudah dipakai orang Kristen jauh sebelum agama Islam hadir di dunia ini, jauh sebelum Muhammad lahir.
Perlu diketahui bahwa sebelum Islam ada, ada banyak orang Arab yang beragama Yahudi. The International Standard Bible Encyclopedia (dengan topik ‘Arabia’) mengatakan :
Yudaisme: Sebelum zaman Muhammad, Yudaisme tersebar secara sangat luas di Arab, khususnya di Hijaz. Tak diragukan bahwa hal itu dimulai dengan perpindahan keluarga-keluarga disebabkan kondisi politik yang terganggu di Palestina / Kanaan. Penaklukan Palestina oleh Nebukadnezar, oleh orang-orang Babilonia, oleh orang-orang Romawi di bawah Pompey, Vespasian dan akhirnya Hadrian, memaksa banyak orang Yahudi untuk mencari tempat yang damai dan aman di padang pasir, dari mana nenek moyang mereka datang. Ke sana juga Paulus menarik diri setelah pertobatannya (Gal 1:17). Dua dari suku-suku pendatang, suku Nadir dan Koreiza, menetap di Medina, mula-mula dalam kebebasan / kemerdekaan, tetapi lalu menjadi orang-orang yang tergantung pada orang-orang Aus dan Kheibar. Pada akhirnya mereka disiksa / dirampok dan dihancurkan oleh Muhammad. Koloni Yahudi di Kheibar mengalami nasib yang sama. Beberapa suku Arab bebas juga mengakui iman Yahudi, khususnya cabang-cabang tertentu dari Himyar dan Kindaq, keduanya keturunan dari Kahtan, yang lebih awal di Arab selatan, dan yang lebih akhir di Arab tengah. Yudaisme diperkenalkan di Yaman oleh satu dari orang-orang Tubba, mungkin pada abad ke 3 SM, tetapi baru pada abad 6 agama / gerakan itu mengalami banyak kemajuan”.
Dari data ini perlu ditanyakan, dengan kata apa orang-orang Arab yang beragama Yahudi ini menyebut kata ‘God’? Tidak bisa tidak, mereka pasti menggunakan kata ‘Allah’! Jadi kalau memang kata ‘Allah’ sudah digunakan sebelumnya oleh orang Yahudi di Arab dan juga orang Kristen Arab, sebelum Islam ada, lalu atas dasar apa orang Kristen dan juga agama lain dilarang menggunakan kata ‘Allah’? Atas dasar apa pemerintah Malaysia melarang majalah Katolik “The Herald” menggunakan kata itu? Atas dasar apa lagu anda “Allah Peduli” dilarang/dicekal? Sungguh sesuatu yang menyedihkan dan memalukan. Karena itu saya menganggap bahwa anda hanyalah korban dari kebodohan dan ketidakmengertian pemerintah Malaysia atau kelompok Islam tertentu di Malaysia yang memiliki fanatisme yang buta.
Sdr. Agnes yang saya kasihi, mungkin anda bertanya mengapa saya mau repot-repot menjelaskan ini pada anda? Anda tidak kenal saya, saya juga tidak kenal anda. Biar saya jelaskan. Pertama, sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas adalah karena anda adalah korban. Saya berpendapat bahwa anda perlu tahu dengan jelas mengapa anda jadi korban. Menyedihkan kalau kita menjadi korban tanpa mengetahui dengan jelas mengapa kita menjadi korban. Kedua, supaya anda dapat memberikan komentar dan jawaban yang falid apabila ada pihak-pihak tertentu yang meminta komentar anda tentang masalah ini. Ketiga, sekaligus menjadi bahan pengetahuan dan argumentasi dari pihak orang Kristen mengingat bahwa masalah pencekalan lagu anda itu tersebar sampai ke mana-mana dan tidak mustahil terjadi juga pada pihak yang lain. Dalam acara tanya jawab di radio yang saya pimpin, ada juga pendengar yang meminta tanggapan saya atas masalah yang anda hadapi. Karena itu saya merasa bahwa masalah ini sudah diketahui secara umum dan argumentasi terhadap hal ini pun harus diketahui umum. Itulah alasan saya mengapa saya menulis surat ini untuk anda tetapi juga mempublikasikannya secara umum lewat koran Timex ini.
By the way, saya harap anda dapat mengambil nilai positif dari semua yang telah terjadi. Satu hal yang perlu anda ketahui adalah bahwa sekalipun pihak pemerintah Malaysia melarang publikasi lagu anda itu, tapi lagu anda itu telah menjadi berkat bagi banyak orang, menguatkan yang lemah, menghibur yang susah, membangunkan yang terjatuh, memberi rasa tenang kepada yang merasa terasing. Karena itu jangan pernah putus asa dan berkarya bagi Tuhan. Saya sering memberitakan Injil pada orang lain dan banyak kali mengalami penolakan. Saya tidak peduli dengan itu. Rasul Paulus berkata : “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa”. (2 Kor 4:3). Maju terus! Ciptakan, nyanyikan dan terbitkan lebih banyak lagu lagi yang membuktikan dan mengumumkan pada segala makhluk bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang tiada bandingnya, tiada taranya, Allah yang menjelma menjadi manusia, jalan keselamatan satu-satunya (Yoh 14:6; Kis 4:12) sambil berpegang pada Firman Tuhan : “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Kor 15:58). Selamat berjuang! Doaku selalu untukmu! Kalau ada kesempatan, berkunjunglah ke Kupang. Aku menunggumu.
Esra Alfred Soru
Kepada, Ykks
Sdr. Agnes Monica
di mana saja.
Salam dalam kasih Kristus!
Sdr. Agnes, baru-baru ini saya membaca di koran lokal NTT (Timor Express) maupun koran-koran lainnya juga di internet sebuah berita tentang pencekalan lagumu (“Allah Peduli”) oleh pemerintah Malaysia. Saya yakin anda sendiri pasti tahu hal ini karena anda yang mengalaminya tapi tepatnya berita yang saya baca itu sebagai berikut:
Dicekal di Malaysia
LANTARAN menggunakan kata Allah dalam judul dan lirik, lagu Agnes Monica yang bertajuk Allah Peduli dicekal beredar oleh Pemerintahan Malaysia. Bahkan dengan tegas pemerintah Malaysia akan menghukum salah satu warganya bila ketahuan menyanyikan lagu yang dimaksudkan sebagai penggambaran Nabi Isa tersebut. Menurut Mohammad Adzib Mohd Isa, pengurus Majelis Agama Islam Selangor, Malaysia (Mais), larangan itu akan dikenakan kepada siapapun yang menyanyikan lagu tersebut di bagian Selangor, Malaysia. Mohammad mengatakan, penggunaan kata Allah hanya diperuntukkan bagi pemeluk agama Islam, sedangkan bagi yang non Muslim harus menggantinya dengan kata Tuhan. "Penyelidikan akan dilakukan oleh pegawai yang mempunyai wewenang dan jika terbukti mempunyai kesalahan akan dikenakan denda 1.000 ringgit (Rp 3,2juta) bagi yang ketahuan menyanyikannya," Mohammad Adzib'. Selain Agnes, Pemerintah Malaysia juga melarang majalah mingguan Katolik, The Herald yang juga menggunakan kata Allah. Hingga kini, kasus tersebut dalam proses meja hijau.
Saya juga membaca pemberitaan terkait persoalan tersebut dalam sebuah publikasi Malaysia sebagai berikut :
MAIS Mahu Lagu Agnes Monica Diharamkan
SHAH ALAM, 13 Mac (Bernama) -- Majlis Agama Islam Selangor (MAIS) mahu agar tindakan diambil mengharamkan sebuah lagu Indonesia berjudul "Allah Peduli" kerana liriknya antara lain menyebut "..sebab Allah Yesusku mengerti." Pengerusi Mais Datuk Mohamad Adzib Mohd Isa berkata walaupun beliau belum pernah mendengar lagu itu, tindakan mengharamkannya wajar diambil memandangkan ia menyentuh sensitiviti yang membabitkan soal agama. "Kita umat Islam dalam perakuan kepercayaan kepada Allah yang maksudnya tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, jelas mengakui Allah itu Esa, maka larangan penggunaan Allah oleh agama selain Islam adalah untuk mengelak kekeliruan di kalangan orang Islam," katanya kepada pemberita di sini Jumaat. Beliau diminta mengulas mengenai lagu berkenaan nyanyian penyanyi Indonesia, Agnes Monica. Dalam lagu berkenaan, perkataan Allah diulang beberapa kali manakala perkataan 'sebab Allah Yesus ku mengerti' kedengaran pada bahagian akhir lagu selama tiga minit 40 saat itu. "Ada sesetengah dari kita yang tidak faham dengan kandungan lirik dan membuta tuli ikut menyanyi. Lirik ini secara senyap memesong keimanan dan akidah," kata Mohamad Adzib. Beliau berkata Mais akan mengambil tindakan mengharamkan lagu itu serta menarik semua edaran album yang mengandungi lagu berkenaan sebaik kajian dan penelitian dibuat. "Kita minta pihak yang berkenaan di peringkat kerajaan pusat turut memantau isu lirik lagu ini dan mengambil langkah sewajarnya demi memelihara kesucian agama Islam," katanya.
Terus terang ketika membaca berita ini saya merasa kesal dengan tindakan dari pemerintah Malaysia tersebut yang menurut saya adalah sebuah tindakan yang ngawur dan tanpa dasar sama sekali.
Sdr. Agnes, Supaya anda ketahui juga bahwa sebenarnya bukan anda saja yang mengalami persoalan semacam ini. Sebagaimana kalimat terakhir dari pemberitaan di koran Timex yang saya kutip di atas, majalah Katolik ‘The Herald’ juga mengalami hal yang sama. Mereka dilarang karena menggunakan nama “Allah”. Entah sekarang bagaimana, tapi dalam sidang kasus tersebut pada tanggal 5 Mei 2008 lalu majalah “The Herald” tersebut memenangkan gugatannya atas pemerintah Malaysia dan kembali berhak menggunakan kata “Allah” dalam terbitan-terbitan mereka. Berikut beritanya yang saya kutip dari koran Jawa Pos tanggal 6 Mei 2008 (hal. 6, kolom 1-2) :
“Menang Gugatan Kata ‘Allah’”.
Kuala Lumpur - Surat kabar Katolik Roma di Malaysia The Herald memenangkan hak menggunakan kata ‘Allah’ dalam artikel mereka. Sidang yang diadakan kemarin (5/5) itu merupakan upaya mereka sebelum menggugat pemerintah yang melarang agama lain selain Islam menggunakan kata ‘Allah’. Menurut mereka, hal tersebut sah-sah saja. Sebab, ‘Allah’ merupakan sinonim dari ‘Tuhan’. Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Hakim pun mengizinkan media tersebut menggugat pemerintah atas larangan itu di pengadilan. Sidang tersebut merupakan buntut dari pernyataan pemerintah yang melarang media itu menggunakan kata ‘Allah’ dalam edisi bahasa Melayu mereka. Menurut pemerintah, kata tersebut hanya layak digunakan orang Islam. Pemerintah mengeluarkan larangan tersebut untuk mencegah timbulnya kebingungan pada umat Muslim. Bahkan, pemerintah mengancam akan mencabut izin terbit media yang membangkang. The Herald menyatakan bahwa kata itu bukan semata hak eksklusif bagi Muslim. Saat ini sirkulasi media tersebut mencapai 850 ribu. Surat kabar itu menampilkan artikel dalam empat bahasa, yakni Inggris, Mandarin, Tamil, dan Melayu”.
Sdr. Agnes, mungkin fakta ini membingungkan anda. Ada apa sebenarnya di balik kata “Allah” itu hingga album anda yang ada kata “Allah”nya harus dicekal? Apalagi anda memodifikasi akhir lagu “Allah Peduli” itu menjadi “S’bab Allah Yesusku mengerti”. Inilah yang mau saya jelaskan kepada anda. Supaya anda tahu, di kalangan agama Islam tertentu (bahkan ada juga di kalangan Kristen) ada pemahaman bahwa “Allah” itu adalah nama pribadi dari Tuhan/sesembahannya umat Islam. Sama seperti SBY adalah nama pribadi dari presiden Indonesia, Barak Obama adalah nama pribadi dari presiden Amerika Serikat, Lee Myung-Bak adalah nama pribadi dari presiden Korea Selatan maka “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhannya orang Islam. Karena itu maka sebagaimana orang Amerika tidak boleh memanggil presidennya dengan nama SBY atau orang Indonesia memanggil presidennya dengan nama Lee Myung-Bak atau orang Korea Selatan memanggil presidennya dengan sebutan Barak Obama maka orang non Islam tidak boleh memanggil Tuhan/sesembahannya dengan sebutan “Allah”. Itu salah alamat! “Allah” itu khusus milik orang Islam karena itu adalah Tuhan mereka. Sebagaimana saya singgung di atas bahwa paham seperti ini juga ada di kalangan Kristen, kelompok Kristen ini membenarkan bahwa “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhannya umat Islam sedangkan nama pribadi dari Tuhannya orang Kristen dan Yahudi adalah Yahweh. Mereka lantas mengharamkan penggunaan kata “Allah” bagi orang Kristen dan sebaliknya mengharuskan penggunaan “Yahweh”. Kembali ke masalah sebelumnya, karena alasan demikianlah maka pada saat seorang non Islam memanggil Tuhannya sebagai “Allah” maka itu dianggap sebagai kesalahan yang membingungkan maupun penghinaan. Dalam kasus lagu anda, itu lebih sensitif karena anda berani menyebut Yesus sebagai “Allah”. Itu pasti lebih membingungkan mereka lagi. Itulah masalahnya mengapa mereka mencekal atau melarang peredaran lagu anda.
Sdr. Agnes, tanggapan saya dalam masalah ini adalah bahwa menurut saya anda dan juga majalah “The Herald” hanyalah korban dari pemahaman yang salah, keliru dan tanpa dasar dari pemerintah Malaysia ini. Mereka mengatakan bahwa “Allah” adalah nama pribadi dari Tuhan/sesembahan orang Islam. Benarkah demikian? Tidak! Mereka salah total. Saya ingin mengutipkan bagi anda sejumlah sumber yang memberikan penjelasan tentang kata Allah ini. Coba anda perhatikan keterangan dari Microsoft Encarta Reference Library 2003 berikut ini :
“Allah, nama / sebutan bahasa Arab untuk Tuhan / makhluk tertinggi. Istilah ini merupakan singkatan dari kata Arab Al-llah, ‘the God’. Baik gagasan maupun kata itu sudah ada dalam tradisi Arab sebelum Islam, dalam mana beberapa bukti dari suatu monoteisme yang primitif juga bisa ditemukan. Sekalipun mereka mengakui allah-allah / dewa-dewa lain yang lebih kecil, orang-orang Arab sebelum Islam mengakui Allah sebagai Allah yang tertinggi”.
Sumber yang sama (dengan topik ‘definition of Allah’) menjelaskan lebih jauh :
"Sebutan bahasa Arab untuk God, Allah, menunjuk kepada God / Allah yang sama yang disembah oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang kristen. Ajaran pokok Islam adalah bahwa hanya ada satu Allah yang maha kuasa dan maha tahu, dan Allah ini yang menciptakan alam semesta. ... Kata bahasa Arab ‘Allah’ artinya ‘the God’, dan Allah ini dimengerti sebagai Allah yang menciptakan dunia / alam semesta dan menopangnya sampai pada akhirnya. ... Sebelum Islam, banyak orang Arab percaya kepada suatu Allah yang tertinggi dan maha kuasa yang bertanggung-jawab untuk penciptaan; tetapi mereka juga mempercayai allah-allah / dewa-dewa yang lebih kecil. Dengan datangnya Islam, konsep orang Arab tentang Allah dimurnikan dari elemen-elemen politeisme, dan dibelokkan pada konsep yang berbeda secara kualitas tentang kepercayaan tanpa kompromi kepada satu Allah, atau monoteisme”.
Masih dari sumber yang sama (dengan topik ‘Christian Arab’) dikatakan :
“Allah adalah kata bahasa Arab untuk ‘God’. Sekarang coba lihat lagi Encyclopedia Britannica 2007 (dengan topik ‘Allah’). Dikatakan bahwa :“(bahasa Arab: ‘God’), satu-satunya God / Allah dalam agama Islam. Dari sudut ilmu asal kata, sebutan ‘Allah’ mungkin merupakan suatu singkatan dari kata bahasa Arab ‘al-Ilah’, ‘the God’. Asal usul sebutan itu bisa ditelusuri jejaknya sampai pada tulisan-tulisan Semitik dalam mana kata untuk ‘god’ adalah Il atau El, yang terakhir ini merupakan kata Perjanjian Lama yang sama untuk Yahweh. Allah adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’ dan digunakan oleh orang-orang kristen Arab maupun oleh orang-orang Islam”.
Sumber lain lagi yakni Ensiklopedia Wikipedia menjelaskan :
“In Islam, Allah is the name of the nameless God” (Dalam Islam, Allah adalah sebutan dari Allah yang tak bernama).
Kutipan di atas ini menunjukkan secara jelas bahwa dalam bahasa Inggris kata ‘name’ bisa berarti ‘nama’ ataupun ‘sebutan’. Dalam kutipan di atas ini, jelas bahwa kata ‘name’ yang pertama harus diartikan sebagai ‘sebutan’, sedangkan kata ‘name’ yang kedua (yang digabungkan dengan kata ‘less’, sehingga menjadi ‘nameless’), harus diartikan sebagai ‘nama’. Kata-kata ‘nameless God’ (Allah yang tidak bernama) jelas menunjukkan bahwa Encyclopedia ini menganggap bahwa ‘Allah’ bukanlah nama dari Tuhannya orang Islam.
Masih dari sumber yang sama dikatakan :
"Allah ... adalah kata standard bahasa Arab untuk ‘God’. Sementara istilah ini di Barat dikenal karena penggunaannya oleh orang-orang Islam berhubungan dengan God / Allah, kata ini digunakan oleh orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab dari semua iman Abrahamik, termasuk Kristen dan Yahudi, berhubungan dengan ‘God’.
Selanjutnya dikatakan :
“Dalam Islam, Allah adalah sebutan ilahi yang tertinggi dan mencakup segala sesuatu. Semua sebutan ilahi yang lain dipercaya menunjuk kembali kepada Allah. Allah itu unik, satu-satunya God / Allah, pencipta alam semesta yang transenden (melampaui pengetahuan / terpisah dari materi), dan maha kuasa. Orang-orang kristen Arab sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’, menggunakan istilah-istilah seperti Allah al-ab untuk memaksudkan ‘God the Father / Allah Bapa’.
Masih dari sumber yang sama lagi dikatakan :
“Orang-orang yang berbicara dalam bahasa Arab DARI SEMUA IMAN Abrahamik, termasuk orang Kristen dan orang Yahudi, menggunakan kata ‘Allah’ untuk memaksudkan ‘God’. Orang-orang kristen Arab jaman sekarang tidak mempunyai kata lain untuk ‘God’ selain ‘Allah’. Sebagai contoh, orang-orang kristen Arab menggunakan istilah-istilah Allah al-ab yang berarti ‘God the Father / Allah Bapa’, Allah al-ibn berarti ‘God the Son / Allah Anak’, dan Allah al-ruh al qudus yang berarti ‘God the Holy Spirit / Allah Roh Kudus".
(Catatan: dalam bahasa Indonesia juga tidak ada kata lain selain ‘Allah’ untuk menerjemahkan kata ‘God’. Seringkali kata ‘God’ diterjemahkan ‘Tuhan’, tetapi saya berpendapat itu salah, karena kata ‘Tuhan’ merupakan terjemahan dari kata ‘Lord’, bukan dari kata ‘God’).
Selanjutnya The International Standard Bible Encyclopedia (dengan topik ‘God, names of’) menjelaskan :
“EL: dalam kelompok bahasa-bahasa Semitik, kata yang paling umum untuk Allah adalah EL, diwakili oleh kata Babilonia ILU dan kata Arab ‘Allah’.
Selanjutnya A. Heuken SJ menulis :
“Kata ‘Allah’ merupakan perpaduan dua kata Arab: ‘al’ dan ‘ilah’, artinya ‘the God’ atau Yang (Maha)kuasa. Kata Semit ‘ilah’ sama arti dan akarnya dengan kata Ibrani ‘el’, yang berarti ‘yang kuat’, ‘yang berkuasa’ dan menjadi sebutan untuk ‘Tuhan’” (‘Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 88).
Demikian juga Sir Hamilton A. R. Gibb mengatakan :
“Kata Arab ‘Allah’ adalah bentuk singkat dari al-ilah” (Islam Dalam Lintasan Sedjarah’, hal 50).
Dari semua data ini jelas bahwa ‘Allah’ bukanlah nama pribadi sesembahan umat Islam karena kata itu adalah kata yang umum yang menunjuk pada pencipta alam semesta ini. Karenanya, mencekal lagu anda yang ada kata “Allah”nya, melarang sebuah majalah menggunakan kata “Allah”, dan melarang agama lain memakai kata ‘Allah’ adalah sebuah kekeliruan yang besar sekali. Apalagi kalau memberikan denda kepada orang yang kedapatan menyanyikan lagu anda di Malaysia. Ini benar-benar sebuah kegilaan. Pemerintah Malaysia dan semua orang yang berpemahaman sama dengan mereka harusnya sadar akan hal ini.
Sdr. Agnes, satu hal lagi yang perlu anda ketahui yang mungkin sudah nampak dalam kutipan-kutipan di atas, bahwa sebenarnya sebelum agama Islam ada, kata ‘Allah’ sudah digunakan oleh orang-orang Kristen Arab. Inilah yang menjadi pertimbangan Hakim Lau Bee Lan yang memimpin sidang gugatan The Herald terhadap pemerintah Malaysia dan akhirnya memutuskan bahwa larangan pemerintah itu tidak pantas. Ia lalu secara benar / adil / tepat memenangkan gugatan surat kabar Katolik itu. Bahwa kata ‘Allah’ sudah dipakai oleh orang Kristen jauh sebelum Islam ada dibenarkan oleh sejumlah pakar. Bambang Noorsena misalnya. Ia mengatakan dalam sejumlah tulisannya yang beredar di internet :
“Istilah Allah dipakai sebagai sebutan bagi Khaliq langit dan bumi oleh orang-orang Kristen Arab di wilayah Syria. Hal ini dibuktikan dari sejumlah inskripsi Arab pra-Islam yang semuanya ternyata berasal dari lingkungan Kristen”.
(Catatan: kata ‘inskripsi’, dalam bahasa Inggris ‘inscription’, artinya adalah ‘prasasti’).
A. Heuken SJ juga menulis :
“Alkitab, Terjemahan Arab. Sebelum kebangkitan Islam, agama Kristen berdiri kokoh di beberapa tempat di Jazirah Arab, khususnya di bagian baratnya dan di Yaman. Sejak abad ke 2 bagian-bagian dari Kitab Suci sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab untuk digunakan sebagai bacaan dalam ibadat” (Ensiklopedi Gereja’, vol I, hal 87).
Heuken melanjutkan :
“Mengingat sejarah terjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Arab, peraturan beberapa negara bagian - Malaysia, yang melarang orang Kristen menggunakan kata-kata Arab seperti nabi, Allah ... adalah tidak adil. Sebab kata-kata itu sudah digunakan sebelum zaman nabi Muhammad oleh orang Kristen bangsa Arab” (hal 88).
Heuken melanjutkan lagi :
“Sebelum masa Muhammad, kata ‘Allah’ sudah dipakai dalam bahasa Arab untuk Pencipta alam semesta yang terlalu jauh atau tinggi untuk disembah atau dimintai perhatian. Orang Kristen keturunan Arab pada waktu itu pun sudah memakai sebutan ‘Allah’ untuk Tuhan” (hal 88-89).
Saya berpendapat bahwa fakta sejarah ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena kata ‘Allah’ sudah lebih dulu digunakan oleh orang-orang Kristen Arab sebelum Islam ada, maka menurut saya adalah tidak masuk akal untuk membentuk suatu ajaran tentang boleh tidaknya menggunakan kata ‘Allah’ berdasarkan ajaran dari Islam. Kalau mau katakan secara singkat dari sudut pandang sejarah maka orang Kristenlah yang harus melarang orang Islam menggunakan kata “Allah” karena kata tersebut sudah dipakai orang Kristen jauh sebelum agama Islam hadir di dunia ini, jauh sebelum Muhammad lahir.
Perlu diketahui bahwa sebelum Islam ada, ada banyak orang Arab yang beragama Yahudi. The International Standard Bible Encyclopedia (dengan topik ‘Arabia’) mengatakan :
Yudaisme: Sebelum zaman Muhammad, Yudaisme tersebar secara sangat luas di Arab, khususnya di Hijaz. Tak diragukan bahwa hal itu dimulai dengan perpindahan keluarga-keluarga disebabkan kondisi politik yang terganggu di Palestina / Kanaan. Penaklukan Palestina oleh Nebukadnezar, oleh orang-orang Babilonia, oleh orang-orang Romawi di bawah Pompey, Vespasian dan akhirnya Hadrian, memaksa banyak orang Yahudi untuk mencari tempat yang damai dan aman di padang pasir, dari mana nenek moyang mereka datang. Ke sana juga Paulus menarik diri setelah pertobatannya (Gal 1:17). Dua dari suku-suku pendatang, suku Nadir dan Koreiza, menetap di Medina, mula-mula dalam kebebasan / kemerdekaan, tetapi lalu menjadi orang-orang yang tergantung pada orang-orang Aus dan Kheibar. Pada akhirnya mereka disiksa / dirampok dan dihancurkan oleh Muhammad. Koloni Yahudi di Kheibar mengalami nasib yang sama. Beberapa suku Arab bebas juga mengakui iman Yahudi, khususnya cabang-cabang tertentu dari Himyar dan Kindaq, keduanya keturunan dari Kahtan, yang lebih awal di Arab selatan, dan yang lebih akhir di Arab tengah. Yudaisme diperkenalkan di Yaman oleh satu dari orang-orang Tubba, mungkin pada abad ke 3 SM, tetapi baru pada abad 6 agama / gerakan itu mengalami banyak kemajuan”.
Dari data ini perlu ditanyakan, dengan kata apa orang-orang Arab yang beragama Yahudi ini menyebut kata ‘God’? Tidak bisa tidak, mereka pasti menggunakan kata ‘Allah’! Jadi kalau memang kata ‘Allah’ sudah digunakan sebelumnya oleh orang Yahudi di Arab dan juga orang Kristen Arab, sebelum Islam ada, lalu atas dasar apa orang Kristen dan juga agama lain dilarang menggunakan kata ‘Allah’? Atas dasar apa pemerintah Malaysia melarang majalah Katolik “The Herald” menggunakan kata itu? Atas dasar apa lagu anda “Allah Peduli” dilarang/dicekal? Sungguh sesuatu yang menyedihkan dan memalukan. Karena itu saya menganggap bahwa anda hanyalah korban dari kebodohan dan ketidakmengertian pemerintah Malaysia atau kelompok Islam tertentu di Malaysia yang memiliki fanatisme yang buta.
Sdr. Agnes yang saya kasihi, mungkin anda bertanya mengapa saya mau repot-repot menjelaskan ini pada anda? Anda tidak kenal saya, saya juga tidak kenal anda. Biar saya jelaskan. Pertama, sebagaimana yang sudah saya sebutkan di atas adalah karena anda adalah korban. Saya berpendapat bahwa anda perlu tahu dengan jelas mengapa anda jadi korban. Menyedihkan kalau kita menjadi korban tanpa mengetahui dengan jelas mengapa kita menjadi korban. Kedua, supaya anda dapat memberikan komentar dan jawaban yang falid apabila ada pihak-pihak tertentu yang meminta komentar anda tentang masalah ini. Ketiga, sekaligus menjadi bahan pengetahuan dan argumentasi dari pihak orang Kristen mengingat bahwa masalah pencekalan lagu anda itu tersebar sampai ke mana-mana dan tidak mustahil terjadi juga pada pihak yang lain. Dalam acara tanya jawab di radio yang saya pimpin, ada juga pendengar yang meminta tanggapan saya atas masalah yang anda hadapi. Karena itu saya merasa bahwa masalah ini sudah diketahui secara umum dan argumentasi terhadap hal ini pun harus diketahui umum. Itulah alasan saya mengapa saya menulis surat ini untuk anda tetapi juga mempublikasikannya secara umum lewat koran Timex ini.
By the way, saya harap anda dapat mengambil nilai positif dari semua yang telah terjadi. Satu hal yang perlu anda ketahui adalah bahwa sekalipun pihak pemerintah Malaysia melarang publikasi lagu anda itu, tapi lagu anda itu telah menjadi berkat bagi banyak orang, menguatkan yang lemah, menghibur yang susah, membangunkan yang terjatuh, memberi rasa tenang kepada yang merasa terasing. Karena itu jangan pernah putus asa dan berkarya bagi Tuhan. Saya sering memberitakan Injil pada orang lain dan banyak kali mengalami penolakan. Saya tidak peduli dengan itu. Rasul Paulus berkata : “Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa”. (2 Kor 4:3). Maju terus! Ciptakan, nyanyikan dan terbitkan lebih banyak lagu lagi yang membuktikan dan mengumumkan pada segala makhluk bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang tiada bandingnya, tiada taranya, Allah yang menjelma menjadi manusia, jalan keselamatan satu-satunya (Yoh 14:6; Kis 4:12) sambil berpegang pada Firman Tuhan : “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1 Kor 15:58). Selamat berjuang! Doaku selalu untukmu! Kalau ada kesempatan, berkunjunglah ke Kupang. Aku menunggumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)