Berikut ini saya berikan tanggapan saya terhadap surat edaran Sinode GMIT yang saya selipkan di antara surat tersebut. Untuk membedakannya isi surat tsb dan tanggapan saya, maka isi surat tsb akan saya tuliskan dalam huruf besar dan berwarna merah.
1. DEBAT DIMAKSUD ADALAH SEBUAH KEGIATAN YANG KONTRA-PRODUKTIF ATAU TIDAK SESUAI DENGAN TUGAS PANGGILAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG DAMAI BAGI SESAMA.
Tanggapan Esra Soru :
1. Tugas dan panggilan Gereja untuk membangun persekutuan yang damai bagi sesama. Apa dasar Kitab Sucinya bahwa tugas gereja memang demikian? Kalaupun demikian, apakah itu adalah tugas utama dari gereja? Buktikan dengan Firman Tuhan, jangan asal ngomong/berteori.
Siapakah sesama yang dimaksudkan di sini? Kalau “gereja” yang dimaksudkan adalah orang percaya, maka tentu “sesama” yang dimaksudkan di sana adalah orang yang tidak percaya.
Lalu bagaimana Alkitab menggambarkan hubungan orang percaya dan orang yang tidak percaya?
2 Kor 6:14-15 - Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
Jadi berdasarkan ayat ini maka usaha untuk bersatu dan berdamai (secara ajaran/doktrinal) dengan orang yang tidak percaya sama dengan usaha untuk menyamakan kebenaran dan kedurhakaan. Usaha untuk menyatukan terang dengan gelap. Dan inilah kompromi (bukan toleransi). Dan ini yang sudah, sedang dam akan terus dilakukan oleh para pemimpin GMIT.
2. Tugas gereja itu banyak (internal dan eksternal) tetapi tugas gereja yang utama dalam kaitan dengan orang yang tidak percaya adalah Pemberitaan Injil dan bukan membangun damai bagi sesama (orang yang tidak percaya) tanpa pemberitaan Injil.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”
Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad pertama, seperti yang digambarkan dalam teks di bawah ini.
Kis 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil”.
Kis 11:19-20 – (19) Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. (20) Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan.
Kis 16:30-32 – (30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (31) Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.
3. Bahwa tugas utama gereja dalam kaitan dengan orang yang tidak percaya adalah pemberitaan Injil, didukung dengan teladan yang diberikan oleh Yesus dan para rasul.
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Alkitab berkata bahwa Kristus adalah teladan kita :
Yoh 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Karena itu, rasul-rasul, yang adalah pengikut-Nya, meniru teladan-Nya, dengan juga memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladan-Nya dalam memberitakan Injil.
Dengan demikian, tindakan para pemimpin GMIT yang tidak memikirkan pemberitaan Injil kepada orang yang tak percaya, melainkan menggantikan tugas gereja dan panggilan gereja untuk membangun persekutuan yang damai bagi sesama (tanpa pemberitaan Injil) pada hakikatnya merupakan sebuah pergeseran dari panggilan gereja yang dinyatakan Alkitab kepada panggilan gereja hasil karangan manusia dalam hal ini “Made in ENT”.
Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang.
Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka kita menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.
Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Kitab Suci Indonesia salah menerjemahkan bagian yang saya warnai biru itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!
Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri kita.
Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap sebagai ‘pencerai-berai / pengacau gereja’! Jadi, siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!
Note : Ini terbalik! Saya beritakan Injil, pemimpin-pemimpin GMIT tidak beritakan Injil tapi mereka justru menuding saya yang mengacaukan gereja, menyebarkan pertikaian, dsb. Sesungguhnya merekalah pencerai-berai/pengacau gereja yang sebenarnya.
4. Lalu bagaimana dengan debat?
Gereja dipanggil memang bukan untuk debat tetapi untuk memberitakan Injil. Tetapi debat bisa dipakai untuk memberitakan Injil di samping juga untuk kepentingan pembelaan iman/apologia.
Kis 17:17-18 – (17) Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. (18) Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.
Kis 18:28 - Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.
5. Kesimpulan : Debat sama sekali tidak bertentangan dengan Firman Tuhan dan panggilan/tugas gereja sepanjang debat itu dilakukan dengan motivasi yang benar (apologia dan pemberitaan Injil). Jadi kata-kata dari pihak Sinode GMIT di atas jelas adalah kata-kata yang keliru.
SEBAB MELALUI DEBAT TERSEBUT BISA MENIMBULKAN KETIDAKNYAMANAN BAGI PARA PEMELUK AGAMA YANG BISA MENJURUS KEPADA PERPECAHAN DAN KETIDAKRUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA.
Tanggapan Esra Soru :
1. Bisa menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakkerukunan tidak berarti PASTI MENIMBULKAN ketidaknyamanan, perpecahan dan kerukunan.
2. Kami tidak menyerang iman/agama/Kitab Suci orang lain (Islam). Kami hanya akan menjawab dan memberikan pembelaan terhadap serangan Islam terhadap ajaran Kristen. Dan ini sesuai dengan perintah Firman Tuhan :
1 Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
Lalu yang menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakrukunan itu siapa? Kami atau Islam? Lalu apa peranan GMIT di dalam menghadapi berbagai macam serangan Islam terhadap Kristen? Apakah GMIT pernah protes terhadap pihak Islam yang banyak menyebarkan buku-buku dan CD yang menyerang Kristen? Apakah kalau ada serangan terhadap iman Kristen, GMIT sudah berjuang untuk memberikan jawaban sesuai amanat 1 Pet 3:15? Tentu saja mereka tidak berani karena itu hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakrukunan dan ini bertentangan dengan tugas dan panggilan gereja versi GMIT.
3. Dalam debat diusahakan sedapat mungkin untuk tidak menimbulkan kekacauan.
1 Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.
Tetapi seandainya memang terjadi ketidaknyamanan, ketidakrukunan dan perpecahan, tentu kesalahan bukan pada debat itu sendiri tetapi pada ketidakmampuan pendengar di dalam mengatasi perbedaan dan pertentangan paham di dalam perdebatan.
4. Selain itu kalau ternyata debat itu mengakibatkan terjadinya ketidaknyamanan, ketidakrukunan bahkan perpecahan, apakah itu berarti bahwa kita (pelaksana debat) salah/berdosa? Tidak! Alkitab penuh dengan kesaksian di mana demi menyatakan kebenaran, para tokoh Alkitab seringkali menyebabkan ketidaknyamanan/ketidakruk
1. DEBAT DIMAKSUD ADALAH SEBUAH KEGIATAN YANG KONTRA-PRODUKTIF ATAU TIDAK SESUAI DENGAN TUGAS PANGGILAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG DAMAI BAGI SESAMA.
Tanggapan Esra Soru :
1. Tugas dan panggilan Gereja untuk membangun persekutuan yang damai bagi sesama. Apa dasar Kitab Sucinya bahwa tugas gereja memang demikian? Kalaupun demikian, apakah itu adalah tugas utama dari gereja? Buktikan dengan Firman Tuhan, jangan asal ngomong/berteori.
Siapakah sesama yang dimaksudkan di sini? Kalau “gereja” yang dimaksudkan adalah orang percaya, maka tentu “sesama” yang dimaksudkan di sana adalah orang yang tidak percaya.
Lalu bagaimana Alkitab menggambarkan hubungan orang percaya dan orang yang tidak percaya?
2 Kor 6:14-15 - Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
Jadi berdasarkan ayat ini maka usaha untuk bersatu dan berdamai (secara ajaran/doktrinal) dengan orang yang tidak percaya sama dengan usaha untuk menyamakan kebenaran dan kedurhakaan. Usaha untuk menyatukan terang dengan gelap. Dan inilah kompromi (bukan toleransi). Dan ini yang sudah, sedang dam akan terus dilakukan oleh para pemimpin GMIT.
2. Tugas gereja itu banyak (internal dan eksternal) tetapi tugas gereja yang utama dalam kaitan dengan orang yang tidak percaya adalah Pemberitaan Injil dan bukan membangun damai bagi sesama (orang yang tidak percaya) tanpa pemberitaan Injil.
Mat 28:19 - “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”.
Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.’”
Ini juga terlihat dari teladan jemaat abad pertama, seperti yang digambarkan dalam teks di bawah ini.
Kis 8:1,4 - “(1) Saulus juga setuju, bahwa Stefanus mati dibunuh. Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. ... (4) Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil”.
Kis 11:19-20 – (19) Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. (20) Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan.
Kis 16:30-32 – (30) Ia mengantar mereka ke luar, sambil berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (31) Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya.
3. Bahwa tugas utama gereja dalam kaitan dengan orang yang tidak percaya adalah pemberitaan Injil, didukung dengan teladan yang diberikan oleh Yesus dan para rasul.
Tuhan Yesus sendiri juga memberitakan Injil, dan bahkan Ia mengatakan bahwa Ia datang untuk memberitakan Injil.
Mark 1:38 - “JawabNya: ‘Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.’”.
Alkitab berkata bahwa Kristus adalah teladan kita :
Yoh 13:15 - “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”.
Fil 2:5-8 - “(5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib”.
Karena itu, rasul-rasul, yang adalah pengikut-Nya, meniru teladan-Nya, dengan juga memberitakan Injil, sekalipun dimusuhi / dianiaya. Ini terlihat dalam seluruh Kitab Kisah Para Rasul. Kalau kita adalah pengikut Kristus, maka kitapun harus meniru teladan-Nya dalam memberitakan Injil.
Dengan demikian, tindakan para pemimpin GMIT yang tidak memikirkan pemberitaan Injil kepada orang yang tak percaya, melainkan menggantikan tugas gereja dan panggilan gereja untuk membangun persekutuan yang damai bagi sesama (tanpa pemberitaan Injil) pada hakikatnya merupakan sebuah pergeseran dari panggilan gereja yang dinyatakan Alkitab kepada panggilan gereja hasil karangan manusia dalam hal ini “Made in ENT”.
Karena Pemberitaan Injil merupakan perintah Tuhan bagi kita, maka kalau kita tidak memberitakan Injil, kita berdosa (dosa pasif).
Perhatikan ayat-ayat di bawah ini:
Hak 5:23 - “‘Kutukilah kota Meros!’ firman Malaikat TUHAN, ‘kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan’”.
Perhatikan bahwa kota Meros dikutuk oleh Tuhan bukan karena mereka menyembah berhala, atau berzinah, dsb, tetapi karena pada waktu perang, mereka hanya berdiam diri, padahal seharusnya mereka ikut berperang.
Demikian juga kalau dalam perang rohani melawan setan, tidak mau ikut berjuang melalui Pemberitaan Injil, maka kita menghadapi resiko yang sama dengan penduduk kota Meros.
Yer 48:10 - “Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah!”.
Kitab Suci Indonesia salah menerjemahkan bagian yang saya warnai biru itu dengan menggunakan ‘Nya’ (dimulai dengan huruf besar), dan bukannya ‘nya’. Kata ‘nya’ itu jelas bukan menunjuk kepada Tuhan tetapi kepada orang yang dikutuk itu.
Jadi, ayat ini mirip dengan ayat di atas tentang penduduk kota Meros itu. Pada saat mereka seharusnya berperang menggunakan pedang mereka, mereka tidak mau melakukannya, dan karena itulah maka mereka dikutuk!
Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak kita injili itu akan binasa, tetapi Tuhan akan menuntut darah orang itu dari diri kita.
Mat 12:30 - “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan”.
Dalam kekristenan tidak ada sikap netral. Atau saudara adalah ‘sahabat Tuhan’, atau saudara adalah ‘lawan Tuhan’; atau saudara ‘mengumpulkan bersama Tuhan’ (melalui pemberitaan Injil), atau saudara dianggap sebagai ‘pencerai-berai / pengacau gereja’! Jadi, siapapun orang Kristen yang tidak memberitakan Injil, ia adalah ‘pencerai-berai / pengacau gereja’!
Note : Ini terbalik! Saya beritakan Injil, pemimpin-pemimpin GMIT tidak beritakan Injil tapi mereka justru menuding saya yang mengacaukan gereja, menyebarkan pertikaian, dsb. Sesungguhnya merekalah pencerai-berai/pengacau gereja yang sebenarnya.
4. Lalu bagaimana dengan debat?
Gereja dipanggil memang bukan untuk debat tetapi untuk memberitakan Injil. Tetapi debat bisa dipakai untuk memberitakan Injil di samping juga untuk kepentingan pembelaan iman/apologia.
Kis 17:17-18 – (17) Karena itu di rumah ibadat ia bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi dan orang-orang yang takut akan Allah, dan di pasar setiap hari dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. (18) Dan juga beberapa ahli pikir dari golongan Epikuros dan Stoa bersoal jawab dengan dia dan ada yang berkata: "Apakah yang hendak dikatakan si peleter ini?" Tetapi yang lain berkata: "Rupa-rupanya ia adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing." Sebab ia memberitakan Injil tentang Yesus dan tentang kebangkitan-Nya.
Kis 18:28 - Sebab dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.
5. Kesimpulan : Debat sama sekali tidak bertentangan dengan Firman Tuhan dan panggilan/tugas gereja sepanjang debat itu dilakukan dengan motivasi yang benar (apologia dan pemberitaan Injil). Jadi kata-kata dari pihak Sinode GMIT di atas jelas adalah kata-kata yang keliru.
SEBAB MELALUI DEBAT TERSEBUT BISA MENIMBULKAN KETIDAKNYAMANAN BAGI PARA PEMELUK AGAMA YANG BISA MENJURUS KEPADA PERPECAHAN DAN KETIDAKRUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA.
Tanggapan Esra Soru :
1. Bisa menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakkerukunan tidak berarti PASTI MENIMBULKAN ketidaknyamanan, perpecahan dan kerukunan.
2. Kami tidak menyerang iman/agama/Kitab Suci orang lain (Islam). Kami hanya akan menjawab dan memberikan pembelaan terhadap serangan Islam terhadap ajaran Kristen. Dan ini sesuai dengan perintah Firman Tuhan :
1 Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,
Lalu yang menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakrukunan itu siapa? Kami atau Islam? Lalu apa peranan GMIT di dalam menghadapi berbagai macam serangan Islam terhadap Kristen? Apakah GMIT pernah protes terhadap pihak Islam yang banyak menyebarkan buku-buku dan CD yang menyerang Kristen? Apakah kalau ada serangan terhadap iman Kristen, GMIT sudah berjuang untuk memberikan jawaban sesuai amanat 1 Pet 3:15? Tentu saja mereka tidak berani karena itu hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan, perpecahan dan ketidakrukunan dan ini bertentangan dengan tugas dan panggilan gereja versi GMIT.
3. Dalam debat diusahakan sedapat mungkin untuk tidak menimbulkan kekacauan.
1 Pet 3:15 - Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.
Tetapi seandainya memang terjadi ketidaknyamanan, ketidakrukunan dan perpecahan, tentu kesalahan bukan pada debat itu sendiri tetapi pada ketidakmampuan pendengar di dalam mengatasi perbedaan dan pertentangan paham di dalam perdebatan.
4. Selain itu kalau ternyata debat itu mengakibatkan terjadinya ketidaknyamanan, ketidakrukunan bahkan perpecahan, apakah itu berarti bahwa kita (pelaksana debat) salah/berdosa? Tidak! Alkitab penuh dengan kesaksian di mana demi menyatakan kebenaran, para tokoh Alkitab seringkali menyebabkan ketidaknyamanan/ketidakruk
Kis 7:54-55 - Ketika anggota-anggota Mahkamah Agama itu mendengar semuanya itu, SANGAT TERTUSUK HATI MEREKA. Maka mereka menyambutnya dengan gertakan gigi. Tetapi Stefanus, yang PENUH DENGAN ROH KUDUS, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah.
Kata-kata Stefanus jelas menusuk hati para anggota Mahkamah Agama. Berarti Stefanus telah menciptakan ketidaknyamanan dan ketidakrukunan bahkan perpecahan dengan para pemuka agama itu. Lalu apakah ini berarti bahwa Stefanus salah? Beranikah pihak Sinode GMIT mencap Stefanus slaah karena telah menyimpang dari tugas dan panggilan gereja? Justru Alkitab berkata Stefanus melakukan itu sementara ia penuh dengan Roh Kudus.
Mat 23:33 - Hai KAMU ULAR-ULAR, HAI KAMU KETURUNAN ULAR BELUDAK! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
Kira-kira kata-kata Yesus ini akan menyebabkan kenyamanan dalam diri orang Yahudi atau tidak? Dia rukun dengan orang Yahudi tidak? Terjadi perpecahan atau tidak? Lalu apakah sinode GMIT mau menuduh Yesus menyalahi tugas dan panggilan gereja karena Ia mengucapkan kalimat yang menyebabkan ketidaknyamanan, ketidakrukunan dan perpecahan seperti ini? Ingat, Dia Allah. Para petinggi GMIT termasuk ENT hanya manusia berdosa yang sering salah memahami Alkitab. Contohnya adalah tentang tugas dan panggilan gereja.
Filipi 3:2 - Hati-hatilah terhadap Anjing-Anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu.
Paulus menyebut orang-orang dengan sebutan anjing-anjing. Kira-kira ini menciptakan kenyamanan? Kira-kira ini menciptakan kerukunan dan kesatuan? Tidak! Malah sebaliknya. Lalu apakah sinode GMIT mau salahkan Paulus? Ingat, ini adalah Firman Tuhan. Siapa ENT yang berani salahkan Paulus dan Firman Tuhan?
2 Pet 2:22 : Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "ANJING KEMBALI LAGI KE MUNTAHNYA, DAN BABI YANG MANDI KEMBALI LAGI KE KUBANGANNYA."
Petrus memakai peribahasa yang menyebutkan orang-orang itu ANJING DAN BABI. Kira-kira ini mengakibatkan ketidaknyamanan, ketidakrukunan dan perpecahan tidak? Tapi apakah sinode GMIT mau salahkan Petrus dan Firman Tuhan?
Gal 1:8-9 : Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, TERKUTUKLAH DIA. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, TERKUTUKLAH DIA.
Paulus jelas mengutuk orang-orang yang menyebarkan Injil yang palsu. Kira-kira kutukan itu membuat nyaman atau tidak? Mau salahkan Paulus dan menganggap Paulus menyalahi tugas dan panggilan gereja?
Ya! Stefanus, Yesus, Yohanes Pembaptis, Paulus, Petrus, dll semuanya menyalahi tugas dan panggilan gereja. Tapi tugas dan panggilan gereja versi GMIT bukan versi Alkitab.
5. Melihat dari cara berpikir sinode GMIT ini, kelihatannya mereka bukan mempersoalkan esensi dari sebuah kegiatan melainkan efek yang bisa ditimbulkannya. Jadi biar pun sebuah tindakan itu benar, tapi kalau efeknya menghasilkan ketidaknyamanan, ketidakrukunan bahkan perpecahan maka kegiatan tersebut harus dihentikan.
Dari cara berpikir semacam ini maka boleh dipastikan GMIT sendiri tidak akan berani memberitakan Injil kalau ternyata pemberitaan Injil itu sendiri akan mengakibatkan ketidaknyamanan, ketidakrukunan dengan orang-orang yang diinjili. GMIT tidak akan berani menyatakan kepada pemeluk agama yang lain sesuai kata-kata Yesus bahwa Dia adalah satu-satunya jalan ke surga (Yoh 14:6) karena itu akan mengakibatkan ketidaknyamanan dan ketidakrukunan bahkan perpecahan.
6. Bandingkan dengan sikap Yesus.
Mat 10:34-26 – (34) "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (35) Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Mengapa Yesus mengatkan bahwa Ia datang bukan untuk membawa damai melainkan pedang/pertentangan? Karena pilihannya di sini adalah antara perdamian dan kebenaran. Apakah Sinode GMIT mau memprotes Yesus?
2. PERBEDAAN PEMAHAMAN ATAU KEYAKINAN BUKANLAH UNTUK DIPERDEBATKAN TETAPI DI DALAM KEPELBAGAIAN KEYAKINAN TERSEBUT,…
Tanggapan Esra Soru :
1. Kata-kata di atas ini menunjukkan bahwa para pemimpin GMIT ini tidak mengerti dengan baik ajaran agama-agama. Mereka menganggap bahwa pemahaman dan keyakinan agama-agama itu hanya sekedar berbeda. Padahal yang terjadi adalah bukan hanya berbeda tetapi saling bertentangan.
2. Seandainya ajaran-ajaran itu memang hanya sekedar berbeda maka itu tentu tak perlu diperdebatkan tetapi bagaimana kalau ajaran-ajaran itu saling bertentangan? Logika menuntut bahwa jika terjadi pertentangan maka yang satu mesti benar dan yang lain mesti salah.
R.C. Sproul : Bagaimana mungkin Budhisme benar jika ia menyangkal adanya Allah yang bersifat pribadi dan pada saat yang bersamaan kekristenan juga benar padahal kekristenan menegaskan adanya Allah yang bersifat pribadi ? Mungkinkah ada Allah yang bersifat pribadi dan Allah yang tidak bersifat pribadi pada saat yang sama dalam hubungan yang sama ? Mungkinkah Yudaisme Ortodoks yang menyangkal hidup setelah kematian benar dan kekristenan yang menyatakan adanya hidup setelah kematian juga benar ? Mungkinkah agama Islam klasik yang mendukung pembunuhan orang kafir memiliki etika yang benar dan pada saat yang bersamaan etika Kristen untuk mengasihi musuh juga sama benarnya?’
Lalu yang mana yang salah dan yang mana yang benar? Semua pihak dengan klaim-klaim bertentangan itu tentu menganggap bahwa klaimnya yang benar dan ini membuka kemungkinan terhadap terjadinya perdebatan untuk menguji dan mengetahui mana yang benar dan mana yang salah.
R.C. Sproul : ‘Hanya ada 2 cara untuk mempertahankan absahnya semua agama. Pertama, dengan mengabaikan kontradiksi yang jelas antara agama-agama tersebut dan bersikap tidak rasional; kedua, dengan menganggap kontradiksi yang ada sebagai masalah yang tidak penting. Pendekatan yang kedua melibatkan kita dengan proses reduksionisme yang sistematis. Reduksionisme menghilangkan dari masing-masing agama unsur-unsur yang dianggap vital oleh para pengikut agama itu sendiri dan mengurangi nilai agama menuju persamaan yang bersifat umum. Perbedaan antar agama dikaburkan dan diperlemah untuk mendukung terjadinya perdamaian dalam agama”.
Note : Saya kira inilah yang semenhtara dilakukan oleh GMIT.
MASING-MASING PIHAK MENGHARGAI KEYAKINAN SESAMA YANG LAIN SAMBIL MEMPRAKTEKAN APA YANG DIYAKININYA BENAR.
Tanggapan Esra Soru :
1. Menghargai keyakinan sesama tidak berarti membenarkan keyakinan mereka atau menganggap bahwa keyakinan mereka sama benarnya dengan keyakinan kita kan? Kecuali kita memang tidak punya ratio.
2. Menyatakan bahwa keyakinan kita benar dan keyakinan sesama salah tidak berarti tidak menghargai keyakinan mereka kan?
3. Mengetahui bahwa keyakinan orang lain salah tetapi tidak menyatakannya dengan alasan menghargai keyakinan orang lain itu sambil kita mempraktekan apa yang kita yakini benar (tanpa peduli pada kesalahan orang lain) jelas bertentangan dengan Yeh 3:18.
Yeh 3:18 - “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! - dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu”.
4. Dengan prinsip semacam ini, kira-kira masih beranikah GMIT memberitakan Injil kepada agama lain?
3. TUGAS GEREJA BUKANLAH UNTUK MENGKLAIM DIRI SEBAGAI PEMILIK KEBENARAN MUTLAK….
Tanggapan Esra Soru :
1. Ini jelas ajaran pluralisme agama dengan filsafat postmodernisme di baliknya yang menganggap bahwa di dunia ini tidak ada yang mutlak.
Suryadi Wijaya : Pluralisme ini di bidang agama mengajarkan bahwa hakikat dan keselamatan bukanlah monopoli satu agama tertentu, melainkan semua agama juga menyimpan hakikat yang mutlak dan sangat agung. Maka dari itu, menjalankan program masing-masing agama bisa menjadi sumber keselamatan. Pluralisme ini menolak adanya satu agama atau pandangan umum mana pun yang menyatakan hanya dirinya yang benar. Pluralisme ini berpendapat bahwa semua agama dan ajaran harus dianggap sama benarnya. Menurut Carson, pluralisme filosofis menganggap "apa pun yang menyatakan bahwa ideologi atau klaim religius tertentu itu lebih benar dari yang lain adalah jelas-jelas salah. Satu-satunya kepercayaan yang absolut adalah kepercayaan pluralisme. Tidak ada agama yang berhak menyatakan dirinya baik atau benar sedangkan yang lain salah." Dengan kata lain, pandangan anda hanyalah suatu opini.
Pluralisme agama memberikan pesan untuk setiap umat manusia bahwa keyakinan kepada sebuah agama tertentu bukan alasan untuk menyalahkan agama lainnya. Pluralisme agama menyatakan bahwa kebenaran adalah milik bersama.
2. Bandingkan ajaran ini dengan klaim dari para teolog GMIT sendiri :
Dr. Nicolas J. Woly : “Tidak ada satu pun yang mutlak di bawah kolong langit ini selain Allah Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang….Maka iman yang kita anut, janganlah kita paksakan untuk dianut oleh yang beragama lain. (Ada Apa Dengannya? - Opini Timex, 15 Januari 2005; hal. 4).
Dr. Nicolas J. Woly : ‘...yang pasti adalah bahwa Yang Mutlak hanyalah Allah dan tidak ada yang lain termasuk agama dan iman kita. Yang absolut hanyalah kehendak Allah tanpa ada yang berhak untuk menggantikan-Nya’. ‘...model monolog dalam beragama dan beriman sangat tidak nyaman, karena tidak melihat perbedaan beragama dan beriman sebagai salah satu kekayaan keragaman kehidupan manusia yang berada di bawah pengamatan satu Allah Yang Mahamelihat, dan Mahamendengar, Pemelihara dan Penyelamat umat manusia yang seutuhnya dan seluruh ciptaan-Nya. Perbedaan adalah karunia Allah, perbedaan adalah rahmat Allah, perbedaan adalah kehendak Allah. Kalau begitu adalah pantas kalau kita masing-masing saling mengatakan satu sama lain : Jangan mau menang sendiri dong!!!”. (Jangan Mau Menang Sendiri Dong!!! - Opini Timex, 31 Januari 2005; hal. 4).
Dr. Eben Nuban Timo : Saya menjadi lebih malu lagi jika berpendirian bahwa ada agama tertentu paling sempurna sedangkan agama lain tidak. Menganggap diri sebagai yang paling benar, paling sempurna dan paling dekat dengan Allah adalah bahaya lain yang datang dari agama. Agama Kristen mengklaim diri sebagai satu-satunya distributor keselamatan berdasarkan Johanes 14:6. Salus extra ecclesiam non est (di luar gereja tidak ada keselamatan). Ini motto yang masih laku di kalangan orang Kristen. Pihak Islam pun tidak ingin kalah. Doktrin Islam tentang Al-Quran sebagai kitab suci terakhir yang diilhami Allah untuk mengoreksi dan meluruskan semua penyimpangan terhadap pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dibuat oleh umat beragama Yahudi dan Kristen. Konsekuensinya Islam dianggap agama yang paling benar. Benarkah anggapan bahwa agama yang saya anut adalah yang paling benar sedangkan agama sesama saya adalah superstition? Bagi saya berpikir seperti itu sama dengan menyembah berhala karena ada upaya menyamakan agama dengan Allah, menyetarakan nafsu manusia dengan Firman Allah. Kenyataan pluralitas agama mengandaikan adanya keragaman aspek kebenaran yang dipahami dan diterima manusia. Jika begitu sikap beragama yang benar bukanlah menepuk dada dan berkata: "Kamilah yang paling benar dan akan diselamatkan", melainkan sikap dialog. Pemeluk agama yang satu harus bersedia mendengarkan pendapat pemeluk agama yang lain tentang pokok yang mereka gumuli bersama. (Dua Muka Dari Agama - Opini Pos Kupang, 29 November 2004; hal. 4).
3. Kelihatannya para pluralis ini menganggap bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak. Tetapi pandangan ini jelas cacat secara logika.Jikalau tidak ada kebenaran yang mutlak, lalu apakah klaim mereka sendiri mutlak atau tidak?
• Jikalau mutlak, maka teori mereka salah karena ternyata ada yang mutlak
• Jika tidak mutlak maka itu hanya opini mereka dan tidak perlu diikuti.
4. Salahkah kalau gereja mengklaim memiliki kebenaran mutlak karena mereka percaya kepada Kristus yang adalah kebenaran itu?
Yoh 14:6 - Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
YANG HARUS DIPAKSAKAN KEPADA PIHAK LAIN.
Tanggapan Esra Soru :
Menyatakan kebenaran kita berdasarkan ajaran Yesus kepada orang lain, apakah itu berarti pemaksaan? Memberitakan Injil kepada orang lain bahwa manusia hanya bias diselamatkan oleh Kristus saja, apakah itu pemaksaan? Memperdebatkan klaim-klaim yang saling bertentangan apakah itu sama dengan pemaksaan? Kelihatannya para pemimpin GMIT ini tidak tahu definisi pemaksaan. Saya sarankan mereka untuk buka kembali kamus dan lihat di sana apa artinya kata "pemaksaan".
GEREJA HANYALAH SAKSI DAMAI SEJAHTERA ALLAH YANG TIDAK HANYA SEKEDAR MELALUI KATA-KATA ATAU SEBUAH KEYAKINAN KOSONG MELAINKAN HARUS DILAKUKAN MELALUI SIKAP DAN CARA HIDUP YANG MENCIPTAKAN DAMAI SEJAHTERA KEPADA DUNIA DI MANA DIA HADIR.
Tanggapan Esra Soru :
1. “Gereja hanyalah saksi damai sejahtera Allah…” Mana dasar Alkitabnya?
2. Menciptakan damai sejahtera tanpa kebenaran di dalamnya adalah damai sejahtera yang palsu.
4. SEHUBUNGAN DENGAN POINT 1,2,3 DI ATAS, MAKA KAMI MENYATAKAN SIKAP MENOLAK PELAKSANAAN DEBAT DIMAKSUD DAN KAMI MENGHIMBAU KEPADA SELURUH WARGA GMIT AGAR TIDAK MENGAMBIL BAHAGIAN DI DALAM ACARA DIMAKSUD. SEBAB DIALOG/DEBAT TERSEBUT TIDAK MEWAKILI KELOMPOK, ORGANISASI ATAU WADAH AGAMA TERTENTU SERTA CENDERUNG MERUPAKAN KEPENTINGAN ELIT ATAU OKNUM TERTENTU.
Tanggapan Esra Soru :
1. Itu memang hak dari Sinode GMIT tetapi sayangnya larangan tersebut dibangun di atas dasar yang rapuh dan bertentangan dengan Firman Tuhan serta cenderung sebagai pembodohan dan penyesatan umat.
2. Kepentingan elit tertentu? Itu kan menurut kalian saja. Bukankah menurut kalian, kebenaran itu relative? Jadi yang benar menurut kalian belum tentu benar menurut orang lain kan?
3. Tindakan saya mempunyai dasar Alkitab seperti yang sudah saya tuinjukkan, lalu tudingan sinode GMIT bahwa ini hanya untuk kepentingan elit tertentu didasarkan pada apa? Pada anggapan dan kecurigaan semata? Benar2 payah!!!!
Esra Alfred Soru
http://yowest.wordpress.com/2010/10/21/kesesatan-agama-yahudi-nasrani-dalam-pandangan-islam/
BalasHapusby budhi modjo
budhi_vespa76@yahoo.com
bukan hanya benar2 payah tapi juga benar-benar bodoh.......
BalasHapusjalan berpikir anda bagaimana sih. masa arti kata sesama anda artikan sebagai orang yang tidak percaya. jangan ambil kesimpulan yang naif pak pdt esra soru. kalau anda memberi arti gereja sebagai orang percaya, maka anda harus mengartikannya sebagai orang percaya dengan sesamanya. atau bisa dipakai alegori, yesus dan sesamanya. bukan yesus atau orang percaya dan orang tidak percaya. kayaknya pak pdt esra perlu kembali buka kamus untuk tahu arti sesama. salam
BalasHapusEsra : Saya kira anda perlu perhatikan kalimat yg saya tanggapi. Ini kalimatnya :
HapusDEBAT DIMAKSUD ADALAH SEBUAH KEGIATAN YANG KONTRA-PRODUKTIF ATAU TIDAK SESUAI DENGAN TUGAS PANGGILAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN PERSEKUTUAN YANG DAMAI BAGI SESAMA.
1. Gereja itu apa? Kumpulan orang percaya bukan?
2. Konteksnya di sini membicarakan tugas panggilan gereja.
Kalau gereja adalah orang2 percaya (kelompok 1) mempunyai suatu tugas yg diemban untuk sesamanya (kelompok 2), lalu sesamanya menunjuk pada siapa? Pada orang percaya sendiri (kelompok 1?). Jadi panggiklannya untuk diri sendiri? Begitu?
Kalau mereka memang mengerti apa yang mereka tulis, jelas bahwa sesama di sana adalah lawan dari gereja sebagai komunitas orang percaya dan jelas menunjuk pada orang2 yg tidak percaya (kelompok 2).
Pertimbangan lain adalah :
1. Panggilan gereka yg paling utama sebagaimana yg dikatyakan Alkitab adalah pemberitaan Injil (amanat Agung), dan itu berkaitan dengan orang2 yg tidak percaya.
2. Kata2 itu ditulis untuk menanggapi rencana saya debat dengan orang Islam. Inilah yg ditentang oleh sinode dan menyatakan lewat kata2nya bahwa tugas gereja untuk membangun persekutuan yg damai dengan sesama. Sesama siapa yg dimaksud di situ? Konteks umum suratnya harus menuju pada orang Islam yg menjadi lawan debat di sana.
Saya kira anda yg maif dan perlu belajar menafsir dengan baik sesuai dengan konteks sebuah kalimat.