29 Juli 2013

LAODIKIA : JEMAAT YANG SUAM-SUAM KUKU (Part 2)

By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.




Wah 3:14-22 – (14) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! (16) Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, (18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. (19) Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (20) Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. (21) Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya. (22) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."


Pada bagian pertama kita sudah membahas 2 hal yakni Kota dan Jemaat Laodikia dan Gelar Kristus Sang pemberi surat. Sekarang kita akan melanjutkan pembahasan tentang jemaat Laodikia ini :

III.     KONDISI ROHANI JEMAAT LAODIKIA.

Sebagaimana sudah saya jelaskan bahwa jemaat Laodikia ini adalah salah satu jemaat dari 2 jemaat yang hanya mendapat celaan dari Tuhan tanpa pujian sama sekali. Ini disebabkan karena Tuhan hanya menemukan keburukan di dalam jemaat ini. Ia tidak mendapati satu pun yang baik dari jemaat ini. Lalu apa sebenarnya keburukan mereka? Atau dengan kata lain bagaimana sebenarnya kondisi mereka sehingga Tuhan begitu mengecam mereka? Kondisi rohani jemaat Laodikia ini adalah mereka berada dalam kesuaman rohani.

Wah 3:15-16 – (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas…. (16) … engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, …”

Mereka “suam-suam kuku” karena mereka tidak dingin dan juga tidak panas. Sebagaimana sudah saya jelaskan pada bagian pertama bahwa gambaran ini diangkat Kristus dari apa yang ada di dalam kota Laodikia sendiri di mana di dalam kota ini mengalir suatu sungai yang airnya hangat / suam-suam kuku sebagai akibat pertemuan air panas dari Hierapolis dan air dingin dari Kolose. Jadi dengan kata lain Tuhan mau katakan bahwa sama seperti air Laodikia yang suam-suam, demikian juga kondisi rohani dari gereja Laodikia. Suam-suam kuku, tidak panas dan tidak dingin.

Lalu apa sebenarnya arti dari “suam-suam kuku” di sini? Karena “suam-suam kuku” adalah percampuran antara dingin dan panas, maka kita baru bisa mengerti artinya kalau kita tahu apa yang dimaksudkan dengan dingin dan apa yang dimaksudkan dengan panas. Herman Hoeksema menolak untuk menafsirkan bagian ini kata demi kata (dingin, panas, suam-suam kuku). Ia mengatakan bahwa bagian ini harus diartikan secara keseluruhan di mana artinya adalah Tuhan muak dengan keadaan mereka. Hanya itu saja! Tetapi mayoritas penafsir tidak beranggapan demikian. Mereka menganggap bahwa “dingin” berarti orang yang kafir secara total, tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan Tuhan sedangkan “panas” berarti orang Kristen yang sungguh-sungguh di hadapan Tuhan, bersemangat / berapi-api bagi Tuhan. Dasar dari penafsiran ini adalah bahwa kata Yunani yang digunakan untuk “dingin” dan “panas” di sini adalah kata yang menunjuk pada dingin dan panas secara ekstrim. Kata “dingin” di sini menggunakan kata Yunani “PSUCHROS” yang berarti dingin yang mendekati titik beku. Sedangkan kata “panas” menggunakan kata Yunani “ZESTOS” yang artinya panas pada titik didih. Bandingkan dengan Apolos yang dikatakan “bersemangat” yang dalam bahasa Yunaninya menggunakan kata “ZEO” yakni kata dasar yang sama dengan “ZESTOS” dalam Wah 3:15.

Kis 18:25 - Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat (Yun. ZEO) ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.

Jadi Apolos adalah seorang yang benar-benar panas / mendidih (berapi-api) dalam berbicara. Bandingkan juga dengan nasihat Paulus bagi jemaat Roma.

Rom 12:11 - Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala (Yun. ZEO) dan layanilah Tuhan.

Jadi jemaat Roma harus panas / mendidih dalam roh mereka untuk melayani Tuhan.

John Stott – Kata-kata Yunani ini menarik perhatian, dan memberikan kepada kita suatu pengertian yang pasti. “Dingin” berarti sedingin es, dan “panas” berarti sepanas air mendidih. (Bagaimana Pandangan Kristus Akan Gereja?, hal. 130).

Dengan demikian dapat diartikan bahwa “dingin” menunjuk pada orang yang sama sekali kafir dan tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Tuhan (sedingin / sebeku es) dan “panas” berarti orang yang bersungguh-sungguh / bersemangat / berapi-api di dalam mengikuti dan melayani Tuhan.

Jikalau pengertian dari “dingin” dan “panas” seperti ini maka “suam-suam kuku” artinya suatu kondisi di antara kafir total dan kesungguhan bagi Tuhan. Orang yang suam-suam kuku bukanlah orang yang kafir total, yang tidak mengenal Tuhan sama sekali, yang tidak tahu beribadah, yang tidak tahu berdoa, dll. Tapi ia juga bukan juga orang yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan, bukan orang yang bergairah untuk perkara rohani, bukan orang yang bersemangat di dalam melayani Tuhan. Orang ini tidak hitam legam tetapi juga tidak putih bersih. Orang ini abu-abu, setengah hitam setengah putih. Tidak panas, tidak dingin, suam-suam kuku. Seperti itulah kondisi rohani jemaat Laodikia.

Adam Clarke – Mereka bukannya orang kafir tetapi juga bukan Kristen, mereka bukan orang jahat dan juga bukan orang baik – mereka tidak disesatkan oleh ajaran palsu tetapi juga tidak sepenuhnya ketagihan terhadap apa yang benar. Singkatnya, mereka itu tidak bergairah dan acuh tak acuh, dan kelihatannya tak terlalu peduli apakah kekafiran atau kekristenan yang menang.

Jadi dari kata-kata Clarke ini, kalau saudara tidak sepenuhnya ketagihan terhadap apa yang benar / kebenaran, maka pada dasarnya saudara adalah orang yang suam-suam kuku seperti jemaat Laodikia. Perhatikan juga komentar-komentar berikut terkait dengan kondisi “suam-suam kuku” ini :

Agnes M. Layantara - Jemaat ini memang bukan orang kafir. Mereka percaya kepada Kristus, bahkan mereka rajin pergi ke gereja dan persekutuan. Jadi, mereka tidak dingin. Jika mereka tidak datang ke gereja, mereka merasa tidak enak hati. Mereka sangat melekat dan terikat pada gereja atau persekutuan. Tapi, mereka juga tidak panas. Artinya, roh mereka tidak bergelora. Tidak ada semangat melayani. (Wahyu Tuhan Yesus Bagi Gereja-Nya, hal. 98).

Budi Asali - Orang ‘dingin’ adalah orang yang menolak Kristus secara total. Ini menunjuk kepada orang yang di luar gereja secara total. Orang ‘panas’ adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh / serius / bersemangat. Orang ‘suam-suam kuku’ adalah orang yang secara lahiriah adalah orang Kristen, ia pergi ke gereja, sudah dibaptis, membaca Kitab Suci / melakukan Saat Teduh, berdoa, dan bahkan melayani Tuhan. Tetapi semua itu dilakukan tanpa semangat / secara tidak sungguh-sungguh / asal-asalan.

Jadi singkatnya, orang yang suam-suam kuku itu adalah orang yang secara lahiriah ikut Tuhan, tetapi tidak ada keseriusan dalam hatinya. Pdt. Budi Asali memberikan contoh-contoh dari orang yang suam-suam kuku ini :

Budi Asali – Contoh tentang ketidaksungguhannya adalah : (1) Gampang sekali membolos dari kebaktian / Pemahaman Alkitab. Alasannya 1001 macam, seperti undangan kawin / HUT, repot, lembur, ada teman datang, harus keluar kota, hujan lebat, arisan, dsb. Tetapi alasan yang sebenarnya adalah dalam hatinya memang tidak terlalu niat! (2) Doa hanya 5 menit sehari atau bahkan kurang dari itu! Saat Teduhnya Senin Kamis / bogang-bogang. Juga banyak alasannya yang menyebabkan hal ini, seperti acara TV, pulang kemalaman dsb. (3) Dalam melakukan pelayanan ia tidak terlalu bertanggung jawab, sedikit-sedikit pelayanannya dioverkan ke orang lain / dibatalkan, dan kalaupun ia melakukan pelayanan itu, ia melakukannya asal-asalan, tidak dengan usaha terbaik / maksimal. Mungkin ada dari saudara yang berkata : ‘O, aku nggak pernah gitu’, soalnya nggak pernah pelayanan”. Itu tambah parah lagi! (4) Dalam pengudusan diri juga begitu. Baru godaan sedikit, sudah ndelosor / jatuh tersungkur!

Dari semua pengertian dan contoh-contoh yang diberikan ini, coba saudara renungkan, saudara termasuk yang mana? “Dingin” atau “panas” atau “suam-suam kuku?” Sudah pasti tidak ada yang “dingin” di sini karena kalau saudara “dingin”, saudara tidak ada di sini sekarang. Jadi tinggal 2 pilihan, saudara “panas” atau “suam-suam kuku?” Yang mana?

Kondisi “suam-suam kuku” ini juga bukan hanya menjadi problem orang-orang Kristen secara pribadi tetapi juga menjadi problem dari banyak gereja secara kolektif. Ada banyak gereja yang tidak “dingin” tetapi juga tidak “panas”. Gereja itu adalah gereja yang suam-suam. Mereka melakukan misi gereja tetapi tidak pernah melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mereka bicara tentang Pemberitaan Injil tetapi tidak pernah serius di dalam memberitakan Injil. Mereka acuh tak acuh! Mereka berani mengeluarkan banyak uang untuk acara lain, tetapi untuk penginjilan dan pelayanan yang sungguh-sungguh sangat sukar.

William BarclayMasalah di dalam pemberitaan Injil masa kini bukanlah permusuhan terhadap kekristenan; malah akan lebih baik kalau ada permusuhan. Masalahnya justru terlalu banyak gereja dan aliran kekristenan yang tidak relevan dan orang menanggapi semua itu dengan sikap acuh tak acuh. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5. hal. 211).

Kiranya semua ini membuat kita menilai gereja-gereja yang ada termasuk gereja kita dan juga diri kita sendiri, apakah kita termasuk gereja / orang Kristen yang “suam-suam kuku”? Kalau saudara ternyata “suam-suam kuku”, saudara tidak bisa menipu Tuhan! Tuhan sendiri yang menilai saudara. Dia berkata:

Wah 3:15-16 – (15) Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas…. (16) … engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, …”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)