By. Esra Alfred Soru
Yoh
1:35-42 - (35) Pada keesokan harinya
Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. (36) Dan ketika ia
melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah!" (37)
Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut
Yesus. (38) Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut
Dia lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu cari?" Kata mereka
kepada-Nya: "Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?" (39)
Ia berkata kepada mereka: "Marilah dan kamu akan melihatnya." Mereka
pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal
bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. (40) Salah seorang
dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah
Andreas, saudara Simon Petrus. (41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon,
saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias
(artinya: Kristus)." (42) Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia
dan berkata: "Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas
(artinya: Petrus)."
S
|
etelah
kita belajar dari motivasi Andreas (Part 1), kita
juga dapat belajar sesuatu yang sangat indah dari : kepribadian Andreas. Lihat ayat berikut :
Yoh 1:40 - Salah seorang dari keduanya yang mendengar
perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus.
Menarik sekali bahwa setiap
kali nama Andreas disebut, selalu saja dikait-kaitkan dengan nama Simon Petrus
:
Mat
4:18 - Dan ketika Yesus sedang
berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas,
saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka
penjala ikan.
Mat
10:2 - Inilah nama kedua belas
rasul itu: Pertama Simon yang disebut
Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan
Yohanes saudaranya,
Mark 1:16 - Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon.
Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
Luk 6:14 - Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus,
dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan
Bartolomeus,
Yoh 6:8 - Seorang
dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas,
saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:…
Ini menunjukkan bahwa
Andreas selalu hidup di bawah bayang-bayang Petrus. Orang mungkin tidak
mengenal Andreas tetapi selalu mengenal Petrus. Oleh karena itu jika mereka
berbicara tentang Andreas mereka selalu menyebutnya saudara Simon Petrus.
Banyak teman saya yang ketika ditanya apakah mereka mengenal seorang ibu
bernama Margaretha
Linda Nge? Mereka menjawab tidak! Tapi ketika saya berkata bahwa Margaretha
Linda Nge itu adalah ibu saya, maka mereka mengenalnya. Jadi rupanya bagi
mereka, saya lebih dikenal daripada ibu saya sehingga ketika nama ibu saya
disebut sendirian, mereka tidak mengenalnya tetapi ketika digandeng dengan nama
saya, mereka mengenalnya. Kira-kira demikian dengan Andreas. Ia tidak cukup
dikenal orang dank arena itu namanya perlu digandeng dengan nama saudaranya
Simon Petrus.
Menarik untuk diamati bahwa Andreaslah yang membawa Simon Petrus
kepada Yesus namun akhirnya Petruslah yang lebih dikenal orang.
Yoh 1:41-42 - (41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon,
saudaranya, dan ia berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias
(artinya: Kristus)." (42) Ia
membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: "Engkau
Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus)."
Andreas yang membawa Petrus kepada Yesus tetapi justru Petrus yang
menjadi lebih dekat dengan Yesus dan masuk kelompok inti sedangkan Andreas
tidak. Pada saat penyembuhan anak perempuan Yairus, Petrus dibawa Yesus
sedangkan Andreas tidak.
Mark
5:35-37 - (35) Ketika Yesus masih
berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata:
"Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan
Guru?" (36)
Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala
rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" (37) Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali
Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus.
Ketika Yesus pergi ke Getsemani, Petrus dibawa tapi Andreas tidak.
Mat 26:36-37 - (36) Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat
yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah
di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." (37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak
Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar,
Sangat masuk akal jika Andreas akhirnya menjadi iri hati, benci,
jengkel/cemburu pada Petrus dan menyesali mengapa ia membawa Petrus pada Yesus.
Bukankah Andreas dapat merasa lebih layak mendampingi Yesus karena ia adalah
salah satu dari murid-murid Yesus yang pertama? Namun pikiran-pikiran seperti
itu tidak ada dalam hati dan kepala Andreas.
William Barclay :
Andreas adalah tipe orang yang siap menempatkan diri di belakang orang lain. Ia
cukup senang untuk mundur dan membiarkan saudaranya maju. Ia cukup senang dan
menikmati peran yang sederhana di antara 12 murid Yesus. Bagi Andreas, masalah
ketermukaan, kedudukan, kehormatan bukan menjadi soal. Yang menjadi soal
baginya adalah bagaimana ia mengikut Yesus dan melayani-Nya sebaik mungkin. Ya,
Andreas menjadi contoh bagi semua orang kudus yang dengan rendah hati, setia
dan tulus ikhlas berdiri di belakang. (Pemahaman
Alkitab Setiap hari : Injil Yohanes 1-7, hal. 152)
Perhatikan kata-kata
Barclay di atas ini. (”Bagi Andreas,
masalah ketermukaan, kedudukan, kehormatan bukan menjadi soal. Yang menjadi
soal baginya adalah bagaimana ia mengikut Yesus dan melayani-Nya sebaik
mungkin”). Sayangnya adalah hati seperti ini, pikiran dan perasaan seperti
ini tidak ada dalam banyak orang Kristen bahkan di kalangan hamba-hamba Tuhan.
Pikiran dan hati mereka bukanlah bagaimana mengikuti dan melayani Tuhan sebaik
mungkin melainkan bagaimana menjadi terkemuka, mendapatkan kedudukan dan
kehormatan di dalam gereja atau organisasi-organisasi rohani lainnya. Itulah
sebabnya jangan heran kalau banyak pendeta berkelahi gara-gara kedudukan,
jangan heran kalau pemilihan ketua Sinode / ketua Majelis / Majelis, ketua
Yayasan Kristen, dll bisa kacau balau bahkan ada yang memakai kampanye dan
politik kotor di dalamnya, jangan heran kalau ada yang menjadi ketua dan tidak
mau turun-turun jabatan. Semua ini tidak akan terjadi kalau saja mereka
memiliki hati seperti Andreas yang tidak peduli dengan semua kedudukan,
ketermukaan dan kehormatan itu melainkan memiliki hati yang rindu untuk
melayani Tuhan bahkan dengan cara yang tidak terlihat oleh manusia sekalipun. Andreas menjadi teladan bagi
kita di dalam menyikapi kenyataan-kenyataan di mana ada orang-orang tertentu
yang lebih menonjol dari kita, yang lebih populer dari kita, yang lebih mampu
daripada kita, yang lebih dihargai dari kita. Andreas tidak memusingkan
semuanya itu. Yang ada dalam pikirannya hanyalah bagaimana ia bisa setia
mengikut Tuhan dan melayani Dia. Apakah pikiran dan hati seperti ini ada pada
saudara atau tidak? Maukah saudara membuang semua perasaan dongkol pada orang
lain yang lebih menonjol dari saudara? Maukah saudara tetap melayani Tuhan
walaupun hanya Tuhan yang melihat itu? (melayani di belakang layar). Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak orang yang bekerja di belakang
layar. Misalnya mekanik yang ada di balik fasilitas gedung yang canggih, petugas yang
mengontrol lampu lalu lintas agar beroperasi dengan lancer, operator yang
selalu siap melayani pengguna saluran komunikasi sehingga tanpa gangguan,
petugas-petugas dan teknisi-teknisi yang selalu bergantian mengawasi aliran
listrik agar tetap menyala, personil IT yang selalu memonitoring koneksi
internet, dll. Orang-orang ini tidak kelihatan sama sekali,
bahkan tidak kita kenal. Tapi seandainya saja mereka lalai atau macet, maka
pengaruhnya sangat besar bagi kita semua. Demikian juga di dalam pelayanan,
dibutuhkan orang-orang yang mau bekerja di belakang layar (menyiapkan ruangan,
menseting alat musik/soundsystem, mempersiapkan LCD dan lagu-lagunya,
mempersiapkan snack, mengetik warta jemaat, menghitung persembahan, dll).
Mungkin mereka tidak diketahui/dikenal, tetapi kalau mereka berhenti bekerja
maka semuanya akan kacau.
Ketika Sir William Costa
melatih sebuah orkestra dengan banyak alat musik, pemain harmonikanya lalu
berpikir bahwa suara harmonikanya tidak ada artinya di antara sekian banyak
bunyi alat musik yang lain. Ia berpikir tentunya tidak akan ada pengaruhnya
kalau ia menghentikan bunyi harmonikanya. Ia lalu berhenti meniup harmonikanya.
Pada saat itu Sir William Costa segera menghentikan orkestra itu dan berkata : ”Suara harmonikanya tidak kedengaran”. Betapa
kagetnya pemain harmonika itu. Telinganya sendiri tidak mendengar suara
harmonikanya ketika ia meniupkannya tetapi itu jelas terdengar di telinga
pemimpin orkestra itu. Demikian juga seringkali orang tidak begitu
memperhitungkan pelayanan kita bahkan mungkin kita sendiri pun berpikir
demikian, tetapi tidak bagi Tuhan. Jika kita menghentikan pelayanan kita yang
kecil maka akan ada dampaknya bagi Kerajaan Tuhan. Karena itu dibutuhkanlah
hati seperti Andreas yang tidak peduli orang lain melayani di depan layar
tetapi ia tetap berjuang untuk mengikuti dan melayani Tuhan secara maksimal.
AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)