15 Juni 2009

YESUS BUKAN ALLAH? (2)

Telaah Teologis Atas Buku “ALLAH DALAM ALKITAB & ALQURAN” Karangan Frans Donald (FD)

Esra Alfred Soru


Yohanes 1:1

Ayat Yoh 1:1 : “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah” (biasanya dipakai sebagai salah satu ayat yang membuktikan keallahan Yesus namun ayat tersebut justru dipakai oleh FD untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Allah. Setelah mengutip bunyi Yoh 1:1 dalam bahasa Yunaninya “en arkhe en ho logos kai ho logos en pros ton Theon, kai Theos en ho logos” FD menulis : “Ada perbedaan makna yang sangat fatal jika kita telah meneliti makna yang sebenarnya dari aspek tata bahasa. Perhatikan bahwa dalam ayat tersebut di atas kata “theos” ada yang dilekati kata sandang “ton”, sementara ada yang berdiri sendiri. Secara tata bahasa, dilekati kata sandang berarti kata “theos” mengacu pada satu hal yang pasti. Sama seperti “the” dalam bahasa Inggris. Sementara, kata “theos” yang tidak memperoleh kata sandang cenderung dimaknai sebagai kata sifat. Jadi “ton Theos” (dengan kata sandang) berarti “Sang Allah”, sedangkan “Theos” (tanpa kata sandang) berarti “sifat ilahi”. Seperti istilah “si hitam” tidak sama dengan “hitam”, begitu juga “ton Theos” Berbeda dengan “Theos”. Yang pertama adalah kata benda, yang kedua kata sifat. (hal. 46-47). FD melanjutkan : “…menurut penulis, terjemahan yang tepat untuk Yoh 1:1 yaitu : “Pada mulanya adalah Sang Firman, Sang Firman bersama-sama dengan Sang Allah (ton Theos) dan Sang Firman bersifat ilahi (theos). Cukup jelas bahwa Yoh 1:1 tidak mengatakan bahwa Sang Firman (Yesus) itu adalah Sang Allah (Yahweh). Frase “Firman itu adalah Allah” lebih tepat dipahami sebagai “Firman itu ilahi”. (hal. 47). Menarik bahwa apa yang dikatakan FD ini mirip sekali dengan apa yang dikatakan aliran Saksi Yehuwa. Dalam buku mereka “Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab”, hal. 405 dikatakan bahwa : “John J. McKenzie, S.J dalam bukunya Dictionary of the Bible, mengatakan “... firman itu adalah makhluk ilahi.’ ... Dalam terjemahannya ke dalam bahasa Jerman Ludwig Thimme menyatakannya sebagai berikut: ‘Firman itu semacam allah.” Demikian juga pada hal. 431 : “Kata sandang tertentu (bahasa Inggris, the) muncul di depan kata THEOS (Allah) yang pertama, tapi tidak di depan kata yang kedua. Susunan dari kata benda itu, yaitu jika didahului kata sandang, menunjuk kepada identitas, kepribadian, sedangkan sebuah kata benda sebutan (predikat) tanpa kata sandang di depannya (seperti susunan kalimat itu dalam bahasa Yunani) menunjuk kepada sifat seseorang. Jadi ayat itu tidak mengatakan bahwa Firman (Yesus) sama dengan Allah yang ada bersamanya tetapi, sebaliknya, bahwa Firman itu seperti allah, ilahi, suatu allah”. Lalu benarkah apa yang dikatakan FD dan Saksi Yehuwa tentang struktur bahasa Yunani yang diterapkan dalam Yoh 1:1? Herlianto berkata : “Bagi seorang yang tidak mempelajari bahasa Yunani, membaca uraian demikian memang kelihatannya seakan-akan benar begitu…sebenarnya argumentasi itu menunjukkan bahwa kembali suatu rekayasa untuk menurunkan derajat Yesus agar Ia bukan sebagai Allah, melainkan sekedar “suatu allah” (Herlianto; Saksi-Saksi Yehuwa : 147). Dari teks Yunaninya memang benar bahwa kata “theos” yang dipakai untuk Allah ada kata sandangnya (“ton”) sedangkan kata “theos” yang dipakai untuk Yesus (Firman) tanpa kata sandang. Tetapi apakah hal itu memang menunjukkan bahwa Yesus tidak setara dengan Allah dan dengan demikian Ia bukanlah Allah dalam pengertian yang sebenarnya? Apakah itu berarti bahwa Yesus hanya memiliki sifat ilahi (bukan Allah) sebagaimana yang disimpulkan FD? Sayang sekali bahwa ternyata FD tidak cukup teliti sehingga ia tidak melihat bahwa ternyata dalam dalam Yoh 1:1-18 terdapat 5 kata “theos” yang menunjuk pada Yehuwa namun justru tidak memakai kata sandang. 5 ayat ini yakni ayat 6, 12, 13 dan 18 (yang muncul 2 kali). Ada baiknya kita memperhatikannya. Ayat 6 : “Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes…” (Yun : Egéneto ánthroopos apestalménos pará Theoú ónoma autoó Iooánnees). Kata “Theos” jelas menunjuk pada Yahweh tapi ternyata tidak memakai kata sandang kan? Ayat 12 : “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”. (Yun : Hósoi dé élabon autón édooken autoís exousían tékna Theoú genésthai toís pisteúousin eis tó ónoma autoú) Jelas kata “Allah” dalam ayat ini menunjuk pada Yahweh tapi ternyata tanpa kata sandang bukan? Ayat 13 : “orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yun : hoí ouk ex haimátoon oudé ek theleématos sarkós oudé ek theleématos andrós all ek Theoú egenneétheesan). Dalam ayat ini kata “Allah” sekali lagi menunjuk pada Yahweh tapi ditulis tanpa kata sandang. Ayat 18 : “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. (Yun : Theón oudeís heoóraken poópote Monogeneés Theós ho oón eis tón kólpon toú Patrós ekeínos exeegeésato). Dua kata “Theos” di sini menunjuk pada Yahweh. Lalu dapatkah FD menunjukkan kata sandang yang dikaitkan dengan kata tersebut? Mengikuti apa yang dikatakan FD bahwa kata “theos” tanpa kata sandang di depannya hanya menunjuk pada kata sifat dan karenanya Yesus bukanlah Allah maka dari 5 ayat yang telah dikutip di atas, dapatkah FD berkesimpulan juga bahwa Yahweh hanya bersifat ilahi dan bukan Allah dalam pengertian yang sesungguhnya? Selain itu bagaimana jika ternyata di bagian lain dari Alkitab terdapat kata “theos” dengan menggunakan kata sandang yang dipakai untuk menunjuk pada Yesus? Baiklah saya Bantu FD untuk melihatnya. Kis 20:28 : “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah AnakNya sendiri”. Perhatikan bahwa terjemahan ayat ini tidaklah cukup tepat karena kata ‘Anak’, yang saya coret itu, sebenarnya tidak ada dalam teks aslinya. Dengan demikian kata ‘Nya’ jelas menunjuk kepada kata ‘Allah’ (yang saya garis bawahi), dan sekaligus kata itu pasti menunjuk kepada Yesus (karena ada kata ‘darah’). Karena itu jelas bahwa ayat ini menyatakan Yesus sebagai Allah. Bandingkan dengan terjemahan KJV : ‘Take heed therefore unto yourselves, and to all the flock, over the which the Holy Ghost hath made you overseers, to feed the church of God, which He hath purchased with His own blood’ (Karena itu perhatikanlah dirimu sendiri, dan seluruh kawanan, di atas mana Roh Kudus telah menjadikan kamu penilik, untuk memberi makan gereja Allah, yang telah dibeli-Nya dengan darah-Nya sendiri). Alkitab NIV dan NASB menerjemahkan seperti KJV. RSV sama salahnya dengan TBI (Terjemahan Baru Indonesia), tetapi pada catatan kakinya memberikan terjemahan seperti KJV/NIV/NASB. Dengan demikian jelas bahwa kata “Allah” dalam ayat ini menunjuk pada Yesus. Sekarang mari kita perhatikan teks Yunaninya : Proséchete heautoís kaí pantí toó poimníoo en hoó humás tó Pneúma tó Hágion étheto episkópous poimaínein teén ekkleesían toú Theoú heén periepoieésato diá toú haímatos toú idíou”. Bukankah kata “theos” di sini memakai kata sandang “tou”? Selanjutnya Tit 2:13 : “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus”. Budi Asali memberikan penjelasan : Bagian terakhir dari ayat ini yang saya garis bawahi memungkinkan 2 cara pembacaan : (1) [Allah yang Mahabesar] dan [Juruselamat kita Yesus Kristus]. Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini tidak menunjukkan Yesus sebagai Allah. (2) [Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita], Yesus Kristus. Kalau dipilih pembacaan yang ini, maka ayat ini menunjukkan Yesus sebagai Allah. NIV kelihatannya memilih pilihan kedua karena NIV menerjemahkannya sebagai berikut: ‘while we wait for the blessed hope - the glorious appearing of our great God and Savior, Jesus Christ’ (sementara kita menantikan pengharapan yang mulia - penampilan yang mulia dari Allah kita yang besar dan Juruselamat kita, Yesus Kristus). Kelihatannya cara kedua yang lebih dapat diterima karena kata ‘appearing’ (penampilan/pemunculan) yang digunakan di sini adalah kata bahasa Yunani EPIPHANEIA, yang biasanya menunjuk pada kedatangan Yesus yang kedua kalinya (band. 2 Tes 2:8; 1 Tim 6:14; 2 Tim 4:1,8). Karena itu jelas bahwa ayat ini tidak berbicara tentang 2 pribadi (yang pertama adalah ‘Allah yang mahabesar’, dan yang kedua adalah ‘Juruselamat kita Yesus Kristus’), tetapi ayat ini hanya berbicara tentang 1 pribadi, yaitu Yesus Kristus, yang disebutkan sebagai ‘Allah yang mahabesar dan Juruselamat kita’. (Bagaimana menaklukkan dan membongkar fitnah / dusta / kepalsuan; www.members.tripod.com/gkri_exodus). Dengan demikian menjadi jelas bahwa di sini Yesus Kristus disebut dengan sebutan ‘Allah yang mahabesar’, atau dalam NIV disebutkan ‘our great God and Savior’ (Allah kita yang besar dan Juruselamat kita). Sekarang mari kita periksa teks Yunaninya : “prosdechómenoi teén makarían elpída kaí epifáneian teés dóxees toú megálou Theoú kaí Sooteéros heemoón Ieesoú Christoú” Jelas bahwa kata “theos” yang menunjuk pada Yesus ini didahului oleh kata sandang “tou”. Ibr 1:8 : “Tetapi tentang Anak Ia berkata: ‘Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran”. Perhatikan baik-baik ayat ini. Ia yang berkata dalam ayat ini jelas menunjuk pada Sang Bapa. Sang Bapa berkata pada Anak “Takhta-Mu, ya Allah”. Jadi Bapa menyebut Anak sebagai Allah. Dengan demikian kata “Allah” dalam ayat ini menunjuk pada Anak (Yesus). Sekarang lihat teks Yunaninya : prós dé tón Huión Ho thrónos sou ho Theós eis tón aioóna toú aioónos kaí hee rábdos teés euthúteetos rábdos teés basileías sou” . Tidakkah jelas bahwa ada kata sandang “ho” di depan kata “theos” yang menunjuk pada Yesus? Hal yang sama juga terdapat dalam ayat-ayat 2 Pet 1:1. Dari survei yang sederhana ini jelas terlihat bahwa pengetahuan FD di sekitar bahasa Yunani masih sangat minim dan juga ia kurang teliti. Sayangnya ia terlalu gegabah membuat kesimpulan bahwa Yesus bukanlah Allah.

Yohanes 10:30

Yoh 10:30 mencatat perkataan Yesus : “Aku dan Bapa adalah satu." Ini adalah ayat penting dalam mempertimbangkan ketuhanan Yesus tapi FD membantahnya dengan berkata : “Secara kurang tepat, ayat ini langsung diartikan oleh para teolog Trinitarian bahwa Yesus adalah Allah, pribadi yang sama dengan Bapa….Sesuai dengan konteksnya, kata “satu” dalam Yoh 10:30 maupun Yoh 17 bukanlah satu pribadi, melainkan satu visi, satu misi, satu pekerjaan, satu spirit, satu hati, satu pikir, bukan satu sosok atau satu oknum. Seperti halnya sepasang suami-isteri adalah satu tapi tetap dua pribadi yang berbeda. (hal. 47-48). Sebelum kita menguji apakah benar ayat ini tidak membuktikan ketuhanan Yesus seperti yang dikatakan FD, perlu diketahui bahwa justru dari kalimatnya ini membuktikan bahwa FD sama sekali tidak memahami alias buta terhadap konsep trinitas/tritunggal Kristen. Ia terlalu cepat menolak doktrin trinitas/tritunggal tanpa memahami doktrin tritunggal yang sebenarnya. Meskipun pembahasan tentang tritunggal akan saya sampaikan dalam tulisan yang lain dalam seri tanggapan terhadap FD, tapi dalam kaitan dengan Kristologi hal ini perlu disingkapkan sedikit. Dari kata-kata FD yang saya garis bawahi di atas (pribadi yang sama dengan Bapa,….bukanlah suatu pribadi…. bukan satu sosok atau satu oknum) kelihatan bahwa FD menganggap doktrin tritunggal mengajarkan bahwa Yesus itu adalah oknum/pribadi yang sama dengan pribadi Bapa). Itulah sebabnya ia berkata : “…ayat ini langsung diartikan oleh para teolog Trinitarian bahwa Yesus adalah Allah, pribadi yang sama dengan Bapa…. kata “satu” dalam Yoh 10:30 maupun Yoh 17 bukanlah satu pribadi, melainkan satu visi, satu misi, satu pekerjaan, satu spirit, satu hati, satu pikir, bukan satu sosok atau satu oknum”. Rupanya pemahaman seperti ini juga yang membuat FD ketika membahas Yoh 12:49-50 menulis : “Yesus dengan tegas menyatakan bahwa “Bapa” yang mengutus Yesus, Dialah yang memerintah Yesus. Jelas bahwa Bapa dan Yesus adalah dua entitas yang terpisah” (hal. 40). Di halaman 41 dari bukunya, FD ketika membahas Mark 15 :34 mengatakan : “menjelang wafat, Yesus memanggil Allahnya, ‘Eloi-Eloi lama sabakhtani”. Jika Yesus adalah Allah sendiri, mengapa dia memanggil dirinya sendiri? Jelas Yesus bukanlah Allah (Yahweh). Demikian pula dalam halaman yang sama ketika membahas Kis 7 :55-56 ia berkata : ‘Stefanus jelas melihat bahwa Yesus berdiri DI SEBELAH KANAN ALLAH, berarti jelas sekali Yesus bukan Allah (Bapa/Yahweh)”. Rupanya di sinilah titik kesalahpahaman dan ketidakmengertian FD terhadap doktrin tritunggal. FD memakai ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Yesus adalah pribadi yang berbeda dengan Bapa untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah namun ia tidak sadar dan tidak tahu bahwa sebenarnya doktrin tritunggal yang akitabiah tidak pernah mengatakan bahwa Yesus adalah pribadi/oknum yang sama dengan Bapa. Demikian juga dengan Roh Kudus. Dalam rumusan kuno dari doktrin tritunggal dikatakan bahwa “Bapa BUKAN Anak, Anak BUKAN Roh Kudus dan Roh Kudus BUKAN Bapa, TETAPI Bapa ADALAH Allah, Anak ADALAH Allah dan Roh Kudus ADALAH Allah”. (Akan saya jelaskan dalam pembahasan tentang doktrin tritunggal). Jadi jelas bahwa doktrin tritunggal tidak pernah menganggap Yesus adalah pribadi/oknum yang sama dengan Bapa. Yang diklaim oleh doktrin tritunggal adalah bahwa meskipun Yesus dan Bapa adalah PRIBADI YANG BERBEDA tetapi mereka memiliki HAKIKAT YANG SAMA. Saran saya sebaliknya FD belajar lebih banyak tentang doktrin tritunggal sehingga ia tidak sembarangan ‘menembak’. Memang ada ajaran tritunggal yang mengatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah pribadi yang sama dan hanya berbeda dalam peran/fungsinya saja sebagaimana Pak Ali di rumah sebagai ayah, di kampong sebagai pak RT dan di kantor sebagai direktur. Jabatannya tiga tapi pribadinya Cuma satu. Pandangan seperti ini disebut “Modalisme-Monarkhianisme” yang sudah lama ditolak oleh gereja karena tidak alkitabiah. Sepertinya serangan FD itu baru cocok jika dialamatkan pada paham “Modalisme-Monarkhianisme”. Dengan demikian meskipun Yesus adalah pribadi yang berbeda dari pribadi Bapa, itu tidak berarti bahwa Ia bukanlah Allah. Karenanya argumentasi FD dari Yoh 12:49-50, Mark 15 :34 dan Kis 7 :55-56 salah sasaran dan mubazir dan gugur. Sangat mungkin bahwa FD tidak percaya pada doktrin tritunggal disebabkan karena ia telah mendapat pelajaran tentang tritunggal yang keliru.

Sekarang marilah kita memeriksa konteks Yoh 10:30 dan kita akan melihat apakah kalimat Yesus : “Aku dan Bapa adalah satu" menunjuk pada kesatuan visi, misi, pekerjaan, spirit, hati, pikir sebagaimana yang dikatakan FD ataukah menunjukkan kesatuan hakikat dengan Bapa dan dengan demikian Ia adalah Allah. Jika kita melihat konteks sebelum ayat 30 memang Yesus sementara membicarakan misi-Nya. Di ayat 17 Ia berkata : ‘Aku memberikan nyawa-Ku’ dan di ayat 18 Ia berkata : ‘Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku". Sebagai reaksinya terjadilah pertentangan di antara banyak orang (ay 19-21). Mereka akhirnya datang bertanya pada Yesus tentang siapa Dia sesungguhnya (ay 24). Sebagai jawabannya Yesus mengemukakan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Ia berkata : "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku..’ (ay 25) dan ‘dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa’ (ay 28-29) dan rangkaian kalimat Yesus ini diakhiri dengan suatu pernyataan ‘Aku dan Bapa adalah satu" (ay 30). Jika kita berhenti sampai di sini saja maka sepertinya kesimpulan FD benar namun mari lihat konteks sesudahnya. Setelah pernyataan ‘Aku dan Bapa adalah satu" disampaikan oleh Yesus maka orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus (ay 31). Mengapa mereka hendak melempari Yesus ? Apakah karena Yesus menyatakan bahwa Ia mempunyai kesatuan visi, misi, pekerjaan, spirit, hati, pikir dengan Bapa? Perhatikan ayat 32 : ‘Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Ayat 33 berkata : ‘Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Perhatikan baik-baik bahwa jawaban orang Yahudi dalam ayat 33 tentang alasan mereka mau melempari Yesus bukan karena pekerjaan Yesus/misi Yesus melainkan karena Ia menyamakan diri-Nya dengan Allah. Reaksi ini terjadi segera setelah Yesus menyatakan ‘Aku dan Bapa adalah satu’ (ay 30). Dengan demikian pastilah ‘satu’ yang dimaksud dalam ayat 30 bukanlah satu visi, satu misi, satu pekerjaan, dll melainkan satu hakikat dengan Allah. Yesus menyatakan bahwa Ia sehakikat dengan Bapa dan itu berarti bahwa Ia juga adalah Allah. Itulah yang membuat berang orang Yahudi. Jadi tafsiran bahwa Yesus sementara menyatakan kesatuan hakikat dengan Bapalah yang selaras dengan reaksi orang Yahudi pada Yesus. Orang Yahudi percaya dan mengerti bahwa dengan kalimat itu Yesus menyatakan diri-Nya sama dengan Allah. Hal lain yang mendukung tafsiran semacam ini adalah pernyataan Yesus dalam ayat 36 : ‘masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?’ Yesus juga dianggap menghujat Allah/menyamakan diri dengan Allah karena Ia menyebut diri-Nya Anak Allah. Jadi jelas bahwa keseluruhan konteks ayat tersebut berbicara tentang reaksi terhadap pernyataan Yesus yang bahwa Ia sehakikat dengan Bapa. Bandingkan dengan Yoh 5:17-18 : “Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah”. Kalimat yang bergaris bawah ini dalam versi NIV dan NASB berbunyi : ‘making himself equal with God’ (membuat diri-Nya sendiri setara dengan Allah). Lihat juga Yoh 19:7 : “Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: ‘Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.’ (Catatan: terjemahan sebenarnya dari kata-kata ‘Ia menganggap dir-iNya sebagai Anak Allah’ adalah ‘Ia membuat diri-Nya sendiri Anak Allah’). Dengan demikian sekali lagi semua teori FD menjadi gugur. Sepertinya FD perlu belajar hermeneutika Alkitab dengan lebih baik sebelum membuat kesimpulan-kesimpulan. Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)