By.
Pdt. Budi Asali, M. Div
Bahan PA GKIN “REVIVAL” (21 Maret 2012)
II) CIRI-CIRI DARI NABI PALSU / PENGAJAR SESAT.
1) Buah yang tidak baik. (Baca di part 1)
2) Nubuat yang meleset.
Ul 18:22 - “apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu
tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan
TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah
gentar kepadanya.’”.
Kalau
ia bernubuat / meramal tentang masa depan dan meleset (sekalipun hanya meleset
satu kali) maka ia adalah nabi palsu! Karena itu perhatikanlah orang-orang yang
sering mengeluarkan nubuat! Khususnya Saksi-Saksi Yehuwa yang para tokohnya
berulang kali menubuatkan kedatangan Yesus yang keduakalinya, tetapi berulang
kali gagal / meleset! Demikian juga banyak orang Kharismatik yang extrim, yang
bernubuat seenaknya sendiri, dan bolak balik meleset!
3) Pengajaran yang sesat.
a) Dasar
kepercayaan / ajaran / prakteknya.
Nabi
asli harus mempunyai prinsip ‘SOLA SCRIPTURA’ (= hanya Kitab Suci). Jadi, yang
menjadi dasar kepercayaan / ajaran dan praktek hanyalah Kitab Suci.
Yes 8:19-20
- “(19) Dan apabila orang berkata
kepada kamu: ‘Mintalah petunjuk kepada arwah dan roh-roh peramal yang
berbisik-bisik dan komat-kamit,’ maka jawablah: ‘Bukankah suatu bangsa patut
meminta petunjuk kepada allahnya? Atau haruskah mereka meminta petunjuk kepada
orang-orang mati bagi orang-orang hidup?’ (20) ‘Carilah pengajaran dan
kesaksian!’ Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka
baginya tidak terbit fajar”.
Nabi
palsu sebaliknya. Mereka bisa mempercayai sesuatu, mengajar sesuatu,
mempraktekkan sesuatu tanpa Kitab Suci, atau menggunakan / mendasarkannya pada
Kitab Suci lain / sesuatu yang lain di luar Kitab Suci kita.
1. Mengajar tanpa Kitab Suci.
Contoh:
a. Mengajar berdasarkan illustrasi, tanpa Kitab
Suci.
Misalnya:
· Dalam mengajar seseorang untuk berbahasa
Roh, pendeta-pendeta tertentu memerintahkan seseorang untuk mengucapkan apa
saja yang tidak ia mengerti, nanti bisa berbahasa Roh. Ini diilustrasikan
dengan pompa air yang harus dipancing dengan air dulu baru bisa mengeluarkan
air.
· Bahasa Roh yang hanya mengeluarkan
kata-kata yang sama terus menerus, diilustrasikan dengan telegram, yang
sekalipun terus bunyinya sama, tetapi nanti pada si penerima menjadi suatu
kalimat.
b. Mengajar berdasarkan pengalaman.
Misalnya:
· Seseorang menyaksikan bahwa ia sembuh
dari penyakit karena menggunakan minyak urapan! Padahal dalam Kitab Suci,
minyak urapan hanya ada dalam Perjanjian Lama, dan sama sekali tidak digunakan
untuk menyembuhkan.
Kel 30:22-33 - “(22)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (23) ‘Ambillah rempah-rempah pilihan, mur
tetesan lima ratus syikal, dan kayu manis yang
harum setengah dari itu, yakni dua ratus lima
puluh syikal, dan tebu yang baik dua ratus lima
puluh syikal, (24) dan kayu teja lima
ratus syikal, ditimbang menurut syikal kudus, dan minyak zaitun satu
hin. (25) Haruslah kaubuat semuanya itu menjadi minyak urapan yang kudus, suatu
campuran rempah-rempah yang dicampur dengan cermat seperti buatan seorang
tukang campur rempah-rempah; itulah yang harus menjadi minyak urapan yang
kudus. (26) Haruslah engkau mengurapi dengan itu Kemah Pertemuan dan tabut
hukum, (27) meja dengan segala perkakasnya, kandil dengan perkakasnya, dan
mezbah pembakaran ukupan; (28) mezbah korban bakaran dengan segala perkakasnya,
bejana pembasuhan dengan alasnya. (29) Haruslah kaukuduskan semuanya,
sehingga menjadi maha kudus; setiap orang yang kena kepadanya akan menjadi kudus. (30) Engkau
harus juga mengurapi dan menguduskan Harun dan anak-anaknya supaya mereka
memegang jabatan imam bagiKu. (31) Dan kepada orang Israel haruslah kaukatakan
demikian: Inilah yang harus menjadi minyak urapan yang kudus bagiKu di antara
kamu turun-temurun. (32) Kepada badan orang biasa janganlah minyak itu
dicurahkan, dan janganlah kaubuat minyak yang semacam itu dengan memakai
campuran itu juga: itulah minyak yang kudus, dan haruslah itu kudus bagimu.
(33) Orang yang mencampur rempah-rempah menjadi minyak yang semacam itu atau
yang membubuhnya pada badan orang awam, haruslah dilenyapkan dari antara
bangsanya.’”.
Catatan: kata ‘nya’ dalam ay 29 (yang saya cetak dengan huruf
besar) seharusnya adalah ‘them’ =
(mereka). Jadi ini bukan menunjuk pada minyak urapan tersebut, tetapi pada
Kemah Suci dan perkakas-perkakasnya, yang telah dikuduskan oleh minyak urapan
itu.
·
Seseorang sembuh dari penyakit atau naik
jabatannya karena ikut Perjamuan Kudus. Padahal dalam Kitab Suci Perjamuan
Kudus diperintahkan sama sekali bukan dengan tujuan untuk menyembuhkan orang
sakit / menaikkan kedudukan dan sebagainya.
1Kor 11:23-26
- “(23) Sebab apa yang telah
kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada
malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti (24) dan sesudah itu Ia mengucap
syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: ‘Inilah tubuhKu, yang
diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!’ (25)
Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: ‘Cawan ini
adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu; perbuatlah ini, setiap
kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!’ (26) Sebab setiap kali kamu
makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia
datang”.
c.
Mengajar berdasarkan ‘suara Tuhan’,
penglihatan, mimpi, nubuat, dan sebagainya.
· Dalam Kitab Suci Tuhan memang sering
menyampaikan firmanNya melalui hal-hal seperti itu. Tetapi apakah pada jaman
sekarang Ia juga menggunakan cara-cara itu? Saya percaya, karena Allah itu maha
kuasa, Ia bisa saja menggunakan cara-cara itu bahkan pada jaman sekarang. Yang
saya tidak percaya adalah kalau Ia terus menerus menggunakan cara-cara
tersebut. Mengapa? Karena ada perbedaan antara jaman dulu (jaman tokoh-tokoh
Kitab Suci), dan jaman sekarang. Apa bedanya? Pada jaman itu, Kitab Suci belum
ada atau belum lengkap. Pada jaman sekarang, Kitab Suci sudah ada dan sudah
lengkap. Pada saat Kitab Suci, yang merupakan firman tertulis, itu belum ada /
lengkap, maka Tuhan sering berbicara menggunakan cara-cara yang supranatural.
Tetapi pada jaman sekarang, dimana Kitab Suci, yang adalah firman yang tertulis
itu sudah ada dan sudah lengkap, maka Ia pada umumnya akan berbicara
menggunakan Kitab Suci / Firman Tuhan yang tertulis itu. Pada saat seseorang
membaca Kitab Suci, membaca buku Saat Teduh, mendengar khotbah / pelajaran,
membaca buku-buku tafsiran / theologia, dan sebagainya, maka ia bisa mendengar
Tuhan berbicara kepadanya. Syaratnya, apa yang dibaca / didengar itu
betul-betul pelajaran yang Alkitabiah, bukan yang sesat!
Kalau
pada jaman sekarang, dimana Kitab Suci sudah lengkap, Tuhan tetap terus menerus
berbicara kepada manusia dengan menggunakan cara-cara yang supranatural, maka
apa gunanya Ia memberikan Kitab Suci itu kepada kita? Dan apa akibatnya? Jelas
bahwa Kitab Suci menjadi tidak ada gunanya, dan orang akan mempunyai
kecenderungan untuk mengabaikan Kitab Suci, dan terus menerus mencari Firman
Tuhan melalui hal-hal yang supranatural itu! Karena itulah, maka tidak mungkin
Tuhan terus menerus berbicara dengan cara-cara itu pada jaman sekarang! Karena
itu, kalau ada orang / pendeta yang mengatakan bahwa Tuhan terus menerus
berbicara kepadanya dengan menggunakan cara-cara itu, dan ia tiap hari melihat
Yesus menampakkan diri dan berbicara kepadanya, dsb, maka saya mempunyai
kecenderungan sangat besar untuk mengatakan bahwa atau ia membual, atau ia
mendapatkan hal-hal itu dari setan! Ingat, setan bisa saja menyamar sebagai
Tuhan / malaikat dsb!
2Kor 11:14b
- “Iblispun menyamar sebagai
malaikat Terang”.
·
Kalau Tuhan berbicara kepada seseorang
menggunakan cara-cara yang supranatural itu, maka ada satu hal yang pasti,
yaitu: Ia tidak mungkin berbicara bertentangan dengan Kitab Suci, yang
merupakan firmanNya yang tertulis. Karena itu, kalau ada orang bercerita bahwa
Tuhan berbicara kepadanya dengan cara-cara seperti itu, kita perlu mengetahui
semuanya secara mendetail /
terperinci, supaya kita bisa membandingkannya dengan Kitab Suci. Kalau ada
pertentangan sedikit saja, maka atau orang itu membual, atau ia mendapatkan hal
itu dari setan.
Contoh:
* Orang mendapat penglihatan tentang
Maria, yang menyatakan diri sebagai perawan yang tak bercela / berdosa. Ini
jelas bertentangan dengan Ro 3:23 yang menyatakan semua manusia berdosa.
Yang dikecualikan oleh Kitab Suci hanya Yesus (Ibr 4:15 2Kor 5:21).
* Orang yang dibawa oleh Tuhan untuk
melihat neraka, dan di sana
ia melihat setan menyiksa orang-orang yang masuk neraka. Ini bertentangan
dengan Kitab Suci yang mengatakan bahwa setan baru akan masuk neraka pada akhir
jaman (Wah 20:10), dan kalau mereka masuk neraka nanti, mereka akan
disiksa, bukan menyiksa (Wah 20:10 Mat
8:29).
Wah 20:10
- “dan Iblis, yang menyesatkan
mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang
dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa
siang malam sampai selama-lamanya”.
Mat 8:29
- “Dan mereka itupun berteriak,
katanya: ‘Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk
menyiksa kami sebelum waktunya?’”.
2. Mengajar menggunakan sesuatu yang lain
sebagai dasar ajaran; dengan kata lain, mereka menambahi Kitab Suci.
Contoh:
a. Gereja
Mormon mengajar menggunakan Kitab Suci + the Book of Mormon.
b. Gereja
Roma Katolik mengajar berdasarkan Kitab Suci + kitab-kitab Deuterokanonika +
keputusan Sidang Gereja + kata-kata Paus + tulisan bapa-bapa gereja.
3. Nabi palsu juga bisa mengurangi Kitab Suci.
Ini
biasanya memang tidak dilakukan secara resmi, tetapi dalam penafsiran mereka
mengabaikan ayat-ayat tertentu yang tidak cocok dengan kepercayaan / ajaran
mereka.
4. Nabi palsu bisa mengajarkan berdasarkan
ayat-ayat Kitab Suci, tetapi yang mereka tafsirkan secara kacau.
Misalnya
Saksi Yehuwa mungkin adalah sekte yang paling banyak menggunakan ayat-ayat
Kitab Suci. Tetapi ayat-ayat itu mereka tafsirkan secara kacau balau, mereka
putar-balikkan dan sebagainya.
Ini
juga sering dilakukan oleh pendeta-pendeta yang tidak sekolah theologia, atau
yang sekolah di sekolah yang diajar oleh guru-guru / dosen-dosen yang tidak
sekolah theologia. Jadi seperti orang buta membimbing orang buta.
Seringkali
mereka berkata: tak perlu sekolah theologia, karena rasul-rasul juga tak pernah
sekolah theologia. Ini salah, karena kita berbeda dengan rasul-rasul dalam
hal-hal ini:
a. Rasul-rasul
mengerti bahasa Ibrani dan Yunani yang merupakan bahasa asli Kitab Suci, kita
tidak.
b. Rasul-rasul
hidup di sana
pada jaman itu, sehingga mereka mengerti tradisi dan latar belakang jaman itu,
kita tidak.
c. Rasul-rasul
adalah orang-orang Yahudi, yang sejak kecil dididik Firman Tuhan (Perjanjian
Lama) secara sangat keras, kita tidak.
d. Rasul-rasul
ikut Yesus 3 ½ tahun, dan melihat kesucian hidup Yesus, mujijat-mujijat Yesus,
dan mendengar ajaran-ajaran yang sempurna dari Yesus. Ini lebih hebat dari
sekolah theologia manapun!
Karena
itu, mengatakan bahwa karena rasul tak pernah sekolah theologia, jadi kita juga
tidak perlu sekolah theologia, merupakan suatu kata-kata yang sangat bodoh!
Sebetulnya,
ada banyak juga pendeta-pendeta yang sekalipun sekolah theologia, tetapi tetap
saja dalam menafsirkan tidak mempedulikan hermeneutics / ilmu penafsiran Kitab
Suci, sehingga ajarannya menjadi sesat. Jadi, belajar hermeneutics dan
menerapkannya, merupakan sesuatu yang mutlak supaya tidak sesat. Sebetulnya
jemaat juga harus belajar hermeneutics, supaya kalau ada pengkhotbah / pendeta
yang mengajar menggunakan hermeneutics yang salah, jemaat bisa tahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)