15 Juni 2009

YESUS BUKAN ALLAH? (4)

Telaah Teologis Atas Buku “ALLAH DALAM ALKITAB & ALQURAN” Karangan Frans Donald (FD)

Esra Alfred Soru


Ibrani 1:8

Ibr 1:8 : “Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran. Perhatikan baik-baik ayat ini. Ini ayat yang sangat kuat untuk membuktikan bahwa Yesus adalah Allah. Mengapa? Karena yang berkata di sini adalah Ia (Bapa), dan Bapa berkata tentang Anak. Ia berkata “Takhta-Mu ya Allah”. Jadi Bapa sendiri memanggil Anak (Yesus) sebagai Allah. Jika Bapa saja mengakui bahwa Yesus adalah Allah, lalu siapakah FD yang mau menyangkalinya? Meskipun demikian FD mengajukan keberatan atas ayat ini. Ia menulis : “Ayat yang berbicara tentang Yesus ini ada ungkapan ‘takhta-Mu ya Allah…’ seolah-olah Yesus itu Allah. Benarkah pengertiannya demikian? Perhatikan catatan kaki di Alkitab anda. Ayat di atas sebenarnya adalah kutipan dari Maz 45:7-8. Dalam ayat rujukan di Mazmur itu (ayat aslinya) yang tertulis adalah : “Takhtamu kepunyaan Allah”. Jadi jelas sekali terjemahan kutipan Ibrani 1:8 ternyata keliru”. (hal. 49). Demikianlah kata FD. Sepintas lalu apa yang dikatakan FD ini benar namun bagi saya FD terlalu gegabah dalam membuat kesimpulan. Jika ternyata di Mazmur (terjemahan LAI) dikatakan “Takhtamu kepunyaan Allah” sedangkan di Ibrani (terjemahan LAI) dikatakan "Takhta-Mu, ya Allah” seharusnya FD memeriksa dulu bahasa aslinya kedua bagian ini barulah menentukan terjemahan manakah yang kurang tepat dan bukan secara gegabah mengatakan bahwa Ibrani 1:8 keliru. Sekarang mari kita lihat Maz 45:7 dalam bahasa aslinya (Ibrani) : “Kic'ªkaa 'Elohiym `owlaam waa`ed SheebeT miyshor sheebeT malªkuwtekaa”. Perhatikan bahwa dalam bahasa Ibrani hanya digunakan hanya 2 kata (yang saya garis bawahi). Kata pertama adalah KISAKA, yang berarti ‘your throne’ (takhtamu), dan kata kedua adalah ELOHIM, yang berarti ‘God’ (Allah). Karena itu, hanya ada 2 kemungkinan untuk menerjemahkan ayat ini yakni (1) Kata ‘Allah’ dianggap sebagai bentuk sapaan, sehingga terjemahannya menjadi ‘Takhtamu, ya Allah’ (KJV/ASV/NKJV/NIV/NASB). (2) Ditambahkan kata ‘is’ (adalah) di tengah-tengah kedua kata itu, sehingga menjadi ‘Your throne is God’ (Takhtamu adalah Allah) atau ‘God is your throne’ (Allah adalah takhtamu) seperti dalam Alkitab Saksi Yehuwa, New World Translation. Jadi tidak ada kata “kepunyaan” di sana sebagaimana yang dikatakan FD.

Lalu bagaimana dengan terjemahan Saksi Yehuwa ‘Your throne is God’ (Takhtamu adalah Allah) atau ‘God is your throne’ (Allah adalah takhtamu)? Budi Asali menulis secara panjang lebar : Dalam bahasa Ibrani penambahan seperti ini (kata “is”) memang biasa terjadi namun ditinjau dari sudut arti, terjemahan itu sangat tidak masuk akal karena ‘takhta’ adalah tempat duduk dari seorang raja. Jadi terjemahan NWT / TDB itu seharusnya mereka artikan bahwa ‘Kristus duduk di atas Allah’, yang jelas merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. Albert Barnes berkata : Para Unitarian / orang-orang yang mempercayai bahwa Allah itu tunggal mutlak mengusulkan untuk menerjemahkan ini: ‘Allah adalah takhtamu’; tetapi bagaimana Allah bisa menjadi suatu takhta dari suatu makhluk ciptaan? Apa arti dari ungkapan seperti itu? Di mana ada satu ungkapan lain yang paralel dengannya?” (Barnes Notes, hal. 1229) dan John Owen mengutip kata-kata Stuart sebagai berikut : “Di mana pernah dikatakan bahwa Allah adalah takhta dari makhluk ciptaan-Nya? Dan apa yang bisa menjadi arti dari ungkapan seperti itu?” (Hebrews, vol 3, hal. 179, footnote). John Owen menambahkan dengan berkata bahwa penerjemahan ‘Your Throne is God’ (Takhtamu adalah Allah) itu: “Bertentangan dengan penggunaan tetap secara universal / tanpa kecuali dari ungkapan itu dalam Kitab Suci; karena di manapun disebutkan tentang takhta Kristus, sesuatu yang lain, dan bukannya Allah, yang dimaksudkan dengannya”. (Hebrews’, vol 3, hal 182). Dengan demikian terjemahan Maz 45:7 dari segi artinya tidak mendukung terjemahan Saksi Yehuwa dan lebih dari itu dari segi bahasa dan dari segi arti sama sekali tidak mendukung terjemahan ala FD. Karena itu ketika Ibrani 1:8 mengutip Maz 45:7 dan menerjemahkannya dengan “Takhta-Mu ya Allah” sama sekali tidak mengalami kekeliruan. Yang keliru justru FD. Patut diperhitungkan bahwa sarjana-sarjana terkemuka seperti Alexander MacLaren, John Owen, W.S. Plumer justu mendukung terjemahan “Takhta-Mu, ya Allah” sebagaimana yang diterjemahkan LAI. Karena itu jelas Ibr 1:8 menjadi bukti kuat bahwa Yesus adalah Allah. Bukti bahwa Yesus adalah Allah dalam ayat ini didukung oleh konteksnya karena dalam Ibr 1:5-14, penulis berusaha untuk membuktikan/menunjukkan bahwa Yesus lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, dan dalam pandangan Alkitab / Kristen, yang lebih tinggi dari malaikat-malaikat hanyalah Allah sendiri. Dari konteks itu, ada ayat-ayat yang harus diperhatikan secara khusus, yaitu Ibr 1:6 : “Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia." Jadi para malaikat diperintahkan untuk menyembah Yesus. Demikian juga ayat 10-12 : “Dan: "Pada mulanya, ya Tuhan, Engkau telah meletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu. Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian; seperti jubah akan Engkau gulungkan mereka, dan seperti persalinan mereka akan diubah, tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan." Perhatikan bahwa Yesus disebut ‘Tuhan’, digambarkan sebagai pencipta langit dan bumi, dikatakan sebagai kekal dan tidak berubah, digambarkan sebagai orang yang akan menghancurkan segala sesuatu. Tidakkah semua ini sesuai dengan penyebutan Yesus sebagai Allah dalam Ibr 1:8 itu? Jadi sekali lagi terbukti bahwa FD hanya membuat teori omong kosong saja tanpa memahami Alkitab secara mendalam. (Bagaimana menaklukkan dan membongkar fitnah / dusta / kepalsuan; www.members.tripod.com/gkri_exodus).

Yesus itu Malaikat?

Satu lagi pendapat FD tentang Yesus adalah bahwa Yesus adalah malaikat utusan Allah. FD menulis : “Sebelum menjadi manusia Yesus, siapakah dia? Dari perbandingan beberapa ayat kunci, tampaknya identitas Yesus sebelum kelahirannya adalah sebagai “malaikat utusan Allah”. (hal. 42). FD lalu mengutip Maleakhi 3:1 untuk membuktikan teorinya. Mal 3:1 : “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam”. Mengomentari ayat ini FD berkata : “Di ayat ini, sebelum datang ke dunia Yesus disebut sebagai Malaikat Perjanjian’. (ibid). Melihat apa yang dikatakan FD ini terbukti bahwa ia sama sekali tidak paham hermeneutika Alkitabiah. Mari Perhatikan ayat ini. Sesungguhnya yang berkata “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!” adalah Yahweh sendiri. Kalau begitu siapakah utusan-Nya itu? Jawabannya terdapat dalam Mal 4:5-6 : “Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah”. Jadi Yahweh akan mengutus nabi Elia menjelang datangnya hari TUHAN. Tetapi siapakah nabi Elia yang akan datang itu? Bukankah Elia sudah mati? Yang dimaksud dengan nabi Elia di sini jelas adalah Yohanes Pembaptis. Mat 11:13-14 berkata : ‘Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan jika kamu mau menerimanya -- ialah Elia yang akan datang itu’. Ini tidak berarti bahwa Yohanes Pembaptis adalah reinkarnasi dari Elia. Yohanes Pembaptis sendiri mengakui bahwa ia bukanlah Elia (Yoh 1:19-21). Jadi, Yohanes Pembaptis disebut Elia hanya karena ia menyerupai Elia sebagaimana kata Luk 1:17 : ‘dan ia (Yohanes Pembaptis) akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Jadi yang mengutus adalah Yahweh dan yang diutus adalah ‘Elia’ (Yohanes Pembaptis). Jika demikian, pertanyaan kita sekarang adalah istilah “Malaikat Perjanjian” dalam Mal 3:1 itu menunjuk pada siapa? Pada yang mengutus atau yang diutus? Jika itu menunjuk pada yang diutus (‘Elia’/Yohanes Pembaptis) berarti “Malaikat Perjanjian” itu bukan Yesus kan? Jadi FD keliru kalau menyebut Yesus sebagai malaikat. Namun jika itu menunjuk pada yang mengutus, maka Yahweh sendirilah yang disebut sebagai “Malaikat Perjanjian”. Lalu apakah yang mau dikatakan FD tentang ini? Bahwa Yahweh disebut sebagai “Malaikat Perjanjian” bukanlah hal yang aneh. Di dalam Alkitab kita menjumpai adanya malaikat (huruf kecil) dan Malaikat (huruf besar). Malaikat dengan huruf kecil ini (malaikat) menunjuk pada malaikat biasa sedangkan Malaikat (huruf besar) biasanya menunjuk pada Yahweh sendiri. Malaikat jenis ini sering menampakkan diri kepada orang-orang tertentu seperti pada Hagar (Kej 16:7-14), Abraham (Kej 22:11-18), Yakub (Kej 31:11-13), Musa (Kel 3:2-5), Israel (Kel 14:19), Bileam (Bil 22:22-35), Gideon (Hak 6:11-23), Manoah (Hak 13:2-25), Elia (I Raj 19:5-7), dan Daud (I Taw 21:15-17). Menurut R. Soedarmo istilah atau sebutan “Malaikat Tuhan” ini tidaklah menunjuk kepada malaikat biasa (R. Soedarmo; Ikhtisar Dogmatika, hal. 94-95) karena Ia berfirman atas nama-Nya sendiri (Kej 16:10), Ia mau disembah oleh orang (Yos 5, Hak 2) padahal malaikat biasa tidak boleh dan tidak mau disembah (Wah 19:10 ; 22:9) dan Ia juga disebut Allah (Kej 16:13). Henry C. Thiessen mengatakan bahwa “Malaikat Tuhan” ini merupakan petunjuk khusus kepada pribadi kedua dari Allah Tritunggal pada masa pra inkarnasi. Penampilan-Nya dalam Perjanjian Lama ini merupakan pertanda dari kedatangan-Nya sebagai manusia di kemudian hari. (Teologi Sistematika, hal.140). Dari sini terlihat bahwa pandangan FD bahwa Yesus sebelum menjadi manusia adalah malaikat adalah pandangan yang salah dan hanya menunjukkan betapa dangkalnya pemahannya terhadap Alkitab. Justru sebaliknya ayat Mal 3:1 dapat dijadikan bukti bahwa Yesus adalah Yahweh itu sendiri. Bagaimana bisa? Perhatikan bahwa ‘Elia” (Yohanes Pembaptis) diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Yahweh. Hal senada tercatat dalam Yes 40:3 : “Ada suara yang berseru-seru: ‘Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN (Ibr : Yahweh), luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita (Ibr : Eloheeynuw)!”. Jelas bahwa dua ayat ini juga berbicara tentang Yohanes Pembaptis (Mat 3:3, Mark 1:3, Luk 3:4, Yoh 1:23), dan di sini dikatakan bahwa ia mempersiapkan / meluruskan jalan untuk ‘TUHAN’ (YAHWEH) / ‘Allah’. Sekarang mari kita melihat ayat-ayat PB tentang Yohanes Pembaptis supaya kita bisa tahu untuk siapa ia mempersiapkan jalan. Mat 3:1-3,11 - “(1) Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: (2) ‘Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!’ (3) Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: ‘Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.’ ... (11) Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku (Yesus) lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”. Dari ayat ini terlihat bahwa Yohanes Pembaptis harus mempersiapkan jalan bagi ‘Tuhan’ (Mat 3:3), tetapi bagian ini dilanjutkan dengan membicarakan kedatangan Yesus (Mat 3:11). Jadi jelas bahwa sebetulnya kata ‘Tuhan’ itu menunjuk kepada ‘Yesus’. Hal yang sama terlihat dari bagian paralelnya dalam Injil Markus. Selanjutnya Yoh 3:28 - “Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya”. Kata-kata ini diucapkan oleh Yohanes Pembaptis (Yoh 3:27), dan dengan jelas ia berkata bahwa ia diutus untuk mendahului Kristus. Mat 11:10 :“Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanMu” (band. Luk 7:27). Kata ‘Aku’ jelas menunjuk kepada ‘Bapa / YAHWEH’; kata ‘utusan’ jelas menunjuk kepada Yohanes Pembaptis; kata-kata ‘Engkau’ dan ‘Mu’ tidak mungkin menunjuk kepada Bapa, karena kalau menunjuk kepada Bapa, pasti akan digunakan kata ‘Aku’ / ‘Ku’. Jadi kata ‘Engkau’ dan ‘Mu’ jelas menunjuk kepada Yesus.

Bandingkan Mat 11:10 ini dengan Mal 3:1 dan Yes 40:3 yang telah dikutip di atas. Nampak bahwa Yesus mengubah kalimat ‘mempersiapkan jalan di hadapan-Ku’ (Mal 3:1) menjadi ‘mempersiapkan jalan-Mu dihadapan-Mu’. Pulpit Commentary tentang Mat 11:10 berkata : “Kristus tidak ragu-ragu untuk menerapkan kepada diri-Nya sendiri suatu nubuat tentang datangnya Allah” ( hal. 445). Nah, kalau beberapa ayat PL di atas menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi YAHWEH / Allah, sedangkan beberapa ayat PB di atas menunjukkan bahwa Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Yesus, maka kesimpulannya adalah bahwa Yesus adalah YAHWEH sendiri! Bagaimana FD?

Untuk membuktikan bahwa Yesus adalah malaikat, FD juga mengutip Ibr 1:5-9, terutama ayat 5 : “Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu pernah Ia katakan: "Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?" dan "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia akan menjadi Anak-Ku?" FD lalu berkata : “Dalam ayat-ayat itu jelas sekali dikatakan bahwa sebelum menjadi manusia, Yesus telah dipilih oleh Allah dari antara para malaikat untuk diutus turun ke dunia. Kita diberi pemahaman yang jelas bahwa sebelum menjadi manusia yang bernama “Yesus”, dia adalah Malaikat Allah yang istimewa”. (hal. 43). Aneh sekali apa yang dikatakan FD ini. Bukankah Ibr 1:5 itu mengatakan bahwa tidak ada dari antara malaikat-malaikat yang pernah disapa oleh Bapa seperti itu? Lalu bagaimana mungkin FD mengatakan bahwa “itu jelas sekali?” Bukankah konteks ayat tersebut adalah pembuktian bahwa Yesus lebih tinggi daripada malaikat-malaikat? Lalu bagaimana mungkin Ia tergolong ke dalam malaikat-malaikat itu? Jelas terlihat betapa naifnya penafsiran FD ini dan betapa dangkal sistem hermeneutikanya. Sayangnya ia terlalu gegabah membuat kesimpulan.

Inkarnasi

Masih ada lagi beberapa ayat yang dikemukakan FD sebagai bukti bahwa Yesus bukanlah Allah namun dengan demikian membuktikan bahwa FD tidak memahami konsep inkarnasi dalam teologi Kristen. Kekristenan yang Alkitabiah dan Injili percaya bahwa Allah telah menjelma menjadi manusia sebagaimana kata Yoh 1:14 : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”, Fil 2:6-7: “…yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” maupun 1 Tim 3:16 : “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; …." Jadi Yesus adalah Allah yang berinkarnasi / menjelma menjadi manusia. Lalu apakah yang terjadi saat inkarnasi itu? Apakah ketika Logos (Yesus) menjadi manusia maka Ia kehilangan sebagian/seluruh keilahian-Nya? Tidak! Inkarnasi sama sekali tidak membuat Yesus kehilangan keilahian-Nya melainkan Ia ketambahan hakikat manusia pada diri-Nya. Ia mengambil hakikat manusia tanpa mengalami perubahan dalam hakikat ilahi-Nya, tanpa kehilangan sifat-sifat ilahi-Nya. Calvin dalam Institutes of the Christian Religion (Book II, Chapter XIII, no 4) tentang Fil 2:7 mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan keilahian-Nya, tetapi menyembunyikannya dari pandangan manusia. Lengkapnya : “Kristus tidak bisa melepaskan diri-Nya sendiri dari keilahian-Nya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaan-Nya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya.” Teolog Reformed Herman Hoeksema berkata : “….ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahi-Nya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahan pun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaiban-Nya” (Reformed Dogmatics, hal. 399). Jadi jika keilahian Yesus sama sekali tidak hilang, sebaliknya Ia ketambahan hakikat manusia maka Yesus adalah Allah-Manusia. Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia sejati. Ia adalah Allah yang sempurna sekaligus manusia yang sempurna. Nah, karena status Yesus ini unik maka penting sekali untuk diperhatikan bahwa ada banyak ayat yang menunjukkan keilahian Kristus dan ada juga banyak ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus. Budi Asali berkata : Kita tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan keilahian Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah manusia, sebaliknya kita juga tidak boleh menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Ia bukanlah Allah. Orang-orang Saksi Yehovah sering melakukan kesalahan ini di mana mereka menggunakan ayat-ayat yang menunjukkan kemanusiaan Kristus untuk membuktikan bahwa Kristus bukanlah Allah (Budi Asali; Kristologi, (www.members.tripod.com/gkri_exodus), dan pada titik ini jugalah FD terjebak. Beberapa ayat yang seharusnya menunjukkan kemanusiaan Yesus justru dipakai FD untuk membuktikan bahwa Yesus bukanlah Allah. Kita akan menyorotinya satu per satu.

Yohanes 14:28

Yoh 14:28 : “... Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku”. FD lalu menulis : “Yesus mengatakan “Bapa” (Allah/Yahweh) lebih besar dari dirinya. Allah lebih besar daripada Yesus, artinya Yesus tidak setara dengan Allah”. (hal. 40). Nampak FD tidak dapat melihat bahwa ayat ini harus dimengerti dalam konteks inkarnasi di mana Yesus menempatkan diri-Nya di bawah Bapa. Jadi benar bahwa Bapa lebih besar dari Yesus namun lebih besarnya Bapa daripada Yesus bukanlah dalam hal HAKIKAT (sebagai Allah dan bukan Allah) melainkan dalam hal POSISI (sebagai yang mengutus dan yang diutus). Tentulah presiden lebih besar dari gubernur namun lebih besarnya presiden dari gubernur itu bukan dalam hal HAKIKAT di mana presiden adalah manusia dan gubernur adalah bukan manusia melainklan dalam hal POSISI di mana gubernur adalah bawahan presiden. Jadi meskipun gubernur secara POSISI di bawah presiden, tetapi secara HAKIKAT ia sederajat dengan presiden karena sama-sama manusia. Karenanya dengan mengacu pada kata-kata Yesus “Bapa lebih besar dari Aku” lalu berkesimpulan bahwa Yesus bukanlah Allah adalah kebutaan pada berita Alkitab. Ayat-ayat itu harus disoroti dari kacamata inkarnasi. Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)