06 Agustus 2012

PELAJARAN DARI SANG TABIB

By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.

 
Luk 1:1-4 – (1) Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, (2) seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, (4) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.


Tema kita hari ini adalah “PELAJARAN DARI SANG TABIB”. Sesuai dengan tema ini, maka kita akan belajar dari sang tabib, tetapi tabib siapakah yang dimaksud di sini? Dan hal apakah yang bisa kita pelajari darinya? (Kita akan mengerti semua ini setelah khotbah ini selesai). Teks yang kita baca ini adalah pendahuluan Injil Lukas, dan menurut saya teks ini memberikan banyak informasi kepada kita terkait dengan latar belakang penulisan Injil Lukas ini seperti penerima Injil ini yang disebutkan namanya sebagai “Teofilus yang mulia”, juga alasan penulisan Injil ini, tujuannya dan tekhnik penulisannya. Sayangnya waktu kita yang terbatas tidak memungkinkan saya untuk membahas semuanya ini. Dalam khotbah ini saya hanya akan membahas 2 hal penting terkait dengan penulisan Injil Lukas ini :

I.       PENULIS INJIL LUKAS.

Kita akan belajar tentang penulis Injil Lukas ini. Atau dengan kata lain kita akan mencari tahu siapa sesungguhnya penulis Injil Lukas ini. Mengapa hal ini harus dibahas? Bukankah dari namanya “Injil Lukas” berarti Lukaslah yang menulis Injil ini? Tunggu dulu! Masalahnya tidak sesederhana itu. Perlu diketahui bahwa di dalam naskah aslinya maupun dalam manuscript-manuscript yang awal, sama sekali tidak ada keterangan tentang siapa penulis Injil ini. Judul “INJIL LUKAS” yang ada di dalam Alkitab bahasa Indonesia kita maupun “The Gospel According To LUKE” dalam Alkitab-Alkitab Bahasa Inggris hanyalah keterangan yang diberikan oleh Lembaga-Lembaga Alkitab berdasarkan tradisi tetapi tidak ada dalam tulisan aslinya maupun manuscript-manuscriptnya awal. Jadi Injil ini berbeda dengan surat-surat Paulus yang dengan jelas mencantumkan nama Paulus di dalamnya sebagai penulis dari surat-surat itu. Karena itulah di kalangan para sarjana Alkitab terjadi perdebatan yang panjang tentang penulis dan Injil ini. Kebanyakan sarjana Liberal menolak kepenulisan Lukas atas Injil ini, tetapi para sarjana Injili menerima Lukas sebagai penulisnya.

Keterangan awal bahwa Lukaslah yang menulis Injil ini muncul sekitar tahun 200 M dari seorang bapak gereja bernama Irenaeus di mana Irenaeus menulis : “Lukas, teman seperjalanan Paulus, telah mencatat Injil yang diberitakan Paulus, dalam suatu kitab”. Pada tahun 1740, seorang Italia bernama L.A. Muratori menemukan suatu naskah kuno berupa sebuah daftar yang berisi berisi catatan-catatan ringkas mengenai sejumlah kitab Perjanjian Baru dan pengarang-pengarangnya. Dalam naskah kuno yang terkenal dengan sebutan “The Muratorian Canon” (sesuai nama penemunya) tertulis kata-kata berikut ini :

“Kitab Injil ketiga adalah karangan Lukas, Lukas ini seorang dokter, mengarangnya sesudah Kristus naik ke sorga, ketika Paulus membawa dia serta sebagai teman seperjalananya, atas tanggung jawabnya sendiri tetapi sesuai dengan pandangan Paulus; ia sendiri tidak pernah melihat Yesus secara badani, tetapi dalam penyelidikannya telah sejauh mungkin ia mengusut ke belakang, dan mulai menceritakan lahirnya Yohanes Pembaptis…”

Dari sinilah tradisi bahwa Lukas yang menulis Injil ini terus berkembang dan dalam Alkitab-Alkitab tua nama Lukas dimunculkan di sana sebagai penulis Injil ini. Para sarjana Injili memang menggunakan data-data sejarah itu untuk meneguhkan kepenulisan Lukas atas Injil ini tetapi itu adalah bukti eksternalnya. Para sarjana Injili juga mengemukakan bukti internal untuk meneguhkan kepenulisan Lukas atas Injil ini. Bukti internal ini terkait dengan hubungan antara Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul. Luk 1:1 mengatakan bahwa Injil ini ditujukan kepada Teofilus.

Luk 1:1 - Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita

Nama Teofilus ini lalu muncul kembali dalam permulaan kitab Kisah Para Rasul dan ada keterangan ‘dalam bukuku yang pertama’.

Kis 1:1 - Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus

Ini berarti penulis Injil Lukas adalah orang yang sama dengan penulis Kisah Para Rasul di mana penerimanya juga sama. Jadi kalau kita bisa mengetahui siapa penulis Kisah Para Rasul, maka kita bisa mengetahui siapa penulis Injil Lukas sebagaimana dikatakan Merill C. Tenney :

“Jati diri penulis bergantung dari hubungan antara Injil ketiga ini dengan Kisah Para Rasul. Bila Injil Lukas dan Kisah Para Rasul ditulis oleh orang yang sama, kita dapat menerapkan bukti-bukti kepenulisan dalam isi  Kisah Para Rasul pada Lukas, dan sebaliknya. (Survei Perjanjian Baru, hal. 216).

Karena itu marilah kita memeriksa kitab Kisah Para Rasul. Dari kitab Kisah Para Rasul, terlihat bahwa penulis kitab Kisah Para Rasul ini juga ada bersama-sama Paulus di dalam pelayanannya. Ini nampak lewat penggunaan kata ganti ‘kami’ dalam sejumlah ayat :

Kis 16:10 - Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.

Kis 20:5-6 – (5) Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas. (6) Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya.

Tetapi perlu diketahui bahwa kata ganti “kami” yang menunjuk pada Paulus dan penulis kitab Kisah Para Rasul ini baru muncul dalam Kis 11:28 yang memang tidak nampak dalam Alkitab bahasa Indonesia, tetapi ada di dalam salah satu Codex yang bernama Codez Bazae yang bunyi demikian :

Kis 11:28 (Codez Bazae) – Dan terjadilah kesukacitaan yang besar, dan ketika kami berkumpul bersama, salah seorang dari antara mereka, yang bernama Agabus, berbicara, menyatakan bahwa seluruh dunia akan dilanda suatu kelaparan besar…”

Kis 11:28 ini terjadi di Antiokhia di mana Paulus dan Barnabas memberitakan Injil dan penulis kitab Kisah Para Rasul memakai kata ganti “mereka” yang menunjuk pada Paulus dan Barnabas dan dengan demikian ia belum termasuk di dalamnya.

Kis 11:25-26 – (25) Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. (26) Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Jadi sewaktu Paulus dan Barnabas datang ke Antiokhia, penulis Kisah Para Rasul belum bersama-sama dengan Paulus (makanya disebut “mereka) tetapi mulai mulai dari Antiokhia jugalah ia bergabung dengan Paulus (makanya disebut “kami). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penulis kitab Kisah Para Rasul ini adalah orang Antiokhia yang menjadi percaya kepada Yesus karena pelayanan Paulus dan Barnabas di Antiokhia. Dengan demikian dia pasti bukan orang Yahudi melainkan orang Antiokhia (Siria).

Selanjutnya, di dalam Kisah Para Rasul  27-28 diceritakan bahwa Paulus ditangkap dan dibawa ke Roma untuk diadili, dan di sana ia lalu dipenjara dalam sebuah penjara rumah. Dan penulis kitab Kisah Para Rasul ini juga menyertai Paulus sampai ke Roma.

Kis 27:1-2 – (1) Setelah diputuskan, bahwa kami akan berlayar ke Italia, maka Paulus dan beberapa orang tahanan lain diserahkan kepada seorang perwira yang bernama Yulius dari pasukan Kaisar. (2) Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami.

Kis 28:16 - Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya.

Jadi penulis kitab Kisah Para Rasul ini kelihatannya adalah teman pelayanan Paulus, dia menyertai Paulus dalam seluruh perjalanan pelayananya, bahkan sampai ke Roma dan sangat mungkin tinggal bersama Paulus dalam penjara rumah di Roma. Nah, siapakah orang ini ? Kita belum bisa menebak karena dari dalam penjara Paulus menulis beberapa surat, dan dari surat-surat itu terlihat bahwa ada lebih dari 1 orang pernah tinggal bersama Paulus dalam penjara. Misalnya :

Filemon 23-24 – (23) Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus Yesus, (24) dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku.

Kol 4 :10-14 – (10) Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus,...(11) dan dari Yesus, yang dinamai Yustus... (12) Salam dari Epafras kepada kamu; .. (14) Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

Dari 2 ayat di atas terlihat ada nama Epafras, Markus, Aristarkhus, Yesus Yustus, Demas dan Lukas. Mereka adalah orang-orang yang pernah tinggal dengan Paulus di penjara Roma dan karena itu rasanya salah satu dari mereka adalah penulis dari kitab Kisah Para Rasul. Mari kita melihatnya satu per satu :

  1. Epafras.

Kelihatannya tidak mungkin kalau Epafras adalah penulis Kisah Para Rasul karena jelas dia adalah utusan dari jemaat Filipi untuk melayani Paulus dalan penjara sehingga dia pasti tidak menyertai perjalanan misi Paulus sebelumnya. 

Fil 4:18 - Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, ...’

  1. Markus.

Markus juga tidak mungkin karena Markus ini pernah berpisah dengan Paulus dalam pertikian dengan Barnabas sehingga Markus pasti tidak menyertai Paulus di dalam perjalanan misinya.

Kis 15:37-40 – (37) Barnabas ingin membawa juga Yohanes yang disebut Markus; (38) tetapi Paulus dengan tegas berkata, bahwa tidak baik membawa serta orang yang telah meninggalkan mereka di Pamfilia dan tidak mau turut bekerja bersama-sama dengan mereka. (39) Hal itu menimbulkan perselisihan yang tajam, sehingga mereka berpisah dan Barnabas membawa Markus juga sertanya berlayar ke Siprus. (40) Tetapi Paulus memilih Silas, ...’

Belakangan entah bagaimana Markus ini lalu kembali bergabung dengan Paulus.

Kol 4:10 - Salam kepada kamu ... dari Markus, kemenakan Barnabas -- tentang dia kamu telah menerima pesan; terimalah dia, apabila dia datang kepadamu

Tetapi pernah berpisahnya dia dengan Paulus membuat dia tidak bisa dianggap sebagai penulis kitab Kisah Para Rasul.

  1. Aristarkhus.

Aristarkhus memang menyertai perjalanan Paulus tetapi dia mengikutinya di tengah jalan dan kelihatannya dia dibedakan dari penulis kitab Kisah Para Rasul.

Kis 27:2 - Kami naik ke sebuah kapal dari Adramitium yang akan berangkat ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang pantai Asia, lalu kami bertolak. Aristarkhus, seorang Makedonia dari Tesalonika, menyertai kami

  1. Yesus Yustus.

Yesus, yang disebut Yustus ini tidak mungkin adalah penulis Kisah Para Rasul karena bersama dengan Markus dan Aristarkhus adalah orang Yahudi sedangkan penulis Kisah Para Rasul bukan orang Yahudi.

Kol 4:10-11 – (10) Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas … (11) dan dari Yesus, yang dinamai Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi penghibur bagiku.

  1. Demas.

Demas juga tidak mungkin karena dia akhirnya menjadi murtad dan meninggalkan Paulus.

2 Tim 4:9-10a – (9) Berusahalah supaya segera datang kepadaku, (10) karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika….”

  1. Lukas.

Inilah orang yang paling mungkin sebagai penulis kitab Kisah Para Rasul.

Kelihatannya ada banyak orang menemani Paulus di dalam penjara tetapi setelah semuanya pergi hanya tinggal Lukas yang menyertai Paulus dan setia kepadanya, mungkin sampai akhir hayatnya.

2 Tim 4:6-11 – (6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. (7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. (8) Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. (9) Berusahalah supaya segera datang kepadaku, (10) karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia. (11) Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku.

Dari keterangan Paulus, terlihat bahwa Lukas memang bukan seorang Yahudi di mana namanya bersama Demas disebut secara terpisah dari nama Aristarkhus, Markus dan Yesus Yustus yang adalah orang Yahudi.

Kol 4:10-11,14 – (10) Salam kepada kamu dari Aristarkhus, temanku sepenjara dan dari Markus, kemenakan Barnabas … (11) dan dari Yesus, yang dinamai Yustus. Hanya ketiga orang ini dari antara mereka yang bersunat yang menjadi temanku sekerja untuk Kerajaan Allah; mereka itu telah menjadi penghibur bagiku. (14) Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

Dari semua ini rasanya harus disimpulkan bahwa memang Lukas adalah penulis kitab Kisah Para Rasul. Dia memenuhi semua indikator penulis Kisah Para Rasul yang ada.

Jika Lukas adalah penulis kitab Kisah Para Rasul, dan seperti dijelaskan di atas bahwa penulis kitab Kisah Para Rasul dan Injil Lukas adalah orang yang sama, maka harus disimpulkan bahwa penulis Injil Lukas itu memang adalah Lukas, rekan pelayanan rasul Paulus. Lukas ini adalah seorang tabib / dokter.

Kol 4:14 - Salam kepadamu dari tabib Lukas yang kekasih dan dari Demas.

Sangat mungkin dengan profesi dan keahliannya sebagai tabib / dokter, Lukas melayani Paulus dalam urusan kesehatan sebagai dokter pribadi karena Paulus memang sering mengalami sakit.

2 Kor 12:7 - Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

Para penafsir mengatakan bahwa “duri dalam daging” ini kemungkinan besar adalah penyakit fisik tertentu yang dialami Paulus. Mungkin sakit mata yang dialaminya dalam penglihatan di Damsyik. Bandingkan : 

Gal 4:13 - Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku.

Ingat, Paulus tidak pernah mengecam Lukas dalam hal ini, dan ini menunjukkan bahwa kekristenan tidak mengecam dokter atau pun obat. Yesus sendiri secara implisit memperbolehkan orang menggunakan tabib / dokter.

Luk 5:31 - Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit

Jadi Lukas adalah seorang tabib dan karena itu sesuai tema kita “PELAJARAN DARI SANG TABIB”, maka maksudnya adalah kita akan belajar dari tabib Lukas ini.

Tradisi juga mengatakan bahwa Lukas juga adalah seorang pelukis yang sangat mahir. Sebuah lukisan Maria dalam sebuah Katedral di Spanyol saat ini dianggap sebagai hasil karya Lukas. Lepas dari benar tidaknya tradisi ini, memang tidak dapat dipungkiri bahwa perasaan seorang seniman melekat pada diri seorang Lukas dan itu nampak dalam Injil yang ditulisnya. Barclay menyebut Lukas sebagai seorang yang mampu melihat hal-hal yang hidup’.

Wycliffe Bible CommentaryTradisi telah menyimpan beberapa legenda menarik tentang dirinya, walaupun mungkin tidak otentik. Menurut kisah-kisah ini, Lukas adalah seorang seniman yang telah melukis perawan Maria. Dia tidak pernah menikah, dan usia tuanya dilewatkan di Bithinia, tempat dia meninggal. Legenda lain menyebutkan bahwa dia mati sebagai martir di Yunani. (Vol 3, hal. 214).

Matthew HenryJerome mengatakan bahwa Lukas meninggal dunia pada usia delapan puluh empat tahun, dan tidak pernah menikah. Beberapa orang menulis bahwa ia mati sebagai martir, namun….tidak ada kejelasan di mana dan bilamana hal itu terjadi. (Injil Lukas 1-12, hal. xvi).

II.    KEISTIMEWAAN INJIL LUKAS.

Kita sudah mengetahui bahwa Lukas adalah penulis Injil Lukas ini. Dan sekarang kita akan mengalihkan perhatian kita kepada Injil karangan Lukas ini. Jika kita membaca Injil Lukas dengan teliti, sebenarnya Injil Lukas ini memiliki sejumlah keistimewaan dibanding dengan Injil-Injil yang lain. Apa saja keistimewaannya? Ada banyak tapi saya hanya akan menyebutkan beberapa saja :

a.      Gaya penulisannya populer.

Pada masa itu ada suatu gaya tulis yang populer di kalangan para cendikiawan dan ahli-ahli sejarah. Gaya tulis itu dimulai dengan suatu deklarasi tentang tulisan itu dan sering disertai dengan gambaran penyelidikan sebelumnya. Perhatikan gaya tulis ini sebagaimana digunakan Herodotus, seorang ahli sejarah Yunani :

Herodotus : “Inilah hasil-hasil penyelidikan Herodotus dari Halicarnassus”.

Bandingkan pula dengan kata-kata sejarawan Yunani yang bernama Dionysius yang hidup pada masa Aleksander Agung dan pernah belajar selama 22 tahun di Roma untuk mempersiapkan bukunya tentang sejarah Roma. Dionysius memulai bukunya dengan kata-kata sebagai berikut :

Dionysius : “Sebelum saya menulis, saya mengumpulkan keterangan-keterangan, baik secara lisan dari pihak orang-orang yang sangat terpelajar dengan siapa saya bergaul, maupun dengan perantaraan riwayat-riwayat yang ditulis oleh orang-orang Roma tentang tokoh-tokoh yang dibicarakan penulis-penulis itu dengan penuh pujian.

Sekarang bandingkan dengan pendahuluan Injil Lukas :

Luk 1:1-4 – (1) Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, (2) seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, (4) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

Terlihat bahwa gaya tulis populer inilah yang dipakai Lukas dalam permulaan Injilnya bahkan kelihatannya kata-kata Lukas lebih lengkap dari kata-kata Herodotus dan Dionysius. Ini berarti bahwa lewat Injilnya Lukas hendak mengatakan bahwa apa yang ditulisnya tidak kalah bobot dan nilainya dari tulisan-tulisan sejarah yang diakui zaman itu bahkan tulisannya adalah yang paling mulia.

B.J. BolandDemikian juga Lukas tampil ke muka dengan pendahuluan ini seolah-olah ia seorang ahli sejarah; dari berbagai pihak ia mengumpulkan bahan-bahan, ia memeriksa bahan-bahan itu dengan teliti dan kritis, dan berdasarkan segala persiapan itu, ia menulis sebuah buku tentang kejadian yang paling penting dalam sejarah dunia, yakni kedatangan Yesus Kristus , kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, dan pekerjaan Roh Kudus…”. (Tafsiran Alkitab Injil Lukas; hal. 14).

b.      Bahasa Yunaninya terbaik.

Hal lain yang menarik dari Injil Lukas ini adalah bahwa bahasa Yunani yang digunakannya adalah bahasa Yunani yang terbaik pada masa itu dan itu menjadikan bahasa Yunani dari Injil Lukas adalah bahasa Yunani terbaik dalam seluruh Perjanjian Baru. Perhatikan beberapa komentar berikut ini :

William Barclay : “Empat ayat pertama merupakan bahasa Yunani  yang hampir-hampir tanpa cacat dalam Perjanjian Baru”. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Injil Lukas; hal. 3).

Alkitab Hidup Berkelimpahan : “Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali”.

B.J. Boland : “Bahasa dan gaya tulisannya membuktikan bahwa pengarang adalah tergolong “orang-orang cendekiawan” pada zaman dahulu itu. Ditinjau dari sudut bahasa, Injil karangan Lukas melebihi segala kitab dan surat lain dalam Perjanjian Baru. Sekalipun Lukas menggunakan bahasa Koine (semacam bahasa Yunani sehari-hari), setiap kali ternyata bahwa ia juga mengenal bahasa “Yunani tinggi” dengan baik”.  (Tafsiran Alkitab Injil Lukas; hal. 4).

c.       Kisahnya terlengkap.

Injil Lukas adalah Injil yang paling lengkap yang menginformasikan kepada kita tentang kehidupan Sang Juruselamat di bumi ini, mulai dari kelahiran hingga kenaikan-Nya ke sorga. Tentang kelahiran Yesus, Injil Markus dan Injil Yohanes tidak mencatatnya sama sekali. Injil Lukas memang mencatatnya tetapi secara ringkas saja. Tetapi Injil Lukas mencatatnya secara detail mulai dari pemberitahuan tentang kelahiran Yesus (Luk 1:26-38), nyanyian pujian Maria (Luk 1 :46-56), kelahiran Yesus Kristus dan cerita para gembala (Luk 2:120), Yesus disunat dan kisah tentang Simeon dan Hana (Luk 2 :39). Semua ini tidak ada di dalam Injil-Injil yang lain. Tentang masa kecil Yesus, Injil Lukas satu-satunya Injil yang menceritakannya hingga masa remaja Yesus ketika berumur 12 tahun (Luk 2 :40-52).

Injil Lukas juga satu-satunya Injil yang mencatat kisah kelahiran Yohanes Pembaptis mulai dari pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk 1 :5-25), kunjungan ibu Yohanes Pembaptis dan kepada ibu Yesus (Luk 1 :39-45), kelahiran Yohanes Pembaptis (Luk 1 :57-66), nyanyian pujian Zakharia (Luk 1 :67-80). Injil Matius dan Markus hanya menceritakan tentang Yohanes saat dia sudah memulai pelayananya.

Injil Lukas juga membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar yakni pelayanan di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14-9:50), pelayanan pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27) dan minggu terakhir di Yerusalem (Luk 19:28-24:43). Jadi memang dengan tepat dapat dikatakan bahwa Injil Lukas adalah Injil yang terlengkap.

d.      Catatan medisnya teliti dan akurat.

Injil Lukas juga adalah Injil yang sangat teliti di dalam catatan medisnya. Ini tentu saja terkait dengan profesi Lukas sebagai seorang tabib yang jelas membuat ia menaruh perhatian yang detail kepada masalah-masalah penyakit. Coba bandingkan keterangan Lukas dengan keterangan Matius dan Markus dalam beberapa kasus berikut :

·         Kasus demamnya mertua Petrus.

Mat 8:14 - Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam.
Mark 1:30 - Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus.

Luk 4:38 - Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia.

Terlihat bahwa keterangan Lukas (demam keras) lebih akurat dari Matius dan Markus (sakit demam).

·         Kasus orang kusta.

Mat 8:2 - Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku”.

Mark 1:40 - Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku”.

Luk 5:12 - Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Terlihat bahwa keterangan Lukas (penuh kusta) lebih akurat dari Matius dan Markus (sakit kusta).

·         Kasus orang yang mati sebelah tangan.

Mat 12:10 - Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.

Mark 3:1 - Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.

Luk 6:6 - Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.

Terlihat bahwa keterangan Lukas (mati tangan kananya) lebih akurat dari Matius dan Markus (mati sebelah tangannya).

·         Kasus Petrus memotong telinga hamba imam besar.

Mat 26:51 - Tetapi seorang dari mereka yang menyertai Yesus mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya.

Mark 14:47 - Salah seorang dari mereka yang ada di situ menghunus pedangnya, lalu menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinganya.

Luk 22:50 - Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya.

Terlihat bahwa keterangan Lukas (putus telinga kanannya) lebih akurat dari Matius dan Markus (putus telinganya).

Dari semua ini terlihat bahwa tabib Lukas mencatat semua peristiwa mujizat dengan sangat hati-hati hingga detailnya, lebih dari Matius dan Markus. Ini sesuai dengan apa yang dijelaskannya dalam bagian pendahuluan:

Luk 1:3 – aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu

Perlu juga ditambahkan bahwa Injil Lukas adalah satu-satunya Injil yang memberikan keterangan tentang penderitaan fisik yang Yesus alami di taman Getsemani di mana keringat-Nya seperti titik-titik darah.

Luk 22:44 - Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.

Gejala ini di dalam ilmu kedokteran dikenal dengan istilah “HEMATIDROSIS” atau “HEMATOHIDROSIS”. Gejala apakah ini? Perhatikan penjelasan berikut :

Alexander Metherell - Apa yang terjadi adalah kegelisahan yang hebat yang mengakibatkan terlepasnya zat-zat kimia yang memecahkan kapiler-kapiler dalam kelenjar-kelenjar keringat. Akibatnya terjadi sedikit pendarahan dalam kelenjar ini dan keringat yang keluar disertai dengan darah. (The Case for Christ, hal. 252)

Dr. Frederick Zugibe - Walaupun kondisi medis seperti ini relatif jarang ada, kondisi ini luas diketahui, dan telah banyak kasus seperti ini. Istilah klinisnya adalah "hematohidrosis." "Sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah berbentuk seperti jaring." Di bawah tekanan yang besar pembuluh-pembuluh tersebut menyusut. Kemudian saat kegelisahan berlalu "pembuluh darah mengembang sampai mencapai ambang pecah. Darah mengalir masuk ke kelenjar keringat." Sementara kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah terdorong ke permukaan kulit - keluar sebagai tetesan darah. (www.ChristianAnswers.Net).

Lagi-lagi ini menunjukkan kepiawaian Lukas dalam mencatat gejala-gejala dan informasi-informasi medis. Ini dikarenakan profesinya yang adalah seorang tabib.

e.       Catatan sejarah sekuler yang akurat.

Selain semua hal di atas, Injil Lukas juga memberikan catatan sejarah sekuler yang akurat yang tidak disebutkan atau mendapat perhatian dari Injil yang lain. Ia menyebutkan hampir semua orang penting dalam dunia politik dan agama pada masa itu.

Luk 3:1-2 – (1) Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, (2) pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.

Demikianlah sejumlah keistimewaan dan keunggulan Injil Lukas.

III. PELAJARAN ROHANI (PELAJARAN DARI SANG TABIB LUKAS).

Setelah mengetahui bahwa Lukas adalah penulis Injil Lukas ini dan juga melihat keistimewaan dan kelebihan Injilnya, sekarang kita harus belajar sesuatu dari orang ini. Pelajaran apakah yang bisa kita terima dari sang tabib Lukas ini? Ada banyak hal yang bisa kita teladani dari tabib Lukas ini seperti :

a.      Kesetiaannya : di mana ia begitu setia di dalam pelayanan dan juga setia kepada Paulus, orang yang telah memperkenalkan Kristus kepadanya. Di dalam pelayanan Paulus ada banyak kesulitan / tantangan yang dihadapi (lapar, haus, diusir, dihina, mau dibunuh, tenggelam, dll) dan Lukas yang ikut dengannya pasti ikut mengalaminya. Tetapi ia tetap setia. Ia tidak mundur dari pelayanan itu, ia tidak meninggalkan Paulus sendiri. Ia juga menyertai Paulus sampai ke Roma untuk diadili, bahkan setelah Paulus dipenjara Roma pun, dia tetap bersama-sama dengan Paulus dan melayaninya. Kesetiaan Lukas terhadap pelayanan dan Paulus ini persis seperti kata-kata Paaulus :

2 Tim 3:14 - Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.

Ya! Kesetiaan Lukas kepada pelayanan dan orang yang memperkenalkannya kepada Kritus harus menjadi teladan bagi kita. Mungkin di dalam pelayanan kita di gereja ini, ada banyak kesulitan dan tantangan kita hadapi, tapi maukah saudara belajar setia? Mungkin dari gereja ini juga saudara menerima Kristus dan memperoleh hidup yang kekal, dari gereja ini juga saudara dididik untuk menjadi Kristen yang dewasa dan mengerti Firman Tuhan, maukah saudara setia kepada gereja ini sepanjang gereja ini benar-benar melayani Tuhan? Maukah saudara setia pada gereja ini dalam semua kesulitan yang dihadapi?

b.      Kerinduannya agar orang lain bertumbuh dalam iman : di mana ia sangat rindu agar Teofilus bisa mengenal kebenaran tentang Yesus Kristus. Dia rela bekerja keras (menyelidiki, menyusun) dalam menulis Injilnya yang hebat ini dan tujuannya sebagaimana yang ia katakan :

Luk 1:3-4 – (3) Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, (4) supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar

Kata “diajarkan” (ayat 4) berasal dari kata Yunani “KATECHEO” yang lalu menurunkan kata “katekisasi”. Jadi ini berarti bahwa Teofilus ini sudah menerima pelajaran katekisasi, tetapi Lukas merasa belum puas. Ia menulis Injil ini supaya Teofilus yakin bahwa apa yang ia terima dalam pelajaran katekisasi itu sungguh benar. Inilah kerinduan sang tabib. Ia selalu rindu membuat iman orang lain bertumbuh walaupun itu dibayar dengan sangat mahal yakni kerja kerasnya. Maukah saudara bekerja keras di dalam pelayanan masing-masing (Pemuda, Sekolah Minggu, katekisasi, kelas PA, dll) dengan tujuan agar banyak orang boleh bertumbuh di dalam iman? Itu juga yang sudah saya lakukan, saya bekerja keras di dalam mempersiapkan setiap khotbah dan pelajaran dalam kelas PA kita. Saya bekerja mati-matian dan maksimal dengan tujuan agar saudara bisa bertumbuh di dalam iman dan pengetahuan akan kebenaran.

c.       Kesediannya untuk memberikan yang terbaik dari dirinya untuk Yesus Juruselamatnya : di mana ia memberikan segenap kemampuannya, karunianya, kerja kerasnya, perjuangannya sehingga Injil yang terbaik ini bisa ada di tangan kita hari ini dan banyak orang boleh mengenal Yesus Kristus melalui Injil karangannya. Bagi Lukas, Yesus Kristus adalah pribadi yang unik dan karenanya Ia layak menerima segala yang terbaik. Ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita bahwa dalam hidup kekristenan kita, Kristus seharusnya menerima segala yang terbaik dari kita karena Ia sudah terlebih dahulu memberikan yang terbaik bagi kita (hidup-Nya sendiri).

Sangatlah disayangkan ada banyak orang Kristen tidak menyadari hal ini. Itulah sebabnya mereka tidak tahu memberikan yang terbaik bagi Juruselamatnya. Bahkan para penganut kepercayaan kafir pun mengerti satu prinsip bahwa yang terbaiklah yang harus diberikan pada sesembahan mereka. Dalam Alkitab kita dapat menemukan begitu banyak contoh yang mengajarkan prinsip semacam ini :
·         Maria rela memberikan dan menuangkan minyak narwastu murni yang sangat mahal harganya di kaki Yesus (Yoh 12:3).
·         Janda miskin memberikan seluruh uangnya (2 peser) kepada Allah (Luk 21:2-4).
·         Rasul Paulus telah memberikan seluruh hidupnya untuk melayani Kristus bahkan mati dianggapnya sebagai keuntungan (Fil 1:21; 3:7).
·         Para Majus juga melakukan hal yang sama. Hasil-hasil terbaik dari negeri mereka (mas, mur dan kemenyan) justru dipersembahkan di hadapan Yesus, Raja yang baru lahir itu (Mat 2).

Belajar dari sang tabib Lukas ini harus membuat kita tahu dan sadar untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda bisa bernyanyi, bernyanyilah yang terbaik untuk Yesus (jangan bermain-main dalam memuji Tuhan atau dalam beribadah). Kalau anda bisa bermain musik, bermainlah yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda ingin memberikan persembahan/kolekte, berilah yang terbaik bagi Yesus (bukan dari sisa belanja). Kalau anda bisa berkhotbah, berkhotbahlah yang terbaik demi Yesus. Kalau anda bisa mengajar Sekolah Minggu, mengajarlah yang terbaik demi Yesus. Kalau anda bisa menulis, menulislah yang terbaik bagi Yesus. Kalau anda ingin menyerahkan seorang anakmu menjadi hamba Tuhan / Pendeta, serahkanlah yang terbaik, yang terpintar dan yang paling taat bagi Yesus (bukan menyerahkan yang paling bodoh atau yang paling nakal). Kalau anda mampu berargumentasi/berapologia dengan baik, berapologialah yang terbaik bagi Yesus dan kebenaran Firman-Nya dalam menghadapi semua penyimpangan kebenaran. Kalau anda dikaruniai kemampuan mencipta lagu, ciptalah lagu yang terbaik bagi Yesus sama seperti yang dibuat Fanny Crosby. Singkatnya, apa saja yang kita buat dalam dunia, kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh dan yang terbaik buat Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Saya percaya bahwa Yesus tentu bangga dan senang dengan apa yang telah dibuat oleh tabib Lukas. Saya juga percaya bahwa Yesus pun bangga dan hati-Nya akan disenangkan ketika melihat umat tebusan-Nya melakukan dan mempersembahkan segala yang terbaik dalam hidup mereka bagi kemuliaan nama-Nya. Marilah di hari ulang tahun gereja kita yang ke 4 ini, kita semua bertekad untuk memberi yang terbaik bagi Yesus dengan satu tujuan agar dapat menyenangkan hati-Nya dan memuliakan-Nya.


- AMIN -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda dan jangan lupa mencantumkan nama dan kota.propinsi tempat anda berdomisili. Misalnya : Yutmen (Jogja)